Anda di halaman 1dari 11

DISKUSI 5

EKSI4420

Pertanyaan :

Jelaskan pemahaman Saudara terkait Akuntansi Pendidikan dan pelaporan keuangan


pendidikan!

Jawaban :

 Akuntansi Pendidikan
Akuntansi pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi pendidikan.
Definisi ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan
menyangkut bermacam macam kegiatan. Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia
pendidikan adalah menyediakan informasi kuantatif, terutama yang bersifat keuangan,
tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomik dalam entitas lingkungan pendidikan.
 Pelaporan Keuangan Pendidikan
Laporan keungan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan organisasi
pendidikan selama suatu periode. Komponen pelaporan keuangan pendidikan :
a) Laporan realisasi anggaran
b) Neraca
c) Laporan arus kas
d) Catatan atas laporan keuangan

Pelaporan keuangan pendidikan ini wajib dilakukan oleh Kepala Sekolah pada setiap akhir tahun
pelajaran. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada Pasal 54 Ayat 4 dimana pelakasanaan pengelolaan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan pendidikan
dalam hal ini kepala sekolah rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah.

Sumber referensi : BMP MODUL 5

EKAP4419

Pertanyaan :

Jelaskan tentang teknik penganggaran forecasting technique!


Jawaban :

Salah satu teknik penganggaran kecamatan dan desa yang akan dibahas adalah Teknik Perkiraan
( Forecasting Technique).

Teknik Perkiraan ( Foreacasting Technique)

Untuk membuat perkiraan anggaran kas, perkiraan pengeluaran bulanan dan mengisi dalam
jumlah setelah setiap entri dalam anggaran kecamatan dan desa. Kecamatan dan desa dapat
menggunakan rata rata untuk biaya variabel serta mengisi jumlah yang sama untuk biaya setiap
bulanan masing masing. Kecamatan dan desa juga dapat mencoba membuat anggaran kas yang
lebih peka waktu dengan menggunakan nomor yang berbeda setiap bulan. Meskipun anggaran
biasanya bersifat jangka pendek, namun forecasting keuangan bersifat jangka pendek dan jangka
panjang, yang membutuhkan lebih banyak waktu.

Selain itu, perusahaan perlu membuat beberapa forecasting untuk mendapatkan prediksi yang
paling akurat tentang kondisi bisnis mereka.

Jenis forecasting

 Judgment forecasting

Dalam judgment forecasting, perusahaan mengandalkan pengetahuannya tentang lanskap pasar


dan opini yang tepat dari audiens targetnya untuk proyeksi keuanga

Tentu saja, naluri bisa saja salah, jadi Anda hanya boleh menggunakan metode ini jika Anda
tidak memiliki data historis untuk pengambilan keputusan.

Misalnya, jika Anda baru saja meluncurkan produk baru di pasar baru, hanya ada sedikit atau
bahkan tidak ada data aktual yang dapat diandalkan.

 Quantitative forecasting

Quantitative forecasting mengacu pada prediksi bisnis yang didukung data. Hal ini melibatkan
pengumpulan dan analisis volume data untuk menemukan pola ekonomi, kondisi pasar, tren
industri, dan perilaku konsumen, serta memanfaatkan kumpulan data ini untuk memprediksi
perubahan dan peluang bagi perusahaan Anda.
Banyak bisnis yang menggabungkan penilaian dan peramalan kuantitatif untuk menentukan
biaya di masa depan, merencanakan lintasan perusahaan, dan melakukan prakiraan penjualan dan
permintaan pasar.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa catatan bisnis Anda yang ada dari
bulan ke bulan.

Di sini, perhatikan pemasukan, arus kas, pengeluaran, dan pendapatan Anda. Hal berikutnya
yang harus dilakukan adalah:

 Tentukan tujuan dan sasaran forecasting Anda

 Pilih metode peramalan, yaitu peramalan kuantitatif atau penilaian.

 Siapkan laporan keuangan-neraca, laporan arus kas, dan laporan laba rugi.

Buatlah catatan yang lengkap untuk memperbarui perkiraan pendapatan dan proyeksi penjualan
Anda secara teratur.

