Anda di halaman 1dari 12

J U R N A L

ANALISIS POLA DAN ESTIMASI PERGERAKAN BARANG


SEBAGAI PERTIMBANGAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JALAN
DI KABUPATEN BENGKALIS - PROVINSI RIAU

Oleh :
Judiantono Tonny
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRACT

Bagi daerah dengan luas daerah yang besar, kepadatan penduduk rendah dan sebaran penduduk
tidak merata seperti Kabupaten Bengkalis, maka identifikasi pola pergerakan dan estimasi
pergerakan barang sebagai pendorong perekonomian daerah menjadi bagian pertimbangan
penting dalam penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Melalui analisis regresi atas
gunalahan eksisting dan rencana pengembangannya di masa datang terhadap data OD,
disintesiskan dengan analisis LQ, dan Shift-share atas data produksi beberapa komoditi unggulan
Kab.Bengkalis, dapat disimpulkan bahwa pembangunan jaringan jalan internal Kabupaten
Bengkalis dan sarana pendukungnya yang terintegrasi (linkage) melalui titik-titik simpul (node)
dengan ruas jalan menuju arah Sumatera Utara, Pekanbaru dan Sumatera Selatan penting untuk
mendapat prioritas pembangunan guna mendukung pergerakan barang di internal dan eksternal
Kabupaten Bengkalis.

Kata Kunci: pola pergerakan barang, estimasi pergerakan barang. linkage, node

1. Pendahuluan Gambar 1
Wilayah Kabupaten Bengkalis
A. Latar Belakang
Secara geografis, Wilayah Kabupaten
Bengkalis merupakan salah satu pintu
gerbang utama pergerakan barang dan
manusia yang berasal dari wilayah provinsi di
luar Sumatera maupun dari negara lain yang
menuju ke Provinsi Riau ataupun sebaliknya.
Luas Kabupaten Bengkalis adalah
11,481.77 Km2 dengan jumlah penduduk
pada tahun 2005 sebesar 690,367 orang
atau hanya mempunyai kepadatan penduduk
rata-rata 60.13 orang/Km2, sementara rata-
rata pertumbuhan penduduknya adalah 4,1%
per tahun. Walaupun wilayah kabupaten
Bengkalis terdiri atas wilayah daratan dan Kabupaten Bengkalis disamping letaknya
kepulauan (P.Rupat, P.Bengkalis, yang strategis juga mempunyai potensi
P.Rangsang dan P.Tebing Tinggi) namun sumber daya alam yang sangat banyak.
moda transportasi utama di wilayah ini tetap Kekayaan alam tersebut hampir menyebar di
jalan raya. seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Bengkalis. Potensi tersebut antara lain di

19
J U R N A L

sektor pertanian (tanaman pangan dan Kebutuhan transportasi meliputi kebutuhan


hortikultura, perikanan, perkebunan dan pergerakan orang dan barang. Bagi daerah
peternakan) dan sektor non pertanian dengan jumlah penduduk sedikit dan tersebar
(pertambangan, perdagangan, industri, tidak merata, maka pertimbangan prediksi
perhubungan dan pariwisata). Namun kebutuhan pergerakan barang menjadi
demikian kesenjangan pembangunan di penting sebagai penggerak perekonomian
Kabupaten Bengkalis masih besar khususnya daerah.
antara wilayah daratan dan kepulauan. Hal
ini terjadi karena: C. Tujuan Studi
a. Pusat kegiatan ekonomi terpusat di Duri
Adapun tujuan dari studi ini adalah:
dan Kota Dumai, belum menyebar ke
1. Mengidentifikasi pola pergerakan
bagian wilayah lainnya ditambah lagi
angkutan (transportasi) barang di
dengan sebaran penduduknya yang
Kabupaten Bengkalis
tidak merata (menyebar dalam
2. Mengestimasi besarnya kebutuhan
kelompok-kelompok kecil)
pergerakan angkutan barang
b. Sebagian besar jaringan jalan berada di
3. Memberi masukan dalam penetapan
sekitar Duri dan Dumai. Menurut data
prioritas pembangunan jalan dengan
sampai tahun 2004 panjang jalan di
mempertimbangkan kebutuhan
Kabupaten Bengkalis ada 2.035,00 km,
angkutan barang sebagai potensi
terdiri atas jalan aspal sepanjang 278,66
ekonomi yang harus diperhatikan
km ; jalan kerikil 37,05 km ; jalan tanah
1.175,29 km, dan jalan beton 544,00 km.
D. Lingkup Studi
Jika dilihat dari kondisi jalannya,
sepanjang 609,34 km dalam kondisi 1. Pengumpulan data primer dan
baik ; 163,77 km kondisi sedang ; 255,19 sekunder
km kondisi rusak dan 1.006,70 km dalam 2. Identifikasi pola pergerakan barang
kondisi rusak berat. 3. Estimasi kebutuhan pergerakan
c. Dalam konteks regional, Wilayah angkutan barang
Kabupaten Bengkalis dilalui oleh jalan 4. Penyusunan rekomendasi penetapan
arteri Primer (Lintas Timur) Pekanbaru – prioritas pembangunan jalan.
Duri – Dumai – Rimba Melintang –
Bagan Batu – Batas Propinsi Riau, dan 2. Kajian Pustaka
Jalan Kolektor Primer yang
menghubungkan Dumai – Sungai Node, Linkage, Hirarki dan Hinterland
Pakning dan Bagan Siapi-api – Rimba Penataan transportasi pada dasarnya
Melintang. Baik jalan arteri maupun adalah pembentukan struktur jaringan
kolektor primer ini belum terintegrasi baik transportasi yang diperoleh melalui
dengan jalan lokal primer yang saling penyeimbangan antara permintaan (demand)
menghubungkan antar ibukota dengan penyediaan (supply) sistem
kecamatan. transportasi, melalui pendekatan Node,
Guna mengurangi kesenjangan antar Linkage, Hirarki dan Hinterland. Demand
wilayah, dan untuk mengoptimalkan diperoleh melalui prediksi permintaan
pemanfaatan sumber daya alam yang ada, perjalanan masa datang, prediksi itu sendiri
maka perlu dikaji kembali prioritas didasarkan pada pola tata ruang dan simpul
pembangunan jalan di Kabupaten Bengkalis masa datang yang digambarkan sebagai
ini, agar transportasi darat yang sampai saat Node, Linkage, Hirarki dan Hinterland(Taaffe,
ini masih jadi tumpuan dapat berkontribusi Edward J.,et.all. 1996), yang tidak lain
lebih maksimal bagi pembangunan dan merupakan representasi sistem aktivitas
pemerataan ekonomi daerah. dalam ruang (spatial). Kajian struktur wilayah
ini meliputi kajian linkage dan node sebagai
B. Identifikasi Masalah unsur pembentuk network sistem transportasi
dengan indikator demografi, geografis dan
Identifikasi kebutuhan transportasi potensi daerah. Juga dikaji mengenai
(demand) merupakan syarat utama dalam hinterland dan hirarki sebagai unsur ukuran
penetapan prioritas pembangunan jalan.

20
J U R N A L

(size) dari linkage dan node sistem Tabel 1


transportasi. Sebagai indikator hinterland dan Kebutuhan, Sumber, dan Kegunaan Data
hirarki adalah kondisi sosial & ekonomi
NO JENIS DATA SUMBER DATA KEGUNAAN DATA
daerah.
1 Sosio-ekonomi Statistik Indonesia Identifikasi potensi
1.a Populasi dan (BPS) dan kendala
Employment Kabupaten pengembangan
3. Metodologi 1.b ekonomi Bengkalis dalam wilayah
(PDRB, produksi, Angka (BPS) Kalibrasi model
A. Metoda Pendekatan dll) sistem zona dan
1.c Fisik dan permintaan
Pendekatan dalam studi ini mengikuti administrasi perjalanan
langkah sebagaimana digambarkan dalam 2 Jaringan jalan - Dinas Bina Marga - Identifikasi dan
Gambar 2 Kerangka Berpikir berikut ini : 2.a Kondisi fisik - Depkimpraswil prediksi masalah
ruas jalan - URMS serta alternatif
Gambar 2 Kerangka Berpikir 2.b Lalulintas ruas - Survey primer solusi
jalan - Penyusunan
2.c Hirarki jalan model jaringan
jalan
3 Terminal (angkutan - Dephub - Identifikasi dan
umum/barang): - Dishub Prop. prediksi masalah
3.a Lokasi dan - Statistik serta alternatif
kondisi fisik Perhubungan solusi
3.b Operasional - Penyusunan data
base angkutan
penumpang/
barang
4 Bandar Udara - Dephub - Identifikasi dan
4.a Lokasi dan - Dishub Prop. prediksi masalah
kondisi fisik - Statistik serta alternatif
4.b Operasional Perhubungan solusi
- Penyusunan
analisis angkutan
udara
5 Pelabuhan - Dephub - Identifikasi dan
5.a Lokasi dan - Dishub Prop. prediksi masalah
kondisi fisik - Statistik serta alternatif
5.b Operasional Perhubungan solusi
B. Pengumpulan Data - Penyusunan
analisis angkutan
Pengumpulan data dilakukan dengan semua moda
6 Tata ruang - RTRWN, - Identifikasi potensi
dua cara yakni survey primer. Dan survey eksisting: RTRWP, RTRWK dan kendala
sekunder. 6.a Penggunaan - Wilayah dalam pengembangan
ruang angka (BPS) wilayah
6.b Pola dan - Kalibrasi model
a) Survey Primer intensitas kegiatan sistem zona dan
permintaan
Survey primer dilakukan dengan Traffic perjalanan
Counting dan Origin Destination Survey 7 Rencana tata - RTRWN, - Prediksi pola dan
(Survey Asal Tujuan) serta pengamatan/ ruang mendatang: RTRWP, RTRWK skala
7.a Kawasan - Wawancara perkembangan
penghitungan/ wawancara langsung dengan andalan wilayah
para pelaku perjalanan. 7.b Core Business - Prediksi besar dan
7.c Hirarki kota dan pola permintaan
fungsi perjalanan
b) Survey Sekunder - Prediksi
kebutuhan
Survey sekunder dilakukan ke instansi jaringan
terkait untuk mendapatkan data kondisi 8 Usulan - Wawancara - Masukan model
pengembangan - Studi terdahulu pengembangan
eksisting sosial-ekonomi, sarana dan sistem transportasi: - Dokumen jaringan
prasarana transportasi, penggunaan ruang di 8.a Lokasi dan perencanaan - Prediksi pola
jenis usulan jaringan
wilayah studi, rencana pengembangan tata 8.b Konteks usulan transportasi
ruang di masa datang dst. 9 Kriteria - SISTRANAS, - Penyusunan
Kebutuhan, Sumber, dan Kegunaan pengembangan RUJTJ rekomendasi
jaringan - Dokumen
Data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: transportasi: kebijakan instansi
9.a Variabel terkait
indikator kinerja - Wawancara
9.b Nilai variable

21
J U R N A L

C. Metoda Analisis  Model Average Growth Factor


a) Beberapa model analisis yang digunakan Model ini digunakan untuk menyusun
meliputi: matriks asal tujuan (MAT) dari data OD
dan potensi produksi tiap zona
 Model Simpel Regresi untuk
pengamatan.
Peramalan
Untuk memperkirakan besaran b) Tahapan pelaksanaan analisis
potensi konsumsi dan produksi dimasa
1. Pembagian zona dilakukan
datang digunakan formula simple regresi
berdasarkan pengamatan pola
sbb :
pergerakan yang selama ini terjadi di
Y = aX + b lapangan (existing). Zona eksternal
Di mana: dibagi atas 3 Zona yaitu zona
Y = Variabel tak bebas (nilai duga, misal Sumatera bagian Utara, zona Kota
Jumlah produksi) Pekanbaru dan Kota Dumai,
X = Variabel bebas (misal luas lahan sedangkan zona internal dibagi
produksi) berdasarkan 3 zona kelompok
a = Penduga bagi koefisien regresi kecamatan, yaitu zona kelompok
b = Penduga bagi intersap kecamatan dengan pusat Pelabuhan
Bengkalis, zona dengan pusat
Model tersebut dipergunakan dengan Pelabuhan Sei Pakning dan zona
pertimbangan bahwa berdasarkan dengan pusat Pelabuhan Selat
angka/data “time series” sementara yang Panjang.
ada saat ini, memperlihatkan karakteristik 2. Selanjutnya dilakukan kajian terhadap
data linier/lurus. model jaringan transportasi dari studi-
studi terdahulu, sebagai pola awal
 Model Analisis Surplus - Defisit matriks Asal Tujuan (Prior Matrix)
yang menjadi basis dalam pemilihan
Model analisis ini digunakan untuk dan penentuan metoda estimasi,
memperkirakan barang yang diproduksi dalam hal ini yang digunakan adalah
dan dikonsumsi oleh suatu wilayah, yang MAT Tahun dasar 2001 (Base Matrix
kemudian dikonversikan pada jumlah OD 2001).
pergerakan barang antar wilayah. 3. Memprediksi bangkitan perjalanan di
Jenis barang yang diproduksi dan wilayah studi sesuai dengan
dikonsumsi, juga konversinya pada kecenderungan perkembangan
jumlah pergerakan tergantung pada jenis sosial- ekonomi di wilayah studi
guna lahan dan tingkat produksinya. dengan menggunakan trip rate
bangkitan yang telah dibentuk.
 Model Analisis Loqation Quotient dan 4. Membuat prediksi MAT tahun tinjauan
Shift Share Analysis (tahun 2012 dan 2017).
Model analisis ini digunakan untuk Dalam analisis ini besarnya
menganalisis potensi daerah (zona) pergerakan penumpang dan barang pada
terhadap suatu komoditi yang umumnya ditentukan oleh faktor-faktor
dihasilkannya, yaitu melalui penilaian dibawah ini :
koefisien lokasilasi dan koefisien a. Jumlah penduduk sebagai pelaku
spesialisasi kegiatan sosial ekonomi
b. Kegiatan yang ada terutama kegiatan
 Model Shift-Share Analysis sektor perekonomian yang
Model analisis ini digunakan untuk menyangkut produksi, konsumsi dan
menganalisis kecenderungan pergeseran pemasaran (koleksi/distribusi)
potensi komoditi yang dihasilkannya c. Peningkatan perekonomian daerah
suatu daerah (zona), yaitu melalui dan pendapatan (income) penduduk
penilaian Proportional shift, Differential yang berpengaruh terhadap volume
shift, dan Total shift pergerakan

22
J U R N A L

d. Kondisi dan kapasitas pelayanan ekonomi (sektoral) yang mengarah kepada


fasilitas transportasi. spesialisasi tertentu. Kegiatan ekonomi yang
sudah mengarah spesialisasi (diindikasikan
oleh besaran Proposional shift positif) yaitu
4. Hasil Dan Pembahasan
kegiatan Industri, Listrik, Bangunan,
A. Potensi Produksi di Kab.Bengkalis perdagangan hotel dan restoran, angkutan
Kajian LQ dan kajian sektoral lainnya komunikasi keuangan persewaan dan jasa-
menunjukan Kabupaten Bengkalis mampu jasa. Sedangkan kegiatan sektor lainnya
menjadi basis sentra produksi kelapa sawit masih memiliki besaraan Proposional Shift
dan karet, serta jasa dan perdagangan. (PS) yang negatif, berarti belum terciptanya
Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada Tabel 2. adanya spesialisasi tertentu.
Untuk meningkatkan kinerja
Tabel 2 LQ dan Shift-share PDRB perekonomian wilayah kabupaten Bengkalis,
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005 pada masa mendatang perlu terus dilakukan
Berdasarkan Harga Konstan pengembangan pada semua sektor
(kelompok usaha). Prioritas pengembangan
N KELOMPO NILAI LQ SHIFT AND SHARE 2001-2005
harus ditetapkan secara bijaksana khususnya
O K USAHA 2001 2005 PS DS TS pada sektor-sektor yang memiliki keunggulan
1 Pertanian 1,78 1,90 -0.000,34 1.7888,,87 lokasional (location advantages) terhadap
2 Pertamban 0,29 0,01 -0,227,21 -0,525,26
lokasi lainnya di 13 Kecamatan Kabupaten
gan dan Bengkalis. Dari hasil analisis Shift and Share,
Penggalian hampir semua sektor yang memiliki
3 Industri 0,95 1,59 0,122,67 14.198,39 keunggulan lokasi bisa dikembangkan di
Pengolaha Kabupaten Bengkalis kecuali sektor
n
pertambangan dan penggalian.
4 Listrik dan 1,44 3,74 87.341,91 37.389,87 Bila dikaitkan dengan hasil analisis LQ,
air Bersih
sektor-sektor yang memiliki keunggulan
5 Bangunan 8,75 1,61 6.213,48 15.198,39 lokasi di Kabupaten Bengkalis umumnya
6 Perdagang 4,56 4,34 3.088,67 4.3012,59 adalah sektor-sektor basis yang membentuk
an Hotel stuktur ekonomi wilayah. Dapat terlihat ada
dan
Restoran korelasi antara sektor basis dengan
7 Angkutan 0,21 1,50 2.292,25 1.4723,69
keunggulan lokasi di 13 Kecamatan
dan Kabupaten Bengkalis (Deferensial Shift
Komunikas positif), secara langsung juga merupakan
i
upaya pengembangan sektor-sektor basis
8 Keuangan, 0,36 2,51 16.324,82 24.868,19 yang memiliki LQ > 1. Atau dengan kata lain
Persewaan
dan Jasa dapat dikatakan bahwa salah satu yang
mengantarkan perkembangan sektor tersebut
9 Jasa-jasa 6,35 2,88 4.917,598 28.328,08
menjadi basis di 13 Kecamatan kabupaten
- Bengkalis disebabkan karena unggulan
1.008.71
lokasi yang dimilikinya.
Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan indikator PDRB Hasil produksi sektor pertanian di 13
Harga konstan 2000
Kecamatan Kabupaten Bengkalis berupa
tanaman pangan, sayuran, buah-buahan,
Secara umum perkembangan kegiatan perkebunan, peternakan dan perikanan.
ekonomi di 13 Kecamatan Kabupaten Untuk hasil perhitungan dan analisis LQ
Bengkalis relatif lebih lambat dibandingkan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
perkembangan kegiatan ekonomi di provinsi 1. Tanaman pangan Potensial
Riau. Hal ini di indikasikan melalui hasil dikembangkan di kecamatan Siak Kecil,
perhitungan Total Shift (TS) negatif (-) dalam Merbau Rangsang Barat dan Tebing
analisis Shift and Share. Faktor yang Tinggi Barat.
menyebabkan rendahnya kinerja kegiatan 2. Sayur – sayuran potensial untuk
ekonomi di 13 Kecamatan Kabupaten dikembangkan di kecamatan Bengkalis,
Bengkalis terhadap Provinsi Riau diduga Rangsang Barat, Tebing Tinggi, dan
karena hingga saat ini belum ada kegiatan Tebing Tinggi Barat.

23
J U R N A L

3. Buah-buahan sangat potensial untuk pada Gambar 3 dan Gambar 4, dengan


dikembangkan di Kecamatan Merbau, penjelasan sbb:
Rupat, Bantan Bengkalis dan Tebing 1. Bahan pokok dan bahan lainnya
Tinggi Barat. Sub Sektor Buah –Buahan termasuk BBM
ini memiliki nilai LQ rata-rata 1,22 2. Pasir laut, gula kelapa, olahan hasil
sehingga sangat potensial untuk ekspor laut
antar wilayah. 3. Tepung sagu, arang bakau dan batu
bata
Tabel 3 4. Woodworking, furniture, gula kelapa
LQ Sub Sektor Pertanian Tiap Kecamatan 5. Gula kelapa dan hasil industri kecil /
di Kabupaten Bengkalis, Th. 2005 rumah tangga
Tana 6. Barang pokok dan barang kebutuhan
Say Buah
N Kecamat man
ura Buaha
Perke Peter Perik impor, sagu, arang dan bakau
o an Panga bunan nakan anan
n n
n Hasil Pertanian / perkebunan dan
1 Mandau 0,13 0,71 0,44 1,92 2,55 0,01 industri kecil rumah tangga.
2 Pinggir 0,13 0,63 0,67 2,60 1,01 0,01
3 Bukit 0,16 0,40 0.09 0,33 0,31 0,06 Gambar 3 Pola Distribusi Barang dan
Batu
4 Siak 1,75 0,44 0,07 0,14 0,31 0,14 Jasa di Wilayah Kabupaten Bengkalis
Kecil
5 Bantan 0,58 0,40 1,85 0,74 0,17 2,26
6 Bengkali 0,09 2,07 1,94 0,20 0,37 4,10
s
7 Merbau 2,24 0,54 3,33 0,78 0,79 0,01
8 Rupat 0,46 0,23 2,64 1,61 0,07 0,01
9 Rupat 0,15 0,15 0,74 0,07 0,10 0,60
Utara
10 Rangsan 0,70 0,80 0,63 0,41 0,27 1,60
g
11 Rangsan 1,28 1,22 0,64 1,49 0,48 1,87
g Barat
12 Tebing 0,12 1,29 0,97 2,52 2,17 0,29
Tinggi
13 Tebing 1,53 1,74 1,97 0,24 0,34 0,01
Tinggi
Barat
9,33 10,6 15,89 13,05 8,94 10,97 Gambar 4 Diagram Pola Aliran Barang
Jumlah
2 Masuk ke Kabupaten Bengkalis
Rata - 0,72 0,82 1,22 1,00 0,69 0,84
rata
Sumber : Bengkalis dalam Angka 2005, data sudah diolah

4. Perkebunan sangat potensial


dikembangkan di Kecamatan Pinggir,
Tebing Tinggi, Mandau, Rupat dan
Rangsang Barat
5. Perternakan sangat potensial untuk
dikembangkan di Kecamatan Mandau,
Tebing Tinggi dan Pinggir.
6. Perikanan sangat potensial untuk
dikembangkan di Kecamatan Bengkalis,
Bantan, Rangsang, dan Rangsang Barat. C. Estimasi Pergerakan Barang di
Kab.Bengkalis
B. Pola Pergerakan Barang di a. Proyeksi Bangkitan dan Tarikan
Kab.Bengkalis Pergerakan Eksternal
Berdasarkan hasil pengamatan dan data Proyeksi bangkitan dan tarikan eksternal
dari Dinas Perindustrian Kab.Bengkalis, pola ini mengambil ruas-ruas jalan yang menjadi
distribusi barang di Kabupaten Bengkalis pergerakan utama dari dan keluar Kabupaten
dapat digambarkan sebagaimana ditunjukan Bengkalis, dimana Kota Duri menjadi node

24
J U R N A L

utama dari pergerakan darat di Kabupaten Matrik I Data Barang jalan tahun 2017
Bengkalis. Pembagian zona sebagai berikut: B I II III
Zona I : Ruas Jalan Menuju Sumatera bagian B 0 19,905 67,042
Utara I 5,926
Zona II : Kota Pekanbaru II 8,029,475
Zona III : Kota Dumai III
Perhitungan yang dilakukan adalah
 Angkutan Barang di moda Laut (sungai)
untuk tahun 2012 dan 2017 dengan mengacu
pada data dasar yaitu RTRW 2000-2015, Pada pola pergerakan bongkar muat
data OD barang 2001, luas lahan pertanian barang di moda laut, dari hasil perhitungan
2012 dan 2017. didapat bahwa pergerakan muat barang
kabupaten Bengkalis hanya melalui wilayah
 Angkutan Barang di moda Jalan Raya zone II dan III yaitu Pekanbaru dan Tanjung
Balai. Dilihat dari besarannya kontribusi
Untuk pola pergerakan barang dari
terbesar untuk muat barang dari Kabupaten
Bengkalis menuju Sumatera bagian utara
Bengkalis ada pada zone II sedangkan untuk
terjadi penurunan di tahun 2012 sekitar barang bongkar ke Kabupaten Bengkalis
0,47 % dari jumlah barang melaui jalan raya
berasal dari zone I,II,III dengan kontribusi
di tahun 2001, namun prediksi di tahun 2017
terbesar pada zone II adalah Arah
terjadi kenaikan bongkar muat barang sekitar
pergerakan Pekanbaru. Bila dilihat dari hasil
1,43 % dari tahun 2012. Hal yang sama juga analisis untuk prediksi dari tahun 2012 dan
terjadi untuk pola pergerakan dari Sumatera
2017 dari kondisi eksisting 2001 terjadi
Utara menuju Bengkalis dimana
penurunan bongkar muat barang laut untuk
kontribusinya sangat besar dibandingkan
tahun 2012 dan di tahun 2017 terjadi
pola pergerakan dari Bengkalis menuju kenaikan. Kondisi ini diindikasikan oleh faktor
Sumatera bagian utara. Penurunan kontribusi
berkurangnya bongkar muat barang melaui
barang sekitar 0,42 % di tahun 2012 dan
pelabuhan laut (sungai) karena digantikan
kenaikan kontribusi barang di tahun 2017
oleh Transportasi darat yang menjadi
sekitar 1,31 %. Untuk zona dua yaitu dari alternatif jalan untuk cepatnya barang sampai
Bengkalis menuju Pekanbaru menunjukan
di tujuan.
kenaikan bangkitan dan tarikan barang tahun
2012 dan 2017, dimana untuk bangkitan Tabel 5
barang dari Bengkalis ke Pekanbaru di tahun Matrik I Data Laut Tahun 2001
2012 dan 2017 masing-masing sekitar
14,05% dan 0,11%. Dan kontribusi tarikan Matrik I Data Barang Laut tahun 2001
barang dari Pekanbaru menuju Bengkalis di B I II III
tahun 2012 dan 2017 masing-masing sekitar B 0 0 407 45
2,88% dan 0,23 %. I 134,539
II 48,266
Tabel 4 III 335,825
Data Hasil OD
Matrik I Data Barang jalan tahun 2001
Matrik I Data Barang jalan tahun 2001 Matrik I Data Barang Laut tahun 2012
B I II III B I II III
B 0 35,956 96,139 B 0 0 404 25
I 9,746 I 45,647
II 5,305,201 II 24,171
III III 140,926
Data Hasil OD
Matrik I Data Barang Laut tahun 2017
Matrik I Data Barang jalan tahun 2012 B I II III
B I II III B 0 0 652 40
B 0 12,629 46,674 I 86,327
I 3,763 II 38,248
II 6,627,535 III 308,911
III

25
J U R N A L

b. Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Prediksi bangkitan/tarikan perjalanan


Pergerakan Internal barang melalui sungai dilakukan dengan
menggunakan bangkitan/tarikan secara Linier.
Proyeksi bangkitan dan tarikan internal
Bongkar muat barang yang dilihat dari
menetapkan zona-zona utama keluar-masuk
perhitungan Liner produksi komoditi
penumpang dan barang, dalam hal ini
pertanian di Kabupaten Bengkalis dengan
pembagian wilayah mengacu kepada pusat-
hasil LQ yang didapat bahwa sensitifitas
pusat yang menjadi entry point pergerakan
untuk Sub Sektor tanaman pangan di
Bengkalis daratan dan Bengkalis kepulauan.
pelabuhan Kecamatan Bengkalis, Pelabuhan
Zona I : Pelabuhan Bengkalis
Sei Pakning dan pelabuhan Selat Panjang
Zona II : Pelabuhan Sei Pakning
didapat bahwa bongkar muat komoditi
Zona III : Pelabuhan Selat Panjang
tanaman pangan bila dibandingkan dengan
Perhitungan dilakukan terhadap hasil LQ, sensitifitas bongkar barang sangat
pergerakan penumpang darat dan sungai/laut tinggi dan hasil komoditi dapat diekpor yaitu
serta barang darat dan sungai/laut. untuk komoditi Padi Sawah dan Sagu.
Perhitungan ini meliputi seluruh wilayah Komoditi Buah-buahan yang memiliki nilai
Kecamatan di Kabupaten Bengkalis, dimana sensitifitas yang tinggi adalah Pisang,
wilayah pelayanan pusat-pusat permukiman Rambutan, Sukun, jeruk.
memiliki daerah pelayanan masing-masing. Untuk produksi komoditi Buah-buahan
Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Bongkar muat barang yang banyak
Bengkalis 2002 – 2015, pembagian pusat memberikan kontibusi adalah komoditas
dan daerah pelayanan ditentukan : Jeruk, durian, pisang, sukun, nenas dan
- Bengkalis (Kecamatan Bengkalis) rambutan. Kontribusi paling besar
meliputi daerah pelayanan : Pulau disumbangkan oleh pelabuhan sei pakning
Bengkalis, Pulau Rupat, Kecamatan dimana barang muat hasil komoditi nenas
Bukit Batu dan Kecamatan Siak Kecil bisa di ekspor dan kontribusi paling kecil
- Selat Panjang (Kecamatan Tebing untuk barang bongkar muat komoditi buah-
Tinggi) meliputi daerah pelayanan : buahan ada di pelabuhan selat panjang,
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Pulau dimana nilai sensitifitas komoditi ini sangat
Rangsang, dan Pulau Merbau besar. Untuk komoditi perkebunan pola
- Duri (Kecamatan Mandau) meliputi bangkitan dan tarikan barang sungai banyak
daerah pelayanan : Kecamatan Pinggir dikontribusikan oleh komoditi karet, kelapa
Berdasarkan ketersediaan data yang ada sawit dan kopi dan komoditi yang berpotensi
maka terjadi penyesuaian terhadap untuk ekspor yaitu komoditi karet. Matriks
penentuan pusat-pusat bangkitan dan tarikan, jumlah penumpang dan barang pada pola
begitu pula halnya terhadap daerah layanan pergerakan internal tahun 2012 – 2017 dapat
pusat-pusat tersebut, sebagai berikut : dilihat pada halaman lampiran.
- Bengkalis (Kecamatan Bengkalis)
Gambar 5 Grafik Bongkar Muat Barang
meliputi daerah pelayanan : Pulau
Bengkalis dan Pulau Rupat Produksi Pertanian Tanaman Pangan
pada Pergerakan Internal
- Selat Panjang (Kecamatan Tebing
Tinggi) meliputi daerah pelayanan :
Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Pulau
Rangsang, dan Pulau Merbau
- Sei Pakning (Kecamatan Bukit Batu)
meliputi daerah pelayanan : Bengkalis
daratan
- Perhitungan yang dilakukan adalah
untuk tahun 2012 dan 2017 dengan
mengacu pada data dasar yaitu RTRW
2000-2015, dan data OD barang tahun
2001.
 Bongkar Muat Barang melalui pelabuhan
laut (sungai)

26
J U R N A L

Gambar 6 Grafik Bongkar Muat Barang d. Proyeksi Pembebanan Jalan


Produksi Hasil Pertanian pada Pergerakan
Dari analisis lalu lintas kemudian
Internal
dilakukan prediksi terhadap kinerja jaringan
pada masa yang akan datang. Besaran-
besaran volume beserta kinerja lalu lintas
tersebut merupakan masukan utama bagi
analisis selanjutnya. Adapun besaran yang
dihasilkan dari hasil pemodelan ini adalah
waktu tempuh perjalanan dan volume
kendaran pada jam tersibuk, dari volume ini
dapat ditentukan VCR (Volume Capacity
Ratio) dari masing-masing ruas jalan.
Analisis dilakukan terhadap masing-masing
sub ruas jalan (a node ke b node) sesuai
dengan database jalan yang ada. Tingkat
pelayanan jalan ditentukan oleh nilai VCR
c. Proyeksi Pola Sebaran Pergerakan dari masing–masing sub ruas jalan atau
tingkat pelayanan tergantung dari
Dalam studi ini digunakan pendekatan
perbandingan antar besarnya volume
model prediksi sebaran perjalanan Metoda
terhadap kapasitas. Oleh karena itu tingkat
Pertumbuhan yang mengasumsikan pola
pelayanan jalan ditentukan oleh kemampuan
sebaran perjalanan di wilayah studi dan
jalan (kapasitas jalan) dalam menampung
faktor-faktor pengaruhnya di masa yang akan
arus lalu lintas yang lewat. Pengukuran
datang mirip dengan pola dan faktor
kualitas pelayanan jalan pernah juga
pengaruh saat ini. Dengan demikian
disampaikan oleh Morlok (1991) yang terdiri
besarnya permintaan perjalanan yang
dari 6 tingkatan A, B,C, D, E dan F. Dalam
terdistribusi dari/ke suatu zona akan lebih
hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi
ditentukan oleh besaran bangkitan dan
volume arus lalu-lintas pada suatu ruas jalan,
tarikan perjalanan yang diproduksi oleh
makin buruk tingkat pelayanan jalannnya.
setiap zona di wilayah studi. Asumsi
Tabel 6 menunjukkan standar klasifikasi
pendekatan model Pertumbuhan ini cocok
tingkat pelayanan jalan yang digunakan oleh
untuk wilayah Kabupaten Bengkalis yang
Morlok .
pola pergerakan lalu lintas umumnya berupa
Ruas-ruas jalan utama di Kabupaten
pergerakan lintasan dan pergerakan antar
Bengkalis, yaitu ruas Sei Pakning – Mandau
kota/ dengan hanya sedikit wilayah yang
– Siak – Pekanbaru, Duri – Dumai, dan ruas
berfungsi sebagai wilayah perkotaan. Dimana
Sei Pakning – Dumai umumnya mempunyai
Wilayah Kota Duri merupakan pengecualian
lebar perkerasan 8 -12 meter, terdiri atas 2
dalam pergerakan lalu lintas karena bersifat
lajur untuk 2 arah, yang menurut MKJI
urban atau perkotaan meskipun sangat
kondisi demikian mempunyai kapasitas jalan
didominasi juga oleh pergerakan lintasan
antara 2.900 – 3.100 SMP/ Jam dalam
eksternal dari Kota Dumai – Pulau Bengkalis
kondisi mantap. Sehingga permasalahan
– Kota Pekanbaru. Rencana penyebaran
utamanya adalah pada tingkat pelayanan
pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Bengkalis
mana kualitas pelayanan akan dijamin.
akan merubah jumlah dan arah perjalanan
Dalam beberapa kajian, sebagaimana juga
yang tercermin melalui perubahan besarnya
disampaikan dalam MKJI 1997 lalu lintas
jumlah perjalanan yang berasal atau
akan berada pada kondisi normal jika VCR <
bertujuan dari/ke setiap zona. Berdasarkan
0,85 atau kalisifikasi pelayanan minimalnya
Tata Guna Lahan dan Struktur Ruang
yaitu D.
Wilayah dalam RTRW Kabupaten Bengkalis,
maka pola pergerakan barang dapat
ditentukan.

27
J U R N A L

Tabel 6 penghubung yang jelas. Untuk ini perlu


Klasifikasi Kualitas Pelayanan Jalan segera dilakukan penataan fungsi jalan yang
lebih jelas. Menimbang kondisi tersebut maka
Tingkat
V/C Keterangan untuk Kabupaten Bengkalis sistem
Pelayanan
< Arus lancar, volume rendah, transportasi yang baik adalah dengan pola
A sistem transportasi intermoda dan antarmoda.
0,60 kecepatan tinggi
0,6– Arus stabil, volume sesuai untuk jalan Moda sungai dan udara dapat digunakan
B
0,7 luar kota, kecepatan terbatas secara terpadu antar moda tersebut.
Arus stabil, volume sesuai untuk jalan
0,7-
C kota, kecepatan dipengaruhi oleh lalu-
0,8 D. Konsep Dasar Penataan Pola
lintas
0,8- Mendekati arus tidak stabil, kecepatan Pergerakan Barang
D
0,9 rendah Berdasarkan pengkajian kondisi
Mendekati arus tidak stabil, volume
0,9- eksisting dan literatur, guna tercapainya
E pada/mendekati kapasitas, kecepatan
1,0 efisiensi dan efektivitas dalam pengangkutan
rendah
Arus terhambat, kecepatan rendah,
barang, sebaiknya pola pergerakan barang di
> masa datang diarahkan untuk mengikuti
F volume di atas kapasitas, banyak
1,00 konsep pergerakan sebagaimana ditunjukan
berhenti
pada gambar 7 berikut.
Sumber: Morlok, 1985
Gambar 7 Konsep Dasar Pola
Mendasarkan pada kriteria VCR tersebut,
Pergerakan Angkutan Barang
ruas-ruas jalan utama di Kabupaten
Bengkalis yaitu ruas Sei Pakning – Mandau –
Siak – Pekanbaru, dan ruas Sei Pakning –
Dumai menurut hasil analisis akan
mempunyai VCR 0,51 pada tahun 2012 dan
0,79 pada tahun 2017. Artinya ruas-ruas
jalan tersebut jika dalam kondisi mantap
masih dapat memberikan pelayanan
memadai sampai tahun 2017 yang akan
datang. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
untuk jalan-jalan nasional perlu peningkatan
kapasitas jalan melalui pemeliharaan rutin,
pelebaran atau membangun jalan elak (by
pass) agar kendaraan lintas eksternal – E. Kebutuhan Prasarana dan Sarana
eksternal tidak masuk ke dalam kota. Untuk Angkutan Barang dengan Moda lain
jalan-jalan kota perlu dilakukan pelebaran Sebagai daerah kepulauan, maka sistem
agar kapasitas jalan dapat bertambah. angkutan barang akan menyangkut berbagai
Berdasarkan hasil analisis bangkitan moda yang lain selain transportasi jalan raya.
pergerakan 2006 dan pra-study kelayakan Ada 3 moda lain yang harus diperhatikan
jalan tol Pekanbaru – Dumai yang dilakukan, untuk angkutan barang di Kab.Bengkalis ini,
pada tahun 2001 tingkat pelayanan jalan yaitu:
berada pada tingkat A (0,47), artinya harus
sudah diantisipasi kepadatannya sebelum  Moda Kereta Api
tahun 2012 yang akan datang, dengan upaya
pelebaran jalan atau pembuatan jalan baru Moda Kereta Api belum ada, namun
seperti jalan TOL yang telah direncanakan. sudah menjadi program nasional untuk
Sedangkan jalan-jalan lain yang berada diselenggarakan sebagai bagian dari jalur KA
di Bengkalis kepulauan rata rata masih lintas timur Sumatera. Prioritas program
berstatus jalan lokal, mengingat tidak untuk moda kereta api di Kabupaten
adannya akses darat (langsung) berupa Bengkalis, adalah:
jembatan yang menghubungkan antar a. Pembangunan jalur jalan rel
wilayah Bengkalis daratan dan Bengkalis Rantauprapat – Duri – Dumai
kepulauan atau tidak terdapat jalan kolektor

28
J U R N A L

b. Pembangunan stasiun penumpang dan 5. Kesimpulan Dan Saran


barang di Kota Duri
A. Kesimpulan
c. Pembangunan alat sinyal dan alat
komunikasi 1. Kabupaten Bengkalis mempunyai jenis
moda transportasi yang cukup lengkap
 Moda Sungai yaitu moda jalan raya, moda sungai dan
laut, moda udara dan moda kereta api
Untuk moda sungai, program
(direncanakan oleh pemerintah pusat).
prioritasnya, yaitu:
2. Duri, merupakan wilayah perkotaan yang
a. Pembangunan dermaga RORO baru di:
memiliki posisi sebagai hub/terminal
Tanjung Medang dan Batu Panjang
utama antar-moda di Kab.Bengkalis,
b. Peningkatan dan pemantapan dermaga
Provinsi Riau
RORO di Sei Pakning dan Bengkalis
3. Program prioritas yang harus dilakukan
c. Penataan ruang sekitar sungai sebagai
adalah:
tempat pariwisata
a. Peningkatan jalan pada ruas jalan
d. Reboisasi lahan sekitar sungai
yang memiliki fungsi jalan arteri, yaitu
e. Pembersihan, pengerukan dan
ruas-ruas jalan :
normalisasi alur sungai
 Pekanbaru – Duri – Dumai
f. Pembangunan dermaga skala kecil
g. Pemasangan rambu-rambu alur  Dumai – Sei Pakning
pelayaran sungai  Sei Pakning – Siak Sri Indrapura
h. Pembentukan pos-pos keselamatan b. Program Pembangunan Jalan dan
Jembatan untuk memperluas
 Moda Udara jangkauan pelayanan jaringan jalan,
dengan prioritas jalan-jalan kolektor
Untuk moda udara, program prioritas berada di wilayah Bengkalis
yang dilakukan adalah: kepulauan.
a. Penetapan status Bandar Udara Sei c. Pembangunan terminal barang dan
Selari untuk kepentingan umum pada terminal penumpang tipe A di Duri,
kurun waktu pentahapan pemanfaatan serta terminal penumpang tipe C di
pengembangan jangka pendek hingga Sei Pakning dan Kota Bengkalis
menengah
b. Mendukung penuh terhadap rencana B. Saran
pemindahan Bandar Udara Sultan
Syarief Kasiem II, melalui program 1. Pola pergerakan barang dan besaran
pembangunan infrastruktur wilayah estimasinya sangat berpengaruh pada
kawasan bandara keputusan pembangun jalan, karena itu
c. Perencanaan pembangunan bandara di penyusunan kebijakan tata ruang dalam
Selat Baru. RTRW perlu mempertimbangkan
d. Pembangunan baru lapangan terbang dampaknya pada peramalan bangkitan
tersebut lengkap dengan sarana dan pergerakan.
prasarananya. 2. Penetapan node, linkage, hirarki dan
e. Membenahi dan membuat sistem hinterland penting untuk menyusun pola
manajemen pengelolaan bandar udara. pergerakan dan estimasi bangkitan
pergerakannya.
Berdasarkan kebutuhan program 3. Untuk pengembangan moda Jalan Raya,
pengembangan 3 moda lainnya, ada dimana cukup banyak terjadi perubahan
sejumlah simpul (node) yang perlu menjadi baik yang bersifat peningkatan maupun
perhatian untuk penetapan prioritas pengembangan sistem jaringan seperti
pembangunan jalan, yaitu Duri, Dumai, perencanaan jalan yang
Tanjung Medang, Batu Panjang, Sei Pakning menghubungkan Duri - Sei Pakning,
(Sei Selari) dan Bengkalis. jalan darat Dumai – Rupat – Malaka dan
terminal type A, maka:
a. Pemerintah Kabupaten Bengkalis
harus mengusulkan adanya
pembangunan jalur jalan nasional di

29
J U R N A L

Kabupaten Bengkalis ke Menteri


Pekerjaan Umum. Pembangunan jalur
jalan nasional ini menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat. Hal ini
sesuai dengan UU No. 38 Tahun
2004 yang mengatur bahwa
pengelolaan jalan nasional dilakukan
oleh pemerintah pusat.
b. Pemerintah Kabupaten Bengkalis
harus mengusulkan adanya
peningkatan kelas terminal di Kota
Duri dari kelas sebelumnya B menjadi
A kepada Menteri PU dan Pemerintah
Provinsi Riau. Dengan demikian akan
terjadi kerja sama dengan Pemerintah
Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Bengkalis dalam peningkatan kelas
terminal ini.

Daftar Pustaka
Bappeda Kab.Bengkali, 2006. Masterplan
Transportasi Kabupaten Bengkalis
2006 – 2016
BPS Kab.Bengkalis, 2005. Kabupaten
Bengkalis dalam Angka 2005.
Glasson, John., 1982. An Introduction to
Regional Planning, 2nd ed. Hutchinson,
London.
Mc.Donald, Patricia A,2003. The Movement
of People and Goods : Its Challenges,
Economic Impacts and Its Future
Trans, Vermont Agency of
Transportation
Ortuzar S., Juan de Dios, Luis G. Willumen,
1994, Modelling Transport, 2nd ed.,
John Willey & Sons, New York, USA.
Siregar Muchtarudin, 1990.Beberapa
Masalah Ekonomi dan Managemen
Pengangkutan, Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta .
Taaffe, Edward J.,et.all. 1996, Geography of
Transportation, 2nd ed, Prentice Hall,
New Jersey, USA.
Tamin, Ofyar Z, 1997. Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Bandung,
Penerbit ITB.

30

Anda mungkin juga menyukai