Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

47
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI DHARMA BEKASI

Oleh:
Githa Muthia, Hj. Hetty Krisnani, & Lenny Meilany

E-mail: githamuthia@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pelayanan sosial agar meningkatkan keberfungsian
sosial lansia. Informan dalam penelitian ini yaitu lima orang Pekerja Sosial yang bekerja di Panti
Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi. Data yang diperoleh melalui metode dokumentasi dan
wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif, sedangkan data yang diperoleh melalui
metode observasi dan teknik pengumpulan data kuesioner dianalisis dengan teknik deskriptif-
kuantitatif. Untuk peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan ini
agar sistem pelayanan sosial di Panti Sosial lebih relevan untuk memperbaiki kekurangan dan
memperoleh hasil yang lebih memuaskan.
Kata Kunci : pelayanan sosial, lansia, fungsi sosial, pekerja sosial, panti werdha

ABSTRACT
This study aims to determine the method of social services in order to improve the social functioning
of the elderly. Informants in this study is five Social Worker who works in Social Institutions Tresna
Elderly Budhi Dharma Bekasi. Data obtained through the method of documentation and interviews
were analyzed with descriptive qualitative technique, whereas data obtained through observation
methods and techniques of data collection questionnaires were analyzed with descriptive-quantitative
technique. For other researchers are expected to develop research that has been done is that the
system of social services in social house more relevant to correct deficiencies and obtain more
satisfactory results.
Key Words : social services, elderly, social functioning, social worker, foster care

PENDAHULUAN Indonesia No. 43 tahun 2004 tentang


pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan
Tertera dalam UU-RI No. 13 tahun 1998
sosial lanjut usia pun menjadi payung hukum
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang pada
bagi lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak
hakekatnya berisi Upaya peningkatan
potensial. Pemerintah memberikan
kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk
perlindungan sosial, bantuan sosial, dan
memperpanjang usia harapan hidup dan masa
aksesibilitas untuk mendukung terciptanya
produktif. Munculnya UU ini sebagai jawaban
kesejahteraan sosial lanjut usia. Selain itu,
atas permasalahan lanjut usia di Indonesia
dengan bentuk perlindungan hukum dari dalam rangka mengamalkan ketentuan yang
tertuang dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang
Negara. Peraturan Pemerintah Republik
kesejahteraan sosial khususnya pada bab III

343
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

bagian kesatu bahwa penyelenggaraan beban yang harus ditanggung oleh Negara
kesejahteraan sosial diperuntukkan bagi semakin besar. Jumlah penduduk non-
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial; produktif semakin bertambah dari tahun ke
dalam penelitian ini yaitu kelompok lanjut usia tahun, ketidakstabilan ekonomi pun salah satu
terlantar. faktor penyebab lansia yang sudah mempunyai
keterbatasan fisik, semakin tidak berdaya.
Adanya populasi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang masih Realita yang sama pun terbukti dari
menjadi beban sosial bagi setiap Kabupaten / data yang dilansir dari UNDP. Pada tahun
Kota, baik jumlah maupun kompleksitasnya. 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun
PMKS tersebut acapkali tidak dapat dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%)
melaksanakan fungsi sosialnya secara maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang
memadai dan wajar sehingga mengganggu (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2
pemenuhan kebutuhan hidupnya, semisal tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk
akibat dari kemiskinan, ketelantaran, lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta
kecacatan, keterbelakangan, keterasingan, atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun.
keterbatasan, perubahan lingkungan, serta Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020
beberapa masalah sosial yang berdampak perkiraan penduduk lansia di Indonesia
signifikan di Indonesia. mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH
sekitar 71,1 tahun. Rata-rata umur harapan
Data akurat yang diambil dari Badan
hidup saat ini adalah 69 tahun (67 untuk laki-
Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah
laki dan 71 untuk perempuan) (United Nations
lansia di Indonesia semakin meningkat.
Population Division, 2010). Pada tahun 2050
Berikut merupakan sumber data yang akan
diproyeksikan jumlah lansia akan meningkat
digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
menjadi 2,4 milyar orang. Sebelumnya jarang
Tabel 1.
orang berusia 80 tahun atau lebih, tetapi kini
Tabel 1 kelompok lansia menjadi kelompok umur yang
Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia tumbuh paling cepat di dunia. Di wilayah yang
lebih maju, sekitar 1 dari 4 orang saat ini
berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2050,
angka ini akan menjadi lebih 1 dari 3 orang. Di
Jumlah Penduduk negara-negara berkembang 1 dari 20 orang
Tahun %
Tua kini berusia di atas 60 tahun, pada tahun 2050,
1970 5,3 juta jiwa 4,48 angka ini akan menjadi 1 dari 9 orang. (UNDP,
Human Development Report 2010). Tahun
1990 12,7 juta jiwa 6,29 2050, jumlah penduduk usia kerja yang ada
untuk menanggung setiap orang yang berusia
2010 23 juta jiwa 10 65 tahun atau lebih tua akan menurun hingga
setengahnya di seluruh dunia (World
2020 Population Highlight, 2010) dan akan
28,8 juta jiwa 11,34
(prakiraan) menekan pembiayaan untuk pelayanan
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) dukungan sosial dan pendanaan pensiun yang
diselenggarakan pemerintah.