Sumber referensi : BMP MODUL 5, https://kledo.com/blog/perbedaan-budgeting-dan-


forecasting/

EKSI4311

Pertanyaan :

1. Apa yang menjadi kriteria sebuah instrumen derivatif dapat dikategorikan sebagai
instrumen hedging?

2. Mengapa terdapat kemungkinan pengakuan keuntungan atau kerugian akibat transaksi


derivatif?

Jawaban :
1. Menurut PSAK No.55 (2014) par.9, adalah suatu intrumen keuangan atau kontrak lain
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 tersebut dengan tiga karakteristik berikut
ini :

 Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan (disebut
variabel pendasar karena menjadi dasar naik turunnya nilai derivatif), antara lain : suku
bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang asing, indeks
harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau varibael lainnya.

 Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak
serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai akibat
perubahan faktor pasar.

Instrumen derivatif merupakan alat keuangan yang nilai dan perubahannya


ditentukan oleh aset atau kelompok aset lainnya seperti saham, komoditas, mata uang,
atau indeks. Di dalam praktiknya, instrumen derivatif kerap digunakan dalam strategi
hedging atau lindung nilai. Instrumen hedging adalah instrumen keuangan yang
digunakan untuk melindungi portofolio atau individu dari risiko kerugian yang mungkin
terjadi karena fluktuasi pasar. Namun, tidak semua instrumen derivatif dapat
dikategorikan sebagai instrumen hedging. Untuk dikategorikan sebagai sebuah instrumen
hedging, instrumen derivatif harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

 Kejelasan Tujuan

Instrumen derivatif hanya dapat dikategorikan sebagai instrumen hedging jika


digunakan dengan tujuan spesifik untuk melindungi risiko. Instrumen ini tidak digunakan
untuk berspekulasi atau memanfaatkan pergerakan pasar, namun hanya sebagai
perlindungan terhadap potensi kerugian.

 Hubungan dan Efektivitas Hedging

Terdapat hubungan yang jelas antara instrumen derivatif yang digunakan untuk
hedging dengan aset yang dilindungi. Selain itu, instrumen hedging juga harus efektif
dalam melindungi risiko yang relevan dengan aset tersebut. Efektivitas ini perlu secara
periodik diuji dan dinilai.

 Dokumentasi dan Kebijakan

Perusahaan atau individu yang menggunakan instrumen derivatif sebagai


instrumen hedging harus memiliki dokumentasi dan kebijakan hedging yang jelas. Hal ini
meliputi identifikasi aset atau liabilitas tertentu yang dilindungi, jenis risiko yang
dilindungi, serta bagaimana instrumen derivatif tersebut akan digunakan untuk mengelola
risiko tersebut.

 Kesesuaian dan Penerimaan

Instrumen derivatif yang digunakan sebagai hedging harus diterima oleh pasar
keuangan dan diatur oleh badan pengawas yang relevan. Selain itu, instrumen tersebut
juga harus sesuai dengan kebutuhan dan situasi keuangan perusahaan atau individu yang
menggunakannya.

Kesimpulan

Sebuah instrumen derivatif dapat dikategorikan sebagai instrumen hedging jika


memenuhi kriteria di atas. Namun yang perlu diingat, penggunaan instrumen derivatif
sebagai hedge bukan tanpa risiko. Hal ini memerlukan pemahaman mendalam tentang
instrumen derivatif dan strategi hedging, serta evaluasi terus menerus terhadap efektivitas
hedging.

2. Bagian dari keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai yang ditetapkan
sebagai lindung nilai yang efektif diakui secara langsung dalam ekuitas melalui laporan
perubahan ekuitas. Dan Bagian yang tidak efektif atas keuntungan atau kerugian dari
instrument lindung nilai diakui dalam laporan laba rugi. Jika lindung nilai atas nilai wajar
memenuhi kriteria lindung nilai maka lindung nilai tersebut harus dicatat sebagai
berikut :
a) Keuntungan atau kerugian yang berasal dari pengukuran kembali instrument
lindung nilai pada nilai wajar (untuk instrument lindung nilai derivatif) atau
komponen mata uang asing dari nilai tercatat yang diukur berdasarkan PSAK No.
10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK 11 tentang penjabaran
laporan keuangan dalam mata uang asing (untuk instrument lindung nilai
nonderivatif) diakui pada laporan laba/rugi.
b) Keuntungan atau kerugian yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan pada
risiko yang dilindung nilai dengan menyesuaikan nilai tercatat item yang
dilindung nilai dan diakui pada laporan laba rugi. Ketentuan ini berlaku jika item
yang dilindung nilai tidak diukur pada biaya perolehan. Pengakuan keuntungan
atau kerugian yang dapat diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai pada
laporan laba rugi diterapkan jika item yang dilindung nilai merupakan asset
keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual.

Sumber referensi : BMP MODUL 5, https://www.budgetnesia.com/apa-yang-menjadi-kriteria-


sebuah-instrumen-derivatif-dapat-dikategorikan-sebagai-instrumen-hedging/

EKAP4417

Pertanyaan :

apa yang dimaksud dengan demand and data driven dalam konteks RPS sebagai upaya mencapai
tujuan sekolah. Jelaskan secara memadai.

Jawaban :

1. Demand-Driven (Berdasarkan Kebutuhan):

Pendekatan demand-driven berarti bahwa RPS disusun berdasarkan kebutuhan aktual dan
aspirasi dari peserta didik, staf sekolah, dan masyarakat sekolah. Ini mencerminkan pemahaman
bahwa setiap sekolah adalah unik, dengan tantangan, kekuatan, dan prioritas yang berbeda.
Untuk mencapai tujuan sekolah, RPS harus merespons dan memenuhi kebutuhan yang
dinyatakan atau dirasakan oleh semua pemangku kepentingan sekolah. Dalam konteks ini,
langkah-langkah yang diambil dalam RPS harus relevan dengan harapan dan aspirasi masyarakat
sekolah. Misalnya, jika masyarakat sekolah mengidentifikasi masalah tertentu seperti tingkat
drop-out yang tinggi atau masalah prestasi belajar, RPS harus berfokus pada solusi untuk
masalah-masalah ini, dengan melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam sekolah.

2. Data-Driven (Berdasarkan Data):

Pendekatan data-driven berarti bahwa RPS didasarkan pada data dan informasi yang relevan
untuk mengidentifikasi masalah, memonitor kemajuan, dan mengukur keberhasilan. Ini berarti
bahwa pengambilan keputusan dalam RPS didukung oleh data kualitatif dan kuantitatif yang
valid dan akurat. Data ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti hasil tes siswa, evaluasi
guru, angket siswa, dan data statistik lainnya.

Pendekatan data-driven membantu sekolah untuk menjalani proses perencanaan yang lebih
objektif dan rasional. Melalui penggunaan data, sekolah dapat mengidentifikasi area di mana
mereka harus memperbaiki, menetapkan target yang spesifik dan terukur, serta memantau
kemajuan dalam mencapai tujuan tersebut.

IPEM440

Pertanyaan :

bagaimana pengaruh pajak terhadap perkembangan perekonomian di daerah? silakan diskusikan!

Jawaban :

Sistem perpajakan yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian yang dapat diterapkan di
negara berkembang ialah berikut ini :

1. Sistem perpajakan yang dapat mengakibatkan alokasi sumber sumber daya secara
optimal, misalnya sistem perpajakan yang memberi fiscal incentives kepada perusahaan
perusahaan.
2. Sistem perpajakan yang dapat menekan lahu inflasi tetapi tidak menyebabkan
menurunnya perluasan kesempatan kerja, misalnya pengenaan pajak pendapatan yang
progresif yang dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat.
3. Sistem perpajakan yang dapat digunakan untuk mempertinggi pemupukkan modal,
dengan cara meningkatkan pajak pajak di sektor sektor tertentu yang tidak mempengaruhi
peningkatan produksi.

Sumber referensi : BMP MODUL 6

EKSI4206

Pertanyaan :

1. Sebutkan objek PPh Pasal 22!

2. Jelaskan empat perbedaan antara PPh pasal 23 dan PPh pasal 26, dengan kategori:

 Penerima Penghasilan
 Pemotong Pajak

 Objek Pajak

 Tarif Pajak

3. PT Energi Persada selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas, menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp750.000.000,- (tidak termasuk PPN) kepada PT Petro Mitra yang
bukan perusahaan SPBU. Hitunglah PPh pasal 22 atas transaksi tersebut!

Jawaban :

1. Yang tergolong objek PPh Pasal 22 adalah :


o Impor barang
o Ekspor komoditas tambanng batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
sesuai uraian barang dan pos tarif/ Harmonized Sytrem (HS)
o Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintaha
dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga
lembaga negara lainnya.
o Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran dengan mekanisme uang
|persediaan (UP)
o Pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA
o Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
o Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
dan industri otomotif, dan industri farmasi
o Penjualan kendaraan bermotor di dalm negeri oleh Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
o Pembelian bahan bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur oleh
badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
o Pembeliaan batu bara, mineral logam dan mineral bukan logam, dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan usaha
o Penjualan emas batangan oleh bdan usaha yang memproduksi emas batangan,
termasuk badan usaha yang memproduksi emas batangan melalui pihak ketiga
2. Empat perbedaan antara PPh pasal 23 dan PPh pasal 26, dengan kategori:
 Penerima Penghasilan
PPh Pasal 23 : wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan), dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT)
PPh Pasal 26 : Orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak luar negeri yang
menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, dari Pemotong PPh
Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang
dilakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk
penerima pensiun.
 Pemotong Pajak
PPh Pasal 23 :
o Badan pemerintah
o Subjek pajak badan dalam negeri
o Penyelenggara kegiatan
o Bentuk usaha tetap
o Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
o Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat
penunjukkan dari Direktur Jenderal Pajak sebagai pemotong.

PPh Pasal 26 :

o Badan pemerintah
o Subjek pajak badan dalam negeri
o Penyelenggara kegiatan
o Bentuk usaha tetap
o Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melalukan pembayaran
 Objek Pajak
Objek PPH 23
o Dividen
o Bunga
o Royalti
o Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh 21
o Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
PPh 4 ayat 2
o Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh 21
Objek PPH 26
o Dividen
o Bunga termasuk premi, diskonto, dan ketidakseimbangan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
o Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
o Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
o Hadiah dan penghargaan
o Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
o Premi swap dan transaksi perlindungan nilai lainnya
o Keuntungan karena peminjaman utang
o Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di indonesia, kecuali yang diatur
dalam Pasal 4 ayat (2)
o Pengalihan dari penjualan atau pengalihan saham
o Penghasilannya berupa asuransi premi
 Tarif Pajak
PPh Pasal 23:
o Pajak PPh 23 dengan tarif 15% dikenakan untuk penghasilan bunga, dividen,
royalti dan hadiah.
o Pajak PPh 23 dengan tarif 2% dikenakan untuk penghasilan jasa dan sewa. Untuk
Jasa pada PPh 23 meliputi jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan dan jasa lainnya yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan
No. 141/PMK.03/2015 yang mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015.
o Untuk WP (Wajib Pajak) yang tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) akan dipotong 100% lebih besar dari tarif pajak PPh 23 tersebut.
PPh Pasal 26:
o Tarif 20% (final) atas jumlah bruto yang dikenakan atas:
1) Dividen
2) Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan
pembayaran pinjaman
3) Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset
4) Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5) Hadiah dan penghargaan
6) Pensiun dan pembayaran berkala
7) Premi swap dan transaksi lindung lainnya
8) Perolehan keuntungan dari penghapusan utang
o Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari:
1) Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia.
2) Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama penjualan atau
pengalihan saham perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan tujuan
khusus yang didirikan atau bertempat di negara yang memberikan perlindungan
pajak yang memiliki hubungan khusus untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap
(BUT) didirikan di Indonesia.
Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi
dengan pajak, suatu bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
Tingkat berdasarkan tax treaty (perjanjian pajak) yang dikenal sebagai JGI
Penghindaran Pajak berganda (P3B) antara Indonesia dan negara-negara lain yang
berada dalam perjanjian, mungkin berbeda satu sama lain. Tarif mereka biasanya
mengurangi tingkat dari tarif biasa 20%, dan beberapa mungkin memiliki tarif
0%.
3. PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak :
PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan tidak termasuk PPN
= 0,3% x Rp 750.000.000
= Rp 2.250.000

Sumber referensi : BMP MODUL

Anda mungkin juga menyukai