Anda di halaman 1dari 4

78

BAB IV
RINGKASAN

Telah dilaporkan seorang anak laki-laki usia 13 tahun 4 bulan dengan


Observasi Kejang Tanpa Demam, PJB Sianotik Suspek TF, Observasi Febris
Hari ke-1, Imbalans Elektrolit, AKI stadium RISK, dan Gizi Baik
Perawakan Normal.
1 bulan SMRS pasien mengalami kejang. Kejang berlangsung
sekitar 2 menit, kejang pada seluruh tubuh, kelojotan, sebelum kejang
pasien sadar, selama kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar.
Kejang tidak didahului demam. Kejang berhenti dengan sendirinya tanpa
obat pemutus kejang. Pasien berobat ke dokter umum dikatakan bahwa
kejangnya dapat disebabkan oleh beberapa hal (disarankan ke rumah sakit
namun pasien belum mengurus BPJS sehingga pasien tidak dibawa ke
rumah sakit) dan diberi beberapa obat tablet dan pil, lupa nama obatnya.
Nyeri kepala disangkal, pusing (+) kadang-kadang sejak 1 bulan ini, melihat
kilatan cahaya sebelum kejang disangkal, mendengar suara-suara aneh
sebelum kejang disangkal, muntah disangkal, kesemutan disangkal, baal
disangkal, kelemahan anggota gerak disangkal. Pasien mengalami kejang
kembali tiga kali ( 3 minggu SMRS, 2 minggu SMRS, 1 minggu SMRS)
dengan pola kejang yang sama seperti sebelumnya.
1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien kejang kembali dengan
pola kejang sama seperti sebelumnya. Pasien kemudian dibawa ke RSUD
Rembang dilakukan pemeriksaan lab darah, mendapat oksigen 2 lpm nasal
kanul, capopril 2x12.5 mg, dan furosemid 2x1/2 ampul, dikatakan butuh
pemeriksaan lanjutan di RSDK sehingga dirujuk ke RSDK.
Saat diperiksa, pasien demam selama 1 hari. Demam tidak naik turun,
suhu 380C, sudah diberi parasetamol setiap 4-6 jam, demam turun namun
kembali naik. Kejang disangkal, keluar cairan dari telinga disangkal, batuk
pilek disangkal, mual muntah disangkal, diare disangkal, nyeri saat BAK
disangkal, BAK sulit disangkal, BAK sedikit disangkal, ruam merah di
kulit disangkal, nyeri sendi disangkal.
79

Dari riwayat penyakit dahulu, didapatkan riwayat operasi abses


serebri tahun 2008 di RSDK (data pemeriksaan tidak ada) dan riwayat
didiagnosis sakit jantung tahun 2008 di RSDK (terputus-putus saat menetek,
cepat lelah saat beraktivitas), sudah diperiksa jantung, tidak kontrol karena
keterbatasan biaya, data pemeriksaan tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas dan
biru, kesadaran anak baik, dengan tekanan darah 110/70 mmHg, laju nafas
24 kali/menit, laju jantung 120 kali/menit, dan suhu axilla 38.1oC. Selain itu
didapatkan pula edema palpebra (+) dektra et sinistra, Sianosis bibir dan
lidah, PF jantung: Batas jantung melebar dengan bising ejeksi sistolik,
Sianosis ekstremitas inferior dekstra et sinistra, Clubbing finger superior et
inferior dekstra et sinistra, Saturasi Oksigen: 87-88 %.
Dari pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan kesan uremia,
imbalans elektrolit (hiponatremi, hipokloremi, hipokalsemi, hiperkalemi),
LFG: 87.5 ml/menit/1.73m2, studi koagulasi memanjang. Dari pemeriksaan
X Foto Thoraks didapatkan kesan suspek pancardiomegaly dd/efusi
pericardium. Dari pemeriksaan EKG didapatkan kesan Sinus Rhytm, RAD,
RBBB inkomplit. Dari pemeriksaan MSCT kepala kontras didapatkan kesan
Kalsifikasi dengan area hipodens di sekitarnya disertai perifokal edema pada
lobus parietal kanan parasagital (ukuran AP 3.07xLL 2.84xCC 2.71 cm) dd/
kalsifikasi post infeksi, tumor cerebri dengan kalsifikasi, kalsifikasi
malformasi vascular dan Water shed infarct pada pericornu posterior
ventrikel lateralis kanan hingga cortex lobus occipital kanan.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
maka dibuatlah diagnosa kerja:
1. Observasi kejang tanpa demam DD/struktural DD/kalsifikasi post
infeksi
DD/ non struktural DD/imbalans elektrolit
2. Observasi febris hari ke-1 DD/ISK
3. Diagnosis etiologis: penyakit jantung bawaan (PJB)
sianotik
Diagnosis anatomis: suspek TF
80

Diagnosis klinis: Gagal jantung Ross II


4. Imbalans elektrolit (Hiponatremia, Hipokloremia,
Hiperkalemia, Hipocalsemia)
5. AKI stadium RISK
6. Gizi baik, perawakan normal
Pasien diberikan terapi infus : Infus D10% 960/40/10 tpm + NaCl 3%
(4 meq) 142 ml dan KCl otsu (1 meq) 18 ml (menjadi 500 ml D 10%),
Injeksi Ca glukonas 10 ml/12 jam aa aqua iv pelan, Infus NaCl 0.9% 810
ml/24 jam (33 ml/12 jam) (koreksi cepat), Parasetamol 400 mg peroral/4-6
jam (jika suhu>= 380C), Injeksi Furosemid 15 mg/12 jam serta dijadwalkan
untuk pemeriksaan EEG, dan ekokardiografi. Untuk nutrisi pasien diberi
infus D10% 960/40/10 tpm, 3x1 porsi nasi+lauk, dan 3x200 cc susu SGM.
Kompetensi dokter umum untuk kejang adalah 3B, yaitu
mendiagnosis, melakukan tatalaksana awal dan gawat darurat, dan
merujuknya. Sedangkan kompetensi untuk PJB sianotik sendiri adalah 2 di
mana dokter diharapkan dapat mendiagnosis dan merujuk. Untuk demam,
kompetensi dokter umum adalah 4 (mendiagnosis dan melakukan
tatalaksana sampai tuntas), untuk AKI sendiri kompetensi dokter umum
adalah 2.
Sebagai seorang dokter keluarga, pelayanan yang diberikan adalah
pelayanan yang holistik dan komprehensif sehingga mencakup aspek
biopsikososial dan upaya preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif. Pada
pasien ini, jika nantinya pasien datang setelah dilakukan tatalaksana di
rumah sakit, maka seorang dokter keluarga dapat mengevaluasi apakah
terdapat sekuele dari kejang tersebut atau tidak (dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan neurologik, sekuele dapat
berbentuk perot, kelumpuhan separuh badan, baal separuh badan, ataupun
bentuk sekuele lainnya, jika terdapat sekuele maka dapat dirujuk ke spesialis
anak konsultan neurologi), selain itu pula keluarga dijelaskan tentang
penanganan awal jika sewaktu-waktu pasien kejang. Penanganan awal
pasien kejang di rumah meliputi:
1. Jangan panik
81

2. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut


3. Memiringkan kepala agar lidah tidak jatuh ke belakang
4. Jika memungkinkan bersihkan jalan napas
5. Longgarkan pakaian yang ketat
6. Jika memungkinkan, keluarga dapat dibekali diazepam rektal 1 buah
7. Bawa ke pelayanan kesehatan secepat mungkin
Selain itu, dokter juga dapat mengevaluasi gejala dan tanda yang disebabkan
karena penyakit PJB pasien seperti sesak napas, cepat berkeringat, cepat
lelah, jongkok setelah beraktivitas, tidur dengan bantal tinggi, pemeriksaan
fisik terutama pemeriksaan jantung dan sianosis pasien. Pasien juga perlu
dilakukan pemeriksaan EKG berkala setiap 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai