Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN INVESTASI

EVALUATION OF INVESTMENT PERFORMANCE (Chapter 22)

Dosen Pembimbing:
Drs. AGUNG SATMOKO, ME.

Oleh:
KELOMPOK 5 / EM-D
GIAN EKA ALLESANDRO / 141160365
MAHARDIKA ROMADHONA /141160369
KRESNO SULISTIYO /141160388
DODY FIRMANSYAH /141160390
ANDINI IRMAWATI /141160409
DESRIA MAHARANI BR. SURBAKTI / 141160431

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Investasi, yaitu pembuatan makalah mingguan mengenai: EVALUATION
OF INVESTMENT PERFORMANCE (Chapter 22). Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembacanya.

Yogyakarta, 28 Februari 2019

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Portofolio berarti sekumpulan investasi. Portofolio juga diartikan sebagai
kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran
umum investasi. Sasaran dari portofolio investasi tentunya sangat bergantung pada
individu masing-masing investor. Untuk mendapatkan konstruksi portofolio yang
baik, tentunya harus melalui berbagai perbandingan, misalnya dengan memberikan
pembobotan yang berbeda untuk melihat hasilnya optimum atau tidak. Portofolio
yang memberikan return rata-rata tertinggi dan standar deviasi terendah
(menandung risiko yang lebih rendah) adalah menjadi pilihan. Di samping itu,
diperlukan pembanding dengan pilihan portofolio yang lain, sehingga didapatkan
hasil yang optimum.

Portofolio dimaksudkan sebagai strategi memaksimalkan tingkat


keuntungan yang diharapkan dan meminimalisir risiko yang dihadapi. Portofolio
asset dalam bentuk portofolio saham dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang
unsystematic, yaitu risiko yang berhubungan dengan masing-masing instrumen
investasi.

Dalam membentuk portofolio, akan timbul suatu masalah.


Permasalahannya adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang
dapat dibentuk dari kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi
ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Padahal kombinasi ini juga
memasukkan aktiva bebas risiko di dalam pembentukan portofolio. Jika terdapat
kemungkinan portofolio yang tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan
portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah rasional,
maka mereka akan memilih portofolio yang optimal.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja berfikir untuk kinerja portofolio?
2. Bagaimana mengukur tingkar return portofolio?
3. Bagaimana mengukur kinerja portofolio?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Portofolio dalam Bidang Keuangan


Istilah portofolio dalam bidang keuangan digunakan untuk menyebutkan
kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Memiliki
portofolio seringkali merupakan suatu bagian dari investasi dan strategi manajemen
resiko yang disebut diversifikasi. Dengan memiliki beberapa aset, resiko tertentu dapat
dikurangi. Ada pula portofolio yang ditujukan untuk mengambil suatu resiko tinggi
yang disebut portofolio konsentrasi (concentrated portfolio).

B. Kerangka Pikir untuk Kinerja Portofolio

Seperti layaknya evaluasi terhadap kinerja perusahaan, portofolio yang telah


dibentuk juga perlu di evaluasi kinerjanya. Evaluasi kinerja portofolio akan terkait
dengan dua isu utama, yaitu: (1) mengevaluasi apakah return portofolio yang telah
dibentuk mampu memberikan return yang melebihi (di atas) return portofolio lainnya
yang disajikan patok duga (benchmark), dan (2) mengevaluasi apakah return yang
diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang harus ditanggung.

Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut.

1. Tingkat risiko. Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus memperhatikan


apakah tingkat return portofolio yang diperoleh sudah cukup memadai untuk
menutup risiko yang harus ditanggung. Hal ini berkaitan dengan adanya trade-
off antara risiko dan return. Di mana semakin tinggi tingkat risiko maka
semakin tinggi pula tingkat return harapan. Dengan kata lain, evaluasi kinerja
portofolio harus didasarkan pada ukuran yang bersifat risk-adjusted. Ukuran
kinerja portofolio yang bersifat risk-adjusted berarti bahwa pengukuran kinerja
portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio saja, tetapi juga
harus memperhatikan besarnya risiko yang harus ditanggung untuk
memperoleh besarnya return tersebut.

3
4

2. Periode waktu. Faktor waktu juga akan mempengaruhi tingkat return


portofolio. Oleh karena itu, pada saat mengevaluasi kinerja suatu portofolio
juga perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan.

3. Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai. Dalam melakukan


evaluasi kinerja suatu portofolio, perlu membandingkan return portofolio
tersebut dengan return yang bisa dihasilkan oleh alternatif portofolio lain yang
sebanding. Dengan demikian, proses evaluasi kinerja investasi juga harus
melibatkan perbandingan kinerja portofolio dengan suatu alternatif lain yang
relevan. Portofolio yang terpilih sebagai patok-duga (benchmark) tersebut
harus bisa secara akurat mencerminkan tujuan yang diinginkan oleh investor.

4. Tujuan investasi. Evaluasi kinerja suatu portofolio juga perlu memperhatikan


tujuan yang ditetapkan oleh investor atau manajer investasi. Tujuan investasi
yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelolanya.

Beberapa faktor penting tersebut tentu sangat perlu diperhatikan dalam


melakukan evaluasi kinerja portofolio. Pengabaian terhadap beberapa faktor tersebut
akan bisa mengakibatkan hasil evaluasi terhadap kinerja portofolio yang kurang tepat.
Hasil evaluasi kinerja portofolio yang kurang tepat tersebut selanjutnya akan bisa
menyebabkan pengambilan keputusan yang merugikan investor.

C. Mengukur Tingkat Return Portofolio

Penilaian kinerja suatu portofolio umumnya dimulai dengan mengukur tingkat


return dari portofolio tersebut. Salah satu cara untuk menghitung tingkat return suatu
portofolio adalah dengan cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima
(penjumlahan dividen atau pendapatan bunga selama periode investasi dengan selisih
perubahan nilai pasar portofolio [capital gain/lost]), dan kemudian dibagi dengan nilai
pasar portofolio pada awal periode.
5

Besarnya tingkat return yang ditawarkan oleh portofolio yang dimiliki investor
bisa diukur dengan metode time-weighted rate of return (TWR). Besarnya TWR ini
tidak dipengaruhi oleh penambahan atau penarikan dana yang dilakukan oleh investor
selama periode perhitungan return portofolio.

Return yang benar-benar diterima oleh investor disebut sebagai dollar weighted
rate of return (DWR). Berbeda dengan TWR, besarnya DWR ini ditentukan oleh
besarnya arus kas masuk dan keluar dalam investasi portofolio akibat tambahan dan
penarikan dana yang dilakukan oleh investor selama periode perhitungan return
portofolio tersebut. Dengan demikian, setiap terjadi aliran kas masuk dan keluar selama
periode pengukuran akan dihitung tingkat return portofolionya dan kemudian
perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan compound rate of return untuk
keseluruhan periode pengukuran.

Persamaan antara time weighted rate of return dan dollar weighted rate of
return adalah bahwa kedua metode tersebut sama-sama bisa digunakan untuk
menghitung return portofolio, dan sama-sama merupakan metode perhitungan yang
valid. Perbedaanya terletak pada “pihak manakah yang paling sesuai menggunakan
metode yang mana, dan apa yang akan dinilai?”. Seperti yang diketahui dalam
menghitung return portofolio, ada dua pihak yang biasanya paling berkepentingan,
yaitu investor dan manajer investasi. Metode DWR lebih sesuai digunakan oleh para
investor, karena metode ini akan bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkah return
yang akan diterima investor?”. Sedangkan metode TWR, lebih cocok untuk digunakan
oleh para manajer investasi, karena bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkah return
yang ditawarkan portofolio?”.

