Anda di halaman 1dari 21

IDENTITAS NASIONAL

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Moh. Faizur Rohman, M.HI

Disusun oleh:

1 Muchammad Syihabul Millah 05040223109


2 Moch.Fahmi Hidayatulloh Arumni 05040223104
Maslachah

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


JURUSAN HUKUM EKONOMI DAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan senang hati, kami menulis kata pengantar ini untuk memperingatkan semua
warga negara tentang pentingnya identitas nasional. Identitas nasional adalah sifat yang
menggambarkan bagaimana seorang individu melihat diri mereka dalam kontekst suatu
negara.

Identitas nasional memiliki dua aspek utama: perasaan dan perilaku. Perasaan adalah
sebuah sensasi dalam diri yang menghasilkan kesadaran dan keseruan dengan suatu
negara. Perilaku adalah tindakan yang diambil oleh individu yang menunjukkan keseruan
dan kepedulian dengan suatu negara.

Identitas nasional sangat penting bagi sebuah negara, karena ia menjadi sifat yang
membedakan warga negara dari warga lainnya. Identitas nasional membantu menciptakan
sebuah komunitas yang solid dan bersatu, serta menjamin keamanan dan keharmonyan
dalam sebuah negara.

Selain itu, identitas nasional juga memiliki banyak manfaat bagi warga negara sendiri.
Identitas nasional membantu menciptakan sebuah senyawa antar manusia, yang
menghasilkan hubungan dan relasi positif antar warga negara. Identitas nasional juga
membantu menciptakan sebuah sensasi patriotisme, yang menghasilkan perasaan untuk
melindungi dan memelihara suatu negara.

Kami harap bahwa setiap warga negara akan menghargai dan mencintai identitas nasional
mereka, dan akan melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga harap
bahwa setiap warga negara akan melaksanakan perilaku yang berkesin dan berkelakuan
baik dalam suatu negara, dan akan melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka.

Kami berharap bahwa setiap warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam
menciptakan identitas nasional yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan
melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga berharap bahwa setiap
warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam menciptakan hubungan dan relasi
positif antar warga negara, dan akan melaksanakannya secara aktif dalam perilaku
mereka.

Kami berharap bahwa setiap warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam
menciptakan sensasi patriotisme yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan
melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga berharap bahwa setiap
warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam menciptakan sensasi patriotisme
yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan melaksanakannya secara aktif
dalam perilaku mereka.

Kami berharap bahwa setiap warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam
menciptakan sensasi patriotisme yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan
melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga berharap bahwa setiap
warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam menciptakan sensasi patriotisme

2
yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan melaksanakannya secara aktif
dalam perilaku mereka.

Kami berharap bahwa setiap warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam
menciptakan sensasi patriotisme yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan
melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga berharap bahwa setiap
warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam menciptakan sensasi patriotisme
yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan melaksanakannya secara aktif
dalam perilaku mereka.

Kami berharap bahwa setiap warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalam
menciptakan sensasi patriotisme yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan
melaksanakannya secara aktif dalam perilaku mereka. Kami juga berharap bahwa setiap
warga negara akan menjadi seorang pemimpin dalin menciptakan sensasi patriotisme
yang kuat dan positif di dalam suatu negara, dan akan melaksanakannya secara aktif
dalam perilaku mereka.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................2


DAFTAR ISI .....................................................................................................................................4
BAB I ................................................................................................................................................. 5
A. Pendahuluan ....................................................................................................................... 5
B. Latar Belakang ....................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 7
BAB II ............................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 8
A. Pengertian Identitas Nasional ........................................................................................... 8
1. Faktor primer .................................................................................................................9
2. Faktor pendorong .......................................................................................................... 9
3. Faktor penarik ............................................................................................................. 10
B. Unsur Identitas Nasional Indonesia ................................................................................ 11
1. Bendera Indonesia ....................................................................................................... 11
2. Bahasa Indonesia ......................................................................................................... 11
3. Lambang Negara Indonesia ........................................................................................11
4. Semboyan Bangsa Indonesia ...................................................................................... 12
5. Lagu Kebangsaan Indonesia .......................................................................................12
6. Dasar Falsafah Negara ................................................................................................ 13
7. Konstitusi Negara Indonesia .......................................................................................13
8. Bentuk Negara Indonesia ............................................................................................13
9. Sistem Indonesia .......................................................................................................... 13
C. Sifat Dan Karakteristik Identitas Nasional ....................................................................13
D. Identitas nasional dalam kajian historis, sosiologis dan politik ................................... 14
1. Secara historis .............................................................................................................. 14
2. Secara Sosiologis .......................................................................................................... 14
E. Kearifan Lokal sebagai Identitas dan Ideologi Bangsa ................................................ 15
BAB III ............................................................................................................................................18
PENUTUP .......................................................................................................................................18
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 21

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup sendiri karena manusia adalah
makhluk sosial (zoon politicon). Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari
maka satu manusia akan membutuhkan manusia yang lainnya. Oleh karena itu,
manusia akan hidup dalam berkelompok-kelompok. Kelompok-kelompok itu
terbentuk karena memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, maka mereka
akan berusaha untuk mewujudkan tercapainya cita-cita serta terpenuhinya
kebutuhan tersebut. Begitulah Indonesia, kita adalah suatu kelompok
masyarakat yang menduduki sebuah wilayah dengan kepentingan dan cita-cita
yang sama.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, karena bangsa
Indonesia terdiri dari banyak suku. Meskipun begitu, bangsa Indonesia
memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kesejahteraan dan kemakmuran
bersama sehingga perbedaan suku tersebut tidak menjadikan kita tercerai-berai.
Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, sumber daya alam serta sumber daya
manusianya Indonesia pastilah memiliki identitas bangsanya sendiri. Identitas
bangsa ini adalah ciri khas suatu bangsa yang membuat ia berbeda dari bangsa
yang lainnya. Kita dapat membedakan suatu bangsa dari identitasnya ini.

5
Bagaimana jika Indonesia tidak memiliki identitas? Yang terjadi adalah
akan banyak sekali negara-negara lainnya berkeinginan untuk merebut
Indonesia. Kita kembali melihat pada masa penjajahan, karena wilayah
nusantara waktu itu belum bersatu dan masih memiliki tujuan kelompok bukan
tujuan bersama, maka Indonesia menjadi incaran oleh negara-negara penjajah.
Dan dimasa sekarang ini, Indonesia sudah memiliki identitas yang diakui oleh
seluruh negara berdaulat yang ada di dunia. Nama negara kita adalah Indonesia,
bendera kita merah-putih, lagu kebangsaan kita Indonesia raya, ideologi bangsa
kita adalah Pancasila dan beberapa identitas-identitas lainnya yang hanya
dimiliki oleh negara kita. Berbicara mengenai identitas dan ciri bangsa, maka
kita tidak boleh melupakan kebudayaan bangsa kita yang menjadi kekayaan
bangsa dengan harga yang sangat mahal.

Bahkan seorang Presiden, ketika pergi mengunjungi negara lain ia akan


membawa identitas bangsa Indonesia dan begitupun sebaliknya, jika pemimpin
negara lain datang berkunjung ke Indonesia mereka juga akan membawa
identitas negaranya sendiri. Identitas nasional saat ini dilingkungan masyarakat
perlu dikembangkan lagi karena semakin kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya identitas nasional bagi bangsa kita di era globalisasi ini1.

Untuk itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai apa itu
identitas nasional, seberapa pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa
dan mengenai hal lainnya seputar identitas nasional.

1
Harun M., Putri F A., Nadian.,Kairannisa P., makalah kewarganegaraan,universitas andalas,
2020 hlm. 1

6
A. Rumusan Masalah

1. Apa yang kamu ketahui tentang batasan identitas nasional?


2. Apa yang menjadi factor-faktor pembentuk identitas nasional?
3. Jelaskan unsur-unsur identitas bangsa!
4. Apa yang kamu ketahui tentang sifat dan karakter identitas nasional.
5. Jelaskan identitas nasional dalam kajian historis, sosiologis, dan politik!
6. Jelaskan kearifan lokal sebagai sumber identitas bangsa!

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami pengertian Identitas Nasional
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat membentuk Identitas
Nasional
3. Untuk mengetahui keududukan Identitas Nasional sebagai karakter suatu
bangsa
4. Untuk mengetahui alasan Pancasila menjadi Identitas Nasional
5. Serta mengetahui contoh dari kegiatan yang mencerminkan Identitas
Bangsa.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Nasional

Pengertian Identitas Nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa.
Artinya, jati diri tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan
bangsa lainnya. Dalam garis besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati
diri yang tidak hanya mengacu pada individu tertentu, namun juga berlaku
untuk suatu kelompok/organisasi/negara. Kata identitas berasal dari identity
yang berarti ciri-ciri, tanda, ciri khas, jati diri pada perorangan atau suatu
kelompok tertentu yang bisa membedakannya dengan orang lain atau
kelompok yang lainnya. Sedangkan kata nasional merupakan gambaran akan
identitas yang melekat pada diri seseorang atau suatu kelompok tertentu atau

8
organisasi yang lebih besar berdasarkan kesamaan fisik, budaya, ragam, bahasa,
sejarah, cita-cita, serta tujuan.2

Sedangkan dalam studi sosiologi dan antropologi, pengertian identitas bisa


mengacu pada deskripsi tentang sifat khas yang menerangkan sesuai dengan
kesadaran diri dan kelompok. Identitas tidak hanya dimiliki individu namun
juga kelompok.3

Maka dapat disimpulkan bahwa, identitas nasional adalah suatu kelompok


masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang
diberi sebutan nasional. Identitas nasional itu sebagai jati diri,ciri,sifat khas
yang tumbuh dan berkembang di suatu negara-bangsa sehingga menjadi
pembeda dengan negara-bangsa lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut
setiap bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional tersendiri yang sesuai
dengan karakter, ciri khas dari bangsa tersebut.

B. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Lahirnya suatu identitas nasional bangsa pasti memiliki ciri khas, sifat, serta
keunikan tersendiri yang sangat didukung oleh faktor-faktor pembentuk
identitas nasional. 4 Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama
suatu bangsa meliputi: faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik, faktor
reaktif.

1. Faktor primer
Faktor ini mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang
sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam
etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu
kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing.
Unsur-unsur yang beraneka ragam yang masing-masing memiliki ciri
khasnya sendiri-sendiri menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup
bersama yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka
Tunggal Ika.

2. Faktor pendorong
Faktor ini terdiri dari pembangunan komunikasi dan teknologi,
lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam
kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemauan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya

2
https://salamadian.com/pengertian-identitas-nasional-indonesia/
3
https://sosiologis.com/identitas-nasional

9
juga merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. Oleh
karena itu bangsa Indonesia proses pembentukan identitas nasional yang
dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkah kemampuan dan prestasi
bangsa Indonesia dalam mebangun bangsa dan kesatuan bangsa, serta
langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia.

3. Faktor penarik
Faktor ini mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang
resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantaan sistem pendidikan nasional.
Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan
dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan
bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Nahasa Melayu telah dipilih
sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun
masingmasing etnis atau daerah di Indonesia telah memiliki bahasa daeah
masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi serta pendidikan
nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini
masih senantiasa dikembangkan.

4. Faktor reaktif.
Faktor ini meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas
alternatif melalui memori kolektif rakyat.4 Bangsa Indonesia yang hampir
tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam
mewujdkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia.
Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis
dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan,
pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakanidentitas untuk
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan


identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Pencarian
identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama
Indonesia. Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat
lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip
nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia
melekat erat dengan unsurunsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis,

4
, Tri wahyuningsih, Dikdik baehaqi arif, Dwi sulisworo, identitas nasional, hibah materi
pembelajaran non konvensional 2012, hlm. 8.

10
agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuklah melalui suatu
proses yang cukup panjang.

B. Unsur Identitas Nasional Indonesia

Para pendiri negara Indonesia sudah menyepakati unsur-unsur identitas


nasional. Identitas nasional negara Indonesia dituliskan secara resmi dalam UUD
1945 Pasal 35 sampai 36. Berikut adalah unsur-unsur identitas nasional:

1. Bendera Indonesia
Pasal 35 UUD 1945 berbunyi ‘Bendera Negara Indonesia ialah
Sang merah Putih’. Merah memiliki arti berani dan putih memiliki arti
suci. Lambang merah putih ini sudah tidak asing lagi sejak masa kerajaan.
Tidak hanya dipakai oleh kerajaan Majapahit saja, kerajaan kediri juga
memakai panji merah putih sebagai lambang kebesarannya. Bendera
merah putih ini pertama kali digunakan di Jawa pada Oktober 1928,
tepatnya hari sumpah pemuda. Namun ketika pemerintahan kolonialisme,
bendera merah putih dilarang untuk dikibarkan. Akhirnya, bendera merah
putih menjadi bendera resmi pada tanggal 17 Agustus 1945. Bendera
merah putih bukan sembarang bendera, karena memiliki ukuran khusus,
Ukuran bendera merah putih diatur dalam undang-undang nomor 24
tahun 2009 pasal 4 ayat 1 dan 3.5

2. Bahasa Indonesia
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi ‘Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia’.6 Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional atau bahasa
persatuan. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Seiring
waktu bahasa ini selalu berkembang dan mengalami perubahan. Bahasa
Indonesia diawali sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Penggunaan
bahasa Indonesia merupakan usulan dari Muhammad Yamin. Pada saat
itu ia mengatakan bahwa hanya ada dua bahasa yang bisa menjadi bahasa
persatuan, antara bahasa Jawa dan bahasa Melayu, namun dalam
kedepannya, bahasa Melayu lah yang akan menjadi bahasa persatuan.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, karena bangsa Indonesia
memiliki berbagai jenis bahasa.

3. Lambang Negara Indonesia

5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 - Wikisumber bahasa
Indonesia (wikisource.org)
6
Microsoft Word - UUDdlmsatunaskah (kemenkeu.go.id)

11
arti dan makna lambang garuda Pancasila Pasal 36A UUD 1945
berbunyi “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika”. Garuda pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal
Ika dipilih menjadi lambang negara dan semboyan negara. Burung
Garuda yang dikenal dari mitologi kuno merupakan kendaraan Wishnu.
Burung Garuda ini menggambarkan bahwa Indonesia merupakan bangsa
yang besar dan kuat. Burung Garuda sebagai simbol ikatan persatuan dan
menyatunya rakyat Indonesia yang heterogen. Lambang Garuda
Pancasila dirancang oleh panitia Lencana Negara yang diketuai Sultan
Hamid II. Lambang ini akhirnya disempurnakan oleh Soekarno dan
diresmikan pertama kali pada tanggal 11 Februari 1950. Di dalam burung
Garuda Pancasila terdapat simbol-simbol untuk setiap sila. Sila pertama
bergambar bintang emas, sila kedua dilambangkan dengan tali rantai
berwarna emas, sila ketiga dilambangkan dengan pohon beringin, sila
keempat dilambangkan dengan kepala banteng, dan untuk sila kelima
dilambangkan dengan padi dan kapas. Melalui banyak hal mengenai
lahirnya Pancasila seperti ditandai oleh pidato yang dilakukan oleh
Presiden pertama Indonesia, Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi
Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Pidatonya
pertama kali mengemukakan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar
negara Indonesia pada 1 Juni 1945 sehingga di tetapkan Hari lahir
Pancasila jatuh pada tanggal 1 Juni.
4. Semboyan Bangsa Indonesia
Sedangkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti
‘berbeda-beda tapi tetap satu jua’. Semboyan negara ini merupakan
kutipan dari Kitab Sutasoma dari Mpu Tantular. Semboyan ini dipilih
untuk menggambarkan persatuan negara Indonesia yang memiliki
keberagaman suku, ras, agama, budaya, dan bahasa.

5. Lagu Kebangsaan Indonesia


Pasal 36B UUD 1945 berbunyi ‘Lagu kebangsaan ialah Indonesia
Raya’. Lagu Indonesia Raya dipilih menjadi lagu kebangsaan Indonesia.
Lagu ini diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman, dan diperkenalkan
pertama kali pada sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 di Batavia. Lirik
lagu Indonesia Raya pertama kali dipublikasi di surat kabar Sin Po. Lagu
kebangsaan Indonesia pertama kali dikumandangkan di depan Kongres
Pemuda Kedua, namun setelah itu pemerintah kolonial melarang
penyebutan lagu Indonesia Raya. Meski begitu, pemuda Indonesia tidak
gentar dan mereka tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pasal 36C
UUD 1945 merupakan pasal ketentuan lebih lanjut tentang unsur-unsur
identitas nasional. Pasal 36C berbunyi: “Ketentuan lebih lanjut mengenai

12
bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaan diatur dengan
undang-undang.”

6. Dasar Falsafah Negara


Pancasila menjadi dasar falsafah negara. Terdiri dari lima dasar
yang menjadi ideologi negara bangsa Indonesia. Pancasila adalah
identitas nasional Indonesia yang memiliki kedudukan sebagai ideologi
dan dasar negara.

7. Konstitusi Negara Indonesia


UUD 1945 menjadi konstitusi atau hukum dasar negara. UUD
1945 merupakan hukum yang tertulis dan memiliki kedudukan tertinggi
dalam peraturan perundangan. UUD 1945 dijadikan sebagai pedoman
dalam kehidupan dan bernegara. UUD 1945 sudah digunakan sejak
Indonesia merdeka. Sehari setelah proklamasi , atau pada tanggal 18
Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengesahkan naskah yang kini menjadi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Pada buku Undang Undang Dasar Negara Ri Tahun
1945 Dengan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 berisi secara lengkap
UUD 1945, Amandemen I-IV serta Penjelasannya (Lengkap dengan
Diamandemen), Proses dan Perubahan Amandemen, Susunan Kabinet
Indonesia Maju 2019-2024, Profil Kementerian Kabinet Indonesia Maju,
Lembaga Setingkat Menteri, dan Profil lengkap Presiden dan Wakil
Presiden dari masa ke masa.

8. Bentuk Negara Indonesia


Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berkedaulatan rakyat. Negara indonesia berbentuk kesatuan dan memiliki
bentuk pemerintahan republik.

9. Sistem Indonesia
Sistem pemerintahan yang digunakan di Indonesia adalah sistem
demokrasi, dengan sistem yang menjunjung kedaulatan rakyat. Sampai
saat ini sudah disepakati bahwa Indonesia tidak akan melakukan
perubahan identitas sebagai negara kesatuan.

C. Sifat Dan Karakteristik Identitas Nasional

13
Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan
khas yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup
bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang
dihadapkan oleh tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik di
bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak
mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas nasional yang
menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan
terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu
mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan
dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang
sedemikianrupa sudah tentu merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang
lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk menghancurkan bangsa yang lemah
tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan supaya
suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal yang
menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.

D. Identitas nasional dalam kajian historis, sosiologis dan politik

1. Secara historis
Pertama, secara historis bahwa identitas nasional mulai disadari
pentingnya saat muncul kesadaran rakyat Indonesia untuk berjuang
melepaskan diri penjajah secara lebih teratur dan terorganisir pada awal
abad ke-20. Masa itu dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional.
Kesadaran akan jati diri bangsa yang terjajah dan berusaha melepaskan diri
dari kondisi tidak wajar menjadi bangsa yang merdeka sejajar dengan
bangsa lain mendorong anak-anak bangsa yang mendapatkan kesempatan
untuk belajar dalam program Politik Ethis untuk menyatu dalam organisasi
yang lebih modern. Kelahiran Boedi Oetomo pada 1908, yang selanjutnya
disusul organisasi-organisasi lainya pada hakekatnya mempunyai akhir
muara yang sama, yaitu melepaskan diri dari penjajah. Dalam organisasi-
organisasi inilah mulai dicari identitas nasional, dan momentum itu akhirnya
ditumpahkan dalam peristiwa penting dengan apa yang disebut dengan
Sumpah Pemuda 1928.7

2. Secara Sosiologis
Terbentuk secara Sosiologis bahwa identitas nasional melalui proses
interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya yang terjadi secara
alamiah, baik dalam perjuangan panjang menuju Indonesia merdeka,
7
Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati,
Kewarganegaraan, 2020, Hlm. 128.

14
maupun pasca kemerdekaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, organisasi kemasyarakat, maupun organisasi sosial keagamaan
dalam kegiatan-kegiatan membuat interaksi antar sukubangsa, antar budaya,
antarbahasa, antargolongan teradi terus menerus yang pada gilirannya
memperkokok indentitas nasional.8

3.Secara Politis
Secara politis bahwa identitas nasionalyang menjadi penanda dan jati
diri bangsa, semacam bendera Negara, bahasa nasional Bahasa Indonesia,
lanbang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
telah diatur dalam peraturan perundagangan baik di dalam UUD 1945
maupun dalam peraturan-peraturan yang lebih khusus.9

B. Kearifan Lokal sebagai Identitas dan Ideologi Bangsa

Boni Hargens (2011) dalam tulisannya.10 menyatakan bahwa arus


modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi semestinya tidak meniadakan suatu
negara jatuh dalam percaturan global asal saja negara tersebut ditopang oleh
identitas nasional yang kuat, tetapi juga didukung oleh ideologi dan
kepemimpinan politik yang kuat.

Selain etika moral yang bersumber pada agama, di Indonesia juga terdapat
kearifan lokal yang menuntun masyarakat kedalam hal pencapaian kemajuan
dan keunggulan, etos kerja, serta keseimbangan dan keharmonisan alam dan
sosial. Kita mengenal pepatah ”gantungkan cita-citamu setinggi bintang di
langit”, “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” yang
mengimplikasikan ajakan untuk membangun etos kerja dan semangat untuk
meraih keunggulan. Dalam hal keharmonisan sosial dan alam, hampir semua
budaya di Indonesia mengenal prinsip gotong royong dan toleransi. Dalam
suku tertentu yang bermukim di pedalaman juga dikenal kearifan lokal yang
bersifat menjaga dan melestarikan alam sehingga alam (misalnya kayu di hutan)
hanya dimanfaatkan seperlunya, tidak dikuras habis.

Dengan sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang
banyak, semestinya Indonesia telah menjadi negara besar yang maju. Namun,
di tingkat Asia Tenggara saja posisi kita di bawah Singapura yang miskin

8
Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati,
Kewarganegaraan, 2020, Hlm. 129.
9
Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati,
Kewarganegaraan, 2020, Hlm. 130.
10
Suyono Suyatno, Revalitasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas
Keindonesiaan, Diakses pada 22 januari 2022.

15
sumber daya alam dengan luas wilayah lebih kurang hanya seluas Jakarta.
Sumber daya alam yang melimpah di negeri ini kadang-kadang juga tidak
menjadi berkah. Gas alam diekspor ke luar negeri dengan harga jual yang lebih
rendah daripada harga jual untuk pasar dalam negeri. Hutan dieksploitasi
secara luar biasa untuk mengejar perolehan devisa yang pada akhirnya hanya
mendatangkan kerusakan ekosistem alam yang disusul dengan bencana
(banjir;longsor).

Kebijakan ekonomi pemerintah acap kali hanya berpihak pada kepentingan


pemodal kuat. Padahal, Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945—yang oleh para
pendiri republik ini diciptakan untuk mengakomodasi kearifan lokal yang ada
di negeri ini (seperti gotong royong dan kekeluargaan)—dengan tegas
mengamanatkan bahwa perekonomian nasional disusun berdasarkan asas
kekeluargaan dan sumber daya alam yang ada dikuasai negara untuk
kemakmuran rakyat. Secara faktual, dapat kita saksikan pertumbuhan mini
market yang sangat subur yang mematikan warung rumah tangga.

Sementara itu, dalam masyarakat sendiri sering terjadi tindak kekerasan yang
mereduksi nilai toleransi. Dalam konteks perubahan nilai sosiokultural juga
terjadi pergeseran orientasi nilai. Masyarakat cenderung makin pragmatis dan
makin berorientasi pada budaya uang serta terperangkap dalam gaya hidup
konsumtif yang disodorkan kekuatan global kapitalisme.

Dalam realitas Indonesia kini, secara ekstrem dapat dikatakan bahwa


kearifan lokal yang kita miliki mirip benda pusaka, yang kita warisi dari
leluhur, kita simpan dan kita pelihara, tetapi kita tidak mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehingga pusaka tersebut
sia-sia merespons tantangan zaman yang telah berubah.

Dalam kaitannya dengan kearifan lokal dan realitas Indonesia kini, Kompas
edisi 20 April 2011 menampilkan dua tulisan yang relevan, yakni “Saya
Mohon Ampun” oleh Radhar Panca Dahana dan “Pembangunan Gerus
Kearifan Lokal” oleh Wasisto Raharjo Jati. Dalam tulisannya, Radhar Panca
Dahana mencemaskan perilaku para elit negeri ini yang antara sadar dan tidak
sadar telah menjadi agen kepentingan dan keserakahan ekonomi dan politik
negara maju (sehingga Indonesia hanya dijadikan sekadar pasar sambil dikuras
habis sumber daya alamnya). Sementara itu, Wasisto Raharjo Jati
mengemukakan bahwa pembangunan di Indonesia yang terpaku pada
pertumbuhan ekonomi semata telah mengabaikan kearifan lokal dan
menimbulkan potensi konflik

16
dan horizontal di kemudian hari. Karena berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, secara tidak langsung pemerintah juga telah menjejalkan “budaya
uang” sehingga cenderung mengurangi dan meniadakan kearifan dan budaya
lokal.
Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam
konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara
lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Di
Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud
dalam berbagai bidang kehidupan (tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur,
kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya). Sekadar contoh, kearifan lokal
yang bertumpu pada keselarasan alam telah menghasilkan pendopo dalam
arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin ventilasi dan
sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara.

Pendopo adalah salah satu contoh bagaimana kearifan lokal warisan masa
lampau telah memberikan kepada kita konsep arsitektur yang lega, nyaman,
dan hemat energi. Sekarang ini, kita mempersoalkan krisis energi dan
menyerukan hemat energi. Namun, gedung dan rumah dibangun dengan
konsep bangunan tertutup sehingga memerlukan penyejuk udara yang boros
energi.

Kearifan lokal dalam wujud gotong royong juga kita kenal di warung rakyat
(misalnya warteg). Di warung tersebut dipraktikkan penggiliran pengelolaan
warung sebagai implementasi nilai gotong royong dalam tata sosial dan
ekonomi: memberi peluang kerja dan peluang mencari nafkah bagi kerabat dan
warga sekampung; itu adalah salah satu kearifan lokal warisan masa lampau
yang masih diberlakukan oleh sebagian masyarakat.

Di negeri ini, ada sesuatu yang aneh dan janggal: kearifan lokal di tingkat akar
rumput acap kali berhadapan dengan kebijakan pemerintah yang pro
pertumbuhan ekonomi (sehingga mengundang investor asing dan memberikan
banyak kemudahan, termasuk dalam hal regulasi, sambil mengabaikan kearifan
lokal yang tumbuh di akar rumput (Radhar Panca Dahana dan Wasisto Raharjo
Jati, 2011).

Pancasila sebagai ideologi negara pada dasarnya telah mengakomodasi


kearifan lokal yang hidup di Nusantara (antara lain nilai gotong royong
sehingga salah satu sila Pancasila adalah “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”). UUD 1945 (yang dijiwai oleh Pancasila) juga mengamanatkan hal
yang sama, terutama dalam Pasal 33. Akan tetapi, saat ini Pancasila dapat
dikatakan menjadi sekadar aksesori politik belaka.

17
Memaknai kearifan lokal tampaknya tidak dapat dipisahkan dari konstelasi
global. Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah dan posisinya yang
strategis menjadikan Indonesia senantiasa menjadi incaran negara maju sejak
zaman kolonial Hindia Belanda. Hingga kini pun setelah pemerintahan berganti
beberapa kali, pemerintah tidak dapat menunjukkan independensinya: banyak
kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kepentingan kekuasaan
ekonomi dan politik global daripada berpihak pada kepentingan rakyat dalam
negeri. Tentang hal itu dapat dibaca tulisan Radhar Panca Dahana (2011) yang
secara satiris mengatakan bagaimana kekuasaan pemerintahan telah menjadi
kepanjangan tangan kepentingan ekonomi global.

Kearifan lokal (yang sesungguhnya dapat dipandang sebagai identitas bangsa)


tidak akan bermakna apa pun tanpa dukungan ideologi yang berpihak
kepadanya. Dalam konstelasi global, ketika perang dingin telah berakhir
dengan runtuhnya Uni Soviet (dan negara yang masih menganut Marxisme pun
telah menerapkan sistem ekonomi kapitalistik seperti Cina dan Vietnam), tanpa
ideologi yang berpihak pada kepentingan nasional, kita akan semakin
kehilangan identitas dalam percaturan global dan hanyut dalam arus globalisasi
yang “didikte” oleh negara maju.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari maka satu manusia akan


membutuhkan manusia yang lainnya. Begitulah Indonesia, kita adalah suatu
kelompok masyarakat yang menduduki sebuah wilayah dengan kepentingan
dan cita-cita yang sama. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan
budaya, karena bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku. identitas bangsa ini
adalah ciri khas suatu bangsa yang membuat ia berbeda dari bangsa yang
lainnya.

18
Bagaimana jika Indonesia tidak memiliki identitas? Yang terjadi adalah
akan banyak sekali negara-negara lainnya berkeinginan untuk merebut
Indonesia. Dan di masa sekarang, Indonesia sudah memiliki identitas yang
diakui oleh seluruh negara berdaulat yang ada di dunia. Bahkan seorang
presiden, ketika pergi mengunjungi negara lain yang akan membawa identitas
bangsa Indonesia dan begitupun sebaliknya. Jika pemimpin negara lain datang
berkunjung ke Indonesia mereka juga akan membawa identitas negaranya
sendiri. identitas nasional saat ini di lingkungan masyarakat perlu
dikembangkan lagi karena semakin kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya identitas nasional bagi bangsa kita di era globalisasi ini. pengertian
identitas nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa.
Dalam garis besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang
tidak hanya mengacu pada individu tertentu namun juga berlaku untuk suatu
kelompok, organisasi, negara. Sedangkan dalam studi sosiologi dan
antropologi, pengertian identitas bisa mengacu pada deskripsi tentang sifat
khas yang menerangkan sesuai dengan kesadaran diri dan kelompok. Maka
dapat disimpulkan bahwa, Identitas nasional adalah suatu kelompok
masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang
diberi sebutan nasional. identitas nasional itu sebagai jati diri, ciri, sifat khas
yang tumbuh dan berkembang di suatu negara bangsa sehingga menjadi
pembeda dengan negara-negara lainnya.
Sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain,
maksudnya dengan definisi dari identitas nasional di atas bahwa dikaitkan
identitas nasional sebagai pembeda, ciri-ciri dan jati diri suatu bangsa. Tentu
setiap bangsa mempunyai jati diri sendiri yang membedakan satu bangsa
dengan bangsa yang lain. Lahirnya suatu identitas nasional bangsa pasti
memiliki ciri khas, sifat serta keunikan tersendiri yang sangat didukung oleh
faktorfaktor pembentuk identitas nasional. Kepemimpinan dari para tokoh yang
disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang
menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai
penyambung lidah rakyat, dan simbol persatuan bangsa yang bersangkutan.
Prinsip bhinneka tunggal Ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa
untuk bersatu dalam perbedaan. yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah
kesediaan warga bangsa untuk setiap ada lembaga yang disebut negara dan
pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterkaitannya pada suku bangsa, adat,
ras dan agamanya. persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang
sejarah mereka dapat menyatukan diri ke dalam suatu bangsa. alasan Pancasila
menjadi identitas nasional yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak
melawan arus globalisasi, melainkan bangkit menjadi lebih cermat dan bijak
dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada. Alasan
Pancasila sebagai identitas nasional juga karena bangsa Indonesia salah satu

19
dari masyarakat internasional mempunyai sejarah dan prinsip yang berbeda
dengan bangsa-bangsa di dunia. filsafat dijadikan sebagai azas filsafat hidup
berbangsa dan bernegara berupa Pancasila. Jadi, dapat dikatakan Pancasila
sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia yang bersumber pada nilai
budaya dan agama yang dimiliki oleh Indonesia sebagai kepribadian atau
identitas bangsa. bangsa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari
rumpun Melayu yang tumbuh dan berkembang. Sejak zaman dahulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa komunikasi. Komunikasi antar perkumpulan
yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu.11

11
Harun M., Putri F A., Nadian.,Kairannisa P., makalah kewarganegaraan,universitas
andalas, 2020 hlm. 10

20
DAFTAR PUSTAKA
Harun M., Putri F A., Nadian.,Kairannisa P, makalah kewarganegaraan,universitas andalas
2020.

Salamandia “pengertian identitas nasional”. https://salamadian.com/pengertian-identitas-


nasional-indonesia/

https://sosiologis.com/identitas-nasional

Tri wahyuningsih, Dikdik baehaqi arif, Dwi Sulisworo, “identitas nasional hibah materi
pembelajaran non konvensional” 2012.

Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati, “Kewarganegaraan”
Universitas islam Negri Sunan Ampel, 2020.

Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati, “Kewarganegaraan”
Universitas islam Negri Sunan Ampel, 2020.

Nafi’ Mubarok, Imam Ibnu Hajar, M. Fhatoni Hakim, Holilah, Sri Wigati, “Kewarganegaraan”,
Universitas islam Negri Sunan Ampel, 2020.

Suyono Suyatno, “Revalitasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas


Keindonesiaan”, Diakses pada 22 januari 2022.

Harun M., Putri F A., Nadian.,Kairannisa P., ”makalah kewarganegaraan”, universitas andalas,
2020.

21

Anda mungkin juga menyukai