Anda di halaman 1dari 12

Bioteknologi Dalam Pembuatan Ecoenzym Dan Ramah

Lingkungan

Daftar Anggota Kelompok :


Hafizdah Syahla (16)
Ivan Fransicus (18)
Michelle Gracia Immanuel (20)
Rahiq Haddafah (24)

SMAN 25 JAKARTA
JAKARTA PUSAT, D.K.I JAKARTA.
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Saat ini, isu lingkungan menjadi perhatian utama bagi banyak orang di seluruh
dunia. Banyak industri dan perusahaan berusaha untuk mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan dengan menggunakan teknologi
yang lebih ramah lingkungan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk
menghasilkan produk yang ramah lingkungan adalah bioteknologi.
Makalah ini akan membahas mengenai bioteknologi dalam pembuatan
ecoenzym, yaitu enzim yang dihasilkan dari bahan-bahan alami yang dapat
terurai dengan cepat dan tidak merusak lingkungan. Ecoenzym dapat digunakan
dalam berbagai industri, seperti industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
Makalah ini juga akan membahas secara rinci mengenai teknologi bioteknologi
dan bagaimana teknologi ini dapat diterapkan dalam pembuatan ecoenzym.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas manfaat dari penggunaan ecoenzym
dan dampak positifnya terhadap lingkungan.
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
bioteknologi dalam pembuatan ecoenzym dan memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Jakarta, 8 Mei 2023

Tim & Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................3
2.1 Bioteknologi.............................................................................................3
2.2 Lingkungan..............................................................................................5
2.3 Ecoenzym.................................................................................................5
BAB III HASIL PEMBAHASAN........................................................................7
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014, pengertian limbah adalah sisa kegiatan
yang tidak terpakai dan/atau tidak dikehendaki yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga,
kegiatan usaha, dan/atau kegiatan lainnya. Limbah memiliki beberapa karakteristik umum seperti
berukuran mikro, bersifat dinamis, penyebarannya berdampak luas, dan berdampak jangka
panjang. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) bahwa
sebanyak 20,289,259,06 Ton timbulnya sampah pada tahun 2022. Sebagiam dari sampah itu juga
seperti smapah industri dan sampah aktivitas manusia sehari-harinya. Jika terus diperhatikan
dengan jumlah populasi manusia yang akan terus bertambah, nantinya sampah yang dihasilkan
juga akan terus bertambah. Meskipun dari pihak pemerintah itu sendiri telah membuat berbagai
program dalam mengatasi pengolahan sampah, namun hal itu akan tetap sukar jika dari tiap
individu tidak sadar akan pentingnya pengolahan sampah. Maka dari itu diperlukannya suatu
metode pengolahan sampah yang mudah dilakukan oleh berbagai individu masyarakat dan juga
tentunya akan memiliki manfaat tersendiri bagi mereka yang melakukan metode pengolahan
sampah tersebut. Metode pengolahan sampah yang dimaksud sendiri salah satunya dengan
metode Bioteknologi Ecoenzym.

Bioteknologi adalah teknologi yang menggunakan mikroorganisme, sel, dan komponen sel
untuk menghasilkan produk dan layanan yang memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Salah
satu aplikasi bioteknologi yang semakin populer adalah penggunaan bioteknologi ecoenzym
sebagai produk bioteknologi yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah dan pembersihan
permukaan. Bioteknologi ecoenzym diproduksi dengan memanfaatkan mikroorganisme dan enzim
sebagai bahan dasar, sehingga tidak menghasilkan limbah berbahaya dan dapat diuraikan oleh
lingkungan. Bioteknologi ecoenzym juga dapat menjadi alternatif dalam berbagai situasi, tentu hal
ini akan meningkatkan efesiensi. Selain itu juga, bioteknologi ecoenzym dapat mengurangi
penggunaan biaya produksi. Tidak hanya memiliki manfaat yang banyak, bioteknologi ecoenzym
juga memiliki dampak ramah lingkungan terhadap sekitar. Maka dari itu, peneliti ingin
memberikan edukasi mengenai proses pembuatan ecoenzym serta dampak ramah lingkungannya
terhadap sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah sebagai berikut :
1. Apa itu bioteknologi dan bagaimana aplikasinya dalam pembuatan ecoenzym?
2. Bagaimana proses pembuatan ecoenzym dan apa saja komponen yang terlibat dalam
proses tersebut?
3. Apa saja manfaat penggunaan ecoenzym dan bagaimana dampaknya terhadap
lingkungan?
4. Bagaimana cara produksi ecoenzym yang ramah lingkungan dan efektif?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat dan tujuan dalam makalah sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman tentang bioteknologi dan aplikasinya dalam pembuatan
ecoenzym.
2. Membahas proses pembuatan ecoenzym dan komponen yang terlibat dalam proses
tersebut.
3. Memberikan gambaran tentang cara pembuatan ecoenzym dan penggunaannya dalam
pengolahan limbah dan pembersihan permukaan.
4. Meningkatkan pemahaman siswa SMA tentang konsep bioteknologi dan teknologi ramah
lingkungan, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang peduli lingkungan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1.4 Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu bios yang memiliki arti sebuah kehidupan dan
teknologi berarti sebuah cara atau teknik dalam melakukan sesuatu, Konteks sebuah kehidupan dalam
teknologi merupakan organisme kecil seperti mikroba, bakteri, jamur, tanaman, hewan dan
sebagainya. Sehingga dapat ditemukan bahwa bioteknologi merupakan suatu penerapan ilmu
pengetahuan alam dengan memanfaatkan mikroorganisme dengan upaya dalam memperoleh suatu
barang. Dalam pemanfaatan bioteknologi, terdapat beberapa mikroorganisme yang sering digunakan
seperti Rhizopus oryzae, Lactobacillius casei, Streptococcus thermophilius, Aspergillius wentii, dan
Acetobacter xylinum.

Diketahui berdasarkan jenisnya, bioteknologi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu


bioteknologi konvensional atau tradisional dan bioteknologi modern. Pengaplikasian dalam konsep
bioteknologi secara konvensional yaitu sebuah bioteknologi yang belum mengenal metode kloning
dan genetika, serta untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
metode untuk mengembangkan suatu produk. Bioteknologi yang biasanya digunakan seperti
pemanfaatan mikroorganisme dalam fermentasi. Selain itu juga terdapat bioteknologi modern, yaitu
suatu metode dengan prinsip lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni DNA organisme yang
telah dimanipulasi yang biasanya disebut rekayasa genetika. Bioteknologi modern juga berkembang
saat setelah terjadinya perang dunia kedua sehingga disebut dengan bioteknologi generasi kedua.
Dalam bioteknologi memiliki berbagai prinsip, antara lain sebagai berikut :

a. DNA Rekombinan Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan susunan DNA
sehingga diperoleh susunan DNA baru yang mampu mengekspresikan sifat-sifat yang
diinginkan. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan organism transgenik. Proses DNA
rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan DNA ke
dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
b. Fusi Protoplasma Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan
menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari organism yang berbeda
dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan untuk menghasilkan organisme transgenik.
Prinsip dari fusi protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu
menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan digabungkan dalam
suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan maupun hewan
(Kusumawati, 2012: 173).

3
c. Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetatif
buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah
menumbuhkan jaringan maupun sel tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic.
Dalam teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk
tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat
individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang
sering digunakan merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah
seperti ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media
kultur akan tumbuh membentuk kalus.

Kalus merupakan massa sel yang belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang
menjadi tanaman lengkap uyang disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173). Media kultur
jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan
vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah dengan
hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu pertumbuhan
akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi kultur jaringan
tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak (Kusumawati, 2012: 173).

d. Kloning Kloning atau transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk


menghasilkan individu yang secara genetic identik dengan induknya. Proses kloning
dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang telah dihilangkan
inti selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memacu
pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang sesuai, embrio dimasukkan ke
dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis. Hewan tersebut selanjunya akan
mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan hasil
kloning adalah domba Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
e. Teknik Bayi Tabung Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri
yang sulit memperoleh keturunan. Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu
menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu
mengakibatkan proses pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur
(Kusumawati, 2012: 175). Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in
vitro) berada di luar tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio.
Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut selanjutnya
tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).

4
1.5 Lingkungan

Lingkungan adalah faktor penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi.
Saat ini sampah yang ada di lingkungan masyarakat sudah sangat memprihatinkan. Sebagian sampah
yang dihasilkan pada lingkungan masyarakat sendiri dominan terhadap sampah-sampah hasil rumah
tangga. Untuk mengatasi tantangan lingkungan saat ini, teknologi bioteknologi dapat menjadi solusi
yang potensial. Bioteknologi memanfaatkan organisme hidup, baik mikroba, tumbuhan, atau hewan,
untuk menghasilkan produk atau layanan yang berguna bagi manusia.

Salah satu aplikasi bioteknologi dalam lingkungan adalah bioteknologi ecoenzym. Melalui
bioteknologi ecoenzym ini berfokus dalam pengolahan sampah, sehingga hasil-hasil sampah rumah
tangga yang dihasilkan akan diolah menjadi ecoenzym. Dengan mengolah sampah menggunakan
aplikasi metode bioteknologi ecoenzym, hal ini akan mengurangi jumlah sampah yang akan sampai ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan tentunya akan membantu berbagai pihak dalam mengolah
sampah yang ada. Dalam kesimpulannya, bioteknologi dapat menjadi solusi yang potensial dalam
mengatasi tantangan lingkungan saat ini. Namun, perlu juga diperhatikan dampak yang ditimbulkan
dari penggunaan teknologi bioteknologi terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu,
diperlukan pengembangan teknologi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk memastikan
manfaatnya lebih besar daripada dampak negatifnya.

1.6 Ecoenzym

Ecoenzym adalah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berasal dari lingkungan
alami, seperti tanah, air, dan tumbuhan. Ecoenzym memiliki keunggulan dibandingkan dengan enzim
yang dihasilkan secara sintetis, karena lebih ramah lingkungan dan dapat dihasilkan dengan biaya
yang lebih rendah. Ecoenzym juga memiliki aktivitas yang lebih stabil dan optimal pada kondisi
lingkungan tertentu. Oleh karena itu, produksi ecoenzym dengan menggunakan bioteknologi telah
menjadi topik penelitian yang menarik dalam beberapa tahun terakhir. Produksi ecoenzym dapat
dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme yang diisolasi dari lingkungan alami.
Mikroorganisme yang diisolasi kemudian diidentifikasi dan dipilih berdasarkan kemampuan mereka
dalam menghasilkan enzim yang diinginkan. Produksi ecoenzym kemudian dilakukan dengan
menggunakan teknik fermentasi yang optimal. Salah satu aplikasi ecoenzym adalah dalam pengolahan
limbah, yang nantinya hasil dari pengolahan limbah tersebut dapat digunakan sebagai agen biokimia
dalam pengolahan limbah tekstil. Ecoenzym mampu mempercepat proses degradasi bahan organik
dalam limbah tekstil dan menghasilkan produk akhir yang lebih ramah lingkungan.

Ecoenzym juga dapat digunakan dalam berbagai bidang industri seperti pengolahan sampah dan
produksi bahan makanan. Salah satu teknik pengolahan yaitu dengan metode fermentasi, ecoenzym

5
dibuat dari berbagai sampah organik seperti kulit buah dan sayuran yang difermentasi dengan bantuan
mikroorganisme dari gula dan air. Dalam melakukan fermentasi tersebut, perlu adanya perhitungan
komposisi dari masing-masing sampah organic, gula, dan air sebesar 3 : 1 : 10. Jangka waktu proses
fermentasi dilakukan selama tiga hingga enam bulan. Namun, penggunaan ecoenzym juga memiliki
beberapa kelemahan. Salah satunya adalah sensitivitas terhadap suhu dan pH yang tidak optimal dapat
mengurangi aktivitas enzim. Selain itu, produksi ecoenzym masih tergolong mahal dibandingkan
dengan enzim sintetis karena masih membutuhkan banyak tahap dalam produksi dan isolasi.

6
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

Dalam pembahasan diatas, diketahui bahwa penggunaan metode bioteknologi ecoenzym dalam
melakukan pengolahan limbah sampah masih kurang dilirik oleh berbagai kalangan masyarakat.
Namun dari observasi sekilas dari peneliti di dalam SMAN 25 Jakarta, terdapat Program ‘Pokja’
(Kelompok Kerja) yang bergerak di bagian hidroponik, bank sampah, Komposting, dan ecoenzym.
Dimana Pokja ini dilaksanakan oleh Pengurus OSIS dan Anggota Pramuka. Pokja ini juga akan
menghasilkan suatu produk dan akan dipasarkan kepada Peserta Didik SMAN 25 Jakarta, salah
satunya ecoenzym. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode
pengolahan sampah dengan bioteknologi ecoenzym. Ecoenzym merupakan salah satu metode
bioteknologi konvensional dengan memanfaatkan jamur dan bakteri dalam proses fermentasinya dan
yang nantinya proses fermentasi ini akan berjalan selama tiga bulan hingga enam bulan. Estimasi
waktu dari fermentasi ecoenzym ini sendiri sudah dapat dihasilkan pada tiga bulan, namun dalam
mencapai produk yang lebih baik, alangkah baiknya menunggu lebih lama lagi hingga total fermentasi
selama enam bulan. Manfaat dari ecoenzym itu sendiri sangat bervariasi, mulai dari menjadi
pembersih lantai, toilet, piring, deterjen pakaian, pembasmi serangga, pestisida ramah lingkungan dan
masih banyak lagi.

7
BAB IV
KESIMPULAN

Kegiatan pengolahan limbah sampah dengan menggunakan metode bioteknologi ecoenzym dapat
menjadi kegiatan tambahan positif untuk berbagai kalangan. Kegiatan ini juga akan menghasilkan
suatu produk cairan serbaguna dalam menunjang khususnya aktivitas rumah tangga. Namun memang
dalam proses pembuatan dari ecoenzym ini sendiri memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar tiga
hingga enam bulan. Maka dari itu perlu adanya tingkat kesabaran dan konsisten yang baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Zakky, 2020. Pengertian Limbah | Definisi, Macam-Macam, Karakteristik, Contohnya. [Online]


Available at: https://www.zonareferensi.com/pengertian-limbah/
[Accessed 16 April 2023].
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorski & R.B. Jackson.
2010. Biologi (Edisi Kedelapan-Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009. Jakarta: Ricardo Publishing and Printing
 Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
Rohana Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat. 2012. Klaten: Intan Pariwara.
Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan Umum II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arun, C. & Sivashanmugam, P. (2015). Investigation of biocatalytic potential of garbage enzyme and
its influence on stabilization of industrial waste activated sludge. Process Safety and Environmental
Protection, 94, 471-478
Bartholomew DP, Paull RE and Rohrbach. (2003). The Pineapple: Botany, Productionand Uses.
University of Hawaii at Manoa Honolulu USA. CABI Publishing
Chandra. 2006. Penghantar Kesehatan Lingkungan.EGC. Jakart
Etienne, A., Genard, M., Lobit, P., Mbeguie-Ambeguie, D. & Bugaud, C.( 2013) What controls fleshy
fruit acidity? A review of malate and citrate accumulation in fruit cells. Journal of Experimental
Botany, 64(6), 1451-1469
Eviati & Sulaeman. (2009). Analisa Kimia Tanah, Tanaman, Air Dan Pupuk. Bogor : Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
M. Hemalatha and P.Visantini, ((2020). Potential use of eco-enzyme for the treatment of metal based
effluent. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 716, 1-6

Anda mungkin juga menyukai