Anda di halaman 1dari 4

TUTOR 2A

Senin, 8 November 2021


Kelompok 1
Fasilitator: Atia Nurul Sidiqa, drg., M.Kes

STEP 1
1. Gurgling : bunyi kumur kumur karena adanya cairan. (kamus Dorland)
2. Mata mendelik : mata yang terbuka lebar, membelalak atau melotot (KBBI)
3. Kejang : suatu keadaan kaku atau menegang pada urat atau otot (KBBI)
4. Kelojotan : kejang yang sifatnya bergantian antara kaku dan lemas secara cepat (KBBI)
5. Kedutan : lipatan/berlipat - lipat pada kulit, dan lain-lain (KBBI)
6. Mengecap : mengatup - ngatupkan mulut hingga terdengar bunyi kecap (KBBI)

STEP 2
1. Apa penyebab dan keluhan utama pada kasus?
2. Apakah ada hubungannya antara perawatan saluran akar dan juga kejang pada pasien?
3. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dan usia pada keluhan yang dialami oleh
pasien ?
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik serta (gurgling) pasien pada skenario dan
nilai normal seharusnya?
5. Penanganan seperti apa yang seharusnya langsung dilakukan oleh dokter pada saat itu?
6. Bagaimana proses sampai terjadinya kejang pada kasus?
7. Apa yang dapat terjadi apabila kejang tidak segera ditangani?
8. Faktor etiologi atau predisposisi apa saja yang dapat memicu terjadinya kejang pada
skenario?
9. Apa diagnosis sementara pada pasien tersebut?
10. Apakah yang menyebabkan keluar air liur dari mulut pasien serta pasien mengompol?
11. Apakah perawatan saluran akar pada pasien dapat dilanjutkan? Alasan ?

STEP 3
1. Pasien laki-laki 34th mengalami kejang, kepala pasien menoleh ke kanan, mata mendelik
ke atas, wajah bagian kanan kedutan, lengan kanan pasien terlihat kaku dan pasien tidak
sadar lalu mengeluarkan air liur dan mengompol. Untuk penyebabnya karena gangguan
sistem saraf pusat yaitu adanya aktivitas listrik yang abnormal.
2. Terdapat hubungan, karena saat di lakukannya perawatan saluran akar itu ada pembukaan
pada saluran akarnya dimana pada gigi tersebut terdapt saraf yang berhungan ke saraf
yang ada di otak.
3. Tidak terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin pada pasien. Peristiwa epilepsi
bisa terjadi baik pada laki laki ataupun perempuan. Sedangkan untuk usia dapat terjadi
pada semua usia terutama akan meningkat pada usia anak dan lanjut usia.
4. Tensi pasien 120/80 mmHg → normal
Nadi 98x/menit→ normal (60-100)
Respirasi (nafas) → 30x/menit = abnormal (normal : 12-20x/mnt)
Suhu → normal (36,5 C - 37,5 C)
Gurgling → adanya sumbatan pada jalan nafas
5. - Jauhkan pasien dari benda-benda yang berbahaya dan tajam
- Jangan meninggalkan pasien, dokter dan perawat dapat mengawasi pasien
- Memberi alas yang lembut pada bawah kepala pasien agar kepala pasien tidak cedera
- Longgarkan pakaian pasien
- Memiringkan tubuh pasien ke salah satu sisi misalnya ke sisi kanan untuk
mengeluarkan seluruh cairan dalam mulut pasien sehingga pernafasan kembali membaik
- Jangan menahan gerakan pasien hingga kejangnya selesai
- Jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut pasien
- Tetap bersama pasien hingga keluhannya selesai

Farmakologis : jika bangkitan terus berlangsung :


Lorazepam sebanyak (0,05-1 mg/kg) 4-8 mg atau 10 mg diazepam

6. Kejang terjadi bila terdapat depolarisasi berlebihan pada neuron dalam sistem saraf pusat.
Depolarisasi ini terjadi akibat adanya potensial membran sel neuron yang dipengaruhi
oleh keseimbangan antara Exitatory Post Synaptic Potential (EPSP) dan Inhibitory Post
Synaptic Potential (IPSP). Bila EPSP dan IPSP ini tidak seimbang - epilepsi
7. Jika tidak segera ditangani pasien bisa cedera karena terjatuh atau terbentur karena
kejang, dan juga dapat terjadi sudden death (kematian mendadak)
8. Macam-macam etiologi : demam tinggi, kadar glukosa darah rendah, infeksi, overdosis
obat, tumor otak, kurangnya suplai oksigen pada otak, cedera kepala atau keracunan
Faktor predisposisi :
9. Diagnosis sementara : Epilepsi, adalah situasi dimana terjadi bangkitan epilepsi yang
berulah dan pada pasien sedang terjadi bangkitan parsial dengan gangguan sadar yang
disebabkan lepasnya muatan listrik yang abnormal, serentak, berlebihan dan berulang
secara periodik.
10. Pasien mengompol dikarenakan pada saat kejang juga terjadi kontraksi otot-otot pada
kandung kemih yang berlebih sehingga memicu pengeluaran air seni pada pasien secara
tidak sadar (mengompol), serta saraf yang mengatur kelenjar air liur tidak terkontrol lagi
sehingga pasien mengeluarkan air liur secara tidak sadar secara berlebih, kedua hal
tersebut dikarenakan adanya gangguan pada sistem saraf pusat.
11. Saat ini perawatan pada pasien harus ditunda terlebih dahulu untuk beberapa waktu
hingga kondisi epilepsi pada pasien dapat ditangani, perawatan dapat dilanjutkan di lain
waktu.
STEP 4
OC: Laki - laki, 34 tahun
KU : kejang, mata mendelik, wajah berkedut, kelojotan pada anggota gerak (nomor 1)

Pemeriksaan fisik :
Tensi pasien 120/80 mmHg → normal
Nadi 98x/menit→ normal (60-100)
Respirasi (nafas) → 30x/menit = abnormal (normal : 12-20x/mnt)
Suhu → normal (36,5 C - 37,5 C)
Gurgling → adanya sumbatan pada jalan nafas (nomor 4)

Diagnosa sementara : epilepsi (nomor 9)


Etiologi : demam tinggi, kadar glukosa darah rendah, infeksi, overdosis obat, tumor otak,
kurangnya suplai oksigen pada otak, cedera kepala atau keracunan (nomor 8)

Hipotesis
Pasien mengalami bangkitan epilepsi ketika sedang melakukan perawatan saluran akar yang
menyebabkan kejang, keluar air liur dan terlihat mengompol, kejang terjadi diakibatkan terdapat
depolarisasi berlebihan pada neuron dalam sistem saraf pusat. Depolarisasi ini terjadi akibat
adanya potensial membran sel neuron yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara Exitatory Post
Synaptic Potential (EPSP) dan Inhibitory Post Synaptic Potential (IPSP). Bila EPSP dan IPSP ini
tidak seimbang - epilepsy, kemudian pasien mengompol dikarenakan pada saat kejang juga
terjadi kontraksi otot-otot pada kandung kemih yang berlebih sehingga memicu pengeluaran air
seni pada pasien secara tidak sadar (mengompol), serta saraf yang mengatur kelenjar air liur
tidak terkontrol lagi sehingga pasien mengeluarkan air liur secara tidak sadar secara berlebih,
kedua hal tersebut dikarenakan adanya gangguan pada sistem saraf pusat. Keluhan tersebut perlu
segera ditangani karena jika tidak segera ditangani pasien bisa cedera karena terjatuh atau
terbentur karena kejang, dan juga dapat terjadi sudden death (kematian mendadak). (nomor 6,7
dan 10)

STEP 5
1. Bagaimana klasifikasi sindrom epilepsi dan bangkitan epilepsi?
2. Apakah etiologi, faktor resiko dan faktor pemicu keluhan yang dialami pasien?
3. Apa diagnosis, diagnosis banding, dan tanda gejala pada pasien di skenario?
4. Bagaimana patofisiologi sesuai dengan tanda dan gejala pada kasus?
5. Bagaimana rencana perawatan secara farmakologi dan non-farmakologi serta
penatalaksanaan pada kasus skenario?
6. Bagaimana prognosis dan komplikasi pada kasus jika tidak segera ditangani oleh dokter?
Faktor apa saja yang dapat memperingan dan memperberat pada pasien epilepsi?
7. Apa yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi pada saat perawatan dental apabila
pasiennya memiliki riwayat epilepsi?
8. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan sesuai dengan kasus?
9. Bagaimana epidemiologi pada kasus?
10. Sebutkan dan jelaskan manifestasi oral dari epilepsi!
11. Bagaimana KIE yang dapat dokter gigi sampaikan pada pasien yang mengalami kasus
seperti pada skenario?

Anda mungkin juga menyukai