Anda di halaman 1dari 18

APS 101

APS
1 • APS atau acute pain service adalah layanan RSCM yang menangani semua
permasalahan nyeri yang dialami oleh pasien yang ada di RSCM baik itu
rawat inap maupun rawat jalan.
• Pada pelaksanaannya, kegiatan APS dijalankan oleh PPDS Anestesiologi
dan Terapi Intensif yang sedang menjalani stase APS serta jaga 4 yang
bertugas jaga APS
• Detail pekerjaan dan hal-hal penting lainnya mencakup jaga APS akan
dibahas lebih lanjut dalam dokumen ini
Overview Jaga
2 • Jaga dimulai pukul 15.00, pagi hari biasa mengisi kavling SRC
• Menghubungi semua nomor whatsapp Kencana sebelum jaga
• Tugas-tugas jaga: Membuat regimen epidural pasien dan memasukkan
regimen sesuai jadwal, visite pasien APS, menjawab konsul APS
• Mengisi HIS pasien yang divisite atau masuk regimen epidural atau ada
instruksi baru
• Input pelayanan di EHR
• Mengisi logbook APS dan disetorkan ke Mbak Nisa selesai jaga
• Mengisi link AT yang berisi database pasien APS:
https://docs.google.com/spreadsheets/d/13tUoywjaVX3CO7pnfN17p51UmL
2ZTALhJlhVIsKz8h8/edit?usp=sharing

Pasien PKS
3 Yang termasuk dalam pasien PKS adalah:

• Semua pasien Kencana


• Pasien keluarga TS
• Pasien chronic pain
• Pasien rawat bersama
• Pasien transplan
• Pasien regimen kontinyu non ICU
Logbook APS
4 Contoh pengisian logbook APS
Cara Pengenceran Epidural
5 Total volume (TV) merupakan volume yang diberikan untuk mencapai ketinggian
yang diinginkan. Untuk lumbal epidural 1-2ml/segmen, untuk torasik epidural 0,7-
1ml/segmen

Intermittent

Harus diketahui: TV, konsentrasi sediaan lokal anestetik (LA), konsentrasi yang
diinginkan
𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝑿 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
Volume LA yang dibutuhkan = 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

Contoh 1: Epidural intermittent Bupivacaine 0,125 TV 6ml.


TV 6ml, Konsentrasi sediaan LA Bupivacaine 0,5%, Konsentrasi yang diinginkan
0,125%
Volume Bupivacaine yan dibutuhkan:
0,125 𝑋 6
= 1,5ml. Ambil Bupivacaine 1,5ml, encerkan sampai volume 6ml dengan
0,5
NaCl 0,9%.

Contoh 2: Epidural intermittent Bupivacaine 0,125 + Morfin 1,5mg TV 8ml.


TV: 8 ml, Konsentrasi sediaan LA Bupivacaine: 0,5%, Konsentrasi yang diinginkan:
0,125%
Volume Bupivacaine yang dibutuhkan:
0,125 𝑋 8
= 2 ml.
0,5
Ambil Bupivacaine 2ml tambahkan Morfin 1,5mg, encerkan sampai volume 8ml
dengan NaCl 0,9% (Bupi 2ml + Morfin 1,5ml (1mg/ml) + NaCl 0,9% 5,5ml)

Kontinyu

Contoh 1: Epidural continuous Ropivacaine 0,15% untuk dewasa (dalam spuit


50ml).
TV 50ml, Konsentrasi sediaan LA Ropivacain: 0,75%, Konsentrasi yang diinginkan:
0,15%.
Volume Ropivacaine yang dibutuhkan:
0,15 𝑋 50
0,75
= 10 ml. Ambil Ropivacaine 10ml, encerkan sampai volume 50ml dengan
NaCl 0,9%.

Contoh 2: Epidural continuous Ropivacaine 0,25% untuk anak 2 tahun (dalam spuit
20ml).
TV 20ml, Konsentrasi sediaan LA Ropivacaine: 0,75%, Konsentrasi yang diinginkan:
0,25%.
Volume Ropivacaine yang dibutuhkan:
0,25 𝑋 20
= 6,6 ml. Ambil Ropivacaine 6,6ml, encerkan sampai volume 20ml dengan
0,75
NaCl 0,9%
Intoksikasi Anestesia Lokal
6 Lokal anestesi didefinisikan sebagai hilangnya sensasi pada suatu area di tubuh
yang disebabkan oleh depresi eksitasi akhir saraf atau inhibisi dari proses konduksi
pada nervus perifer yang bersifat sementara. Obat anestesi lokal adalah obat yang
menyebabkan blok konduksi dari impuls saraf yang bersifat reversible sepanjang
jalur saraf sentral mau pun perifer setelah dilakukan anestesi regional. Kegunaan
penting yang dihasilkan oleh anestesi lokal adalah berupa hilangnya sensasi, tanpa
hilangnya keaadaran, hal ini menjadi perbedaan mendasar anestesi lokal dan
umum
Local Anesthetic Systemic Toxicity (LAST)
7 Secara umum digambarkan dengan sekumpulan gejala dan tanda neurologis yang
memburuk secara progresif yang terjadi setelah injeksi obat anestesi lokal dan
disertai peningkatan konsentrasi anestesi lokal dalam darah dengan kondisi
puncak dapat menjadi kejang dan koma
Klasifikasi
1 - Lokal : bermanifestasi pada neurotoksisitas, gejala neurologis transient (rasa
sakit atau kelainan sensoris di punggung bawah, pantat atau ekstremitas
bawah). Gejala nyeri terbakar dan dysesthesia di dermatom L5 dan S1 biasanya
mulai setelah efek dari anestesi spinal baru bekerja dan dapat berlangsung
hingga jam sampai empat hari atau mitoksisistas.
- Sistemik : toksisitas SSP dan kardiovaskular
- Alergi

- Onset
Onset LAST sangat cepat, yaitu 50 detik bahkan kurang pada beberapa kasus.

Faktor Risiko
- Rute administrasi : lokasi injeksi mempengaruhi kecepatan penyerapan dan
konsentrasi puncak plasma. Dosis juga perlu diturunkan jika diberikan di lokasi
dengan penyerapan sangat cepat seperto jalan napas atau blok saraf intercostal
dibanding dengan daerah lambat seperti subcutan atau block saraf skiatik.

- Epinefrin : penambahan epinefrin pada larutan anestetik lokal akan mengurangi


laju penyerapan level plasma puncak, dengan risiko efek samping epinefrin seperti
hipertensi, takikardia dan aritmia.
- Disfungsi hepar : memiliki laju klirens yang lebih rendah untuk anestesi lokal,
sehingga dosis bolus tunggal dapat sama, namun dosis kontinu perlu dikurangi
secara signifikan 10-50%
- Disfungsi ginjal : pasien uremia memiliki sirkulasi yang hiperdinamik, penyerapan
anestesi lokal yang cepat. Telah direkomendasikan penurunan dosis 10-20%
anestesi regional pada pasien disfungsi ginjal.
- Kehamilan : pasien hamil memiliki sensitivitas meningkat dan penurunan tingkat
ikatan protein dengan anestesi lokal. Penurunan volume LCS juga menyebabkan
penyebaran berlebihan pada anestesi lokal spinal dan epidural.

Mekanisme

Anestesi lokal mencapai sirkulasi melalui penyerapan sistemik atau pun injeksi
intravaskular yang tidak disengaja. Pada otak, anestesi lokal mempengaruhi
keseimbangan antara jalur inhibisi dan eksitasi. Pada jantung, menyebabkan blokade
konduksi melalui efeknya terhadap kanal natrium, kalium dan kalsium. Hal ini
menyebabkan disritmia dan penurunan kontraktilitas jantung.

Manifestasi

Sistem Saraf Pusat


Eksitasi awal SSP biasanya diikuti depresi SSP secara cepat, dengan gejala sebagai
berikut : kedutan otot, kejang, tidak sadar, koma, depresi napas. Ketika jumlah anestesi
lokal pada darah cukup tinggi untuk memblokir jalur inhibisi dan eksitasi, kejang berhenti
dan pasien mungkin mengalami depresi kardivaskular.

Terapi toksisitas SSP


Jika pasien menunjukan gejala ringan sampai sedang (tinitus, kepala terasa ringan,
sentakan mioklonik, kebingungan), tanpa kejang, berikan terapi konservatif dalam bentuk
penenangan dan sedasi ringan serta ansiolitik dengan benzodiazepine. Pendekatan
konservatid paling tepat diberikan kepada gejala toksisitas karena anestesi lokal durasi
intermediet seperti lidokain dan mevipakain. Pada pasien dengan penurunan kesadaran
dan kejang, resusitasi standar perlu dilakukan. Fenitoin dan fosfenitoin dihindari karena
memiliki sifat blokade natrium seperti anestesi lokal dan akan memperparah toksisitas.

Kardiovaskular
Risiko toksisitas kardiovaskular lebih besar pada anestesi lokal lipofilik seperti bupivakain.
Tanda dan gejala keracunan kerdiovaskular meliputi nyeri dada, sesak napas, palpitasi,
diaforesis, hipotensi dan pingsan. Efek pada konduksi jantung termasuk pada pelebaran
interval PR, pelebaran durasi QRS, sinus takikardia, sinus arrest, dan disosiasi
atrioventrikular sebagian atau lengkap. Toksisitas jantung dipotensiasi oleh asidosis,
hiperkapnia dan hipoksia, yang memperburuk penekanan jantung dan meningkatkan
kemungkinan aritmia.

Terapi toksisitas jantung


- Antiaritmia : Amiodaron dapat diberikan. pemberian inotrop negatif harus dihindari,
lidokain juga harus dihindari.
- Epinefrin/vasopressin : penelitian pada hewan terbaru menunjukan bahwa pada
kasus toksisitas jantung karena bupoivacaine, epinefrin dosis tinggi dapat
menyulitkan usaha resusitasi dan memperburuk outcome. Sehingga rekomendasi
pemberian secara bertahap (meski pada resusitasi) dimulai dari dosis 1
mikrogram/kg dan memberikan dosis tambahan berdasar respon pasien.
- Emulsi lipid : pada 2 laporan kasus pada Juli dann Agustus 2016, mengembalikan
cardiac output sehingga terjadi penyembuhan penuh tanpa defisit neurologis.
Beberapa mekanisme yang diajukan antara lain : hipotesis lipid tenggelam
sehingga menarik anestesi lokal pada intravaskular, metabolisme asam lemak
yang dipercepat, emulsi lipid juga diketahui dapat meningkatkan kalsium
intraseluler lewat mekanisme inotropik/ionotropik sehingga mengembalikan fungsi
kardiomiosit.

Sumber:
1. Cave DG, Harrop-Griffiths DW, Harvey DM, Meek DT, Picard DJ, Short DT, et al.
Management of severe local anaesthetic toxicity [Internet]. The Association of
Anaesthetists of Great Britain and Ireland; 2010 Jan. Available from:
https://www.anaesthetists.org/Home/Resources-publications/Guidelines/Management-of-
severe-local-anaesthetic-toxicity
Assessment

Anamnesis:
S:
Visite APS
Meliputi keluhan pasien saat ini. Assessment nyeri meliputi PQRST (progression,
quality, radiation, severity dan time). Keluhan klinis penyerta seperti mual, muntah,
mobilisasi, dsb juga dapat dijelaskan. Perkembangan/ trend nyeri pasien selama
perawatan dapat dijelaskan.

O
Hemodinamik pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu, saturasi, laju pernapasan.

Hasil lab terbaru


termasuk didalamnya Ur/Cr/eGFR, SGOT, SGPT

A
Assessment apakah sebuah nyeri akut atau kronik, dan diagnosis pasien, contoh: Acute
pain ec appendicitis, chronic pain ec cancer pain

P
Tatalaksana non farmakologis maupun farmakologis dan rencana yang akan diberikan
untuk pasien

TIM APS
DPJP:
Tim APS: nama stase APS/ jaga APS
No telp jaga APS
Contoh format penulisan:

1. Sami / 4715008 / P / 51 TAHUN / BERAT BADAN 43 (kg), TINGGI BADAN 149 (cm) /
IGD Merah
Dx: Ca ovarium post incomplete surgical staging

S:
P: Pasien mengeluhkan nyeri pada seluruh lapang perut
Q: Nyeri dirasakan seperti diremas dan ditekan
R: Nyeri menjalar sampai ke punggung
S: Saat ini dengan VAS 5-6
T: Nyeri dirasakan sejak 2 minggu terakhir

O:
TD 78/54 mmHg
FN 112 x/menit
FP 25 x/menit
SpO2 96% on room air

Lab 5/9/23
OT/PT 48/22
Ur/Cr/eGFR 96.3/1.3/47.6

A:
Cancer pain ec Ca ovarium post incomplete surgical staging

P:
Regimen analgetik saat ini dengan Ketorolac 3x30 mg IV

Rencana terapi Paracetamol 3x1 g IV sebagai analgetik tambahan.

Konsul

Konsul APS terdiri dari kertas konsul merah dan hijau.


• Konsul merah berarti harus dilakukan visite dalam waktu 1 jam
• Konsul hijau harus selesai dalam waktu 6 jam

Konsul APS dapat berupa konsul satu kali maupun permintaan rawat bersama menjadi
pasien APS.

Jaga APS akan melakukan visit dan assessment APS, serta melaporkan kepada stase
APS (pada jam kerja) atau di luar jam kerja dengan jaga 3 luar untuk nyeri akut atau jaga
1 untuk nyeri kronik, pasien anak, dan pasien dengan BTP perlu pemberian opioid.

Menuliskan instruksi di HIS, kardeks obat dan meresepkan obat. SOAP sama seperti
yang sudah dituliskan pada bagian assessment

Kertas konsul awal di tuliskan “terlampir di HIS” serta nama DPJP APS dan tim APS
(Jaga 1/3/APS bila di luar jam kerja, stase APS/jaga APS di jam kerja) dan dikembalikan
pada status pasien.
Operan
- Operan dengan stase dilakukan saat sore hari pada pukul 15.00 saat awal jaga
dan pukul 07.00 pagi hari saat akhir jaga
- Operan meliputi jumlah pasien PKS dan generik, Kamar pasien, DPJP, Diagnosis
pasien, Regimen analgesia, serta rencana tambahan (Lepas rawat, aff epidural,
skip regimen, update regimen, resep, koding, dll.)
- Media operan bebas, boleh secara elektronik atau tulis tangan, yang penting bisa
dipastikan tidak ada yang terlewat.
- Menginfokan regimen yang akan habis untuk segera dibuat ulang, sebaiknya
dibuat untuk 24 jam

Pemetaan
1. Contoh pemetaan pasien PKS

Selamat malam Abang dan Mbak. Izin berikut pemetaan PKS pada Rabu, 9
Agustus 2023 sebagai berikut:

AAW/RZ/KAF (Tidak perlu FU)


Resipien
1. Genevieve Khe / P / 2 tahun 4 bulan / 4621440/ Kiara 801A

AAW/RHN/RZ
1. Zharifa Sakinah Mecca (Bayi Pink) / P / 8 bulan / 4651497 / PICU Kiara 08
(Tidak perlu FU)

P
1. Priska Amalia / P / 24 tahun / 4064774 / K2B lantai 7
2. Evy Herawati / P / 48 th / 4571159 / K602
3. ENDANG SRININGSIH / P / 63 th / 4561559 / 520B

DA / RBS (FU ke transplan)


1. Tasrif / L / 38 th / 4475647 / K2A lantai 7
2. Surya Rahmawaty / P / 46 th / 4685208 / K705
3. Widodo / L / 33 th / 4612270 / ICU Dewasa 8
4. Cholifah / P / 36 th / 4624189 / PACU 2 - 321B

ALD
1. Salimah / P / 43 th / 4719173 / K418

AAW (FU ke anak)


1. Khadijah / P / 3 bln / 4666169 / 824B

BIN
1. M Syaifudin / L / 52 th / 4719638 / K405

AGD
1. Destiwarni / P / 67 th / 3859880/ K 415

RHN
1. Dewi Puspita / P / 31 th / 4436143 / K408
2. Tri Damiyanto / L / 45 tahun / 4662489 / 409F
AA
1. I Ketut Maha Agung/ L / 49 th / 4717570 / K1A lantai 7

Terima kasih, Abang dan Mbak.


2. Contoh pemetaan pasien generic:
(Catatan: DPJP Generik adalah DPJP APS pada hari tersebut)

Selamat malam Abang dan Mbak. Izin berikut pemetaan pasien generik pada
Rabu, 9 Agustus 2023 sebagai berikut:

RHN
1. Eriantos / 4632257 / 51 tahun / ICU IGD 13
2. Sjim Mie Hiong / 4698007 / 86 tahun / 419D
3. Karlinan / 3921826 / 20 tahun / 410E
4. Ade Irma Wahyuni / 43 tahun / 4367810 / PACU - 419B

P
1. Iseine / 4720149 / 41 tahun / 321C

ALF
1. Edy / 4653516 / 41 tahun / 412C

RBS
1. Hanna D Halona / 7 tahun / 471-42-74 / 825B BCH
3. Rekap pasien APS:

Rekap pasien APS


Total pasien: 29 pasien
PKS: 16 pasien
Acute pain: 26 pasien
Chronic pain: 3 pasien
Pasien anak: 4 pasien
Pasien transplan: 4 pasien
Pasien continuous: 6 pasien
Pasien bermasalah: 0 pasien
Konsul : 1 pasien
Setting CADD
1. Lepaskan terlebih dahulu reservoir nya dengan cara memutar kunci kearah
berlawanan hingga valve resevoar terbuka, lalu buka kuncinya
2. Cek terlebih dahulu baterai yang terdapat dibagian atas alat, dan terdiri dari 4 buah
baterai
3. Kemudian kita nyalakan alatnya dengan menekan tombol power di bagian kanan
alat selama kurang lebih 3 detik
4. Setelah alat menyala, akan ada instruksi apakah kita mau memulai pemberian
obat untuk pasien baru
5. Kemudian kita pilih “Yes”, setelah itu, akan muncul “program manually” dan kita
pilih select, lalu kita masukkan kode nya 9 2 1.
6. Selanjutnya akan muncul pilihan satuan obat; Misalnya kita pilih satuan microgram,
kemudian kita masukkan konsentrasi obat yang diinginkan
7. Kemudian kita review dan pilih continuous untuk dosis berkelanjutan, setelah itu
jangan lupa pilih accept the value
8. Selanjutnya kita masukkan PCA dose yaitu dosis obat analgesia untuk sekali
tekan, lalu kita tentukan interval untuk pasien menekan 1x dosis obat dan
masukkan reservoir volume (misalkan 100 ml), lalu kita save
9. Kemudian kira masukkan cassette nya, lalu kunci cassette tersebut, selanjutnya
kita priming terlebih dahulu hingga bubble sudah terbuang, lalu kita pilih start pump
10. Untuk memastikan ketika pasien merasa nyeri menekan tombol PCA dengan
tepat, pastikan tombolnya bewarna hijau, lalu akan muncul pilihan “PCA dose
started”

