Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ghaniy Hildan Rabbani

Kelas : XI-M8
Absen : 10

Revitalisasi Gizi dan Lingkungan dengan Menjadikan Jewawut sebagai Pilihan Unggul

Jewawut atau millet yang memiliki nama ilmiah Setaria italica, adalah salah satu jenis sereal
dengan biji kecil berdiameter sekitar 1 mm. Tanaman ini memiliki potensi besar dalam berkontribusi
pada diversifikasi pangan karena kandungan gizinya yang kaya, terutama protein albumin dan
globulin. Jewawut dapat menjadi sumber yang baik untuk energi, protein, kalsium, vitamin B1,
Riboflavin (B-2), dan nutrisi lainnya yang setara dengan beras. Dalam sejarahnya, jewawut pernah
menjadi makanan pokok di berbagai wilayah Asia Timur dan Tenggara sebelum masyarakat mulai
bercocok tanam dengan tanaman serealia lainnya. Meskipun jewawut termasuk dalam kategori
tanaman ekonomi minor, kandungan gizinya sebanding dengan tanaman pangan utama seperti padi,
jagung, dan gandum. Sayangnya, sebagian besar masyarakat masih kurang mengenal potensi jewawut
sebagai sumber pangan. Selama ini, tanaman ini seringkali hanya dijadikan pakan burung. Padahal,
jewawut dapat diolah menjadi makanan yang dapat mendukung ketahanan pangan dan membantu
mengatasi masalah kelaparan. Di berbagai wilayah di Indonesia, tanaman ini memiliki berbagai nama
lokal seperti "gandum Papua" atau "Pokem" di Kabupaten Biak Numfor, "Buru Hotong" di Pulau
Buru, Maluku, "Jawe" atau "Batem" di Kecamatan Pringgabaya, "Ba'tan" di Enrekang dan Tana
Toraja, dan "Tarreang" di Kecamatan Balanipa, Sulawesi Barat. Jewawut memiliki peringkat yang
cukup tinggi sebagai salah satu biji-bijian utama yang dikonsumsi oleh sepertiga penduduk dunia. Ini
bukanlah tanpa alasan, karena jewawut adalah sumber utama energi, protein, vitamin, dan mineral.
Tanaman ini juga kaya akan vitamin B, terutama niacin, B6, dan folacin, serta mengandung asam
amino esensial seperti isoleusin, leusin, fenilalanin, dan treonin. Selain itu, jewawut mengandung
senyawa nitrilosida yang memiliki peran penting dalam menghambat perkembangan sel kanker (efek
anti kanker) dan mengurangi risiko penyakit jantung seperti arteriosklerosis, serangan jantung, stroke,
dan hipertensi.
Tanaman jewawut memiliki potensi yang besar sebagai sumber karbohidrat, antioksidan,
senyawa bioaktif, dan serat yang sangat penting untuk menjaga kesehatan. Selain itu, tanaman ini
dapat digunakan sebagai pengganti beras dan sumber protein dalam pangan. Salah satu jenis tanaman
jewawut yang sering diteliti adalah pearl millet yang juga merupakan jenis jewawut paling banyak
dibudidayakan di Indonesia dibandingkan dengan jenis lainnya. Kandungan karbohidrat dalam pearl
millet mencapai 81,52%, protein kasar sekitar 12,1%, serat kasar sekitar 5,65%, dan kadar air sekitar
7,61%. Keunggulan jewawut dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya adalah
kemampuannya untuk tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah yang kurang subur dan kering.
Selain itu, jewawut relatif mudah dibudidayakan, memiliki waktu panen yang singkat, dan memiliki
banyak kegunaan yang beragam. Tingkat karbohidrat dalam jewawut, khususnya pearl millet,
mencapai 74,16%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan gandum yang hanya memiliki tingkat
karbohidrat sekitar 69%. Jewawut juga mengandung senyawa tanin yang memiliki potensi sebagai
antihipertensi. Ini sangat penting mengingat data dari Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018
menunjukkan bahwa sekitar 34,1% masyarakat Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas menderita
hipertensi. Selain itu, kandungan antioksidan alami dalam jewawut juga menjadikannya sebagai
sumber potensial dalam menjaga kesehatan tubuh.
Ada banyak faktor selain mempunyai kandungan kaya akan karbohidrat yang membuat
tanaman jewawut berpotensi untuk menggantikan makanan pokok yang umumnya dikonsumsi di
Indonesia, seperti nasi, jagung, kentang, dan pilihan makanan pokok lain. Salah satunya adalah
tingginya kandungan protein dalam jewawut. Kadar protein diukur dengan metode Kjeldahl, yang
mengukur jumlah nitrogen total dalam sampel, sehingga bisa jadi beberapa molekul lain yang
mengandung nitrogen ikut terhitung sebagai nitrogen total. Hasil analisis kadar protein pada biji
jewawut menunjukkan nilai rata-rata sekitar 9,47% (12). Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
biji jewawut memiliki kandungan protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beras merah
(4,95%) dan beras putih varietas ciherang (5,54%). Sumber protein ini juga kaya akan asam amino,
baik yang bersifat esensial maupun non-esensial, dibandingkan dengan jali, beras putih, dan beras
merah. Sebuah penelitian lain oleh Juhaeti et al. (2019) juga menegaskan bahwa biji jewawut
memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras merah (4,95%) dan beras
putih varietas ciherang (5,54%). Secara keseluruhan, kandungan gizi dalam jewawut diperkirakan tiga
hingga lima kali lebih baik daripada beras dan gandum.
Bukan hanya karena kandungan protein dan karbohidratnya saja yang dapat membuat
tanaman jewawut berpotensi dan pantas untuk menggantikan makanan pokok kita saat ini. Menurut
penelitian dari “Journal of Crop Science and Biotechnology”, jewawut dapat beradaptasi dan utmbuh
dengan baik di berbagai jenis tanah, termasuk tanah yang kurang subur, serta tahan terhadap
kekeringan relative. Ini berarti bahwa petani dengan akses terbatas ke sumber daya air masih dapat
berhasil menanam tanaman ini. Selain itu, tanaman jewawut ini memiliki siklus pertumbuhan yang
pendek, biasanya sekitar 60-90 hari dari tanam hingga panen. Hal ini memungkinkan petani untuk
menghindari risiko musim kering yang Panjang. Tanaman jewawut juga cukup tahan terhadapap
serangan hama dan penyakit yang dapat mengurangi kebutuhan akan pestisida, kemampuan tanaman
ini untuk tumbuh di berbabagai ketinggia dan suhu membuatnya cocok untuk banyak wilayah
geografis. Ini memberikan opsi pertanian fleksibel yang meningkatkan ketahanan pangan di berbagai
kondisi lingkungan dibandingkan dengan pertanian makanan pokok lain seperti jagung atau padi yang
membutuhkan kondisi tanah lembab.
Dalam kesimpulannya, tanaman jewawut muncul sebagai alternatif menarik yang dapat
menggantikan nasi beras sebagai makanan pokok dalam berbagai konteks. Dukungan dari "Journal of
Crop Science and Biotechnology" menunjukkan bahwa jewawut memiliki kandungan karbohidrat
yang tinggi, menjadikannya sumber energi yang signifikan, serta kaya akan nutrisi penting seperti
serat, vitamin, dan mineral. Dari segi protein, tanaman jewawut juga sangat unggul dibandingkan
dengan beberapa makanan karbohidrat lainnya, sepert menurut Juhaeti et all (2019) bahwa biji
jewawut memiliki kandungan protein yang lebih unggul dibandingkan beras merah maupun beras
putih varietas ciherang. Keunggulan lainnya adalah kemampuan jewawut untuk tumbuh dalam
kondisi tanah yang beragam, toleransi terhadap kekeringan, dan siklus pertumbuhan yang singkat. Ini
memungkinkan petani untuk menghadapi tantangan lingkungan dan iklim yang berbeda-beda.
Fleksibilitas dalam penanaman dan adaptasi yang luas dari tanaman ini juga menawarkan peluang
bagi pertanian yang berkelanjutan. Melalui upaya pertanian yang lebih luas dan penelitian lebih lanjut,
jewawut memiliki potensi untuk memainkan peran yang semakin penting dalam mendukung
ketahanan pangan dan menggantikan nasi beras sebagai sumber utama karbohidrat dalam diet global.
Dengan keunggulan-keunggulannya tersebut, tanaman ini sangat mungkin untuk menggantikan
makanan-makanan pokok yang kini masyarakat Indonesia konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai