Anda di halaman 1dari 13

DETEKSI DINI KANKER SERVIK

OLEH :

DESY WIDYASTUTI (220203005)


PRISKA LASE (220203015)
PUTRI NINDING ELISABET GEA (220203040)
SEJUKAN HATI HAREFA (220203019)
STEFYA NATASYA SARI SINAGA (220203022)
THERESIA TELAUMBANUA (220203032)

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

T.A 2022/20
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan yang telah Ia
berikan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk makalah yang
berjudul “DETEKSI DINI KANKER SERVIKS” dengan penuh kelancaran, sehingga kami dapat
memberikan yang terbaik dalam penulisan dan pembuatannya

Karya tulis ini kami buat sebagai wadah untuk menyampaikan terkait bagaiman deteksi dini
pada penyakit kanker serviks, sehingga harapannya lewat karya tulis dalam bentuk makalah ini, bisa
menjadi sumber bacaan, dan sumber pengetahuan yang baru bagi pembaca untuk mengerti dan
memahami deteksi dini kanker serviks sehingga mampu dalam melakukan pencegahan penyakit
kanker serviks ini. Karya tulis ini di tulis dengan menggunakan metode pendekatan ilmu Kesehatan
Masyarakat, yang berprioritas pada tingat Preventif/pencegahan penyakit.

Karya tulis ini juga tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai referensi
yang kami rangkumkan, sehingga karya Tulis ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan
kemampuan dari kami kelompok penulis. Karya tulis ini juga tidak luput dari berbagai kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu Jika ada suatu kata yang salah dalam penulisan karya tulis ini
dimohon untuk dimaafkan dengan setulusnya, sehingga jika ada kesempatan dapat memperbaikinya
mejadi lebih baik lagi.

Medan, 20 Mei 2023

-kelompok penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................ ii

Daftar isi.......................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Kajian Pustaka ................................................................................................... 2

1.4 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 2

Bab II Pembahasan........ ................................................................................................. 3

2.1 Metode-Metode Deteksi Dini Kanker Serviks ................................................. 3

2.1.1 Pemeriksaan Pap Smear ......................................................................... 3

2.1.2 Tes IVA ( Inveksi Visual Asetat) ............................................................ 4

2.1.3 Pemeriksaan HPV DNA .......................................................................... 4

2.2 Metode-Metode Deteksi Lanjutan Kanker Serviks ........................................ 5

2.2.1 Pemeriksaan Kolposkopi ......................................................................... 5

2.2.2 Biopsi Serviks ........................................................................................... 5

2.2.3 Kuretase Endoserviks .............................................................................. 6

2.3 Metode Deteksi Stadium Kanker Serviks ........................................................ 6

2.3.1 CT Scan dan MRI Scan ........................................................................... 7

2.3.2 Pemeriksaan X-Ray ................................................................................. 7

Bab III Penutup ............................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 8

Daftar Pustaka................................................................................................................. 1
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang bersifat noncomunivablle disease yang
secara umum diartikan sebagai penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/jaringan
abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain
dalam tubuh penderita ( Kemenkes RI, 2019). Terdapat berbagai jenis kanker yang salah satunya
adalah kanker serviks. Berdasarkan daata WHO (world health organitation) pada 22 Februari 2022,
Kanker serviks adalah kanker paling umum keempat di kalangan wanita secara global, dengan
perkiraan 604.000 kasus baru dan 342.000 kematian pada tahun 2020. Angka kejadian kasus baru
kanker serviks di Indonesia berdasarkan data GLOBOCAN (Global Cancer Observatory) 2020
berkisar 36.633 kasus (17,02%) dengan angka kematian 21.003 (9%). Angka ini dihitung
berdasarkan kategori (Number of new cases in 2020, females, all ages). Berdasarkan angka tersebut,
kanker serviks menduduki urutan ke-2 yang paling banyak dialami oleh wanita Indonesia.

Di Indonesia sendiri kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan yang yang serius.
Dari beberapa kasus yang ditemukan, memperlihatkan bahwa rata-rata 90% berujung pada
kematian. Sperti pada data di atas yang menunjukan bahwa dari 36.633 kasus sakit di temukan
angka kematian 21.003 kasus. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat 88 kasus baru dan lebih dari
50 kematian akibat kanker serviks setiap harinya (Humaniora, 2022). Adapun diketahui bahwa
Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang dapat
ditularkan melalui kontak seksual dan sering tidak menimbulkan gejala. Faktor lain yang dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks adalah merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh
yang lemah, memiliki banyak pasangan seksual, memiliki riwayat keluarga yang kanker serviks
(Hastarita Lawrenti, 2023)

Human papillomavirus (HPV) sendiri merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi
pada permukaan kulit, umumnya berupa kutil di beberapa area tubuh, seperti bahu, wajah, kaki,
hingga area kelamin. Virus ini lah yang menjadi penyebab utama terjadinya kanker serviks
khususnya pada perempuan. Pada tahun 1980'an, para peneliti dari German Cancer Research Center
menemukan beberapa tipe HPV (Human Papilloma Virus) yang terdapat pada banyak tumor
serviks. Adapun dua jenis/tipe HPV sebegai penyebab utama kanker serviks yakni HPV 16 dan 18.
Data dari WHO menunjukan bahwa 70% kanker serviks disebabkan oleh kedua jenis/tipe HPV

1
tesebut. Dari penjelasan di atas, dapat diteruskan bahwa kanker serviks yang pada umumnya
disebabkan oleh HPV, merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus diperhatikan.

Setelah menyadari keseriusan masalah akibat kanker serviks, khususnnya di Indonesia, maka
perlu tindakan segera dalam penyelesaiannya dengan salah satu cara yakni deteksi sedini mungkin
penyakit sehingga dapat melakukan langkah-langkah selanjutnya dalam pencegahan maupun
penanganannya. Dalam melakukan dekteksi dini ini, diperlukan pendekatan bidang ilmu kesehatan
masyarakat yang berprioritas pada tingkat pencegahan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini yakni “DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER SERVIKS” dengan pendekatan ilmu Kesehatan
Masyarakat yang berprioritas pada tingka pencegahan penyakut.

1.3. Kajian Pustaka

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat di rumusakan dengan
kajian kepustakaan sebagai berikut.

1. Menjelaskan metode-metode deteksi dini penyakit kanker serviks yang meliputi


(pemeriksaan pap smeara, pemeriksaan HPV, pemeriksaan IVA).
2. Menjelaskan pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan/deteksi dini penyakit kanker serviks,
yang meliputi metode (Kolposkopi, Biopsi Serviks, Kuretase Endoserviks,)
3. Menjelaskan metode-metode untuk mendeteksi stadium penyakit kanker untuk mencegah
penyakit semakin meluas yang meliputi metode pemeriksaan ( CT Scan dan MRI Scan, X-
Ray)

1.4. Tujuan Dan Manfaat


1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah yakni Dasar Kespro Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat,
2. Untuk mengetahui deteksi dini penyakit kanker serviks
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan metode-metode deteksi dini dalam pencegahan kanker
serviks
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pemeriksaan kanker serviks berdasarkan stadium untuk
mencegah penyebarluasan kanker serviks dalam tubuh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Metode-Metode Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi dini suatu penyakit, khusnya penyakit tidak menular, merupakan cara untuk
mengetahui adanya faktor risiko penyakit tidak menular pada sasaran. Juga deteksi dini ini berguna
untuk menemukan secara awal adanya kemungkinan seseorang terkena penyakit tidak menular, atau
memiliki faktor risiko terhadap suatu penyakit. Deteksi dini kanker serviks merupakan cara untuk
mengetahui seseorang memiliki faktor risiko terhadap penyakit kanker serviks, dan juga untuk
menemukan secara lebih awal adanya kemungkinan seseorang (perempuan) terkena penyakit
kanker serviks. Dalam melakukan deteksi dini faktor risiko maupun penyakit kanker serviks pada
perempuan, dapat melakukan beberapa metode-metode sebagai berikut.

