Anda di halaman 1dari 2

perlu diketahui, SP2DK merupakan surat yang disampaikan Ditjen Pajak (DJP) melalui KPP kepada

wajib pajak. Penerbitan SP2DK tersebut pada dasarnyaa dilakukan DJP sebagai salah satu bentuk
pengawasan terhadap kewajiban perpajakan wajib pajak.

Adapun pengertian mengenai SP2DK sendiri dapat dilihat dalam Bagian E No. 1 huruf d Surat Edaran
Dirjen Pajak No. SE-39/PJ/2015 tentang Pengawasan Wajib Pajak dalam Bentuk Permintaan
Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan, dan Kunjungan (Visit) Kepada Wajib Pajak (SE-39/2015),
yang berbunyi sebagai berikut:

“SP2DK adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk meminta
penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada Wajib Pajak terhadap dugaan belum dipenuhinya
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.”

Berdasarkan pada bunyi ketentuan di atas, dapat dilihat SP2DK merupakan surat yang bertujuan
untuk meminta penjelasan atas data dan/atau keterangan wajib pajak. Permintaan penjelasan
tersebut dilakukan karena adanya dugaan belum terpenuhinya kewajiban perpajakan sesuai
ketentuan yang berlaku.

Sebagai informasi, terdapat 5 tahapan dalam permintaan data dan/atau keterangan dari wajib
pajak. Pertama, tahap persiapan dan penyampaian SP2DK. Pada tahap ini, apabila kepala KPP
memerlukan penjelasan atas hasil penelitian dan analisis data maka atas permintaan tersebut
diterbitkan SP2DK. Pengiriman SP2DK dapat melalui jasa ekspedisi, pos, email, atau penyampaian
langsung kepada wajib pajak.

Kedua, tanggapan wajib pajak. Wajib pajak diberikan kesempatan untuk menanggapi SP2DK baik
secara langsung maupun secara tertulis. Apabila disampaikan secara langsung, wajib pajak dapat
menyampaikan kepada account representative (AR) atau pelaksana seksi ekstensifikasi dan
penyuluhan atau melalui telepon dan alat komunikasi lainnya.

Selain itu, wajib pajak dapat menyampaikan tanggapannya secara tertulis kepada Kepala KPP. Sesuai
dengan ketentuan Bagian E No. 2 huruf b poin 2c SE-39/2015, wajib pajak dapat mengirimkan
tanggapan secara tertulis dengan cara berikut:

“ (1) Wajib Pajak menyampaikan SPT atau SPT pembetulan untuk melaporkan Data dan/atau
Keterangan sesuai dengan permintaan penjelasan dalam SP2DK, atau
(2) Wajib Pajak menyampaikan penjelasan tertulis yang mengakui atau menyanggah kebenaran
data dan/atau Keterangan disertai dengan bukti dan/atau dokumen pendukung.”

Selain itu, perlu dipahami, apabila wajib pajak tidak memberikan tanggapan, ada 3 tindakan yang
akan dilakukan oleh kepala KPP. Ketiga tindakan tersebut yaitu memberikan perpanjangan jangka
waktu permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada wajib pajak, melakukan
kunjungan (visit) kepada wajib pajak, atau mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan atau
pemeriksaan bukti permulaan.

Ketiga, analisis kebenaran data dan tanggapan wajib pajak. Pada tahap ini akan dilakukan penelitian
dan analisis atas data dan/atau keterangan yang dimiliki dan/atau diperoleh berdasarkan
pengetahuan, keahlian, serta sikap profesional untuk menyimpulkan dan memberikan rekomendasi
tindak lanjut. Hasil dari analisis tersebut akan dituangkan dalam laporan hasil permintaan penjelasan
dan data dan/atau keterangan (LHP2DK).
Keempat, rekomendasi dan tindak lanjut. Pada tahap ini terdapat 2 kesimpulan yang diperoleh dari
hasil permintaan penjelasan dan data dan/atau keterangan. Kepala KPP berwenang untuk memutus
atau menindak wajib pajak berdasarkan data dan/atau keterangan pembetulan yang diperoleh wajib
pajak.

Selain itu, apabila wajib pajak telah menyampaikan atau melaporkan data dan informasi yang sesuai
dalam SPT-nya dan telah sesuai dengan permintaan oleh kantor pajak, kasus dianggap selesai.

Kelima, administrasi kegiatan permintaan penjelasan. AR atau pelaksana seksi ekstensifikasi dan
penyuluhan akan membuat dokumentasi selama pelaksanaan kegiatan. Kemudian, langkah
selanjutnya akan dibuat LHP2DK sebagaimana tercantum dalam Bagian E Angka 2 huruf e SE-
39/2015, yang berbunyi sebagai berikut:

“2) Account Representative/Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan harus membuat LHP2DK
paling lama 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya jangka waktu permintaan penjelasan data dan/atau
Keterangan kepada wajib pajak.”

Berdasarkan pada penjelasan di atas, perusahaan Ibu perlu untuk menanggapi SP2DK yang telah
dikirimkan KPP tempat Ibu terdaftar. Tanggapan atas SP2DK tersebut dapat menjadi kesempatan
bagi perushaan Ibu untuk menjelaskan dan mengklarifikasi hal-hal yang ditanyakan otoritas pajak.

Perlu dicatat pula, risiko pemeriksaan sebetulnya masih ada meskipun perusahaan Ibu telah
memberikan tanggapan atas SP2DK. Namun demikian, jika perusahaan Ibu sama sekali tidak
menanggapi SP2DK sebagaimana seharusnya, potensi dilakukan pemeriksaan akan lebih besar

Anda mungkin juga menyukai