Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN MUTU KLINIK PRATAMA AL - MUSLIMIN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan/atau spesialistik (Permenkes No. 9 Tahun 2014).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Klinik Pratama Al –
Muslimin adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar sesuai Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 dalam sasaran
pokok pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Negara (RPJMN) 2015-2019.
Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu di Klinik Pratama Al - Muslimin perlu dibentuk sistem manajemen
mutu untuk menjalankan operasional Klinik Pratama Al - Muslimin, untuk
selanjutnya sistem tersebut dituangkan dalam pedoman mutu.
Pedoman mutu ini merupakan dokumen yang menjelaskan secara garis besar
informasi tentang sistem manajemen mutu di Klinik Pratama Al – Muslimin.
Semua ketentuan atau persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam
pedoman ini merupakan acuan untuk menjalankan kegiatan operasional Klinik
Pratama Al – Muslimin.

B. PROFIL ORGANISASI

1. Gambaran Umum Organisasi


I. Nama : Klinik Pratama Al- Muslimin
Organisasi
II. Alamat : Jl. Gunung Kanyere, Kelurahan Mulyasari, Kec.
Tamansari Kota Tasikmalaya
III. Produk : Berupa jasa pelayanan kesehatan yang terdiri dari
Pelayanan Dokter Umum, Pelayanan KIA/KB dan
Pelayanan Laboratorium.
IV. Fasilitas :
Pelayanan
a. Klinik Pratama Al – Muslimin dengan Nomor Sertifikat Standar :
b. Bangunan/ Gedung.
c. Ruangan
Ruangan di Klinik Pratama Al – Muslimin terdiri dari :
1) Ruang Pendaftaran
2) Ruang Tunggu Pasien
3) Ruang Tindakan
4) Ruang Pemeriksaan Umum
5) Ruang Pelayanan KIA/KB
6) Ruang Farmasi
7) Ruang Laboratorium
8) Ruang Administrasi
9) Kamar Mandi

d. Lingkungan Gedung

e. Sarana Perlengkapan dan Peralatan Pelayanan.

f. Perlengkapan Penunjang Administrasi.

g. Perlengkapan Penunjang Umum

h. Peralatan Medis dan Obat-obatan

i. Perlengkapan Edukasi

V. Sumber Daya Manusia


Jumlah ketenagaan bidang tata usaha di Klinik Pratama Al - Muslimin
a. Administrasi :
b. Keamanan :
c. Petugas Kebersihan :

Jumlah ketenagaan bidang pelayanan di Klinik Pratama Al – Muslimin :

a. Dokter Umum :
b. Perawat :
c. Bidan :
d. Farmasi :
e. Analis :
f. Kasir :
2. Logo Klinik Pratama Al – Muslimin
3. Visi Klinik Pratama Al – Muslimin
4. Misi Klinik Pratama Al – Muslimin
5. Tujuan KLinik Pratama Al – Muslimin
6. Motto Klinik Pratama Al – Muslimin
7. Tata Nilai Klinik Pratama Al – Musllimin
8. Struktur Organisasi Klinik Pratama AL – Muslimin

C. KEBIJAKAN MUTU

Kami jajaran pengelola dan seluruh karyawan Klinik Pratama Al –


Muslimin berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pasien atau
pelanggan.
Kami berkomitmen untuk memperbaiki proses pelayanan berdasarkan fakta
yang didapatkan di lapangan.

Kebijakan Mutu Dan Keselamatan Pasien Klinik Pratama Al -


Muslimin
1. Penanggung jawab Klinik dan seluruh karyawan wajib
berpartisipasi dalam program mutu dan keselamatan pasien mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. .
2. Para kepala bidang dan kepala bagian wajib melakukan kolaborasi
dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien yang
diselenggarakan di seluruh jajaran Klinik.
3. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Klinik Pratama Al
– Muslimin dengan pendekatan multi disiplin dan dikoordinasikan
oleh ketua tim mutu.
4. Perencanaan mutu berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik
dari hasil monitoring dan evaluasi indikator, maupun keluhan
pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangan kekritisan,
risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah..
b. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan
keselamatan
pasien yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit
pelayanan.
c. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan
dengan pemilihan indikator, pengumpulan data, untuk
kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
d. Indikator klinis yang meliputi indikator input, proses, dan
outcome.
e. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien
melalui standarisasi, perancangan sistem, rancang ulang
sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
f. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan
baik pelayanan klinis maupun administrasi manajemen.
g. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian
tidak diinginkan, kejadian tidak cedera, kejadian nyaris
cedera, dan keadaan potensial cedera.
h. Program dan kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis
dan keselamatan pasien, termasuk di dalamnya program
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.
i. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
j. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk
menyampaikan permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan
tindak lanjut yang dilakukan.
k. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan
keselamatan pasien.
5. Perencanaan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir
dibawah ini :
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Klinik
Pratama Al - Muslimin dan perencanaan tahunan Klinik
Pratama Al – Muslimin.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf.
c. Menggunakan pedoman praktik klinis, standar pelayanan
klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari profesi
maupun panduan dari Kementerian Kesehatan.
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko.
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang ada di klinik.
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang
terkait.
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses
dan sistem pelayanan.
6. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus
didokumentasikan.
7. Standar keselamatan Pasien wajib diterapkan di pelayanan klinis
yang terdiri dari tujuh standar, yaitu:
a. Hak pasien.
b. Mendidik pasien dan keluarga.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
8. Ketua tim mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu
kepada koordinator peningkatan mutu dan keselamatan pasien
setiap enam bulan.
9. Koordinator peningkatan mutu dan keselamatan pasien wajib
melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
kepada penanggung jawab klinik setiap enam bulan.
10. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf,
serta mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial
bermasalah, maka area prioritas yang perlu mendapat perhatian
dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah:
a. Pencapaian sasaran keselamatan pasien.
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan ruang tindakan
D. PROSES PELAYANAN (PROSES BISNIS)

Klinik mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan


untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
dalam rangka mendukung terwujudnya Visi Misi Presiden dalam
Nawacita Indonesia Sehat.

Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka Klinik


Pratama Al - Muslimin harus melaksanakan manajemen dengan
baik. Manajemen Klinik Pratama Al – Muslimin adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan
Klinik Pratama Al – Muslimin secara efektif dan efesien.
Manajemen Klinik Pratama Al - Muslimin tersebut terdiri dari
pelaksanaan dan perencanaan, pengendalian pengawasan dan
pertanggung jawaban. Seluruh kegiatan tersebut merupakan satu
kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan.
PENGENDALIAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN SERTA
PENGAWASAN

Penyelenggaraan pelayanan klinis berdasarkan kerangka acuan,


standar, dan tata nilai sudah disepakati bersama seluruh karyawan
Klinik Pratama Al - MUslimin. Proses pelayanan klinis di Klinik
Pratama Al - Muslimin dapat dilihat dalam alur berikut:

E. RUANG LINGKUP

Lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan standar


akreditasi klinik, yang meliputi:

a. Persyaratan umum sistem manajemen mutu


b. Tanggung jawab manajemen
c. Manajemen sumber daya
d. Proses pelayanan klinis yang memperhatikan keselamatan
pasien dengan menerapkan manajemen risiko.

F. TUJUAN
Manual mutu ini disusun sebagai acuan bagi karyawan Klinik Pratama Al -
Muslimin dalam membangun sistem manajemen mutu baik untuk untuk
penyelenggaraan administrasi manajemen dan pelayanan klinis.
G. LANDASAN HUKUM DAN ACUAN
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan manual/pedoman
mutu ini adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
tentang Klinik.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi.
5. Standar Akreditasi Klinik.

H. ISTILAH DAN DEFINISI

Istilah dan definisi yang digunakan dalam manual/pedoman mutu ini adalah
sebagai berikut :

1. Pelanggan
Pelanggan atau langganan merujuk pada individu atau rumah tangga,
perusahaan yang membeli barang atau jasa.
2. Kepuasan pelanggan
Pengertian secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen merupakan hasil dari adanya perbedaan-perbedaan antara
harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan oleh konsumen tersebut.
Dari beragam definisi kepuasan konsumen yang telah diteliti dan
didefinisikan oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
konsumen merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi
purna beli terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja
produk) dibandingkan dengan harapan konsumen.
3. Pasien
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima penanganan medis.
4. Koreksi
Pembetulan, perbaikan, pemeriksaan.
5. Tindakan korektif
a. Tindakan perbaikan (corrective action) adalah tindakan untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian agar tidak terulang lagi.
b. Ketidaksesuaian (non-conformance) adalah tidak terpenuhinya suatu
persyaratan.
c. Persyaratan (requirement) adalah harapan atau kebutuhan yang dapat
berupa ketetapan, kebiasaan, atau kewajiban, baik yang dinyatakan
ataupun tidak dinyatakan.
6. Tindakan Preventif
a. Tindakan pencegahan (preventive action) adalah tindakan untuk
menghilangkan penyebab potensi ketidaksesuaian agar tidak terjadi.
b. Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu
terjadi (mencegah sebelum terjadi).
7. Pedoman mutu

Suatu pedoman yang merupakan panduan sebuah proses terstruktur untuk


memperbaiki keluaran yang dihasilkan atau untuk memastikan keluaran
sesuai standar yang diharapkan.

8. Dokumen

Dokumen adalah acuan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan


meliputi Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Pedoman Mutu, Prosedur Mutu,
standar operasional prosedur (SOP), Rencana Mutu Pelayanan, dan
dokumen pendukung lainnya. Secara umum dokumen juga merupakan
sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas
dan informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai
media elektronik (seperti printer).