2.1.1. Pemeriksaan Pap Smear

Pap smear adalah salah satu metode dalam mendeteksi sel kanker kerviks, dengan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks pada perempuan. Pemeriksaan pap
smear dapat mendeteksi adanya sel-sel asing (sel prakanker) pada leher rahim yang berpotensi
berkembang menjadi kanker. pemeriksaan pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di
leher rahim yang akan diteliti di laboratorium untuk mengetahui keberadaan sel kanker atau
prakanker. Tidak hanya untuk mendeteksi kanker serviks, akan tetapi juga pap smear dapat
digunakan untuk mengetahui peradangan atau infeksi pada organ serviks.Metode Pap Smear dapat
menemukan sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker. Metode ini dilakukan dengan
mengambil sampel sel di serviks,setelah itu sampel sel akan diteliti dilaboratorium untuk
mengetahui jenis sel yang terdapat dalam sampel (prakanker tau sel kanker). Metode ini juga bisa
mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks.

Metode Pap Smear dianjurkan untuk dilakukan 3 tahun sekali pada wanita usia 21 tahun
keatas, pada wanita 30-65 tahun dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali, tetapi perlu dikombinasikan
dengan pemeriksaan HPV. Pap Smear sebaiknya jangan dilakukan pada sat menstruasi karna dapat
membuat hasil menjadi kurang akurat, sebaiknya dilakukan 5 hari setelah menstruasi selesai, pap
smear juga jangan dilakukan pada usia 25 minggu keatas karna dapat menimbulkan nyeri hebat saat
pemeriksaan, sebaiknya dilakukan 12 minggu setelah melahirkan. Pemeriksaan pap smear ini
dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan atau kandungan dan prosesnya berlangsung 10-20 menit.
Sebelum melakukan pap smear ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, ini tidak boleh
dilakukan 2 hari sebelum pemeriksaan (Biofarma, 2023) :
3
1. Berhubungan seks
2. Membersihkan bagian dalam vagina (douching) dengan air atau cairan lainnya
3. Memasukkan apapun kedalam vagina seperti tampon, krim vagina atau obat-obatan lainnya.

2.1.2. Tes IVA (Inveksi Visual Asetat)

Tes IVA adalah Inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila
setelah 20 detik pengolesan asam asetat 5%. Metode ini dilakukan pada wanita yang sudah
berhubungan seksual dan wanita usia subur (WUS), pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja
tetapi tidak saat dalam masa kehamilan, dan jika ingin melakukan pemeriksaan sebaiknya 12
minggu setelah melahirkan. Metode ini yang sering dilakukan karna cukup mudah untuk
mengetahui hasilnya, pemeriksaannya hanya dengan menggunakan asam asetat atau asam cuka
dengan kadar 3-5% lalu diusapkan pada dinding serviks dan beberapa saat kemudian dapat dilihat
hasilnya, sel-sel serviks yang normal tidak akan mengalami perubahan apapun (warna), sedangkan
jika warna serviks berubah menjadi putih maka bisa dikatakan terjadi masalah pada dinding serviks
seperti munculnya sel prakanker atau sel kanker.

Pemberian asam asetat ini akan memengaruhi epitel abnormal dimana terjadi peningkatan
osmilaritas cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan dari intraseluler
sehingga membrane akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat. Akhirnya apabila
permukaan epitel mendapat sinar, maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi akan
dipantulkan keluar dan permukaan epitel abnormal akan berwarna putih. Serviks yang diberi asam
asetat 5% akan merespons lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60
detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat gambaran hasil gambaran serviks yang
normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia) (Mukhlisiana Ahmad, 2020).

2.1.3. Pemeriksaan HPV DNA

Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita untuk mendeteksi infeksi HPV (Human Papilloma
Virus) tipe resiko tinggi, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa materi genetik (DNA) HPV
pada sel serviks. Metode ini dapat mendeteksi resiko terjadinya kanker serviks sebelum
berkembangnya sel prekanker pada sel leher rahim. Pemeriksaan ini hampir sama dengan
pemeriksaan Pap Smear. Jika pada pemeriksaan terdapat hasil positif, maka 70% beresiko
terjadinya kanker serviks, tetapi jika hasilnya negatif, tidak perlu melakukan pemeriksaan lanjutan
(Biofarma, 2023). Dapat diteruskan bahawa pemeriksaan HPV DNA ini merupakan langkah deteksi
dini untuk mengetahui apakah HPV telah berkembang dalam serviks, dengan cara pemeriksaan
sampel sel serviks, apakah terdapat didalamnya Human Papillomavirus (HPV) atau tidak.

4
2.2. Metode-metode Deteksi Lanjutan Kanker Serviks

Meteode-metode pemeriksaan lanjutan pada kanker serviks merupakan tindakan lanjutan


terhadap deteksi dini kanker serviks sebelumnya. Adapun metode-metode pemeriksaan untuk
deteksi lebih lanjut terkait kanker serviks sebagai beriku.

2.2.1. Pemeriksaan Kolposkopi

Pemeriksaan Kloposkopi merupakan pemeriksaan serviks/leher Rahim secara lebih


mendalam untuk mendeteksi adanya tanda kelainan pada serviks dengan menggunakan lensa
pembesar khusus yaitu colposcope). Pemeriksaan Kloposkopi ini juga merupakan tindakan
pemeriksaan lanjutan jika hasil pemeriksaan awal (pap smear) menunjukan tanda tidak normal
(Juwita Desri Ayu, dkk, 2023). Selama prosedur kolposkopi, dokter atau petugas dapat
mengeluarkan sebagian kecil jaringan abnormal (biopsi) dari serviks atau vagina. Melakukan biopsi
bukan berarti pasien memiliki sel prakanker. Anestesi (obat mati rasa) biasanya tidak digunakan
sebelum biopsi, karena biopsi hanya menyebabkan ketidaknyamanan ringan atau kram. Selanjutnya,
sampel jaringan akan dikirim ke laboratorium dan diperiksa dengan mikroskop oleh ahli patologi.
Beberapa wanita juga perlu melakukan biopsi serviks bagian dalam selama kolposkopi yang disebut
endocervical curettage (ECC). Wanita hamil sebaiknya tidak melakukan prosedur ECC karena bisa
berdampak pada kehamilan (Fadli, 2023)

2.2.2. Biopsi Serviks

Biopsi serviks, merupakan tindakan lanjutan deteksi penyakit kanker serviks pada
perempuan. Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan serviks yang dicurigai ganas,
untuk diagnosis pasti keganasan jaringan tersebut, dan/atau untuk mengetahui jenis histologinya
(strutur dan sifat jaringan) khusnya jaringan serviks yang telah diambil. Biopsi sendiri adalah
tindakan untuk mengambil sampel jaringan tubuh untuk diperiksa (Prof. DR. M. Farid Aziz, 2008).

Biopsi serviks juga merupakan tindakan lanjutan setelah kolposkopi. Dokter menggunakan
alat tajam untuk mengambil sampel jaringan dari area abnormal. Situasi tersebut terasa tidak
nyaman, kamu merasakan adanya tekanan atau kram ringan. Namun seharusnya itu tidak
sakit. Setelah diperiksa, sampel biopsi diuji terlebih dahulu. Hasilnya akan memberikan dokter
gambaran mengenai langkah apa yang harus diambil selanjutnya (Handayani, 2019).Adapun biopsy
dapat dilakukan dengan cara :

5
1. Biopsi punch

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuat lubang kecil pada leher rahim yang bertujuan
agar jaringan serviks bisa diambil, pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat khusus yang
dinamakan biopsi forsep. Pengambila jaringan tergantung dari perkiraan sel-sel serviks yang
tampak abnormal

2. Biopsi kerucut (cone biopsy)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengambil sampel jaringan berbentuk kerucut pada
serviks, pemeriksaan ini juga biasanya disebut dengan konisasi, dan dilakukan menggunakan pisau
bedah atau laser. Sampel jaringan yang diambil pada pemeriksaan ini berupa potongan besar,
jaringan berbentuk kerucut mulai diambil dari bagian luar serviks(eksoserviks) sampai kebagian
dalam (endoserviks), jaringan yang dihilangkan biasanya berada pada perbatasan antara area luar
serviks dan area dalam serviks, karna sel kanker sering berawal dari area tersebut. Biopsi kerucut
ini bisa menjadi tahapan pengobatan untuk menghilangkan pertumbuhan sel prakanker dan sel
kanker yang sangat dini.

2.2.3. Kuretase Endoserviks

Kuratase Endoserviks (endocervical curettage) merupakan prosedur yang dilakukan setelah


hasi pap smear abnormal. Pada pemeriksaan ini sampel jaringan diambil dari lapisan saluran serviks
(bagian dalam serviks yang menghubungkan Rahim ke vagina) menggunakan alat yang berbentuk
sendok (kuret). Jaringan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui tanda-tanda
penyakit. Kuratase endoserviks juga dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan
kloposkopi (Juwita Desri Ayu, dkk, 2023).

2.3. Metode Deteksi Stadium Kanker Serviks

Stadium dalam penyakit kanker pada umumnya sering dikaitkan dengan tingkat
perkembangan sel kanker tersebut dalam tubuh. Kanker serviks sendiri juga terdiri dari 4 stadium
yakni, stadium I, II,III, dan IV dengan tiap stadium dibagi menjadi 2 yakni A dan B. Semakin tinggi
stadium penyakit kanker, menandakan semakin luas penyebaran kankernya. Untuk mengetahui
stadium kanker serviks terdapat beberapa metode-metode yang pada umumnya dilakukan dokter
yang meliputi, CT Scan dan MRI Scan, X-Ray yang secara lengkapnya akan dibahas dalam metode
deteksi stadium kanker serviks, sebagai berikut ini.

6
2.3.1. CT Scan dan MRI Scan

CT Scan adalah instrumen penting dalam metode pencitraan medis sebagai penunjang sinar-
X dan ultrasonografi. Dengan melakukan CT Scan, dokter akan mendapatkan gambaran organ
dalam, seperti jaringan lunak, tulang, dan pembuluh darah secara lebih detail. Dibandingkan dengan
rontgen biasa, gambar yang akan dihasilkan oleh CT Scan akan lebih detail. Melalui hasil prosedur
ini, dokter dapat melakukan analisis secara mendalam mengenai kondisi jaringan lunak, pembuluh
darah, dan tulang. CT Scan sangat membantu untuk mendiagnosis apakan terjadi kanker serviks
parah atau tidak. Biasanya pasien datang ke rumah sakit ketika sudah mempunyai keluhan seperti
berdarah ketika berhubungan seks atau nyeri berkepanjangan (AHCC, 2021).

MRI (Magnetic Resonance Imagin) adalah diagnose bantuan ketika tes lain seperti
rontgen, CT Scan, atau USG tidak bisa membantu melihat suatu bagian tubuh dengan sempurna.
MRI yang memanfaatkan gelombang radio dan sinar radiasi, CT Scan menggunakan mesin sinar-X
dan teknologi computer. Bentuk alat dari MRI sangat berbeda dengan CT Scan dan rontgen, alat
MRI ini berbentuk seperti tabung dan seluruh tubuh Anda akan masuk untuk diambil gambar.
Proses yang dibutuhkan untuk MRI ini sekitar 15 sampai 90 menit, tergantung organ tubuh mana
yang akan diambil gambarnya (AHCC, 2019). Melalui pemeriksaan MRI yakni pada Pemeriksaan
MRI Pelvis menjadi salah satu modalitas dalam diagnosa kanker serviks. Salah satu sekuen MRI
yang dapat mengetahui gambaran kanker serviks adalah Diffusion Weighted Imaging (DWI) dan
sensitifitasnya dikontrol oleh parameter b value.

Setelah pemeriksaan CT scan maupun MRI scan dilakukan, dokte dapat menentukan
kesimpulan apakah ada kelainan dalam tubuh seseorang tersbut khususnya kelainan pada serviks.
Dengan pemeriksaan ini juga dapat melihat sejauh mana perkembangan penyakit khususnya
perkembangan sel kanker serviks dalam tubuh penderita, sehingga dokter dapat mendiagnosa
tingkat maupun stadium kanker tersebut, untuk selanjutnya dilakukan tindakan-tindakan medis.

2.3.2. Pemeriksaan X-Ray

X-ray adalah tes yang digunakan dokter untuk melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membedah
pasiennya. Prosedur pemeriksaan ini membantu dokter dalam mendiagnosis, memantau, dan
mengobati berbagai kondisi medis. X-ray juga tersedia dalam berbagai jenis, tergantung pada area
mana yang butuh diperiksa. tidak boleh sembarangan digunakan. Tes ini hanya boleh digunakan
ketika kamu mengalami ketidaknyamanan di bagian tubuh tertentu. Seseorang yang mengidap
penyakit dapat melakukan X-ray untuk memantau penyakit dan memeriksa seberapa baik
pengobatan yang dilakukan (Fadli, 2023).
7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan yang yang serius. Dari beberapa kasus
yang ditemukan, memperlihatkan bahwa rata-rata 90% berujung pada kematian. Sperti pada data di
atas yang menunjukan bahwa dari 36.633 kasus sakit di temukan angka kematian 21.003 kasus.
Human papillomavirus (HPV) sendiri merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi pada
permukaan kulit, umumnya berupa kutil di beberapa area tubuh, seperti bahu, wajah, kaki, hingga
area kelamin. Adapun dua jenis/tipe HPV sebegai penyebab utama kanker serviks yakni HPV 16
dan 18. Data dari WHO menunjukan bahwa 70% kanker serviks disebabkan oleh kedua jenis/tipe
HPV tesebut

Deteksi dini kanker serviks merupakan cara untuk mengetahui seseorang memiliki faktor risiko
terhadap penyakit kanker serviks, dan juga untuk menemukan secara lebih awal adanya
kemungkinan seseorang (perempuan) terkena penyakit kanker serviks. Pap smear adalah salah satu
metode dalam mendeteksi sel kanker kerviks, dengan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi kanker serviks pada perempuan. Pemeriksaan pap smear dapat mendeteksi adanya sel-
sel asing (sel prakanker) pada leher rahim yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Tes IVA
adalah Inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila setelah 20 detik
pengolesan asam asetat 5%. Metode ini dilakukan pada wanita yang sudah berhubungan seksual
dan wanita usia subur (WUS), pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja tetapi tidak saat dalam
masa kehamilan, dan jika ingin melakukan pemeriksaan sebaiknya 12 minggu setelah melahirkan.
Pemeriksaan HPV adalah Pemeriksaan yang dilakukan pada wanita untuk mendeteksi infeksi HPV
(Human Papilloma Virus) tipe resiko tinggi, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa materi
genetik (DNA) HPV pada sel serviks.

Pemeriksaan Kloposkopi merupakan pemeriksaan serviks/leher Rahim secara lebih mendalam


untuk mendeteksi adanya tanda kelainan pada serviks dengan menggunakan lensa pembesar khusus
yaitu colposcope). Pemeriksaan Kloposkopi ini juga merupakan tindakan pemeriksaan lanjutan jika
hasil pemeriksaan awal (pap smear) menunjukan tanda tidak normal. Biopsi serviks, merupakan
tindakan lanjutan deteksi penyakit kanker serviks pada perempuan. Merupakan tindakan untuk
mengambil contoh jaringan serviks yang dicurigai ganas, untuk diagnosis pasti keganasan jaringan
tersebut, dan/atau untuk mengetahui jenis histologinya (strutur dan sifat jaringan) khusnya jaringan
serviks yang telah diambil. Biopsi sendiri adalah tindakan untuk mengambil sampel jaringan tubuh

8
untuk diperiksa. Kuratase Endoserviks (endocervical curettage) merupakan prosedur yang
dilakukan setelah hasi pap smear abnormal. Pada pemeriksaan ini sampel jaringan diambil dari
lapisan saluran serviks (bagian dalam serviks yang menghubungkan Rahim ke vagina)
menggunakan alat yang berbentuk sendok (kuret)

Stadium dalam penyakit kanker pada umumnya sering dikaitkan dengan tingkat perkembangan
sel kanker tersebut dalam tubuh. Kanker serviks sendiri juga terdiri dari 4 stadium yakni, stadium I,
II,III, dan IV dengan tiap stadium dibagi menjadi 2 yakni A dan B. CT Scan adalah instrumen
penting dalam metode pencitraan medis sebagai penunjang sinar-X dan ultrasonografi. Dengan
melakukan CT Scan, dokter akan mendapatkan gambaran organ dalam, seperti jaringan lunak,
tulang, dan pembuluh darah secara lebih detail. X-ray adalah tes yang digunakan dokter untuk
melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membedah pasiennya. Prosedur pemeriksaan ini membantu
dokter dalam mendiagnosis, memantau, dan mengobati berbagai kondisi medis. X-ray juga tersedia
dalam berbagai jenis, tergantung pada area mana yang butuh diperiksa.

9
Daftar Puskata

Kemenkes RI. (2019, Februari 05). Apa itu Kanker. Retrieved Mei 18, 2023, from p2ptm.kemkes.go.id:
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainandarah/apa-itu-
kanker#:~:text=Penyakit%20Kanker%20merupakan%20penyakit%20tidak,serta%20merusak%2
0fungsi%20jaringan%20tersebut.

AHCC. (2019, Desember 03). Mengenal Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk Deteksi Kanker.
Retrieved Mei 20, 2023, from ahcc.co.id: https://ahcc.co.id/artikel/mengenal-magnetic-
resonance-imaging-mri-untuk-deteksi-kanker

AHCC. (2021, Maret 18). Beberapa Kanker yang Bisa Didiagnosis dengan CT Scan. Retrieved Mei 20,
2023, from ahcc.co.id: https://ahcc.co.id/artikel/beberapa-kanker-yang-bisa-didiagnosis-dengan-
ct-scan

Biofarma, G. (2023, Maret 24). Berbagai pilihan Metode Pemeriksaan Skrining Kanker Serviks.
Retrieved Mei 20, 2023, from www.biofarma.co.id:
https://www.biofarma.co.id/id/announcement/detail/berbagai-pilihan-metode-pemeriksaan-
skrining-kanker-serviks

Fadli, d. R. (2023). kolposkopi. Retrieved Mei 20, 2023, from www.halodoc.com:


https://www.halodoc.com/kesehatan/kolposkopi

Handayani, d. V. (2019, Oktober 05). Kolposkopi dan Biopsi Serviks, Apa Bedanya? Retrieved Mei 20,
2023, from www.halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/kolposkopi-dan-biopsi-serviks-
apa-bedanya

Hastarita Lawrenti, M. (2023, April 19). Kanker Serviks: Penyebab, Gejala, Pengobatan Dan Cara
Deteksi Dini. Retrieved from oneonco.co.id: https://oneonco.co.id/blog/kanker-serviks-
penyebab-gejala-pengobatan-dan-cara-deteksi-dini/

Humaniora. (2022, November 02). Setiap Hari, 50 Kematian di Indonesia Diakibatkan Kanker Serviks.
Retrieved Mei 20, 2023, from mediaindonesia.com:
https://mediaindonesia.com/humaniora/534571/setiap-hari-50-kematian-di-indonesia-
diakibatkan-kanker-
serviks#:~:text=BERDASARKAN%20Data%20Observasi%20Kanker%20Dunia,akibat%20kan
ker%20serviks%20setiap%20hari.

Juwita Desri Ayu, dkk. (2023). Paradigma Kanker Serviks. Bandung-Jawa Barat: Penerbit Media Sains
Indonesia.

Mukhlisiana Ahmad, S. M. (2020). Perilaku Pencegahan Kanker Serviks. Bandung-Jawa Barat:


PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA.

Prof. DR. M. Farid Aziz, S. (. (2008). PANDUAN PELAYANAN MEDIK: MODEL INTERDISIPLIN
PENATALAKSANAAN KANKER SERVIKS DENGAN GANGGUAN GINJAL. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai