Anda di halaman 1dari 3

Nama : Farida

Nim : 202091200068

Prodi : Mpi B

Dalam kaitan ini Owston et.al (2008) dalam penelitianya yang berjudul “Blended
teacher professional development: A synthesis of three program evaluations” mengutarakan
ada empat belas karakteristik yang melekat pada guru yang unggul itu adalah sebagai berikut:
(guru sebagai guru), (Guru sebagai teladan), (Guru sebagai penasihat), (Guru sebagai
pemegang otoritas), (Guru sebagai pembaharu), (Guru sebagai pemandu), (Guru sebagai
pelaksana tugas rutin), (Guru sebagai insan visioner), (Guru sebagai pencipta), (Guru sebagai
orang yang realistis), (Guru sebagai penutur cerita dan seorang actor), (Guru sebagai
pembongkar kemah), (Guru sebagai peneliti), (Guru sebagai penilai).

Dr. Oemar Hamalik (2009:33) dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar
menulis peran guru peran guru yang pertama sebagai pengajar, salah satu tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru disekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar
mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. kedua sebagai
pembimbing, guru memberikan bimbingan bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.

Peranan guru dianggap dominan menurut Dr Rusman, Mpd (2016:62) diklasifikasikan


sebagai berikut:

1. Guru sebagai demonstrator Melalui perannya sebagai demonstrator, guru


hendaknya menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkan dan
mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
2. Guru sebagai pengelola kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning
managers). Guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena
kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber,
buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4. Guru sebagai evaluator Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya
melakukan penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai apa tidak, apakah materi yang diajarkan sedah dikuasai atau belum oleh
siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.

System Pendidikan guru yang berkompetitif dan efektif sangat di perlukan untuk
kemajuan suatu bangsa sebab guru merupakan ujung tombak Pendidikan, dan Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting terhadap kemajuan suatu bangsa. Sejarah
perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang
maju, modern, Makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki system dan
praktik Pendidikan yang bermutu. Dalam konteks Pendidikan yang bermutu maka penilaian
kinerja guru menjadi sebuah keniscayaan. Penilaian kinerja guru merupakan sebuah system
yang dirancang untuk mengindentifikasi dan mengevaliasi kinerja guru yang utamanya
berkaitan dengan kompetensi guru.

Kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru memang masih kurang memperoleh


perhatian optimal dari pemerintah. Hal ini tercermin dari politik anggaran pemerintah yang
dialokasikan untuk guru dalam setiap tahun yang masih jauh dari angka layak, apalagi ideal.
Kesejahteraan guru memang sangat dipengaruhi oleh kondisi moneter Indonesia yang belum
stabil. Akibatnya, target 20 persen anggaran negara untuk pendidikan belum bisa terpenuhi.
Selain itu, program sertifikasi guru yang dicetuskan untuk meningkatkan profesionalitas dan
mendongkrak kesejahteraan pendidik juga belum terbukti secara merata (Ngainun Naim,
2009:3).

Apapun yang terjadi, itulah potret sebagian dari guru di Indonesia. Di tengah himpitan
hidup yang kian sesak, dan kebutuhan hidup yang terus membumbung tinggi, mereka harus
menjalankan tugas mulia dan berat, yaitu harus mencerdasakan para siswanya. Pada saat
mereka berjuang mencerdaskan para siswanya, belum tentu anaknya sendiri mampu
mengenyam pendidikan secara layak. Banyak anak guru yang tidak dapat mengenyam
pendidikan sampai tingkat sarjana. Bukan rahasia lagi bahwa kebutuhan biaya kuliah
sekarang ini melangit.
Daftar rujukan

Daryanto. 2013. Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Gava Media:
Yogyakarta

Dermawan. 2013. Penilaian Angka Kredit Guru. Bumi Aksara: Jakarta.

Dewi, Rina Puspita. 2008. Modul: Menjagadan Melindungi Budaya Kerja. Sesuai Standar Isi
2006. Jakarta: Yudhistira

Dewi, Rina Puspita. 2008. Modul: Menjagadan Melindungi Budaya Kerja, Sesuai Standar Isi
2006. Jakarta: Yudhistira

Djamarah, Syaiful Bahri. 2003. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta. Dubrin, A. J. 2005. Leadership (Terjemahan), Edisi Kedua. Prenada Media:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai