Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI WORKSHOP

1. Kode Etik Jurnalistik

Secara singkat, kode etik merupakan pedoman tingkah laku atau aturan yang harus diikuti dan
ditaati oleh anggota- anggota suatu tertentu.

Kode etik berasal dari dua kata yaitu Kode dan Etik. Kode artinya tanda yang disetujui dengan
maksud tertentu. Sementara Etik itu berasal dari bahasa yunani yaitu "ethos" yang memiliki arti
watak, adab, cara hidup.

Di Indonesia terdapat banyak Kode Etik Jurnalistik. Hal tersebut dipengaruhi oleh


banyaknya organisasi wartawan di Indonesia, untuk itu kode etik juga berbagai macam, antara
lain Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-PWI), Kode Etik Wartawan
Indonesia (KEWI), Kode Etik Jurnalistik Aliansi Jurnalis Independen (KEJ-AJI), Kode
Etik Jurnalis Televisi Indonesia, dan lainnya

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang
benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman
operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.
Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan
tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau
cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali
untuk kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak
akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
2. Rapat Perencanaan Redaksi

Rapat Redaksi adalah tempat para jurnalis mendiskusikan hasil kolektif mereka. Diskusi ini
mempunyai tiga tujuan berturut-turut: merencanakan konten surat kabar, mengatur produksi
konten tersebut, dan menganalisis semua konten untuk memperbaikinya.

ADA TIGA JENIS RAPAT REDAKSI:


 Rapat Redaksi untuk menyiapkan penanganan berita terkini.Editor surat kabar
harian saling berkoordinasi setiap sore untuk merencanakan konten surat kabar esok hari.
Mereka menyusun “Anggaran Sementara” untuk tiap halaman: jumlah artikel, jenis
artikel, panjang artikel, urutan hierarkis artikel, ilustrasi.

Contoh “Anggaran Sementara” untuk halaman dengan 6 kolom: 1 laporan oleh X… (3


klm.); 1 laporan pembahasan + 1 komentar oleh Y… (2 klm.); 1 seri Berita singkat (1
klm.).

 Rapat Redaksi untuk mengatur penanganan berita terkini.


Editor surat kabar harian rapat setiap pagi untuk mengatur konten surat kabar yang akan
dipublikasikan hari berikutnya. Mereka berbagi tugas untuk menetapkan “Anggaran
Umum”, yang nantinya akan menjadi “Anggaran Final”: daftar artikel, nama penulis,
panjang tiap artikel.

Contoh “Anggaran Final” untuk halaman dengan 6 kolom: 1 laporan oleh X… (2¼ klm.
teks + 3/4 klm. foto); 1 laporan pembahasan (1½ klm.) + 1 komentar oleh Y… (½ klm.);
4 item Berita singkat: Keadilan, Polisi, Anggaran, Corrigendum (1 klm.).

 Rapat Redaksi untuk mempertimbangan penanganan berita terkini.


Editor surat kabar harian mencari waktu untuk rapat secara berkala – misalnya, sekali per
kuartal atau sekali per enam bulan – untuk bekerja sama menganalisis, secara kritis
terhadap diri mereka sendiri, hasil kolektif mereka selama beberapa bulan terakhir dan
mendiskusikan bersama cara terbaik untuk menangani berita-berita mendatang dan untuk
memutuskan posisi editorial yang harus diambil. Rapat Redaksi kemudian
menjadi Komite Editorial, yang dapat diadakan atas inisiatif bersama antara Direktur
Surat Kabar, Direktur Editorial atau Editor Kepala dengan agenda yang pasti.

Contoh agenda:
1.Tinjauan terhadap penanganan kita terkait “Kebangkitan Dunia Arab”.
2.Persiapan pilkada.
3.Haruskan surat kabar mendukung salah satu pihak di Pilpres berikutnya?

3. Penentuan Angle dan Perencanaan Liputan


4. Meliput Konferensi Pers

Konferensi pers adalah acara yang diselenggarakan untuk secara resmi mendistribusikan
informasi dan menjawab pertanyaan dari media. Konferensi pers juga diumumkan sebagai
tanggapan terhadap isu-isu hubungan masyarakat tertentu.

Konferensi pers diadakan oleh perusahaan atau individu dan dihadiri oleh media. Selama acara,
satu atau lebih pembicara dapat berbicara kepada mereka yang hadir. Wartawan kemudian dapat
mengajukan pertanyaan.
Sebelum konferensi pers berlangsung, perusahaan dapat mengeluarkan siaran pers, menguraikan
sifat acara. Kadang-kadang, ini dikeluarkan jauh sebelum konferensi.

Sebuah perusahaan memiliki kesempatan untuk menyajikan berita dalam cahaya yang paling
menguntungkan dengan mengundang pers ke acara-acara khusus. Dalam kasus lain, perusahaan
yang kurang terkenal mungkin ingin meningkatkan status mereka di media dengan
mempermudah kantor berita untuk meliput acara perusahaan.

Dengan mendapatkan eksposur media yang menguntungkan, perusahaan dapat memperoleh


pengakuan merek dan otoritas yang lebih besar di pasar, biasanya dengan biaya yang jauh lebih
rendah daripada yang dibutuhkan untuk kampanye iklan yang meluas.
Ketika tidak ada pernyataan resmi atau tidak ada pertanyaan yang diizinkan, acara tersebut
disebut op foto.

Tips Konferensi Pers:


Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Konferensi Pers
Sebelum mengadakan konferensi pers atau biasa disebut presser bagi para jurnalis ada beberapa
poin penting yang akan dipertimbangkan oleh perusahaan.

Pertama, adalah siaran pers (press release). Selain mengumumkan konferensi, rilis harus dibuat
dengan baik. Itu harus jelas, singkat, dan to the point. 
Tapi itu juga harus mengatasi masalah yang dihadapi, apakah itu pengumuman positif seperti
peluncuran produk, atau sebagai tanggapan terhadap berita negatif atau kontroversi.

Tindak lanjut setelah konferensi pers sama pentingnya, sehingga setiap pertanyaan yang dijawab
setelahnya akan memiliki bobot yang sama.

Lokasi presser juga sangat penting. Itu harus dapat mengakomodasi jumlah peserta dan harus
memiliki tautan ke apa yang diumumkan. Sebuah perusahaan dapat memutuskan untuk
mengadakan konferensi di fasilitas produksi atau di toko ritel jika itu tentang peluncuran produk
baru.

Pertimbangan lain adalah siapa yang diundang. Perusahaan umumnya memiliki daftar media
yang mengetahui konferensi dengan salinan siaran pers. Undangan, sama seperti perilisan, harus
dibuat dengan baik agar tingkat peminatnya maksimal.
5. Wawancara Doorstop
DOOR STOP
Wawancara dengan cara ‘mencegat’ atau ‘menghadang’ nara sumber saat nara sumber
meninggalkan atau masuk ruangan acara. Awak media langsung meminta waktu nara sumber dan
melontarkan berbagai pertanyaan

6. Menulis Berita Press Rilis Hasil Liputan


press release ini ialah sesuatu informasi  yang dikeluarkan oleh sesuatu organisasi/ industri
dengan tujuan tertentu lewat media massa yang bisa berbentuk salah satu dari basic press release,
product press release, ataupun financial press release.

metode penyusunan press release yang baik serta benar.


Straight News = Murni 5 W + 1H dengan piramida terbalik
Feature = Berita berkisah

Teknik Penulisan Berita

Setelah mendapatkan materi berita langkah selanjutnya untuk pembuatan berita adalah menulis
berita. Berita pada umumnya dikategorikan menjadi dua jenis yakni berita lempang (straight
news) dan karangan khas (features). Teknik penulisan kedua kategori berita tersebut berbeda.
Berita lempang dibatasi waktu, sedangkan karangan khas tenggat waktunya lebih longgar.

Berita lempang digunakan dalam penulisan berita peristiwa sehari-hari. Dalam perkembangannya
ada juga berita lempang yang ditulis secara bercerita. Pembuatan pers rilis yang dilakukan
instansi-instansi umumnya menggunakan berita lempang dengan dilampiri foto pendukung.

Teknik penulisan berita lempang yang sederhana adalah menggunakan piramida terbalik (Gambar
1). Pembuatan berita diawali dengan gagasan utama dalam lead. Pembuatan lead ini mesti
menjawab pertanyaan 5W dan 1H. Setelah itu baru diikuti gagasan pendukung dan detail yang
ada dalam tubuh berita.

Penulisan berita dengan model piramida terbalik dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
menyampaikan inti gagasan secepat mungkin kepada pembaca. Dalam era digital yang demikian
cepat orang cenderung membaca lead dahulu baru kemudian melanjutkan secara lengkap kalau
tidak sibuk.

Bahkan dalam sistem penulisan di LKBN Antara orang diharapkan faham hanya dengan
membaca judulnya. Kalau penulisan lead menggunakan pola Subyek + Predikat + Obyek +
Keterangan (S P O K), maka penulisan judul berita tidak boleh lebih dari tujuh kata.

Selain tentang metode penulisan diatas ada pendapat dari Dahlan Iskan tentang rukun iman berita
yang tidak boleh ditinggalkan sebagaimana rukun iman bagi umat Islam. Sebagaimana ditulis
dalam buku Akal Sehat Dahlan Iskan karangan Joko Intarto. Rukun iman berita adalah tokoh,
besar, dekat, yang pertama, human interest, bermisi, unik, ekslusif, trend dan prestasi
1. Tokoh. Semua peristiwa yang menyangkut tokoh layak diberitakan. Misal Gubernur Jatim
masuk rumah sakit karena demam berdarah.
2. Besar. Semua peristiwa yang besar layak diberitakan. Misal, gempa bumi dengan kerugian
banyak
3. Dekat. Peristiwa kecil yang dekat kita layak diberitakan daripada peristiwa yang sama tetapi
jauh. Misal, gempa di Jember korbannya 10 orang di Meksiko 100 orang.
4. Yang pertama. Peristiwa yang pertama kali terjadi layak diberitakan.
5. Human Interest. Semua peristiwa yang menyentuh kemanusiaan layak diberitakan.
6. Bermisi. Setiap berita harus memiliki tujuan misalnya mencerdaskan, mendidik, memotifasi
7. Unik. Setiap peristiwa yang unik layak untuk diberitakan.
8. Eksklusif. Semua berita eksklusif layak diberitakan missal berita investigasi.
9. Trend, trend gaya hidup atau perilaku.
10.Prestasi. Kisah-kisah keberhasilan seseorang.

7. Menyunting Berita
Menyunting berita adalah kegiatan mengedit, mengubah, atau merapikan susunan letak atau
penggunaan bahasa sebuah naskah tanpa mengubah makna. 

8. Membedakan antara Fakta dan Opini


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian opini adalah pendapat, pikiran, gagasan.
Dalam bahasa Indonesia, terutama dalam teks editorial, terdapat jenis kalimat opini dan kalimat
fakta.

Kalimat opini sangat berbeda dengan kalimat fakta. Kalimat opini adalah kalimat yang di
dalamnya mengandung pendapat, pandangan, dan anggapan.

Perbedaan Kalimat Fakta dan Opini


1. Kalimat fakta yang bersifat objektif dan opini bersifat subjektif
2. Kalimat fakta dari kenyataan yang sebenarnya terjadi, sedangkan opini memperlihatkan
peristiwa yang belum terjadi
3. Kalimat opini tidak ditambahkan data pendukung, berbeda dengan kalimat fakta yang memakai
data untuk mendukung argumen
4. Opini berisi kalimat pengandaian yang menggunakan kata menurut saya, saya rasa, sepertinya,
sebaiknya, mungkin, jika, kalau, sebaiknya, seharusnya, dan masih banyak lagi
5. Opini menunjukkan peristiwa spekulatif dan berisi argumen sendiri

9. Memahami Perbedaan antara Berita dan Iklan (Advertorial)


1. Advertorial

Pendanaan: Pembayaran dilakukan langsung ke departemen periklanan outlet media untuk


penempatan 'iklan terselubung' tersebut.

Presentasi visual: Tampak seperti iklan; terpisah dari artikel publikasi dan konten editorial.
Kredibilitas: Tidak melalui proses pemeriksaan jurnalistik seperti yang harus diikuti oleh
konten editorial lainnya.

Penulis/byline: Penulis karya diidentifikasi dengan jelas sebagai brand atau juru bicaranya.

Kontrol kreatif: Pengembangan dan kontrol akhir atas konten diserahkan


kepada brand terkait.

Citra: Dapat mencakup gambar promosi, seperti foto brand atau foto produk.

Legal: Dapat mencakup catatan kaki, referensi, dan legal disclaimer. Dapat juga menyertakan
simbol hak cipta dan merek dagang.

2. Berita atau Editorial

Pendanaan: Tidak dibayar; outlet media tidak menerima uang untuk menjalankan
editorial. Oleh karena itu, brand harus memberikan nilai nyata kepada pembaca agar
kontennya dapat dipilih untuk diterbitkan.

Presentasi visual: Seperti artikel reguler dan konten editorial publikasi lainnya.

Kredibilitas: Memiliki persetujuan dari tim editorial publikasi setelah dilakukan


penelitian dan pemeriksaan sesuai prosedur yang berlaku sehingga membuat karya
tersebut lebih kredibel dan dapat diandalkan audiens.

Penulis/byline: Penulis dapat diidentifikasi sebagai jurnalis atau editor yang dipekerjakan
oleh outlet media tersebut. Ini juga bisa menjadi tim editorial outlet media.

Kontrol kreatif: Pengembangan dan kontrol akhir atas konten diserahkan kepada tim
editorial dari pihak media.

Citra: Setiap gambar yang menyertainya harus netral dan tidak mewakili brand; fotografi
yang menggambarkan gaya hidup sangat direkomendasikan.

Legal: Mengikuti format dan gaya artikel surat kabar; tidak ada catatan kaki,
referensi, legal disclaimer, atau simbol hak cipta atau merek dagang yang diizinkan.

10. Investigasi
Menurut KBBI Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan
peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan
(tentang peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dan sebagainya); penyidikan

11. Membangun Jejaring dan Merawat Lobby


12. Usulan Rubrikasi dan Program Redaksi

12. Media Siber dan Digital


Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dalam
melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan PP No. 5 tahun 2021
tentang penyelenggara perizinan yang ditetapkan oleh Online Single Submission (OSS)[1].[2]
[3]
 Isi dari media siber adalah segala yang dibuat atau dipublikasikan oleh penggunanya
antara lain artikel, gambar, komentar, suara, video, dan berbagai bentuk unggahan yang
melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk
lain.[3]
Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan Kemerdekaan media syiber adalah Hak
asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan Deklarasi Unuversal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa

14. Rapat Evaluasi Redaksi

Anda mungkin juga menyukai