9. Rekaman

Rekaman adalah hasil dokumentasi dari kegiatan atau proses yang


disimpan.

10. Efektifitas
a. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang
dijalankan.
b. Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;03) yaitu: "Efisiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain
penggunaan yang sebenarnya".
c. Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP. Hasibuan (1984;233-4)
yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah: "Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil
antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan),
seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang
telah diselesaikan.
11. Proses

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami
atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber
daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Definisi lain dari proses adalah
serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi, yang mengubah
input menjadi output. Kegiatan ini memerlukan alokasi sumber daya seperti
orang dan materi.

12. Indikator kerja

Indikator kinerja adalah target dari masing-masing unit atau program yang
ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, indikator kinerja harus
mempunyai syarat:

a. Specific: Lingkupnya jelas untuk unit atau program mana.


b. Measurable: indikator kinerja tersebut harus bisa diukur (baik dalam
bentuk jumlah ataupun presentase).
c. Achievable: semestinya menentukan target / indikator kinerja itu harus
dapat dicapai, apabila target terlalu tinggi, unit atau program cenderung
malas untuk mengejarnya.
d. Realible: sasaran mutu haruslah sesuatu yang nyata / sesuatu yang
tidak nyata akan sulit untuk dijadikan target.
e. Time frame: harus jelas, yaitu waktu dimana seharusnya indikator
kinerja itu dicapai yang ditetapkan diawal pembuatan indikator kinerja
tersebut.
13. Perencanaan mutu

Perencanaan mutu adalah aktivitas pengembangan produk dan proses yang


dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengendalian mutu
merupakan proses yang terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengevaluasi kinerja
b. Membandingkan kinerja mutu dengan tujuan mutu.
c. Bertindak berdasarkan perbedaan.
14. Kebijakan mutu

Kebijakan mutu adalah kebijakan resmi dan tertulis dari manajemen


perusahaan tentang komitmen perusahaan dalam memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek-aspek mutu dalam aktifitas keseharian organisasi
atau perusahaan.

15. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan
untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.

16. Prasarana

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama


terselenggaranya produksi. Contoh: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja,
dll.

BAB II

SISTEM MANAJEMEN MUTU

A. PERSYARATAN UMUM
Klinik Pratama Al - Muslimin menetapkan, mendokumentasikan, memelihara
sistem manajemen mutu sesuai dengan standar akreditasi. Sistem ini disusun
untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan pengendalian terhadap
proses-proses penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan (UKP)/pelayanan
klinis, yang meliputi:

1. Kejelasan proses pelayanan dan interaksi proses dalam penyelenggaraan


pelayanan.
2. Kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumberdaya, penyelenggaraan
pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang berdasarkan kebutuhan
masyarakat atau pelanggan.
3. Verivikasi terhadap rencana yang disusun.
4. Pelaksanaan pelayanan.
5. Verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-hasil yang dicapai.
6. Monitoring dan evaluasi.
7. Upaya penyempurnaan yang berkesinambungan.

B. PENGENDALIAN DOKUMEN

Dokumen sistem manajemen mutu dipastikan terkendali. Dokumen sistem


manajemen mutu adalah dokumen-dokumen yang memuat informasi yang
digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu.

Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang


disusun meliputi :

1. Dokumen level 1: kebijakan.


2. Dokumen level 2: pedoman.
3. Dokumen level 3: standar operasional prosedur,
4. Dokumen level 4: rekaman-rekaman sebagai catatan sebagai akibat
pelaksanaan kebijakan, pedoman, dan prosedur

Pengendalian dokumen dimaksudkan agar dokumen sistem manajemen


mutu yang dipergunakan adalah dokumen yang tepat dan benar. Tujuan
pengendalian dokumen adalah terkendalinya kerahasiaan dokumen, proses
perubahan, penerbitan, distribusi dan sirkulasi dokumen.
Cara pengendalian dokumen diatur dalam prosedur dan dipahami oleh
semua pihak terkait. Prosedur pengendalian dokumen mengatur hal-hal
sebagai berikut:

1. Identifikasi Penyusunan/Perubahan Dokumen

Identifikasi kebutuhan, dilakukan pada tahap self-assesment dalam


pendampingan akreditasi. Hasil self-assessment digunakan sebagai acuan
untuk mengidentifikasi dokumen sesuai standar akreditasi yang sudah ada
di Klinik Pratama Al - Muslimin. Bila dokumen sudah ada, dapat diidentifikasi
dokumen tersebut masih efektif atau tidak.

2. Penyusunan Dokumen

Penanggung jawab administrasi manajemen dan penanggung jawab upaya


kesehatan perorangan/UKP bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen. Penyusunan dokumen
secara keseluruhan dikoordinir oleh Ketua Tim Mutu, Koordinator
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, dan Penanggung Jawab Klinik
dengan mekanisme sebagai berikut:

a. SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke
Tim Mutu.
b. Fungsi tim mutu di dalam penyusunan dokumen adalah:
i. Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen
yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi
bahasa maupun penulisa.
ii. Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi
duplikasi/tumpang tindih dokumen antar unit.
iii. Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan ditandatangani
oleh penanggung jawab Klinik Pratama Al - Muslimin.
3. Pengesahan Dokumen

Dokumen disahkan oleh penanggung jawab Klinik Pratama Al - Muslimin.

4. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi dokumen tersebut, khusus bagi SOP, bila rumit maka untuk
melaksanakan SOP tersebut perlu dilakukan pelatihan.

5. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen

Penanggung Jawab Klinik Pratama Al - Muslimin menunjuk salah satu


anggota Tim Mutu sebagai Petugas Pengendali Dokumen. Petugas tersebut
bertanggung jawab atas:

a. Penomoran dokumen
Tata cara penomoran dokumen diatur pada kebijakan pengendalian
dokumen, dengan ketentuan:
i. Semua dokumen harus diberi nomor.
ii. Klinik Pratama Al - Muslimin membuat kebijakan tentang pemberian
nomor sesuai dengan tata naskah yang dijadikan pedoman.
iii. Pemberian nomor mengikuti tata naskah Klinik Pratama Al – Muslimin.
iv. Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.
b.Pencatatan dalam daftar dokumen eksternal atau internal.
c.Menyerahkan dokumen kepada pengusul untuk menggandakan
d.Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel terkendali.
Tata cara pendistribusian dokumen :
i.Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan dokumen kepada unit
upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat
digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan
ini dilakukan oleh tim mutu atau bagian tata usaha Klinik Pratama Al -
Muslimin sesuai pedoman tata naskah.
ii. Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda terima.
iii. Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga
untuk seluruh unit kerja lainnya.
iv. Bagi Klinik Pratama Al - Muslimin yang sudah menggunakan e-file maka
distribusi dokumen bisa melalui jejaring area lokal dan diatur kewenangan
otorisasi di setiap unit kerja, sehingga unit kerja dapat mengetahui batas
kewenangan dalam membuka dokumen.

e.Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen pengganti


serta mengisi format usulan penambahan/penarikan dokume.
f.Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan
membubuhkan stempel "Kedaluwarsa" dan kemudian menyimpan
dokumen tersebut selama 2 tahun.
g.Memusnahkan dokumen sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

6.Tata Cara Penyimpanan Dokumen


a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah
ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata
Usaha Klinik Pratama Al - Muslimin, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di organisasi tersebut tentang tata cara pengarsipan dokumen yang diatur
dalam pedoman/tata naskah. Penyimpanan dokumen yang asli harus rapi,
sesuai metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
b. Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Klinik Pratama
Al - Muslimin dimana dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku
lagi atau tidak dipergunakan, maka sekretariat tim mutu menarik dokumen
tersebut sehingga di unit kerja hanya ada dokumen yang masih berlaku
saja. Sekretariat Tim Mutu dapat memusnahkan fotocopy dokumen yang
tidak berlaku tersebut, namun untuk dokumen yang asli agar tetap
disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai ketentuan dalam ketentuan
retensi dokumen yang berlaku di Klinik Pratama Al – Muslimin.
c. Dokumen di unit upaya Klinik Pratama Al - Muslimin harus diletakkan di
tempat yang mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah dibaca oleh
pelaksana.

7. Penataan Dokumen
Untuk memudahkan di dalam pencarian dokumen akreditasi Klinik Pratama Al
- Muslimin dikelompokan masing-masing bab/kelompok pelayanan dengan
diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.
8.Revisi atau Perubahan Dokumen
a.Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat pengesahan sesuai
pejabat yang berwenang.
b.Setiap kali revisi seluruh halaman akan mengalami perubahan.
c.Isi revisi atau perubahan harus tercatat pada Riwayat Perubahan
Dokumen.
d.Tanggal terbit pada sudut kanan atas cover merupakan tanggal terbit
dokumen terkini (untuk dokumen selain kebijakan dan SOP).

9. Pengendalian Rekam Implementasi

Pengendalian rekam implementasi dilakukan dengan sistem kearsipan. Semua


catatan/arsip dikelola dengan baik.

a. Arsip adalah dokumen berisi informasi historis yang timbul dari kegiatan
yang telah dilaksanakan.
b. Tujuan pengendalian arsip adalah untuk memastikan semua data
kegiatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perbaikan.
c. Arsip dipastikan aman, teridentifikasi dengan jelas dan ditata dengan rapi
sehingga mudah dan cepat ditemukan bila diperlukan.
d. Arsip yang ada pada unit dikendalikan oleh masing-masing unit.

C. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN


1. Komitmen Manajemen
Penanggung jawab Klinik Pratama Al - Muslimin dan seluruh karyawan Klinik
Pratama Al - Muslimin bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh
persyaratan yang ada pada manual mutu ini.
2. Fokus Pada Pelanggan (masyarakat dan pasien)
Pelayanan yang disediakan oleh Klinik Pratama Al - Muslimin dilakukan dengan
berfokus pada pelanggan. Pelanggan dilibatkan mulai dari identifikasi kebutuhan
dan harapan pelanggan, perencanaan penyelenggaraan upaya Klinik Bona Mitra
Kelurga dan pelayanan klinis, pelaksanaan pelayanan, monitoring dan evaluasi
serta tindak lanjut pelayanan.
3. Kebijakan Mutu
Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayanan yang
berfokus pada pelanggan, memperhatikan keselamatan pelanggan, dan
melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan.
4. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran Kinerja/Mutu
Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/standar pelayanan
minimal yang meliputi indikator-indikator pelayanan klinis, indikator
penyelenggaraan upaya klinik. Perencanaan disusun dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan pelanggan, hak dan kewajiban pelanggan, serta upaya
untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.
Perencanaan mutu klinik dan keselamatan pasien berisi program-program
kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:
a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik administrasi manajemen maupun
UKP.
b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien.
c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas.
d. Penilaian kontrak atau kerjasama pihak ketiga.
e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien.
f. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu dan keselamatan
pasien
5. Tanggung Jawab dan Wewenang

Tugas, tanggung jawab dan wewenang pimpinan dan seluruh karyawan diatur
dengan jelas dan terdokumentasi khususnya karyawan yang melaksanakan
pekerjaan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan.

a. Setiap koordinator, penanggung jawab, dan karyawan dipastikan


memahami tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
b. Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang dibuat oleh kepala tata
usaha dan ditetapkan oleh penanggung jawab Klinik Al – Muslimin.
c. Dokumen uraian tugas dipegang oleh karyawan yang bersangkutan dan
copy disimpan oleh tata usaha.
d. Dokumen uraian tugas harus dikendalikan, isinya diperbaharui bila terjadi
perubahan pekerjaan.
e. Uraian tugas dibuat berdasarkan nama-nama posisi yang ada dalam
struktur organisasi pada masing-masing unit.

Ringkasan uraian tugas masing-masing karyawan dalam peningkatan mutu


sebagai berikut:

a. Penanggung jawab klinik

i.Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu sesuai.


ii.Melakukan tinjauan manajemen secara berkala, untuk memastikan
efektifitas penerapan sistem manajemen mutu.
iii.Memastikan ketersediaan sumber daya untuk penerapan sistem
manajemen mutu.

b. Ketua tim mutu

i. Mensosialisasikan dimensi mutu pelanggan, termasuk acuan, regulasi,


dan kebijakan mutu kepada seluruh karyawan.
ii. Memelihara sistem manajemen mutu dan memastikan diterapkan oleh
seluruh karyawan dengan efektif.

c. Kepala bidang dan kepala bagian

i. Melaksanakan kebijakan mutu yang telah ditetapkan.


ii. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang
ditetapkan.
iii. Memastikan bahwa personil yang berada dibawah koordinasinya
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang telah
ditetapkan.

d. Penanggung jawab program dan pelaksana kegiatan/pelayanan

i. Melaksanakan kebijakan mutu yang telah ditetapkan.


ii. Melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan.

6. Ketua Tim Mutu

Ketua tim mutu ditunjuk oleh koordinator peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta penanggung jawab Klinik Pratama Al - Muslimin dan bertanggung
jawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan mutu di Klinik dan berkoordinasi
dengan pimpinan klinik. Ketua tim mutu mendapat otoritas yang cukup untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:

a. Memastikan sistem manajemen mutu ditetapkan.

b. Mengembangkan sistem manajemen sesuai persyaratan standar.

c. Menjamin sistem dilaksanakan secara efektif pada semua fungsi.


d. Menjamin sistem manajemen mutu diperbaiki terus menerus.

e. Melaporkan hasil atau kinerja sistem manajemen mutu dan kinerja pelayanan

kepada penanggung jawab klinik.

f. Mengupayakan peningkatan kesadaran atau pemahaman karyawan dalam

sistem manajemen mutu.

g. Membina hubungan dengan pihak ekternal untuk hal-hal yang berkaitan

dengan sistem manajemen mutu.

h. Menyelenggarakan program pendukung untuk membudayakan kesadaran

mutu kepada seluruh karyawan.

i. Merencakan dan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang mendukung


sistem manajemen mutu yang diperlukan oleh karyawan bekerjasama baik
dengan pihak internal maupun eksternal organisasi.

j. Mengkoordinasikan kegiatan internal audit.

k. Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap kebutuhan dan harapan

sasaran atau pasien.

7. Komunikasi Internal

Komunikasi internal dilakukan dengan cara pertemuan lokakarya mini bulanan klinik,
pertemuan koordinasi program dan kegiatan, audit internal, rapat tinjauan
manajemen, pertemuan konsultasi program dan kegiatan, dan media komunikasi
elektronik (WhatsApp, telepon, dan short message service/SMS).

8. Tinjauan Manajemen
a. Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
Masukan tinjauan manajemen meliputi:
i. Hasil audit.
ii. Umpan balik pelanggan
iii. Kinerja proses
iv. Pencapaian sasaran mutu
v. Status tindakan koreksi dan pencegahan yang dilakukan
vi. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu
vii. Perubahan terhadap kebijakan mutu
viii. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen mutu atau
sistem pelayanan

b. Luaran Tinjauan Manajemen


Hasil yang diharapkan dari tinjauan manajemen adalah peningkatan
efektivitas sistem manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait dengan
persyaratan pelanggan, dan identifikasi perubahan-perubahan, termasuk
penyediaan sumber daya yang perlu dilakukan.

D. MANAJEMEN SUMBER DAYA

1. Penyediaan Sumber Daya


a. Sumber daya untuk menjalankan sistem manajemen mutu dan untuk
mencapai sasaran kinerja yang telah ditetapkan dipastikan terpenuhi.
b. Sumber daya yang diperlukan diidentifikasi oleh Kepala Bagian dan
disampaikan kepada Kepala Bidang Tata Usaha melalui mekanisme yang
telah diatur sesuai prosedur.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Penyediaan sumber daya manusia (SDM) di Klinik Pratama Al - Muslimin
melalui proses perencanaan kebutuhan SDM dengan melakukan analisis
beban kerja.
b. Kompetensi yang diperlukan oleh setiap karyawan agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara tepat dan benar sesuai
dengan sasaran kinerja dan persyaratan yang telah direncanakan
diupayakan dipenuhi.
3. Infrastruktur atau Sarana Kerja
a. Sarana kerja atau infrastruktur untuk mendukung pekerjaan dan
mencapai sasaran dan persyaratan produk/proses dipastikan terpenuhi.
b. Melakukan pemeliharaan secara teratur terhadap alat-alat medis maupun
fasilitas pendukungan agar senantiasa dalam kondisi baik dan siap
dioperasikan.
c. Sarana kerja baru yang diperlukan secepatnya diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai prosedur yang berlaku.
d. Kepala bagian bertanggung jawab untuk memastikan kecukupan dan
kelengkapan sarana kerja dan kelaikan kondisi sarana kerja pada bagian
yang dipimpinnya.
4. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan kerja dikendalikan untuk mendukung komitmen mutu dan
kepuasan pelanggan.
b. Pengendalian lingkungan kerja dimaksud agar lingkungan kerja
senantiasa dalam keadaan bersih dan rapi.
c. Penanggung jawab klinik dan seluruh karyawan berkewajiban
mengupayakan dan mewujudkan agar lingkungan kerjanya terkendali.
d. Kepala bidang tata usaha mewajibkan semua karyawan untuk menjaga
kebersihan dan kerapian lingkungan kerja.
e. Setiap kepala bagian bertanggung jawab untuk memastikan kebersihan
dan kerapian lingkungan kerja agar dipahami dan dijalankan oleh seluruh
karyawan pada setiap unit kerja.
E. PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP) /
PELAYANAN KLINIS
1. Pelayanan Klinis yang Berorientasi Pasien
a. Pendaftaran Pasien
i. Proses pendaftaran pasien memenuhi kebutuhan pelanggan dan
didukung oleh sarana dan lingkungan yang memadai.
ii. Pasien membutuhkan informasi yang jelas ditempat pendaftaran,
oleh karena itu informasi pendaftaran harus tersedia dengan jelas
yang dapat dengan mudah diakses dan dipahami oleh pasien.
b. Pelayanan Klinis
i. Tahapan pelayanan klinis diinformasikan kepada pasien untuk
menjamin kesinambungan pelayanan.
ii. Kendala fisik, bahasa, budaya dan penghalang lain dalam
memberikan pelayanan diusahakan dikurangi.
iii. Kajian awal dilakukan secara paripurna untuk mendukung rencana
dan pelaksanaan pelayanan.
iv. Hasil kajian dicatat dalam catatan medis dan mudah diakses oleh
petugas yang bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien.
v. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera
diberikan prioritas untuk asesmen dan pengobatan.
vi. Hasil kajian awal pasien dianalisis oleh petugas kesehatan
profesional dan/atau tim kesehatan antar profesi yang digunakan
untuk menyusun keputusan layanan klinis.
vii. Terdapat peralatan dan tempat yang memadai untuk melakukan
kajian awal pasien.
viii. Rencana tindakan dan pengobatan serta rencana layanan terpadu
jika diperlukan penanganan oleh tim kesehatan antar profesi
disusun dengan tujuan yang jelas, terkoordinasi dan melibatkan
pasien/keluarga.
ix. Rencana layanan klinis disusun bersama pasien dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan
tata nilai budaya pasien.
x. Rencana layanan terpadu disusun secara kompehensif oleh tim
kesehatan antar profesi dengan kejelasan tanggung jawab dari
masing-masing anggotanya.
xi. Persetujuan tindakan medis diminta sebelum pelaksanaan tindakan
bagi yang membutuhkan persetujuan tindakan medis.
xii. Rujukan sesuai kebutuhan pasien ke sarana pelayanan lain diatur
dengan prosedur yang jelas.
xiii. Pelaksanaan layanan dipandu oleh kebijakan, prosedur, dan
peraturan yang berlaku.
xiv. Penanganan, penggunaan, dan pemberian produk obat dan/atau
cairan intravena dipandu dengan kebijakan dan prosedur yang
jelas.
xv. Hasil pemantauan pelaksanaan layanan digunakan untuk
menyesuaikan rencana layanan.
xvi. Untuk mengetahui mutu layanan yang diberikan perlu dilakukan
penilaian. Penilaian tersebut dilakukan dengan pengukuran dan
analisi terhadap indikator-indikator klinis yang ditetapkan. Hasil dan
rekomendasi dari penilaian tersebut harus ditindak lanjuti sebagai
upaya untuk meningkatan mutu pelayanan klinis.
xvii. Penilaian hasil layanan secara kualitatif antara lain adalah:
indikator mutu layanan klinis, survei kepuasan pelanggan disertai
deskripsi pengalaman pasien/keluarga pasien, pendapat, dan
persepsi pasien terhadap pelayanan. Seluruh petugas kesehatan
memperhatikan dan menghargai kebutuhan dan hak pasien selama
pelaksanaan layanan.
xviii. Pelayanan klinis harus diberikan dengan efektif dan efesien. Dalam
perencanaan maupun pelaksanaannya harus menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
xix. Tersedia pelayanan anestesi sederhana dan pembedahan minor
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
xx. Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan konseling kepada
pasien/keluarga. Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal
perlu ada kerjasama antara petugas kesehatan dan
pasien/keluarga.
xxi. Pasien/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan dan
edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien,
oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan pasien/keluarga perlu
dipadukan dalam pelayanan klinis. Pendidikan dan penyuluhan
kepada pasien termasuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
xxii. Agar penyuluhan dan pendidikan pasien/keluarga dilaksanakan
dengan efektif maka dilakukan dengan pendekatan komunikasi
interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan, dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien/keluarga

c. Penunjang Pelayanan Klinis

i. Manajemen Informasi - Rekam Medis


1) Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol, dan
istilah yang dipakai.
2) Berkas rekam medis pasien adalah suatu sumber informasi utama
mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien, sehingga
merupakan alat komunikasi yang penting. Agar informasi ini berguna
dan mendukung asuhan pasien berkelanjutan, maka perlu tersedia
selama pelaksanaan asuhan pasien dan setiap saat dibutuhkan, serta
dijaga selalu diperbaharui (up to date).
3) Catatan medis keperawatan dan catatan pelayanan pasien lainnya
tersedia untuk semua praktisi kesehatan pasien tersebut. Kebijakan
klinik mengidentifikasi praktisi kesehatan mana saja yang mempunyai
akses ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin kerahasiaan
informasi pasien.
4) Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam
medis.
5) Rekam berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya
tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah,
kemajuan pasien dan hasil asuhan.
ii. Manajemen Fisik dan Keamanan Lingkungan
1) Lingkungan fisik klinik, instalasi listrik, air, ventilasi, gas dan sistem lain
yang dipersyaratkan diperiksa secara rutin, dipelihara, dan diperbaiki
bila perlu.
2) Inventaris, pengelolaan, peyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya serta pengendalian dan pembuangan limbah berbahaya
dilakukan berdasarkan perencanaan yang memadai.
3) Perencanaan dan pelaksanaan program yang efektif untuk menjamin
keamanan lingkungan fisik dikelola oleh petugas yang kompeten.
iii. Manajemen Peralatan
1) Untuk menjaga agar peralatan siap pakai dan dalam kondisi baik pada
saat dibutuhkan maka Klinik perlu menetapkan ketentuan dan prosedur
kebersihan dan sterilisasi alat-alat yang perlu disterilkan, dan
menempatkan alat yang siap pakai pada tempat yang tepat sesuai
persyaratan dan fungsi alat.
2) Peralatan dipelihara dan dikalibrasi secara rutin.
iv. Manajemen Sumber Daya Manusia
1) Untuk menjamin pelayanan klinis dilakukan oleh tenaga yang
kompeten, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur kredensial
yang meliputi penilaian kompetensi petugas klinis, termasuk
persyaratan sertifikasi, lisensi dari petugas klinis tersebut, dan upaya
untuk peningkatan kompetensi, untuk memenuhi kecukupan kebutuhan
tenaga klinis.
2) Agar pasien memperoleh asuhan klinis sesuai dengan kebutuhan dan
dilaksanakan dengan optimal, perlu dilayani oleh tenaga klinis yang
kompeten sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan klinik perlu melakukan penilaian kinerja tenaga klinis dan
menyusun dan menerapkan rencana untuk peningkatan kompetensi
tenaga klinis dalam memberikan asuhan pada pasien. Tenaga klinis
mempunyai kewajiban untuk ikut berperan serta dalam meningkatkan
kinerja tenaga kesehatan dan mutu pelayanan klinis.
3) Setiap tenaga mendapat kesempatan mengembangkan ilmu dan
ketrampilan yang diperlukan untuk meningkatan mutu pelayanan bagi
pasien.
4) Untuk menjamin bahwa asuhan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
tepat dan kompeten, maka harus ada kejelasan petugas dan
wewenang untuk tiap tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
klinis di klinik. Dalam kondisi tertentu, jika tenaga kesehatan yang
memenuhi persyaratan tidak tersedia, maka dapat ditetapkan tenaga
kesehatan dengan pemberian kewenangan untuk menjalankan asuhan
klinis tertentu oleh pejabat yang berwenang.
2. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien
a. Perencanaan, monitoring, dan evaluasi mutu pelayanan klinis dan
keselamatan menjadi tanggung jawab tenaga yang bekerja di pelayanan
klinis.
b. Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang
ada, tetapi juga perilaku dalam pemberikan pelayanan. Tenaga klinis
perlu melakukan evaluasi terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan
dan melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun
perilaku pelayanan yang mencerminkan budaya keselamatan, dan
budaya perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
c. Pimpinan klinik memfasilitasi, mengalokasikan dan menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan mutu layanan klinis dan
upaya keselamatan pasien sesuai dengan ketersediaan anggaran dan
sumber daya yang ada di klinik.
d. Dengan adanya keterbatasan sumber daya yang ada di klinik, maka
upaya perbaikan mutu layanan klinis perlu diprioritaskan. Oleh karena itu
tim mutu bersama dengan tata usaha menetapkan prioritas fungsi dan
proses pelayanan yang perlu disempurnakan. Penetapan prioritas
dilakukan dengan kriteria tertentu misalnya high risk, high volume, high
cost, dan kecenderungan terjadi masalah, atau didasarkan atas penyakit,
kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
e. Agar pelayanan klinis dapat dikendalikan dengan baik, maka perlu
dilakukan pembakuan standar dan prosedur layanan klinis. Standar dan
prosedur tersebut. perlu disusun berdasarkan acuan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan, dan bila memungkinkan berdasarkan bukti ilmiah
terkini dan yang terbaik (the best available evidence).
f. Dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis perlu ditetapkan
ukuran-ukuran mutu layanan klinis yang menjadi sasaran
peningkatan layanan klinis. Untuk meningkatkan keselamatan
pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran- sasaran
keselamatan pasien. Indikator pengukuran keselamatan pasien
meluputi: tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien,
terlaksananya komunikasi yang efektif dalam pelayanan klinis,
tidak terjadinya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya
kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan,
pengurangan terjadinya risiko infeksi di Klinik, dan tidak terjadinya
pasien jatuh.
g. Untuk mengetahui nilai keberhasilan pencapaian mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien, maka perlu ditetapkan target
(batasan) yang harus dicapai untuk tiap-tiap indikator yang dipilih
dengan acuan yang jelas.
h. Data mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien
dikumpulkan dan dikelola secara efektif.
i. Upaya peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
didukung oleh tim yang berfungsi dengan baik.
j. Agar pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan klinis dan
keselamatan pasien dapat dilakukan secara efektif dan efesien,
maka perlu perencanaan yang matang berdasarkan data
monitoring mutu layanan klinis dan sasaran-sasaran keselamatan
pasien yang telah disusun.
k. Upaya peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
dievaluasi dan didokumentasikan.
l. Hasil evaluasi terhadap upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien perlu dikomunikasikan untuk meningkatkan
motivasi petugas dan meningkatkan keberlangsungan upaya
peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien.
BAB III

PENUTUP

Demikian pedoman mutu ini dibuat dan telah disahkan oleh Penanggung Jawab
Klinik Pratama Al - Muslimin untuk dijadikan acuan dalam bertidak dan mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan sistem manajemen mutu serta tugas,
tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kapasitas dan wewenang yang telah
diberikan.

Semoga kinerja dan mutu pelayanan Klinik Pratama Al - Muslimin dapat selalu
terjaga dan terus ditingkatkan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.

Ditetapkan di : Tasikmalaya

Pada tanggal :

Penanggung Jawab

Klinik Pratama Al – Muslimin

dr. Mila Hartiana

Anda mungkin juga menyukai