Anda di halaman 1dari 9

SKENARIO PBL BLOK 19

- September 2021 -

IKA

Skenario 1
Seorang anak laki-laki berusia 18 bulan dibawa ibunya ke IGD RS karena tiba-tiba
bertambah biru setelah menangis. Keluhan serupa pernah terjadi sebelumnya saat pasien habis
BAB, kurang lebih saat berusia 2 bulan. Saat itu ibu segera melarikan anaknya ke puskesmas
terdekat dan setelah diperiksa dokter mendiagnosis anak menderita kebocoran jantung, namun
sampai saat ini anak belum pernah mendapat pemeriksaan lengkap. Keluhan sering batuk pilek
sejak kecil tidak ada, namun saat bayi bila menyusui hanya sebentar-sebentar dan cepat lelah.
Pasien lahir spontan, ditolong oleh bidan, saat lahir langsung menangis dan tidak biru.

Catatan Tutor :

Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum tampak sakit berat, anak sianosis dan diaforetik, kesadaran kompos mentis
 Tanda-tanda vital: frekuensi nadi 150 x/menit, frekuensi nafas 52 x/menit, suhu 36,3 0C
 Thorax: suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung 1-2 murni reguler,
terdengar murmur sistolik ejeksi grade 2/6 di ICS 2 LUSB
 Ekstremitas: clubbing finger (+)

Diagnosis kerja: Tetralogy of Fallot (TOF) dalam keadaan TET/hipoksik/sianotik SPELL


Diagnosis banding: penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik lainnya
1. Transposition of Great Arteries (TGA)
2. Pulmonal stenosis (PS)
3. Double Outlet Right Ventricle (DORV)
4. Total Anomalous Pulmonary Venous Return (TAPVR)

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui berbagai tipe kelainan jantung bawaan tipe sianotik, khususnya TOF
2. Mahasiswa mengetahui letak lesi jantung pada TOF dan patofisiologi gagal jantung dan
komplikasi lainnya akibat right to left shunting
3. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan emergensi 2 komplikasi TOF tersering, yaitu TET
SPELL dan abses serebral.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi penyakit kardiovaskular, meliputi
farmakokinetik, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek
samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan indikasi serta kontraindikasi obat.
5. Mahasiswa mengetahui berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
membantu diagnosis PJB sianotik berikut kekhasan hasil pemeriksaannya.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi pada bayi baru lahir

Skenario 2
Seorang bayi laki-laki berusia 4 bulan dibawa ibunya ke IGD RS karena sesak nafas sejak 6
jam yang lalu. Keluhan sesak didahului batuk-pilek dan demam sejak 3 hari yang lalu. Menurut
ibu, selama ini bayinya sering batuk-pilek berulang dan sulit sembuh. Saat bayi menetek hanya
sebentar-sebentar, sehingga berat badannya nya sulit naik. Pasien lahir spontan, ditolong bidan,
langsung menangis dan tidak biru saat lahir.

Catatan Tutor :

Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum tampak sakit berat, diaforetik, tetapi tidak sianosis
 Tanda-tanda vital: frekuensi nadi 160 x/menit, frekuensi nafas 64 x/menit, suhu 38.5 0C
 Thorax: tampak retraksi suprasternal dan interkostal, suara nafas bronkho-vesikuler dengan
ronkhi basah halus pada kedua basal paru, wheezing (-/-), bunyi jantung 1-2 reguler, terdengar
murmur holosistolik grade 4/6 di ICS 4 LLSB, gallop (-)

Diagnosis kerja: VSD in failure


Diagnosis banding: penyakit jantung bawaan (PJB) asianotik lainnya (PDA dan ASD) in failure
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mampu membedakan berbagai kelainan jantung bawaan asianotik berdasarkan
anamnesis, ke-khasan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2. Mahasiswa mengetahui letak lesi PJB asianotik dan memahami patofisiologi gagal jantung
akibat left to right shunting
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi penyakit kardiovaskular, meliputi
farmakokinetik, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek
samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan kontraindikasi obat.
4. Mahasiswa mampu menyarankan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan mengetahui
hasil pemeriksaan yang sesuai dengan berbagai lesi PJB asianotik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi yang sesuai dengan kondisi bayi dengan kelainan
jantung

Skenario 3
Seorang remaja berusia 16 tahun datang ke IGD RS diantar ibunya dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan sesak didahului batuk, mudah lelah, dan sering berdebar-
debar sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas meningkat setelah aktivitas fisik dan membaik setelah
pasien beristirahat atau tidur dengan 2-3 bantal kepala. Keluhan-keluhan tersebut tidak disertai
adanya demam. Pasien lahir spontan ditolong bidan, langsung menangis dan tidak biru saat lahir.
Tidak ada riwayat sering mengalami batuk-pilek, berat badan yang sulit naik, ataupun menetek
yang hanya sebentar-sebentar.

Catatan Tutor :

Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum tampak sakit berat, sesak, gelisah dan diaforetik, tidak sianosis
 Tanda-tanda vital: frekuensi nadi 140 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit, suhu 36.3 0C
 Thorax: iktus kordis tampak 2 jari lateral linea midklavikula sinistra di ICS 6, suara nafas
vesikuler dengan ronkhi basah halus pada kedua basal paru, terdengar pansistolik murmur
grade 3/6 di apex jantung dan diastolik murmur di ICS 2 linea sternalis kanan

X foto thorax PA :

Diagnosis kerja: Rheumatic Heart Disease (RHD) in failure


Diagnosis banding:
1. Acute Rheumatic Fever dengan karditis in failure
2. Penyakit jantung didapat lainnya: miokarditis dan endokarditis infektif, in failure
3. Penyakit jantung bawaan asianotik: VSD, ASD, PDA in failure

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengenali gejala klinis dan kriteria diagnostik demam reumatik dan RHD
2. Mahasiswa mengerti patofisiologi gagal jantung pada RHD
3. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dan
tatalaksana pada RHD
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi RHD, meliputi farmakokinetik,
farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek samping obat,
dan analisis terkait interaksi obat dan kontraindikasi obat.
5. Mahasiswa mampu membaca radiografi thoraks secara sistematis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan yang ditemukan pada gambaran radiografi thoraks
7. Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi yang sesuai dengan kondisi penyakit jantung
Skenario 4
Seorang anak berusia 5 tahun dibawa ke RS karena demam tinggi terus menerus sejak 5
hari SMRS. Demam berkisar 38–41’C. Saat demam tinggi, timbul ruam di seluruh tubuh dan mata
tampak merah namun tidak gatal/nyeri. Keluhan ini berkurang saat demam turun. Anak juga rewel,
mual dan tidak nafsu makan. Pasien sudah dibawa berobat ke klinik terdekat pada 3 hari SMRS,
mendapat amoksilin, paracetamol dan ibuprofen namun belum perbaikan.

Catatan Tutor:

Pemeriksaan fisik
 Tampak anak irritable, S 40’C, HR 120x/mnt, RR 30 x/mnt.
 (+) maculopapular rash pada punggung dan dada.
 Pruritic ringan.
 Conjungtiva hipermis, eksudat (-).
 C/p (cor / pulmo) dbn, tidak tampak kelainan, murmur (-).
 Tampak edema telapak tangan dan kaki terutama saat demam.

Hasil laboratorium :
Lab: CBC 13/40/25.000/400.000 Hitung jenis 0/0/0/79/12/9.
LED 120mm/jam (N 0-20), CRP 13 (N <0.5)

Diagnosis kerja: Kawasaki Disease (KD)


Diagnosis banding:
1. Fever with Rash: Campak, Scarlet Fever, Roseola Infantum, Acute Viral Exanthem, dll
2. Rheumatic Fever
3. Drug Alergy / Drug Erruption

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengenali gejala klinis dan kriteria diagnostik Kawasaki Disease (KD).
2. Mahasiswa memahami patofisiologi yang mendasari gejala klinis dan laboratoris KD
3. Mahasiswa mengetahui berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada KD.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi KD, meliputi farmakokinetik,
farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek samping obat,
dan analisis terkait interaksi obat dan kontraindikasi obat.

Skenario 5
Seorang bayi perempuan berusia 4 hari sedang dirawat di NICU. Bayi tersebut lahir
premature (usia gestasi 35 minggu) di bidan. BB lahir 1500 g, tidak langsung menangis, tidak
sianosis. Pada usia 3 hari, bayi tersebut mengalami perburukan. Ia nampak gelisah, sesak (+),

Catatan tutor :

Pemeriksaan fisik :
 HR 160 –200 x/mnt, RR 60–80 x/mnt, SpO2 94–97 %.
 (+) retraksi sela iga, dynamic precordium, dan bounding pulses.
 Pada auskultasi jantung terdengar continuous murmur di ICS 2 parasternal kiri.

Diagnosis kerja: Patent Ductus Arteriosus (PDA)


Diagnosis banding:
1. CHD Acyanotic lain: Patent Foramen Ovale, ASD secundum, Persistent Pulmonary
Hypertension of Newborn (PPHN), AVSD, Pulmonal stenosis ringan
2. Critical CHD / Ductal-dependent CHD lain: TAPVR, TGA, PA, dll

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mampu membedakan berbagai kelainan jantung bawaan asianotik berdasarkan
anamnesis, ke-khasan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2. Mahasiswa mengetahui letak lesi PJB asianotik dan memahami patofisiologi gagal jantung
akibat left to right shunting
3. Mahasiswa memahami aliran hemodinamik (patofisiologi) Ductal dependent/Critical CHD.
4. Mahasiswa mengetahui berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada CHD
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi indomethacin, ibuprofen dan
paracetamol, termasuk farmakokinetiknya, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi
respon terapi, pemantauan efek samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan
kontraindikasi obat.
6. Mahasiswa mengetahui tindakan surgical yang dapat dilakukan jika terapi farmakologis tidak
berhasil.
7. Mahasiswa mampu membaca radiografi thoraks secara sistematis dan mampu menjelaskan
kelainan yang ditemukan pada gambaran radiografi thoraks.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi yang sesuai dengan kondisi penyakit jantung

Skenario 6
Seorang bayi laki-laki cukup bulan, dilahirkan bugar secara normal pervaginam dengan
berat lahir 3200 g, panjang 48 cm. Pada usia 24 jam, bayi tersebut semakin lama semakin nampak
pucat.

Catatan tutor :

Pemeriksaan fisik :
 HR 160-180 x/mnt, RR 60–70 x/mnt,
 SpO2 70–80% yang tidak membaik dengan Oxygen Challenge Test.
 Terdengar continous murmur grade 2/6 di ICS 2 LUSB (left upper sternal border) yang hilang
timbul.
 Dilakukan rontgen thoraks dengan hasil sbb:

Diagnosis kerja:
Critical CHD/ Ductal-dependent CHD Cyanotic: suspect Transposition of Great Arteries (TGA)
Diagnosis banding:
1. Critical CHD / Ductal-dependent CHD lain: Total Anomalous Pulmonary Venous Return
(TAPVR), Severe PS, Pulmonal Atresia.
2. CHD Cyanotic lain (non Ductal dependent): TOF, Double Outlet Right Ventricle (DORV),
Congenital Left Heart Syndrome, Truncus Arteriosus, Single Ventricle, dll

Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mampu membedakan CHD cyanotic tipe Ductal-dependent dan non-Ductal
dependent.
2. Mahasiswa memahami aliran hemodinamik (patofisiologi) Ductal dependent/Critical CHD.
3. Mahasiswa mengetahui berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada CHD
4. Mengetahui definitive therapy yang perlu segera dilakukan pada Critial Congenital Heart
Disease
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi prostaglandin sebagai pertolongan
pertama Critical CHD termasuk farmakokinetik, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi
respon terapi, pemantauan efek samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan
kontraindikasi obat.
6. Mahasiswa mampu membaca radiografi thoraks secara sistematis dan mampu menjelaskan
kelainan yang ditemukan pada gambaran radiografi thoraks.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi yang sesuai dengan kondisi penyakit jantung
IPD

Skenario 7
Seorang laki-laki 40 tahun dibawa ke UGD rumah sakit karena nyeri dada sejak 3 jam lalu

Catatan tutor :
Pasien nyeri dada seperti ditekan/ ditindih benda berat di tengah dada menjalar ke rahang ki
ri, bahu kiri, lengan kiri sejak 3 jam lalu setelah mengetahui pasangannya pergi meninggalkan rum
ah membawa anak-anaknya. Nyeri dada bertambah dengan beraktivitas, sedikit membaik dengan b
eristirahat/rebahan. Pasien suka berolah raga basket, berbadan atletis, dan kadang merokok sesekali,
kadang minum soju sesekali. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, nyeri dada/serangan jantung se
belumnya disangkal. Pernah medical check up dikatakan dislipidemia.
Ayah pasien meninggal mendadak pada usia 49 tahun. Kakak pasien pernah terkena serang
an jantung di usia muda (35 tahun, obesitas).

Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
BB 60kg TB 175cm IMT ??? minta mahasiswa hitung
TD 100/60mmHg N80x/menit RR 20x/menit t 36°C
Konjungtiva tidak pucat, Leher JVP 5-2 cmH2O,
BJ I-II reguler, murmur-, gallop-, paru vesikuler, ronkhi-/- wheezing -/-

EKG : Sinus Ritme (SR), Normo Axis (NA), QRS rate 80x/menit, gelombang P normal, PR
interval<0,2 detik, QRS sempit<0,12 detik, LVH(-), RVH(-), ST elevasi di II, III, aVF (inferior),
ST depresi di I, aVL (lateral), LBBB(-). RBBB(-)

WD : Sindrom Koroner Akut : STEMI Inferior


DD : Myocardial Infarction with Non Obstructive Coronary Artery (MINOCA), diseksi aorta/arteri
koroner, perikarditis/myokarditis, printzmetal’s angina, early repolarization, hiperkalemia

Sasaran belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan histologi jantung dan pembuluh darah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi sindrom koroner akut
3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding pada pasien
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tata laksana dan edukasi pada pasien secara komprehensif (m
edikamentosa, non medikamentosa, diet) +(CERDIK: cek kesehatan berkala, enyahkan asap ro
kok, rajin olah raga, diet seimbang, istirahat cukup, kelola stres)

Skenario 8
Seorang perempuan 30 tahun datang ke poliklinik rumah sakit karena berdebar-debar sejak
3 bulan terakhir

Catatan tutor :
Pasien mengeluh berdebar-debar hampir sepanjang hari, mudah berkeringat, suka hawa din
gin, berat badan turun meski makan banyak, mudah gemetar. Sesak napas disangkal. Leher membe
sar sejak 6 bulan lalu, mata mulai menonjol 1bulan terakhir.

Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
BB 40kg TB 155cm, IMT ??? minta mahasiswa hitung
TD 120/80mmHg N130x/menit irreguler, HR 150x/menit ireguler (pulsus defisit), RR 20x/menit,
temperatur 36°C
Konjungtiva tidak pucat, Leher JVP 5-2 cmH2O, struma difus lingkar leher 45cm
HR 150x/menit BJ I-II ireguler, murmur-, gallop-, paru vesikuler, ronkhi-/- wheezing -/-
Exopthalmus +/+, Fine tremor+/+, hiperhidrosis+

EKG : Atrial fibrilasi respon ventrikel cepat QRS rate 150x/menit


TSHs : 0,1 U/ml
FT4 : 10 ng/dL
Nilai normal dari TSH adalah 0,3-5 U/ml, sementara nilai normal free T4 adalah 0.8 -2.8 ng/dL.

WD : Atrial fibrilasi respon ventrikel cepat ec Hipertiroid (Grave’s Disesase)


DD AF : Atrial flutter, Multifokal Atrial Takikardi (MAT)

Sasaran belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, histologi jantung, kelistrikan jantung.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi aritmia jantung ( membahas 6H5T yang bisa me
ncetuskan aritmia jantung, kemungkinan etiologi aritmia, gangguan listrik jantung)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding pada pasien
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tata laksana dan edukasi pada pasien secara komprehensif (m
edikamentosa, non medikamentosa, diet), Pasien dirawat inap, +(CERDIK: cek kesehatan ber
kala, enyahkan asap rokok, rajin olah raga, diet seimbang, istirahat cukup, kelola stres)

BEDAH

Skenario 9
Pasien laki – laki usia 70 tahun datang datang dengan keluhan sesak napas yang semakin
memberat sejak 1 bulan terakhir.

Catatan tutor :
Sesak napas mulai dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Riwayat sering batuk – pilek saat masih kecil.

Pemeriksaan Fisik:
Frekuensi napas: 24x/menit. Auskultasi: murmur +
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal (dbn)

1. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?


Elekrokardiogram : atrial fibrilasi, pembesaran atrium kiri
Foto thorax : Pembesaran atrium kiri
Edema paru
Kalsifikasi katup mitral
Echocardiography
Kateterisasi jantung

2. Apa working diagnosis dan diagnosis banding dari kasus ini?


WD/ : Mitral stenosis
DD/ : Mitral regurgitasi
Aorta stenosis
Aorta regurgitasi

3. Apa tatalaksana dari kasus ini?


Medikamentosa : beta blocker, calcium channel blocker, digoxin (memperpanjang fase diastole
tetapi tidak menghambat progresifitas penyakit)
Operatif (definitive): Mitral Valve repair atau Mitral Valve Replacement

4. Apa komplikasi bila tidak ditangani dengan baik?


 Progressive dyspnoe
 Left Atrial enlargement
 Atrial fibrilasi
 Hipertensi pulmonal
 Edema paru
 Gagal jantung kanan
 Tromboemboli

Sasaran belajar:
1. Mampu mendiagnosis penyakit katup jantung berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Mampu menjelaskan teori penyakit katup jantung
3. Mampu menentukan pemeriksaan penunjang untuk Penyakit katup jantung
4. Mampu menjelaskan tatalaksana Penyakit katup jantung
5. Mengetahui komplikasi dari Penyakit katup jantung

Skenario 10
Pasien anak laki – laki usia 4 tahun datang dengan keluhan sesak bila menangis yang
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.

Catatan tutor :
Berat badan sulit naik

Pemeriksaan fisik:
Berat badan: 12 kg, Auskultasi jantung: murmur +
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal (dbn)

1. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?


Elektrokardiogram : aritmia
Foto thorax : vaskularisasi paru meningkat
Echocardiogram
Kateterisasi jantung

2. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus ini?


WD/: Atrial Septal Defek (ASD)
DD/: Persistent Ductus Arteriosus (PDA)
Ventrikel Septal Defek (VSD)

3. Apa tatalaksana dari kasus ini ?


ASD closure atau Amplatzer Septal Occluder (ASO)

4. Apa komplikasi bila tidak ditangani dengan baik?


Terjadi right to left shunt (sindrom Eisenmenger)

Sasaran belajar:
1. Mampu mendiagnosis ASD berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Mampu menjelaskan teori ASD
3. Mampu menentukan pemeriksaan penunjang untuk ASD
4. Mampu menjelaskan keluarga tatalaksana ASD
5. Mengetahui komplikasi dari ASD
Skenario 11
Pasien anak perempuan usia 4 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas dari lahir.
Kulit pucat. Bila bermain lebih sering jongkok.

Catatan tutor :
Berat badan sulit naik

Pemeriksaan fisik:
Berat badan: 12 kg, Drumstick finger +, Auskultasi jantung: murmur +
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal (dbn)

1 Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?


Saturasi O2 : 80%
Elektrokardiogram : aritmia
Foto thorax : boot shape heart
Echocardiogram
Kateterisasi jantung
2 Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus ini?
WD/: Tetralogy of Fallot
DD/: Atrial Septal Defek (ASD) dengan sindrom Eisenmenger
Ventrikel Septal Defek (VSD) dengan sindrom Eisenmenger
3 Apa tatalaksana dari kasus ini ?
BT – shunt
Repair TOF
Sasaran belajar:
1 Mampu mendiagnosis TOF berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2 Mampu menjelaskan teori TOF
3 Mampu menentukan pemeriksaan penunjang untuk TOF
4 Mampu menjelaskan keluarga tatalaksana TOF

FARMAKOLOGI
Skenario 12
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang diantar keluarganya berobat ke RS dengan
keluhan sering sesak dan berdebar debar bila beraktivitas ringan atau jalan 20 sampai 30 m sejak 6
bulan yang lalu.
Catatan tutor :
Pasien sering tersengal-sengal, terutama bila berjalan agak jauh sehingga sangat
mengganggu kesehariannya. Keluhan berkurang bila istirahat. Saat malam hari pasien lebih
nyaman tidur dengan bantal agak tinggi. Selain itu, 2 bulan terakhir ini ia merasa kakinya sering
bengkak. Dua tahun lalu pasien pernah mengalami serangan jantung dan telah dilakukan operasi
CABG.
Pemeriksaan fisik :
Ditemukan keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 104x/ menit, frekuensi napas 25x/menit, suhu
afebris, JVP 5+0 cmH2O
Paru dalam batas normal
Jantung terdengar gallop
Kedua ekstremitas terdapat pitting edema.
Lain – lain dalam batas normal.

Foto torak : terdapat kardiomegali.

DD : - DC (alternatif CHF) NYHA class III, post MI, post CABG, HT gr 2


- DC ec HHD
- DC ec ASHD

Sasaran Belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan histologi jantung dan sistem kardiovaskuler.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi kontraksi jantung, faktor-faktor yang memengaruhi
kontraktilitas otot jantung.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi gagal jantung termasuk update terbaru klasifikasi
gagal jantung berdasarkan subfenotipenya.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosis dan tatalaksana gagal jantung berdasarkan
panduan terbaru dan terpercaya : ACC/AHA, ESC, PAPDI, IKKI
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi penyakit kardiovaskular, meliputi
farmakokinetik, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek
samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan kontraindikasi obat.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana nutrisi untuk pasien pada kasus di atas.
7. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) efektif kepada pasien.
8. Mahasiswa mampu melakukan tatalaksana farmakoterapi sesuai kompetensinya dan mengerti
indikasi merujuk pasien.

Skenario 13
Seorang laki-laki berusia 52 tahun diantar istrinya ke klinik dokter umum dengan keluhan
tiba-tiba badan lemas dan keringat dingin, dada berat, berdebar-debar, kadang-kadang detak tidak
teraturan sejak 6 hari yang lalu.

Catatan tutor :
Keluhan nyeri dada disangkal. Riwayat hipertensi disangkal.

Pemeriksaan fisik :
Ditemukan keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi rata2 118x/ menit ireguler ( setelah 3x hitung nadi),
frekuensi napas 24x/ menit, suhu afebris,
Pemeriksaan fisik jantung denyut tidak beraturan kadang ada extra systole HR 3x hitung
114,122,118 permenit,
Pulmo dalam batas normal
Hepar tak teraba,lien tak teraba, shifting dullnes negatif.

Di Klinik tersebut tidak memiliki fasilitas EKG dan pasien serta keluarga menolak dirujuk ke RS
dengan alasan pandemi COVID-19 dan faktor keuangan (tidak ada jaminan kesehatan).

DD : - Decompensasi Codis ( D.C.) ec Aritmia cordis ec PJK


- D.C. ec ASHD
- D.C ec Thyroid Heart Disease.

Sasaran Belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, topografi, histologi, vaskularisasi, dan inervasi
jantung, serta letak nodus SA, nodus AV.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan histologi sistem kardiovaskuler.
3. mahasiswa mampu menjelaskan sistem kelistrikan/ konduksi jantung.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosis dan tatalaksana aritmia di fasilitas
pelayanan kesehatan primer/ tingkat I.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan farmakoterapi penyakit kardiovaskular, meliputi
farmakokinetik, farmakodinamik (mekanisme kerja), evaluasi respon terapi, pemantauan efek
samping obat, dan analisis terkait interaksi obat dan kontraindikasi obat.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana nutrisi untuk pasien pada kasus di atas.
7. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) efektif kepada pasien.
8. Mahasiswa mampu melakukan farmakoterapi sesuai kompetensinya dan memahami indikasi
terapi dan dosis obat di fasilitas layanan primer dan memahami konsep merujuk pasien.

SKENARIO
A : 1, 3, 7, 10, 13
B : 2, 4, 8, 9, 12
C : 1, 5, 7, 9, 13
D : 2, 6, 8, 11, 12

Anda mungkin juga menyukai