Video setting CADD dapat diakses melalui tautan berikut:


https://drive.google.com/file/d/1Z_PEgPieHzSDE8Q15DTtghMdiomR-
yWF/view?usp=drive_link
Pelepasan Epidural

Persiapan
1 • Alat
o Handschoen
o Kassa steril
o Betadine
o Plester

2 • Informed Consent

o Jelaskan tujuan dilepasnya kateter epidural

o Jelaskan posisi untuk pelepasan kateter (lateral dekubitus/duduk)

o Jelaskan kemungkinan risiko tidak nyaman hingga kemungkinan


kateter epidural tertinggal sebagian, dan bagaimana antisipasinya

Langkah Kerja
• Cuci tangan

• Gunakan sarung tangan

• Buka kateter epidural perlahan dari ujung distal dari insersi

• Bila kateter epidural dipasang secara tunneling, lepas bagian tunneling terlebih
dahulu, dan jangan lepas dari bagian distal tunneling

• Tarik secara gentle hingga seluruh kateter epidural terlepas

• Beri plester

• Posisikan pasien kembali berbaring


Ilustrasi Epidural Tunneling

Jangan ditarik dari sini Tarik dahulu bagian proksimal


dari insersi hingga terbebas dari
tunneling
Perlu Diperhatikan
• Sebelum pelepasan kateter epidural

• Apakah ada gangguan hematologis (trombositopenia, pemanjangan


PT/aPTT, dsb)

• Apakah pasien mendapatkan antikoagulan

• Apakah terdapat indikasi epidural dipertahankan (misal terdapat rencana


operasi selanjutnya yang membutuhkan kateter epidural)
Tips dan Trik
- Stok obat-obatan yang banyak, sebisa mungkin jangan dihabiskan di akhir jaga
agar jaga selanjutnya tidak kesulitan membuat regimen
- Stok obat-obatan sebelum malam hari karena bila malam farmasi yang available
hanya di ICU, basement Gedung A (tidak direkomendasikan karena lama), PICU
- Stok regimen kontinu paling tidak 24 jam atau sampai jaga berikutnya agar tidak
membuat berulang-ulang
- Ambil stiker pasien saat visite agar tidak perlu menuliskan lagi nama pasien saat
menulis logbook APS
- Siapkan template SOAP pada clipboard agar lebih cepat dalam pengisian SOAP
HIS

Follow Up
1 Follow up pasien dilakukan pada pasien-pasien transplan dan pasien anak
(biasanya dirawat di PICU atau SCN). Follow up dilaporkan kepada stase transplan
atau stase anak yang melaporkan di grup laporan APS. Follow up sebisa mungkin
sudah dikirimkan sebelum jam 5.30 pagi. Format pelaporan menyerupai format
assessment APS, bedanya adalah pada bagian Subjektif tidak dituliskan rinci
PQRST namun hanya kondisi nyeri (biasa berupa VAS atau FLACC) serta keluhan
penyerta seperti mual muntah, bisa istirahat atau tidak, atau keluhan lainnya sesuai
pasien

2 Berikut contoh follow up pagi


Selamat pagi Bang Edwin, mohon maaf mengganggu, izin melaporkan follow up
Transplan sebagai berikut:

RESIPIEN
dr. Imam Syafii/ L / 42 tahun / 468-69-78
Dx: Pascaimplantasi ginjal a/i CKD stage 5 on HD

Kondisi saat ini


S: Saat ini pasien tenang, bisa tidur

O:
A: clear
B: RR 14 x/menit, SpO2 99% onNK 3 lpm
C: TD 134/69 mmHg, HR 72 x/menit
D: E4M6V5
E: suhu 36 C

Regimen analgetik
- Tramadol 200 mg per 24 jam IV
- Paracetamol 3x1000 mg IV
- Omeprazole 2x40 mg IV
- Ondansetron 3x4 mg IV
- QL Block Kontinu dengan Bupivacaine 0.125% kecepatan 8 ml/jam untuk H0-H1
dilanjutkan Bupivacaine 0.1% kecepatan 6-8 ml/jam untuk H2-H4 (habis jam 8-9an)

Donor
Agus Supriyono / L / 24 tahun / 4686988
Dx: Post LLDB kiri a/i Calon donor ginjal

Kondisi saat ini


S: saat ini VAS 1-2, sesak nafas tidak ada, dapat istirahat, mual muntah tertangani
dengan obat

O:
A: clear
B: RR 16 x/menit, SpO2 99% on room air
C: TD 133/71 mmHg, HR 80 x/menit tanpa topangan
D: GCS 15
E: suhu 36.6 C

Regimen analgetik
- Paracetamol 4x1 gram IV
- Tramadol 3x50 mg IV k/p
- Ondansentron 3x4 mg IV
- Omeprazole 2x40 mg IV

Donor
FADYA ARRAHMAHWATI / P / 27 th / 460-26-53
Dx: Post Donor transplantasi hepar atas indikasi Living donor liver transplant

Kondisi saat ini


S: Nyeri pada luka bekas operasi minimal VAS 2-3. Bisa tidur

O:
A: clear
B: laju napas 18x/menit, saturasi 97% on room air
C: tekanan darah 110/60 mmHg, laju nadi 91 x/menit
D: E4M6V5
E: suhu 36 Celcius

Regimen analgetik
- Epidural continous: Ropivacaine 0.2% kecepatan 8 ml/jam
- Parecoxib 2x40 mg IV

Mohon sarannya Bang, terima kasih

Berikut contoh follow up pasien anak

Selamat pagi Bang Jevon, izin melampirkan hasil follow up APS pasien sebagai
berikut:

*NABILA AYA SOPHIA / P / 2 th / 4619875 / BB 7.8 kg TB 79 cm*

S/
Pasien klinis demam semalam, saat ini sudah tidak demam, FLACC 4-5

O/
Compos mentis
Tekanan darah 113/65 mmHg
Laju nadi 150 kali per menit
Laju napas 21 kali per menit
Suhu 36.5°C
SpO2 100% on PSIMV rate 25, PC 9, PEEP 5, fraksi 35%

A/
Post liver transplant

P/
Regimen saat ini:
- Fentanyl 2 mcg/kg/jam IV

Mohon sarannya, terima kasih Bang

Semua hasil follow up dilaporkan ke stase

HIS dan EHR

• Pasien yang divisite dan diberikan regimen maupun pasien dengan advice baru
wajib diisi HIS dan pelayanan pada EHR. Pengisian sebaiknya dilakukan segera
setelah pasien divisite untuk meminimalisir tertundanya pengisian ataupun
pemberian advice baru.
• Dalam mengisi HIS, kita bisa masuk ke menu perkembangan, lalu pilih SOAP dan
diisi sesuai SOAP yang ada pada pasien. SOAP akan diverifikasi oleh DPJP saat
dilaporkan pada pagi hari. Penting untuk melakukan screenshot untuk pelaporan
pagi hari
• Dalam mengisi EHR, dapat dipilih menu pelayanan, lalu klik panel tindakan
anestesi, lalu pilih visite sesuai kelas dan apakah pasien diberikan regimen
epidural atau tidak. Setelah itu jangan lupa untuk mengisi DPJP sesuai DPJP
pasien atau DPJP APS hari tersebut. Penting untuk melakukan screenshot untuk
pelaporan pagi hari.

Contoh Panel

Anda mungkin juga menyukai