0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan4 halaman
1. Pasien laki-laki berusia 13 tahun mengalami kejang berulang selama sebulan terakhir tanpa demam dan dilaporkan ke rumah sakit dengan diagnosa kejang, demam, gagal jantung, dan gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan menemukan kelainan pada darah, paru-paru, jantung, otak, dan gangguan fungsi ginjal serta nutrisi yang baik.
3. Pasien mendapat perawatan infus cairan dan obat,
1. Pasien laki-laki berusia 13 tahun mengalami kejang berulang selama sebulan terakhir tanpa demam dan dilaporkan ke rumah sakit dengan diagnosa kejang, demam, gagal jantung, dan gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan menemukan kelainan pada darah, paru-paru, jantung, otak, dan gangguan fungsi ginjal serta nutrisi yang baik.
3. Pasien mendapat perawatan infus cairan dan obat,
1. Pasien laki-laki berusia 13 tahun mengalami kejang berulang selama sebulan terakhir tanpa demam dan dilaporkan ke rumah sakit dengan diagnosa kejang, demam, gagal jantung, dan gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan menemukan kelainan pada darah, paru-paru, jantung, otak, dan gangguan fungsi ginjal serta nutrisi yang baik.
3. Pasien mendapat perawatan infus cairan dan obat,
Telah dilaporkan seorang anak laki-laki usia 13 tahun 4 bulan dengan
Observasi Kejang Tanpa Demam, PJB Sianotik Suspek TF, Observasi Febris Hari ke-1, Imbalans Elektrolit, AKI stadium RISK, dan Gizi Baik Perawakan Normal. 1 bulan SMRS pasien mengalami kejang. Kejang berlangsung sekitar 2 menit, kejang pada seluruh tubuh, kelojotan, sebelum kejang pasien sadar, selama kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar. Kejang tidak didahului demam. Kejang berhenti dengan sendirinya tanpa obat pemutus kejang. Pasien berobat ke dokter umum dikatakan bahwa kejangnya dapat disebabkan oleh beberapa hal (disarankan ke rumah sakit namun pasien belum mengurus BPJS sehingga pasien tidak dibawa ke rumah sakit) dan diberi beberapa obat tablet dan pil, lupa nama obatnya. Nyeri kepala disangkal, pusing (+) kadang-kadang sejak 1 bulan ini, melihat kilatan cahaya sebelum kejang disangkal, mendengar suara-suara aneh sebelum kejang disangkal, muntah disangkal, kesemutan disangkal, baal disangkal, kelemahan anggota gerak disangkal. Pasien mengalami kejang kembali tiga kali ( 3 minggu SMRS, 2 minggu SMRS, 1 minggu SMRS) dengan pola kejang yang sama seperti sebelumnya. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien kejang kembali dengan pola kejang sama seperti sebelumnya. Pasien kemudian dibawa ke RSUD Rembang dilakukan pemeriksaan lab darah, mendapat oksigen 2 lpm nasal kanul, capopril 2x12.5 mg, dan furosemid 2x1/2 ampul, dikatakan butuh pemeriksaan lanjutan di RSDK sehingga dirujuk ke RSDK. Saat diperiksa, pasien demam selama 1 hari. Demam tidak naik turun, suhu 380C, sudah diberi parasetamol setiap 4-6 jam, demam turun namun kembali naik. Kejang disangkal, keluar cairan dari telinga disangkal, batuk pilek disangkal, mual muntah disangkal, diare disangkal, nyeri saat BAK disangkal, BAK sulit disangkal, BAK sedikit disangkal, ruam merah di kulit disangkal, nyeri sendi disangkal. 79
Dari riwayat penyakit dahulu, didapatkan riwayat operasi abses
serebri tahun 2008 di RSDK (data pemeriksaan tidak ada) dan riwayat didiagnosis sakit jantung tahun 2008 di RSDK (terputus-putus saat menetek, cepat lelah saat beraktivitas), sudah diperiksa jantung, tidak kontrol karena keterbatasan biaya, data pemeriksaan tidak ada. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas dan biru, kesadaran anak baik, dengan tekanan darah 110/70 mmHg, laju nafas 24 kali/menit, laju jantung 120 kali/menit, dan suhu axilla 38.1oC. Selain itu didapatkan pula edema palpebra (+) dektra et sinistra, Sianosis bibir dan lidah, PF jantung: Batas jantung melebar dengan bising ejeksi sistolik, Sianosis ekstremitas inferior dekstra et sinistra, Clubbing finger superior et inferior dekstra et sinistra, Saturasi Oksigen: 87-88 %. Dari pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan kesan uremia, imbalans elektrolit (hiponatremi, hipokloremi, hipokalsemi, hiperkalemi), LFG: 87.5 ml/menit/1.73m2, studi koagulasi memanjang. Dari pemeriksaan X Foto Thoraks didapatkan kesan suspek pancardiomegaly dd/efusi pericardium. Dari pemeriksaan EKG didapatkan kesan Sinus Rhytm, RAD, RBBB inkomplit. Dari pemeriksaan MSCT kepala kontras didapatkan kesan Kalsifikasi dengan area hipodens di sekitarnya disertai perifokal edema pada lobus parietal kanan parasagital (ukuran AP 3.07xLL 2.84xCC 2.71 cm) dd/ kalsifikasi post infeksi, tumor cerebri dengan kalsifikasi, kalsifikasi malformasi vascular dan Water shed infarct pada pericornu posterior ventrikel lateralis kanan hingga cortex lobus occipital kanan. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka dibuatlah diagnosa kerja: 1. Observasi kejang tanpa demam DD/struktural DD/kalsifikasi post infeksi DD/ non struktural DD/imbalans elektrolit 2. Observasi febris hari ke-1 DD/ISK 3. Diagnosis etiologis: penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik Diagnosis anatomis: suspek TF 80
Diagnosis klinis: Gagal jantung Ross II
4. Imbalans elektrolit (Hiponatremia, Hipokloremia, Hiperkalemia, Hipocalsemia) 5. AKI stadium RISK 6. Gizi baik, perawakan normal Pasien diberikan terapi infus : Infus D10% 960/40/10 tpm + NaCl 3% (4 meq) 142 ml dan KCl otsu (1 meq) 18 ml (menjadi 500 ml D 10%), Injeksi Ca glukonas 10 ml/12 jam aa aqua iv pelan, Infus NaCl 0.9% 810 ml/24 jam (33 ml/12 jam) (koreksi cepat), Parasetamol 400 mg peroral/4-6 jam (jika suhu>= 380C), Injeksi Furosemid 15 mg/12 jam serta dijadwalkan untuk pemeriksaan EEG, dan ekokardiografi. Untuk nutrisi pasien diberi infus D10% 960/40/10 tpm, 3x1 porsi nasi+lauk, dan 3x200 cc susu SGM. Kompetensi dokter umum untuk kejang adalah 3B, yaitu mendiagnosis, melakukan tatalaksana awal dan gawat darurat, dan merujuknya. Sedangkan kompetensi untuk PJB sianotik sendiri adalah 2 di mana dokter diharapkan dapat mendiagnosis dan merujuk. Untuk demam, kompetensi dokter umum adalah 4 (mendiagnosis dan melakukan tatalaksana sampai tuntas), untuk AKI sendiri kompetensi dokter umum adalah 2. Sebagai seorang dokter keluarga, pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang holistik dan komprehensif sehingga mencakup aspek biopsikososial dan upaya preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif. Pada pasien ini, jika nantinya pasien datang setelah dilakukan tatalaksana di rumah sakit, maka seorang dokter keluarga dapat mengevaluasi apakah terdapat sekuele dari kejang tersebut atau tidak (dari anamnesis dan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan neurologik, sekuele dapat berbentuk perot, kelumpuhan separuh badan, baal separuh badan, ataupun bentuk sekuele lainnya, jika terdapat sekuele maka dapat dirujuk ke spesialis anak konsultan neurologi), selain itu pula keluarga dijelaskan tentang penanganan awal jika sewaktu-waktu pasien kejang. Penanganan awal pasien kejang di rumah meliputi: 1. Jangan panik 81
2. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut
3. Memiringkan kepala agar lidah tidak jatuh ke belakang 4. Jika memungkinkan bersihkan jalan napas 5. Longgarkan pakaian yang ketat 6. Jika memungkinkan, keluarga dapat dibekali diazepam rektal 1 buah 7. Bawa ke pelayanan kesehatan secepat mungkin Selain itu, dokter juga dapat mengevaluasi gejala dan tanda yang disebabkan karena penyakit PJB pasien seperti sesak napas, cepat berkeringat, cepat lelah, jongkok setelah beraktivitas, tidur dengan bantal tinggi, pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan jantung dan sianosis pasien. Pasien juga perlu dilakukan pemeriksaan EKG berkala setiap 6 bulan.