Usia harapan hidup penduduk


Indonesia semakin meningkat dibandingkan PEMBAHASAN
dengan negara lain, dan diperkirakan
Penyandang Masalah Kesejahteraan
mengalami aged population boom pada dua
dekade permulaan abad 21 ini. Akibat dari Sosial yang menjadi fokus peneliti yaitu
kelompok lanjut usia terlantar. Lansia terlantar
fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya,

344
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau Berdasarkan Kebijakan dan Program
lebih karena faktor-faktor tertentu tidak dapat Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara (2003:2) penanganan permasalahan lanjut usia
jasmani, rohani, maupun sosialnya. Lansia yang berkembang selama ini dikenal dengan
Terlantar sendiri dapat dikategorikan sebagai melalui dua cara, yaitu pelayanan dalam panti
keadaan sementara (transient lansia terlantar), dan luar panti. Pelayanan dalam Panti Sosial
suatu keadaan di mana lansia menjadi terlantar Tresna Werdha meliputi pemberian pangan,
sementara karena krisis ekonomi, kebijakan sandang, papan, pemeliharaan kesehatan, dan
pemerintah yang tak populis, dan bencana pelayanan bimbingan mental keagamaaan,
alam. Fenomena ‘lansia terlantar sementara’ di serta pengisian waktu luang termasuk
Indonesia cenderung terus bertambah saat didalamnya rekreasi, olahraga dan
krisis tahun 1997, kenaikan harga BBM, serta keterampilan. Sedangkan pada pelayanan di
bencana alam seperti banjir, longsor, gempa luar panti para lanjut usia tetap berada di
dan tsunami beberapa waktu lalu.Di samping lingkungan keluarganya dengan diberikan
itu, terdapat kategori lansia terlantar kronis bantuan makanan dan pemberdayaan di
(chronic lansia terlantar) yang muncul akibat Bidang Usaha Ekonomis Produktif (UEP)
di luar faktor-faktor tersebut di atas. Namun, melalui pendekatan kelembagaan sebagai
karena krisis ekonomi, dan fenomena lain ikut investasi sosial dan merupakan bantuan yang
memperparah kehidupan mereka. Atas dasar diberikan kepada lanjut usia potensial yang
itu, upaya penanganan lansia terlantar kurang mampu.
sementara lebih ‘feasible’ segera dilakukan Berdasarkan beberapa pendapat yang
dibanding lansia terlantar kronis. Upaya ini dikemukakan sebelumnya dengan adanya
juga mengisyaratkan penanganan lansia kehadiran panti werdha dapat membantu
terlantar sementara, karena di masa datang
masyarakat dalam memberikan pelayanan
akan relatif lebih kompleks sehingga sulit terhadap para lanjut usia, sehingga kebutuhan
dilakukan karena mengerucut pada lansia para lanjut usia dapat terpenuhi dengan baik
terlantar kronis. dan pada akhirnya akan menciptakan
Implementasi dari UU-RI No. 13 tahun kesejahteraan lanjut usia dan keberfungsian
1998 yaitu dengan didirikannya Panti Sosial sosial lanjut usia itu sendiri.
Tresna Werdha atau yang lebih dikenal sebagai Berdirinya Panti Werdha diharapkan
Panti Jompo. Panti Sosial Tresna Werdha atau dapat menjadi solusi atas masalah sosial yang
Panti Werdha merupakan tempat pelayanan ada, salah satunya mengenai tingginya angka
sosial bagi orang lanjut usia dan termasuk ke lansia terlantar. Dari tahun ke tahun jumlahnya
dalam foster care. Menurut Armando Morales cenderung meningkat. Pendirian panti werdha
di dalam Budhi Wibhawa dkk, 2010: 81 foster sebagai suatu sarana pelayanan kesejahteraan
care merupakan pelayanan yang bersifat tidak sosial bagi lansia yang terlantar. Kehadiran
permanen, sehingga masih dimungkinkan panti werdha membantu para lansia untuk
untuk berhubungan dengan keluarga aslinya. mempertahankan kepribadiannya,
Dilihat dari strategi pelayanan sosial, maka memberikan jaminan kehidupan secara wajar
panti werdha termasuk ke dalam institutional baik secara fisik maupun psikologis. Sesuai
based services, yaitu dalam pelayanan ini, dengan permasalahan lansia, pada umumnya
individu yang mengalami masalah penyelenggaraan panti werdha mempunyai
ditempatkan dalam lembaga pelayanan sosial. tujuan antara lain agar terpenuhi kebutuhan
(Budhi Wibhawa dkk, 2010: 83). Sementara, hidup lansia, agar dihari tuanya dalam keadaan
implementasi dari UU-RI No. 11 tahun 2009 tentram lahir dan batin, dapat menjalani proses
yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar bagi lanjut penuaannya dengan sehat dan mandiri.
usia di dalam panti; sandang, pangan, papan, (Departemen Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan
kesehatan.
Panti Sosial Tresna Wredha Percontohan,

345
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

Jakarta, 1997) memenuhi kebutuhan hidup yang dapat


menunjang kehidupan dan kesejahteraan lanjut
Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan
usia di dalam kehidupannya.
oleh panti werdha terhadap lansia tentu
berbeda dengan kebutuhan individu pada Ada beberapa faktor penyebab dimana
umumnya; yang sehat secara fisik dan mental. lanjut usia menjadi terlantar, diantaranya;
Kebutuhan lansia memiliki spesifikasi sendiri ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan
terhadap kebutuhan hidupnya yang disebabkan masyarakat lingkungan yang dapat
oleh adanya proses penuaan dan berbagai memberikan bantuan tempat tinggal dan
kemunduran di dalam tahap kehidupan. penghidupannya, kesulitan hubungan antara
Menurut Lowy Louis (1979: 44-45) bahwa lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini
kebutuhan lansia dibagi menjadi dua ia tinggal, ketiadaan kemampuan
kebutuhan yaitu kebutuhan primer (utama) dan keuangan/ekonomi dari keluarga yang
kebutuhan sekunder. Kebutuhan utama lansia menjamin penghidupannya secara layak,
dibagi menjadi 5 bagian yaitu; kebutuhan kebutuhan penghidupannya tidak dapat
biologis/fisiologis yang meliputi kebutuhan dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada,
makanan yang bergizi, seksual, pakaian dan perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri
perumahan (tempat berteduh), kebutuhan dan terpisah dari orangtua, serta urbanisasi
ekonomi yaitu berupa penghasilan yang yang menyebabkan lanjut usia terlantar. Selain
memadai, kebutuhan kesehatan berupa itu, analisa penulis yang merupakan faktor
kesehatan fisik, mental, perawatan, dan penyebab tingginya angka lansia terlantar yaitu
keamanan, kebutuhan psikologis yang menurunnya fungsi tubuh yang menyebabkan
meliputi kasih sayang, adanya tanggapan dari kurangnya kemampuan lanjut usia tersebut
orang lain, ketentraman, merasa berguna, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
memiliki jati diri secara status yang jelas, bergesernya nilai dari keluarga besar (extended
serta kebutuhan sosial yaitu berupa peranan- family) menjadi keluarga kecil / inti (nuclear
family). Pada era globalisasi banyak anggota
peranan dalam hubungan antar pribadi dalam
keluarga yang bekerja, sehingga keluarga atau
keluarga, teman-teman sesama lanjut usia dan
lingkungan kurang mempunyai waktu
hubungan dengan organisasi sosial.
memberikan pelayanan yang terbaik untuk
Sedangkan kebutuhan sekunder bagi para lanjut usia.
lanjut usia terdiri dari kebutuhan dalam
Di panti werdha terdapat pekerja sosial,
melakukan aktivitas, kebutuhan dalam
bekerja sama dengan dokter, psikolog, dan
pengisian waktu yang luang dan rekreasi,
pemuka agama. Pekerja sosial diibaratkan
kebutuhan yang bersifat kebudayaan seperti
sebagai bunglon; di mana jika ia berdiam diri
informasi, pengetahuan, keindahan dan lain- di suatu tempat, warna tubuhnya akan sama
lain, kebutuhan yang bersifat politis yaitu dengan benda yang ia sentuh. Analogi tersebut
meliputi status perlindungan hukum, menggambarkan pekerja sosial yang dapat
partisipasi, keterlibatan dalam kegiatan- berperan ganda. Pekerja sosial harus
kegiatan kemasyarakatan maupun menguasai berbagai bidang ilmu, disebut juga
negara/pemerintahan, serta kebutuhan ekletik; tahu sedikit mengenai banyak hal.
keagamaan/spiritual seperti memahami akan Peran profesi Pekerjaan Sosial menurut Budhi
makna kehadiran dirinya di dunia ini dan Wibhawa, Santoso T.R, dan Meilanny B.S
memahami hal-hal yang tidak diketahui/diluar (2010:33) secara garis besar berdasarkan ilmu
kehidupan termasuk kematian. pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
Adanya kebutuhan hidup tidak hanya pekerjaan sosial, yaitu meningkatkan kapasitas
dimiliki oleh penduduk usia produktif saja, orang dalam mengatasi masalah yang
melainkan penduduk usia non-produktif yaitu dihadapinya, menggali dan menghubungkan
lansia juga mempunyai hak untuk dapat sumber-sumber yang tersedia di sekitar klien,

346
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

meningkatkan jaringan pelayanan sosial, lembaga pelayanan harian. Pada proses ini
mengoptimalkan keadilan sosial melalui petugas mempertanyakan kesanggupan
pengembangan kebijakan sosial. calon penerima manfaat. Memberi
dukungan bila proses pelayanan
dilaksanakan.
PENUTUP
Kontrak, kontrak terjadi jika seseorang
Pada saat bekerja dengan individual, bersedia menjadi penerima manfaat.
kelompok, keluarga, organisasi, dan juga Calon penerima manfaat membuat
komunitas, peran pekerja sosial bermacam- permohonan untuk menjadi penerima
macam berdasarkan ilmu pengetahuan dan manfaat. Calon penerima manfaat
kemampuan yang dimilikinya menurut memenuhi persyaratan untuk yang
Zastrow (2010: 70-72) antara lain sebagai ditentukan dan menandatangani surat-
enabler, broker, advocate, activist, mediator, surat yang telah disepakati.
negosiator, educator, initiator, empower,
coordinator, researcher, group facilitator, dan Pemahaman masalah (assesment), petugas
public speaker. Akan tetapi, ketika seorang menggali masalah-masalah kebutuhan
pekerja sosial berhadapan dengan klien yang yang dialami penerima manfaat.
sudah berusia lanjut maka pekerja sosial Dilakukan oleh petugas sebelum penerima
berperan sebagai broker. Pekerja sosial manfaat menerima pelayanan. Petugas
berperan untuk menghubungkan klien dengan menggali harapan dan keinginan penerima
sistem sumber yang dibutuhkan oleh klien manfaat berkaitan dengan pelayanan yang
dalam rangka meningkatkan keberfungsian akan diterima nya. Petugas
sosial klien. mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
penerima manfaat.
Pelayanan sosial yang diselenggarakan
oleh pekerja sosial di bawah naungan Rencana penanganan masalah. Petugas
Departemen Sosial Republik Indonesia bersama penerima manfaat dan
memiliki empat tahap, diantaranya : keluarganya menentukan alternatif yang
akan dilakukan dalam rangka memenuhi
1. Persiapan. Hal-hal yang perlu
kebutuhan.
dipersiapkan dalam proses pelayanan
adalah menyangkut proses dari awal 2. Pelaksanaan Pelayanan.
sampai dengan penerimaan yaitu : Pelayanan yang diberikan secara umum
Sosialisasi, merupakan pengenalan adalah permakanan, pemeriksaan
program pelayanan. Dilakukan oleh kesehatan, hiburan dan pengisian waktu
pegawai atau petugas ketika calon luang, penyedian tempat yang sehat dan
penerima manfaat dan keluarga datang ke aman, pelayanan sosial, pelayanan data
tempat pelayanan/ petugas mendatangi dan informasi, pelayanan transportasi dan
calon penerima manfaat dan menjelaskan pelayanan rujukan.
tentang pelayanan harian. Petugas membuat jadwal pelaksanaan
Penyebaran leaflet atau brosur pelayanan, pelayanan.
Dilakukan oleh pegawai melalui Petugas mendampingi setiap pelaksanaan
penyuluhan-penyuluhan dimasyarakat. kegiatan.
Penyebaran informasi melalui media baik Pengguna pelayanan bebas memilih
cetak maupun elektronik. kegiatan sesuai dengan keinginan dan
Pendekatan awal (kontak), merupakan kebutuhannya.
proses penjalinan hubungan antara calon Petugas melaksanakan penyelenggaraan
penerima manfaat dan masyarakat dengan pelayanan yang diikuti oleh klien sesuai

347
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 3 HAL: 292- 428 ISSN: 2442-4480

dengan jadwal dan tempat yang telah terminasi adalah penerima manfaat tidak
ditentukan. mampu lagi mengikuti kegiatan-kegiatan
pelayanan, penerima manfaat sakit dalam
3. Monitoring dan Evaluasi.
jangka waktu yang lama, permintaan
Pelaksanaan kegiatan dipantau dan penerima manfaat atau keluarga karena
dievaluasi oleh petugas. Hal-hal yang adanya sesuatu hal, penerima manfaat
dipantau menyangkut jenis kegiatan, meninggal dan penerima manfaat
kendala kegiatan, faktor yang mendukung memerlukan lembaga lain.
lancarnya kegiatan dan lain-lainnya.
Perbaikan pelayanan dan perencanaan
pelayanan di masa yang akan datang. Tahap ini sama seperti proses intervensi
pekerjaan sosial; di mana tahap pertamanya
4. Terminasi. yaitu assessment, intervensi, plan of treatment,
Hal-hal yang menyebabkan tahap dimana treatment, terminasi. Dalam kaitannya
penerima manfaat tidak lagi menjadi penerima manfaat memerlukan lembaga lain,
pengguna pelayanan. Petugas berperan petugas memberikan rujukan pada lembaga
dalam membantu pengambilan keputusan yang dibutuhkan.
penghentian pelayanan.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya

348

Anda mungkin juga menyukai