Untuk menghitung TWR dengan membagi periode perhitungan return


portofolio ke dalam beberapa subperiode perhitungan. Setiap subperiode dihitung
terlebih dahulu masing-masing return-nya, dan selanjutnya return dari keseluruhan
periode perhitungan portofolio bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
6

TWR = (1,0 +S1) (1,0 + S2) …….. (1,0 +SN) – 1,0

Dalam hal ini, S dalam persamaan di atas melambangkan return yang diperoleh dalam
setiap subperiode perhitungan.

Sebagai contoh, misalnya suatu portofolio yang diamati selama 5 tahun terdiri
dari 3 subperiode aliran kas yang masing-masing memberikan return berturut-turut
sebesar 5%; 8%; dan 10%. Dari data tersebut maka kita dapat menghitung return
portofolio berdasarkan metode TWR, sebagai berikut.

TWR = (1,0 + 0,05) (1,0 + 0,08) (1,0 + 0,1) – 1,0

= (1,05) (1,08) (1,1) – 1,0

=0,247 atau 24,7%

Metode perhitungan yang lainnya yaitu DWR, bisa dihitung dengan mencari
tingkat suku bunga yang bisa menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran
kas yang terjadi ditambah nilai akhir portofolio. Perhitungan dengan metode ini sudah
memperhatikan aliran kas yang masuk dan keluar selama periode perhitungan return
portofolio. Rumus untuk menghitung TWR adalah sebagai berikut :

n m
Dt Wt NilaiAkhirPortofolio
Nilai Awal Portofolio =  1  r 
r 1
t

r 1 1  r 
t

1  r t
Dalam hal ini:

Dt = penambahan dana pada saat t

Wt = penarikan dana pada saat t

n = jumlah penambahan dana selama periode perhitungan

M = jumlah penarikan dana selama periode perhitungan

r = tingkat bunga yang menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran
7

kas (masuk atau keluar ) ditambah nilai akhir portofolio. Besarnya r ini
sekaligus merupakan tingkat return portofolio yang dihitung dengan metode
TWR

D. Risk-Adjusted Permomance

Untuk melihat kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat return
yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi harus memperhatikan faktor-faktor lain
seperti tingkat risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal,
beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam
perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan factor
risiko adalah indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen.

1. Indeks Sharpe

Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut


dengan reward-to variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya
pada konsep garis pasar modal (capital market line ) sebagai patok duga, yaitu
dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Dengan
demikian, indeks sharpe akan dapat dipakai untuk mengukur premi risiko untuk
setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Rumus persamaan Sharpe :

^ R p  RF
S 
p
 TR

Dalam hal ini :

S p
= indeks sharpe portofolio

R p = rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan

RF = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan

 TR = standar deviasi nilai return portofolio p selama periode pengamatan


8

Premi risiko portofolio, Rp – Rf merupakan kompensasi untuk memikul


risiko, sedangkan deviasi standar return portofolio adalah pengukur risiko. Seperti
yang telah dibahas pada bab sebelumnya, deviasi standar return merupakan
pengukur total risiko untuk suatu sekuritas atau portofolio. Dengan demikian indeks
Sharpe merupakan rasio kompensasi terhadap total risiko.

Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa


portofolio tertentu berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks sharpe nya
semakin baik kinerja portofolio tersebut.

Contoh kinerja portofolio selama empat periode 2002-2006 dengan empat jenis
portofolio A,B,C dan D.

Tabel 1 Return dan risiko empat jenis portofolio selama 2002-2006


Potofolio Rata-rata retrn Standar Deviasi Beta
(%) (%)
A 10 15 0,50
B 12,3 9,50 1,50
C 12,5 13,75 0,75
D 15 11,50 0,60
Pasar 13 12
RF 8

Dengan menggunakan informasi pada tabel diatas dapat ditentukan


peringkat kinerja keempat portofolio tersebut berdasarkan indeks Sharpe
(menggunakan rumus Sharpe) diketahui nilai indeks nya sebagai berikut:

Tabel 2 Kinerja keempat portofolio berdasarkan Indeks Sharpe


Potofolio Indeks Sharpe
A 0,61
B 0,47
C 0,33
D 0,13
Pasar 0,42
9

Pada tabel 2 terlihat bahwa dua jenis portofolio, yaitu portofolio B dan D
mempunyai indeks Sharpe yang lebih besar daripada Indeks Sharpe pasar yang
hanya sebesar 0,42. Sedangkan untuk portofolio B dan C yang mempunyai return
sebesar 12,3% dan 12,5% ternyata mempunyai kinerja yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kedua portofolio tersebut mempunyai standar deviasi yang jauh
berbeda, yaitu 9,50% dan 13,75%. Data tersebut menunjukkan bahwa portofolio C
relatif lebih berisiko dibandingkan portofolio B, karena dengan rata-rata return yang
hampir sama dengan B, ternyata C mempunyai risiko (dilihat standar deviasi) yang
lebih besar.

Cara lain untuk melihat perbandingan kinerja diantara sejumlah portofolio


adalah dengan menempatkan masing-masing Indeks Sharpe porotofolio kedalam
titik titik dalam grafik garis pasar modal. Sesuai dengan kasus diatas, kinerja
keempat portofolio tersebut dapat digambarkan dengan cara melihat posisi relatif
portofolio terhadap garis pasar modal seperti pada gambar berikut

Kinerja keempat
portofolio menurut
indeks Sharpe (A=A,
B=B, C=C, dan D=D).

Gambar 1

Dari gambar diatas terlihat bahwa nilai indeks sharpe besarnya sama dengan
nilai slope garis yang menghubungkan titik return bebas risiko (RF) dengan posisi
portofolio yang sedang dievaluasi (tanpa panah). Semakin besar slope (semakin
tegak) garis maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. Seperti terlihat pada
tabel 2 bahwa dua portofolio yaitu C dan A mempunyai indeks sharpe yang lebih
10

kecil dibanding pasar, sehingga kedua portofolio tersebut berada di bawah garis
pasar modal. Ketiga portofolio lainnya berada di atas garis pasar modal dengan
portofolio D (D) sebagai portofolio dengan kinerjanya paling baik.

2. Indeks Treynor

Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan


oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to solvability
ratio. Seperti halnya pada indeks sharpe, kinerja portofolio pada Indeks Terynor
dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return porofolio dengan besarnya
resiko dari portofolio tersebut. Perbedaaanya dengan indeks sharpe adalah
penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patokduga , dan
bukan garis pasar modal seperti indeks sharpe. Asumsi yang digunakan oleh treynor
adalah bahwa portofolio sudah terdeversifikasi dengan baik sehingga resiko
diangap relevan adalah resiko sistematis (diukur dengan beta).

Cara mengukur indeks treynor pada dasarnya sama dengan menghitung


indeks sharpe, hanya resiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks sharpe
diganti dengan beta portofolio. Dengan demikian indeks treynor suatu portofolio
dalam periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan, seperti
berikut ini:

𝑅̅𝑃 − ̅̅̅̅
𝑅𝐹
𝑇̂𝑝 =
𝛽̂𝑃

Dalam hal ini:

𝑇̂𝑝 = Indeks Terynor portofolio

𝑅̅𝑃 = rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan


̅̅̅̅
𝑅𝐹 = rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode pengamatan

𝛽̂𝑃 = beta portofolio p


Seperti halnya indeks sharpe, indeks treynor juga merupakan suatu rasio
kompensasi terhadap resiko. Tetapi dalam indeks treynor diukur tidak dengan total
risiko melainkan hanya resiko sistematis.
11

Sebagai contoh, dengan menggunakan informasi pada tabel 1. maka kita


dapat membuat peringkat kinerja keempat portofolio tersebut berdasarkan pada
indek treynor padal tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Kinerja keempat portofolio berdasarkan indeks Treynor

Portofolio Indeks Sharpe


D 11,67
C 6,00
A 4,00
B 2,87
Pasar 5

Dengan membandingkan Tabel 2 sebelumnnya dengan Tabel 3 dapat


dilihat adanya perbedaan antara peringkat kinerja portofolio dengan menggunakan
indeks sharpe dengan menggunakan indeks treynor. Hal ini dikarenakan besarnya
standar deviasi dan beta portofolio yang berbeda. Pada Tabel 3 terlihat bahwa dua
portofolio yang mempunyai indeks Treynor yang lebih besar dari indeks pasar
adalah portofolio C dan D. Jika digambarkan maka kedua portofolio tersebut akan
berbeda di atas garis pasar sekuritas seperti terlihat pada gambar 2 berikut ini.

Kinerja keempat
portofolio menurut
indeks Treynor (A=A,
B=B, C=C, dan D=D).

Gambar 2
12

Seperti halnya Gambar 1., maka indeks treynor besarnya sama dengan
slope garis yang menghubungkan posisi return portofolio dengan return bebas
resiko. Sesuai dengan Tabel 3, portofolio yang mempunyai indeks treynor yang
lebih kecil indeks treynor pasar akan terletak dibawah garis pasar sekuritas, dan
hal ini menunjukkan bahwa kinerja portofolio tersebut berada dibawah kinerja
pasar. Sebaliknya portofolio yang terletak diatas garis pasar sekuritas mempunyai
kinerja diatas kinerja pasar. Semakin besar slope garis atau semakin besar indeks
treynor yang dimiliki sebuah portofolio, berarti kinerja portofolio tersenbut akan
menjadi relatif lebih baik daripada portofolio yang mempunyai indeks treynor
kecil.

Indeks treynor dan indeks sharpe akan memberikan informasi peringkat


kinerja portofolio yang berbeda. Kemudian indeks manakah yang sebaiknya
dipakai oleh investor tergantung persepsi investor terhadap tingkat diversifikasi
dari portofolio tersebut. Karena dalam indeks sharpe, resiko yang dianggap relevan
adalah resiko total (penjumlahan resiko sistematis dan tidak sistematis), sedangkan
indeks treynor hanya menggunakan resiko sistematis (beta) saja, maka jika suatu
portofolio dianggap telah terdiversifikasi dengan baik, berarti return portofolio
tersebut hampir semuannya dipengaruhi oleh return pasar. Untuk portofolio
tersebut lebih tepat menggunkan indeks treynor. Sebaliknya jika return portofolio
tersebut hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi return pasar, tentu saja lebih
tepat jika digunkan indeks sharpe sebagai alat ukur untuk mengevalusai kinerja
portofolio tersebut.

Untuk mempengaruhi seberapa besar suatu portofolio terdiversifikasi,


maka kita perlu melakukan analisis regeresi antara return portofolio dengan return
pasar. Dari hasil tersebut akan diadapatkan besarnya nilai kuadrat dari koefisien
korelasi yang sering disebut dengan koefisien determinan (R2). Nilai R2 dapat
digunakan untuk menunjukkan tingkat diversifikasi suatu portofolio, karena R2
menunjukkan persentase dari varian return portofolio (variable dependen) yang
dipengaruhi oleh return pasar (variable indepen). Semakin terdiverfikasi suatu
13

portofolio maka nilai R2 portofolio tersebut akan semaki mendekati 1,0. Nilai R2
sebesar 1 menunjukkan bahwa return portofolio tersebut sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh return pasar.

3. Indeks Jensen

Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara


tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang
diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan
untuk indeks jensen ini adalah:

   
Jˆ p  R p  RF  RM  RF ̂ p

Dalam hal ini :

Ĵ p = indeks Jensen portofolio

Rp = rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan

RF = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan

̂ p = beta portofolio p

Indeks Jensen adalah kelebihan return diatas atau dibawah garis pasar
sekuritas (security market line). Indeks Jensen secara mudahya dapat
diintepretasikan sebagai pengukur berapa banyak portofoio “mengalahkan pasar”.
Indeks bernilai positif berarti portofolio memberikan return harapannya (berada
diatas garis sekuritas) sehingga merupaka hal yang bagus karena portofolio
mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat resiko sistematisnya. Demikian
juga sebaliknya, indeks yang bernilai negatif menunjukan bahwa portofolio
mempunyai return yang realtif rendah untuk tingkat resiko sistematisnya

Persamaan indeks jensen dengan indeks Treynor adalah bahwa kedua


indeks ukura kierja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai
dasar untuk membuat persamaan. Sedangka perbedaannya adalah bahwa indeks
Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan
14

return bebas resiko, sedangkan indeks jensen merupaka selisih antara return
portofolio dengan return portofoilo yang tidak dikelola dengan cara khusus (hanya
mengikuti return pasar). Seperti yang ditujukan pada gambar 3 (diutunjukan oleh
garis panah)

Tanda panah pada gambar 3 menunjukan besarnya indeks jansen untuk


portofolio. Disamping itu indeks jansen juga menunjukan besarnya perbedaan
return antar portofoilo dengan retun portofolio yang tidak dikelola scecara khusus
(hanya mengikuti return pasar).

Kinerja keempat
portofolio menurut
indeks Jensen (A=A,
B=B, C=C, dan D=D).

Gambar 3

Hal ini juga terliha jelas pada persamaan gambar tersebut persamaan,
berikut ini yang juga merupakan modifikasi dari persamaan diatas.

 
Jˆ p  ( R p  RF )  ̂ p RM  RF 
Persamaan menunjukan bahwa indeks jansen merupakan selisih retur
abnormal p selama satu periode dengan premi resiko portofolio yang seharusnya

ditrima dengan menggunakan tingkat resiko sistematis tertentu dan model CAPM.
Oleh karena itu nilai indeks Jensen bisa aja lebuh besar(positif), lebih keci negatif,
atau sama nol (0). Tetapi dalam penggunaan indeks jensen untuk mengevauasi
kinerja portofoilo, kita perlu melakukan pengujian. Apakah perbedaan kedua
15

return tersebut signifikan. Bisa saja suatu protofolio mempunyai indeks jansen
tertentu, tetapi setelah dilakukan pengujian ternyta angka tersebut idak significant

Ukuran kerja porto diatas tidak terlepas, dari kemungkinan terjadinya


kesalahan dalam pengukuran. Seperti telah dijejelaskan bahwa bahwa ketiiga
tersebut menggunakan dasar CAPM. Seperi kita tahu model CAPM merupakan
Modelk kesimbangankeseimbangan yang menggunakan asumsi asumsi yang
sangat sulit ditemukan dalam kondisi nyata, sehingga penggunaan model CAPM
bisa menyebabkan adanya bias dalam pengukuran kinerja portofolio tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah portofolio dalam bidang keuangan digunakan untuk menyebutkan
kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Dalam
mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu: (1) Tingkat risiko, (2) Periode waktu, (3) Penggunaan patok duga (benchmark)
yang sesuai. (4) Tujuan investasi.

Besarnya tingkat return yang ditawarkan oleh portofolio yang dimiliki investor
bisa diukur dengan metode time-weighted rate of return (TWR). Sedangkan Return
yang benar-benar diterima oleh investor disebut sebagai dollar weighted rate of return
(DWR).

Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio
sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran
kinerja portofolio yang sudah memasukkan factor risiko adalah indeks Sharpe, indeks
Treynor, dan indeks Jensen.

B. Saran

Sebagai seorang investor sebaiknya terlebih dahulu mengetahui bagaimana


untuk mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan
return yang melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang disajikan patok duga
(benchmark), dan mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan
tingkat risiko yang harus ditanggung.

16
17

Anda mungkin juga menyukai