APS
1 • APS atau acute pain service adalah layanan RSCM yang menangani semua
permasalahan nyeri yang dialami oleh pasien yang ada di RSCM baik itu
rawat inap maupun rawat jalan.
• Pada pelaksanaannya, kegiatan APS dijalankan oleh PPDS Anestesiologi
dan Terapi Intensif yang sedang menjalani stase APS serta jaga 4 yang
bertugas jaga APS
• Detail pekerjaan dan hal-hal penting lainnya mencakup jaga APS akan
dibahas lebih lanjut dalam dokumen ini
Overview Jaga
2 • Jaga dimulai pukul 15.00, pagi hari biasa mengisi kavling SRC
• Menghubungi semua nomor whatsapp Kencana sebelum jaga
• Tugas-tugas jaga: Membuat regimen epidural pasien dan memasukkan
regimen sesuai jadwal, visite pasien APS, menjawab konsul APS
• Mengisi HIS pasien yang divisite atau masuk regimen epidural atau ada
instruksi baru
• Input pelayanan di EHR
• Mengisi logbook APS dan disetorkan ke Mbak Nisa selesai jaga
• Mengisi link AT yang berisi database pasien APS:
https://docs.google.com/spreadsheets/d/13tUoywjaVX3CO7pnfN17p51UmL
2ZTALhJlhVIsKz8h8/edit?usp=sharing
Pasien PKS
3 Yang termasuk dalam pasien PKS adalah:
Intermittent
Harus diketahui: TV, konsentrasi sediaan lokal anestetik (LA), konsentrasi yang
diinginkan
𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝑿 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
Volume LA yang dibutuhkan = 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏
Kontinyu
Contoh 2: Epidural continuous Ropivacaine 0,25% untuk anak 2 tahun (dalam spuit
20ml).
TV 20ml, Konsentrasi sediaan LA Ropivacaine: 0,75%, Konsentrasi yang diinginkan:
0,25%.
Volume Ropivacaine yang dibutuhkan:
0,25 𝑋 20
= 6,6 ml. Ambil Ropivacaine 6,6ml, encerkan sampai volume 20ml dengan
0,75
NaCl 0,9%
Intoksikasi Anestesia Lokal
6 Lokal anestesi didefinisikan sebagai hilangnya sensasi pada suatu area di tubuh
yang disebabkan oleh depresi eksitasi akhir saraf atau inhibisi dari proses konduksi
pada nervus perifer yang bersifat sementara. Obat anestesi lokal adalah obat yang
menyebabkan blok konduksi dari impuls saraf yang bersifat reversible sepanjang
jalur saraf sentral mau pun perifer setelah dilakukan anestesi regional. Kegunaan
penting yang dihasilkan oleh anestesi lokal adalah berupa hilangnya sensasi, tanpa
hilangnya keaadaran, hal ini menjadi perbedaan mendasar anestesi lokal dan
umum
Local Anesthetic Systemic Toxicity (LAST)
7 Secara umum digambarkan dengan sekumpulan gejala dan tanda neurologis yang
memburuk secara progresif yang terjadi setelah injeksi obat anestesi lokal dan
disertai peningkatan konsentrasi anestesi lokal dalam darah dengan kondisi
puncak dapat menjadi kejang dan koma
Klasifikasi
1 - Lokal : bermanifestasi pada neurotoksisitas, gejala neurologis transient (rasa
sakit atau kelainan sensoris di punggung bawah, pantat atau ekstremitas
bawah). Gejala nyeri terbakar dan dysesthesia di dermatom L5 dan S1 biasanya
mulai setelah efek dari anestesi spinal baru bekerja dan dapat berlangsung
hingga jam sampai empat hari atau mitoksisistas.
- Sistemik : toksisitas SSP dan kardiovaskular
- Alergi
- Onset
Onset LAST sangat cepat, yaitu 50 detik bahkan kurang pada beberapa kasus.
Faktor Risiko
- Rute administrasi : lokasi injeksi mempengaruhi kecepatan penyerapan dan
konsentrasi puncak plasma. Dosis juga perlu diturunkan jika diberikan di lokasi
dengan penyerapan sangat cepat seperto jalan napas atau blok saraf intercostal
dibanding dengan daerah lambat seperti subcutan atau block saraf skiatik.
Mekanisme
Anestesi lokal mencapai sirkulasi melalui penyerapan sistemik atau pun injeksi
intravaskular yang tidak disengaja. Pada otak, anestesi lokal mempengaruhi
keseimbangan antara jalur inhibisi dan eksitasi. Pada jantung, menyebabkan blokade
konduksi melalui efeknya terhadap kanal natrium, kalium dan kalsium. Hal ini
menyebabkan disritmia dan penurunan kontraktilitas jantung.
Manifestasi
Kardiovaskular
Risiko toksisitas kardiovaskular lebih besar pada anestesi lokal lipofilik seperti bupivakain.
Tanda dan gejala keracunan kerdiovaskular meliputi nyeri dada, sesak napas, palpitasi,
diaforesis, hipotensi dan pingsan. Efek pada konduksi jantung termasuk pada pelebaran
interval PR, pelebaran durasi QRS, sinus takikardia, sinus arrest, dan disosiasi
atrioventrikular sebagian atau lengkap. Toksisitas jantung dipotensiasi oleh asidosis,
hiperkapnia dan hipoksia, yang memperburuk penekanan jantung dan meningkatkan
kemungkinan aritmia.
Sumber:
1. Cave DG, Harrop-Griffiths DW, Harvey DM, Meek DT, Picard DJ, Short DT, et al.
Management of severe local anaesthetic toxicity [Internet]. The Association of
Anaesthetists of Great Britain and Ireland; 2010 Jan. Available from:
https://www.anaesthetists.org/Home/Resources-publications/Guidelines/Management-of-
severe-local-anaesthetic-toxicity
Assessment
Anamnesis:
S:
Visite APS
Meliputi keluhan pasien saat ini. Assessment nyeri meliputi PQRST (progression,
quality, radiation, severity dan time). Keluhan klinis penyerta seperti mual, muntah,
mobilisasi, dsb juga dapat dijelaskan. Perkembangan/ trend nyeri pasien selama
perawatan dapat dijelaskan.
O
Hemodinamik pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu, saturasi, laju pernapasan.
A
Assessment apakah sebuah nyeri akut atau kronik, dan diagnosis pasien, contoh: Acute
pain ec appendicitis, chronic pain ec cancer pain
P
Tatalaksana non farmakologis maupun farmakologis dan rencana yang akan diberikan
untuk pasien
TIM APS
DPJP:
Tim APS: nama stase APS/ jaga APS
No telp jaga APS
Contoh format penulisan:
1. Sami / 4715008 / P / 51 TAHUN / BERAT BADAN 43 (kg), TINGGI BADAN 149 (cm) /
IGD Merah
Dx: Ca ovarium post incomplete surgical staging
S:
P: Pasien mengeluhkan nyeri pada seluruh lapang perut
Q: Nyeri dirasakan seperti diremas dan ditekan
R: Nyeri menjalar sampai ke punggung
S: Saat ini dengan VAS 5-6
T: Nyeri dirasakan sejak 2 minggu terakhir
O:
TD 78/54 mmHg
FN 112 x/menit
FP 25 x/menit
SpO2 96% on room air
Lab 5/9/23
OT/PT 48/22
Ur/Cr/eGFR 96.3/1.3/47.6
A:
Cancer pain ec Ca ovarium post incomplete surgical staging
P:
Regimen analgetik saat ini dengan Ketorolac 3x30 mg IV
Konsul
Konsul APS dapat berupa konsul satu kali maupun permintaan rawat bersama menjadi
pasien APS.
Jaga APS akan melakukan visit dan assessment APS, serta melaporkan kepada stase
APS (pada jam kerja) atau di luar jam kerja dengan jaga 3 luar untuk nyeri akut atau jaga
1 untuk nyeri kronik, pasien anak, dan pasien dengan BTP perlu pemberian opioid.
Menuliskan instruksi di HIS, kardeks obat dan meresepkan obat. SOAP sama seperti
yang sudah dituliskan pada bagian assessment
Kertas konsul awal di tuliskan “terlampir di HIS” serta nama DPJP APS dan tim APS
(Jaga 1/3/APS bila di luar jam kerja, stase APS/jaga APS di jam kerja) dan dikembalikan
pada status pasien.
Operan
- Operan dengan stase dilakukan saat sore hari pada pukul 15.00 saat awal jaga
dan pukul 07.00 pagi hari saat akhir jaga
- Operan meliputi jumlah pasien PKS dan generik, Kamar pasien, DPJP, Diagnosis
pasien, Regimen analgesia, serta rencana tambahan (Lepas rawat, aff epidural,
skip regimen, update regimen, resep, koding, dll.)
- Media operan bebas, boleh secara elektronik atau tulis tangan, yang penting bisa
dipastikan tidak ada yang terlewat.
- Menginfokan regimen yang akan habis untuk segera dibuat ulang, sebaiknya
dibuat untuk 24 jam
Pemetaan
1. Contoh pemetaan pasien PKS
Selamat malam Abang dan Mbak. Izin berikut pemetaan PKS pada Rabu, 9
Agustus 2023 sebagai berikut:
AAW/RHN/RZ
1. Zharifa Sakinah Mecca (Bayi Pink) / P / 8 bulan / 4651497 / PICU Kiara 08
(Tidak perlu FU)
P
1. Priska Amalia / P / 24 tahun / 4064774 / K2B lantai 7
2. Evy Herawati / P / 48 th / 4571159 / K602
3. ENDANG SRININGSIH / P / 63 th / 4561559 / 520B
ALD
1. Salimah / P / 43 th / 4719173 / K418
BIN
1. M Syaifudin / L / 52 th / 4719638 / K405
AGD
1. Destiwarni / P / 67 th / 3859880/ K 415
RHN
1. Dewi Puspita / P / 31 th / 4436143 / K408
2. Tri Damiyanto / L / 45 tahun / 4662489 / 409F
AA
1. I Ketut Maha Agung/ L / 49 th / 4717570 / K1A lantai 7
Selamat malam Abang dan Mbak. Izin berikut pemetaan pasien generik pada
Rabu, 9 Agustus 2023 sebagai berikut:
RHN
1. Eriantos / 4632257 / 51 tahun / ICU IGD 13
2. Sjim Mie Hiong / 4698007 / 86 tahun / 419D
3. Karlinan / 3921826 / 20 tahun / 410E
4. Ade Irma Wahyuni / 43 tahun / 4367810 / PACU - 419B
P
1. Iseine / 4720149 / 41 tahun / 321C
ALF
1. Edy / 4653516 / 41 tahun / 412C
RBS
1. Hanna D Halona / 7 tahun / 471-42-74 / 825B BCH
3. Rekap pasien APS:
Persiapan
1 • Alat
o Handschoen
o Kassa steril
o Betadine
o Plester
2 • Informed Consent
Langkah Kerja
• Cuci tangan
• Bila kateter epidural dipasang secara tunneling, lepas bagian tunneling terlebih
dahulu, dan jangan lepas dari bagian distal tunneling
• Beri plester
Follow Up
1 Follow up pasien dilakukan pada pasien-pasien transplan dan pasien anak
(biasanya dirawat di PICU atau SCN). Follow up dilaporkan kepada stase transplan
atau stase anak yang melaporkan di grup laporan APS. Follow up sebisa mungkin
sudah dikirimkan sebelum jam 5.30 pagi. Format pelaporan menyerupai format
assessment APS, bedanya adalah pada bagian Subjektif tidak dituliskan rinci
PQRST namun hanya kondisi nyeri (biasa berupa VAS atau FLACC) serta keluhan
penyerta seperti mual muntah, bisa istirahat atau tidak, atau keluhan lainnya sesuai
pasien
RESIPIEN
dr. Imam Syafii/ L / 42 tahun / 468-69-78
Dx: Pascaimplantasi ginjal a/i CKD stage 5 on HD
O:
A: clear
B: RR 14 x/menit, SpO2 99% onNK 3 lpm
C: TD 134/69 mmHg, HR 72 x/menit
D: E4M6V5
E: suhu 36 C
Regimen analgetik
- Tramadol 200 mg per 24 jam IV
- Paracetamol 3x1000 mg IV
- Omeprazole 2x40 mg IV
- Ondansetron 3x4 mg IV
- QL Block Kontinu dengan Bupivacaine 0.125% kecepatan 8 ml/jam untuk H0-H1
dilanjutkan Bupivacaine 0.1% kecepatan 6-8 ml/jam untuk H2-H4 (habis jam 8-9an)
Donor
Agus Supriyono / L / 24 tahun / 4686988
Dx: Post LLDB kiri a/i Calon donor ginjal
O:
A: clear
B: RR 16 x/menit, SpO2 99% on room air
C: TD 133/71 mmHg, HR 80 x/menit tanpa topangan
D: GCS 15
E: suhu 36.6 C
Regimen analgetik
- Paracetamol 4x1 gram IV
- Tramadol 3x50 mg IV k/p
- Ondansentron 3x4 mg IV
- Omeprazole 2x40 mg IV
Donor
FADYA ARRAHMAHWATI / P / 27 th / 460-26-53
Dx: Post Donor transplantasi hepar atas indikasi Living donor liver transplant
O:
A: clear
B: laju napas 18x/menit, saturasi 97% on room air
C: tekanan darah 110/60 mmHg, laju nadi 91 x/menit
D: E4M6V5
E: suhu 36 Celcius
Regimen analgetik
- Epidural continous: Ropivacaine 0.2% kecepatan 8 ml/jam
- Parecoxib 2x40 mg IV
Selamat pagi Bang Jevon, izin melampirkan hasil follow up APS pasien sebagai
berikut:
S/
Pasien klinis demam semalam, saat ini sudah tidak demam, FLACC 4-5
O/
Compos mentis
Tekanan darah 113/65 mmHg
Laju nadi 150 kali per menit
Laju napas 21 kali per menit
Suhu 36.5°C
SpO2 100% on PSIMV rate 25, PC 9, PEEP 5, fraksi 35%
A/
Post liver transplant
P/
Regimen saat ini:
- Fentanyl 2 mcg/kg/jam IV
• Pasien yang divisite dan diberikan regimen maupun pasien dengan advice baru
wajib diisi HIS dan pelayanan pada EHR. Pengisian sebaiknya dilakukan segera
setelah pasien divisite untuk meminimalisir tertundanya pengisian ataupun
pemberian advice baru.
• Dalam mengisi HIS, kita bisa masuk ke menu perkembangan, lalu pilih SOAP dan
diisi sesuai SOAP yang ada pada pasien. SOAP akan diverifikasi oleh DPJP saat
dilaporkan pada pagi hari. Penting untuk melakukan screenshot untuk pelaporan
pagi hari
• Dalam mengisi EHR, dapat dipilih menu pelayanan, lalu klik panel tindakan
anestesi, lalu pilih visite sesuai kelas dan apakah pasien diberikan regimen
epidural atau tidak. Setelah itu jangan lupa untuk mengisi DPJP sesuai DPJP
pasien atau DPJP APS hari tersebut. Penting untuk melakukan screenshot untuk
pelaporan pagi hari.
Contoh Panel