Anda di halaman 1dari 5

Rumah Adat Bali

Aling-aling adalah bagian rumah adat Bali yang terletak di Pulau Seribu Pura dengan bangunan rumah
yang berfungsi sebagai pembatas antara luar dan angkul-angkul.

Aling-aling berarti energi positif dan baik untuk keharmonisan rumah. Rumah adat satu ini juga biasanya
menjadi pembatas antara angkul-angkul dengan tempat ibadah.

Pada bangunan ini terdapat dinding pembatas berupa batur dengan tinggi kurang lebih 150 cm yang
biasa disebut penyeker.

Aling-aling identik sebagai privasi pemilik rumah karena tamu yang datang harus menyamping ke kiri bila
masuk rumah dan ke samping kanan bila keluar rumah.
Pakaian adat Bali

Payas Agung merupakan pakaian adat khas yang ada di Bali. Busana atau pakaian adat ini memang selalu
menarik perhatian baik masyarakat Bali, wisatawan lokal sampai wisatawan mancanegara. Payas Agung
memiliki kesan etnis, mewah dan spesial oleh karena itu pakaian ini tidak ditujukan untuk beragam
aktivitas
Payas Agung biasanya digunakan sebagai busana pengantin. Busana tradisional ini terlihat sangat indah
dengan mahkota yang tinggi menjulang dan kain dengan berbagai warna yang dilekatkan di tubuh
pengantin, baik pria maupun wanita
ciri-ciri dari payas agung adalah sebagai berikut
1. Pengantin wanita akan memakai tapih panjang yang melilit tubuh dari dada hingga ke
jari kaki. Tapih (kain) ini akan dilapisi kemben sebagai penutup dada dan kamen prada
untuk menutup hingga ke mata kaki.
2. Menggunakan make-up yang disebut srinata (lengkungan simetris pada dahi)
sedangkan untuk hiasan kepala, pengantin memakai petitis (bagian dari mahkota) dan
tajug emas (bagian dari mahkota) di bagian atas.
3. Mahkota yang dipakai oleh pengantin wanita terdiri dari bunga sandat dan ditutup
bunga emas.
4. Pengantin memakai cerik (seperti gelang) di bahu sebelah kiri serta pending
emas (seperti ikat pinggang) di pinggang sehingga menampilkan bentuk tubuh
pengantin.
5. Banyak menggunakan gelang yaitu gelang kana di lengan, gelang satru di pergelangan
tangan.
6. Baju yang dipakai pengantin pria mirip dengan pengantin wanita yaitu tapih dan kamen
prada yang dililit dari bagian dada hingga ke betis
7. Pengantin pria juga menggunakan mahkota seperti pengantin wanita
8. Pengantin pria menggunakan keris bertahta batu mulia
Tarian adat

Tari kecak Bali merupakan ritual shangyang atau tradisi menolak bala yang diselipkan kisah Ramayana di
dalamnya. Tari kecak menceritakan tentang pencarian Permaisuri Shinta, Raja Rama dibantu oleh
Hanoman. Hanoman lalu memporakporandakan tempat penyekapan Permaisuri Shinta dengan
membakarnya. Namun Hanoman justru terkepung oleh prajurit Raja dan Rahwana dan hampir terbakar.

Pada awalnya Raja Rama mengalami kekalahan, tetapi tidak menyurutkan kesungguhan Raja Rama
menyelamatkan permaisurinya. Raja Rama berdoa dengan sungguh dan kemudian berusaha kembali.
Pada akhirnya Raja Rama dapat menyelamatkan Permaisurinya.

Sehingga makna nilai moral dalam tarian kecak ini ialah kasih yang tulus akan menang dengan doa dan
kesungguhan.
Upacara adat Bali

Upacara Ngaben pasti sudah pernah mendengar tentang upacara yang satu. Upacara ini sudah sangat
terkenal di Bali. Ngaben merupakan salah satu upacara yag dilakukan oleh umat Hindu di Bali yang
tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukan kepada leluhur).
Namun ternyata, tidak semua masyarakat Bali melaksanakannya juga, hal ini disebabkan oleh faktor
ekonomi yang berbeda setiap penduduknya. Tak bisa dipungkiri, biaya untuk melaksanakan upacara ini
terbilang relatif tinggi.
Upacara Ngaben di Bali ternyata terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Ngaben Sawa Wedana, Ngaben Asti
Wedana, dan Swasta. Nah biasanya, upacara tersebut nantinya dilaksanakan dalam kurun waktu antara
3-7 hari.

Namun ada pula yang melaksanakan persiapan sampai sebulan lamanya, sehingga jenazah akan
diawetkan sampai waktu pembakaran jenazah tiba. Untuk jenis upacara yang satu ini biasa disebut
dengan Ngaben Sawa wedana.

Untuk upacara Ngaben Asti Wedana, memiliki cara yang berbeda dari sebelumnya. Upacara jenis ini
diawali dengan mengubur jenazah terlebih dahulu, hingga nantinya yang akan dibakar hanya tinggal
tulang saja. Pada pelaksanaan upacara ngaben jenis ini memang memerlukan waktu cukup lama. Hal ini
bisa disebabkan karena keluarganya yang memiliki masalah tertentu seperti, aturan adat yang mengikat
di desanya ataupun masalah biaya.
Nah, yang terakhir adalah upacara Swasta yang dikhususkan untuk orang yang meninggal saat di luar
negeri atau bagi jasad yang sudah tidak bisa ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai