Anda di halaman 1dari 2

SP2DK PAJAK

Peraturan Pelaksanaan SP2DK adalah Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-39/PJ/2015, sedangkan
Pemeriksaan Pajak berdasarkan PMK nomor 17/PMK.03/2013. Sumber data SP2DK dari Sistem
Informasi DJP dan Informasi pihak ketiga (institusi, Lembaga asosiasi) Bank Indonesia, OJK.
Sedangkan Pemeriksaan Pajak dari data Internal DJP, wajib pajak yang diperiksa, pihak lain atau pihak
ketiga, Bank Indonesia, OJK yang terkait, hingga data umum yang diakses secara bebas. Pelaksanaan
SP2DK dilakukan oleh Account Representative dan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan.
Sedangkan Pemeriksaan Pajak oleh Tim Pemeriksa Pajak yaitu Supervisor, Ketua tim, dan Anggota tim.
Jenis SP2DK adalah Surat SP2DK & Kunjungan (Visit) kepada Wajib Pajak. Sedangkan jenis
Pemeriksaan Pajak adalah SP Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan.

Jangka waktu SP2DK adalah 14 hari sejak dikirimkan surat SP2DK atau tanggal
disampaikannya SP2DK secara langsung oleh KPP. Sedangkan Pengujian Pemeriksaan Lapangan yaitu
6 bulan sejak diterima SP2 lapangan dan Pengujian Pemeriksaan Kantor yaitu 4 bulan sejak diterima
SP2 kantor. Tahapan dalam SP2DK adalah Pengiriman SP2DK ke Wajib Pajak, lalu Respon Wajib
Pajak secara langsung atau tertulis, lalu Penilitian dan Analisis Kebenaran data atas Tanggapan Wajib
Pajak, lalu Rekomendasi dan Tindak Lanjut, kemudian menerbitkan (Berita Acara). Sedangkan
Pemeriksaan Pajak adalah Perencanaan sistem pemeriksaan, lalu Penerbitan surat perintah dan surat
pemeritahuan pemeriksaan, lalu Permintaan untuk meminjam dokumen kepada wajib pajak, lalu
Pemeriksaan dan pengujian, lalu Pengeluaran Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan tanggapan,
kemudian Pembahasan pemeriksaan dan Pengembalian dokumen, pelaporan, serta penetapan.

Tujuan SP2DK adalah Memperluas basis pajak (tax base), mengoptimalkan penerimaan pajak
dengan kepatuhan dan penggalian potensi wajib pajak. Sedangkan Pemeriksaan Pajak Menguji
kepatuhan wajib pajak (perorangan maupun badan), melaksanakan undang-undang perpajakan. Hasil
dari SP2DK adalah Berita Acara Pelaksanaan Permintaan Pejelasan, Berita Acara Penolakan Permintaan
Penjelasan, Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Penjelasan, LHP2DK, Laporan Pelaksanaan
Kunjungan (Visit) (LPK), Berita Acara Penolakan Dilakukan Kunjungan (Visit). Sedangkan hasil
Pemeriksaan Pajak adalah SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan) dan SKP (Surat Ketetapan
Pajak) yang terdiri dari SKPN, SKPKB,SKPKBT,SKPLB
SP2DK yang diterbitkan selama tahun 2020 sebanyak Rp. 1.960.000.000 surat dimana WP saat
itu menghasilkan 66 triliun dan cukup besar pada saat itu. Sepanjang 2021 masih banyak SP2DK yang
diterbitkan. Alur SP2DK adalah saat pertama kali menerima SP2DK wajib pajak diberi waktu 14 hari
untuk menanggapi surat. Jika tidak sempat atau tidak bisa menanggapi, wajib pajak diberi waktu 14 hari
lagi untuk menanggapi sejak tanggal berakhirnya surat pertama SP2DK. Kemudian jika diperlukan akan
diberikan 14 hari lagi untuk pembetulan STP setelah berita acara ditandatangani. Kemudian jika wajib
pajak masih tidak menanggapi maka kantor pajak akan mengadakan pemeriksaan atau pemeriksaan
bukti permulaan, untuk mengungkap apakah ada dugaan pidana perpajakan yang dilakukan wajib pajak.
Maka dari itu wajib pajak harus segera menanggapi akun representatifnya masing-masing. Namun
ditekankan sekali lagi bahwa Produk SP2DK bukan produk pemeriksaan, jadi dari SP2DK tidak akan
diperiksa karena SP2DK tidak mengeluarkan ketetapan atau SKP. Kantor pajak mendapatkan data-data
transaksi wajib pajak melalui instansi seperti ILAP.

Jika ada kesalahan dalam mengeluarkan SP2DK namun data yang disampaikan KPP mengenai
aset itu tidak benar, maka Wajib Pajak dapat memberikan keterangan tidak punya kepemilikan atas aset
yg dimaksud dengan surat dan melampirkan bukti berupa dokumen audit report atau laporan koran yang
mendukung pernyataan wajib pajak. Dan penyelesaiannya akan ditanggapi dengan diterbitkannya berita
acara. Lalu jika ada kesalahan wajib pajak dalam menaruh data kekayaan (aset) setelah TA pertama,
Wajib Pajak akan menerima surat bahwa ada dugaan ketidakbenaran dan Wajib Pajak ingin
membenarkan sendiri diperbolehkan, tetapi perlu diingat bahwa ada jangka waktunya, dan pembetulan
ini tidak perlu melalui SP2DK, karena akan dibahas pada program berikutnya yaitu RUU Harmonisasi
perpajakan, program PPS (Pengungkapan Sukarela).

Ketika Wajib Pajak sudah memberikan balasan SP2Dk ke KPP dan kurang yakin, Wajib Pajak
dapat Follow Up Kembali kepada akun representatifnya, kemudian menunggu berita acara. Jika kantor
pajak lama memberikan tanggapan, artinya kantor pajak sedang menilai apakah data dan bukti sadah
cukup, kalau ada kurang akun representatif akan menelfon kembali. Lewat sarana UU wajib pajak bisa
mengungkap sendiri untuk pembetulan melalui SP2DK (self volunteer). Lalu jika Wajib Pajak tidak
menerima SP2DK karena pindah alamat, Wajib Pajak harus melakukan pemuktahiran data agar SP2DK
dapat diterima tepat waktu, kemudia jika wajib pajak sedang diluar negeri atau di luar kota dapat
menjelaskan kepada akun representative kalau tidak menerima SP2DK tersebut. Kantor pajak
menerapkan komunikasi “CLICK,CALL, COUNTER” (Click berarti ke DJP Pajak.go.id, Call berarti
menelfon ke akun representatifnya, Counter berarti datang langsung ke kantor pajak)

Anda mungkin juga menyukai