Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERILAKU ORGANISASI

PERUBAHAN PERILAKU PELAKU UMKM DALAM MENDUKUNG


KEBERLANJUTAN UMKM

Nandang Arian Kusuma Kertapati


NIM C2C023019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PURWOKERTO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Ide penulisan dengan mengambil judul “Perubahan Perilaku Pelaku UMKM


Dalam Mendukung Keberlanjutan UMKM di Kabupaten Banyumas” didasari tentang
pentingnya keberadaan SDM sebagai pelaku UMKM. UMKM itu sendiri memiliki
kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian
Koperasi dan UMKM pada tahun 2021, Indonesia memiliki sekitar 64,20 juta pelaku
UMKM. Pelaku UMKM tersebut mencakup beragam jenis usaha mulai dari mikro
hingga kecil dan menengah, yang menciptakan lapangan kerja dan berperan dalam
pertumbuhan ekonomi. UMKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia. UMKM memberikan kontribusi sebesar
61,07 persen terhadap PDB atau setara dengan Rp8.573,89 triliun (Kemenkeu, 2022).
SDM dalam setiap organisasi menempati posisi sentral, karena betapapun majunya
teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya modal yang tinggi, namun jika tidak
didukung dengan keberadaan SDM yang baik maka bisa dipastikan organisasi tersebut
tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks UMKM, maka
UMKM bisa dipastikan tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dan bahkan tidak
dapat menjalankan usahanya. Oleh karena itu, studi bagaimana perubahan perilaku
pelaku UMKM sangat diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN

Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge pada Bab VI dalam buku yang berjudul
"Perilaku Organisasi," menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan
persepsi dan pengambilan keputusan oleh individu dalam konteks organisasi. Robbins
dan Judge menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses di mana individu menafsirkan
dan memberi makna pada informasi yang diterima dari lingkungannya. Selain itu juga
dijelaskan langkah-langkah dalam proses persepsi, termasuk penerimaan stimulus,
organisasi stimulus, interpretasi stimulus, dan pemberian makna stimulus. Setiap
individu seringkali memiliki kecenderungan untuk memilih informasi yang sesuai
dengan kebutuhan, nilai, dan kepentingannya. Meskipun demikian, terkait pemerolehan
informasi ini juga memungkinkan adanya bias kognitif dalam menerima dan mengolah
informasi dalam membentuk persepsinya.
Persepsi yang telah dibangun dari berbagai informasi tersebut akan menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan. Teori keputusan rasional memandu individu dalam
membuat keputusan yang rasional dengan mempertimbangkan semua informasi yang
tersedia, mengevaluasi konsekuensi, dan memilih tindakan yang dapat memberikan
manfaat terbesar. Model pengambilan keputusan tersebut melibatkan tahap identifikasi
masalah, pengumpulan informasi, pemilihan kriteria, evaluasi opsi, dan pemilihan
alternatif terbaik. Bagi manajer, kemampuan dalam membimbing dan memengaruhi
pengambilan keputusan karyawan dangat diperlukan termasuk dalam menerapkan gaya
kepemimpinan yang dapat diterima baik oleh karyawan.
Penelitian Smita Chaudhry berjudul “Partner opportunism and willingness to
engage in project relationships” yang dipublikasikan dalam Journal of Strategy and
Management Vol. 13 No. 3, 2020, menawarkan sebuah model tentang keterkaitan antara
karyawan yang memanfaatkan keuntungan dari mitra kerja akan menurunkan kemauan
dalam menciptakan persepsi yang negatif pada mitra kerjanya.
Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge pada Bab VII dalam buku yang berjudul
"Perilaku Organisasi," mambahas konsep motivasi. Robbins dan Judge mendefinisikan
motivasi sebagai proses yang menjelaskan mengapa individu bertindak atau berperilaku
dalam cara tertentu. Motivasi adalah apa yang mendorong individu untuk mencapai
tujuan, memberikan usaha ekstra, atau bertindak sesuai dengan harapan. Teori-teori
notivasi antara lain teori kebutuhan Maslow, teori motivasi higiene (teori dua faktor)
Herzberg, teori kebutuhan McClelland, dan teori harapan dari Victor Vroom. Robbins
dan Judge membedakan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kepemimpinan dalam konsep
motivasi juga memiliki pran yang penting. Kepemimpinan yang mendukung,
memberikan umpan balik, dan memfasilitasi pengembangan karyawan dapat
meningkatkan motivasi karyawan. Reward dan penghargaan yang sesuai dengan kinerja
dan usaha individu dapat meningkatkan motivasi karyawan. Setiap individu memiliki
preferensi dan kebutuhan motivasi yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi
manajemen untuk memahami perbedaan ini dan mencoba memotivasi setiap individu
sesuai dengan preferensinya. Dengan demikian, memahami apa yang memotivasi
individu di lingkungan kerja dan bagaimana faktor-faktor seperti tujuan, kepemimpinan,
dan penghargaan menjadi dasar yang penting yang akan memengaruhi motivasi.
Penelitian oleh Fred Mear and Richard A. Werner yang berjudul “Subsidiarity as
secret of success: “Hidden Champion” SMEs and subsidiarity as winning HRM
configuration in interdisciplinary case studies” (https://www.emerald.com/insight/0142-
5455.htm), menawarkan pada Manajer SDM agar dapat meningkatkan motivasi, kinerja,
dan inovasi dengan mendesentralisasikan pengambilan keputusan dengan optimal,
dengan tetap memastikan tujuan organisasi dapat dipahami dan didelegasikan dengan
baik, serta melatih dan mendidik karyawan yang dapat mendorong kompetisi setiap
karyawan untuk bekerja sebaik mungkin di organisasinya. Penelitian Fred Mear and
Richard A. Werner diklaim dapat diterapkan secara luas pada semua jenis organisasi
yang mendukung “Hidden Champion” pada UMKM.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perubahan perilaku pelaku UMKM dalam
mendukung keberlanjutan UMKM menjadi sangat penting terutama dalam
meningkatkan motivasi pelaku usaha dengan meminimalisir terjadinya bias kognisi
sehingga pelaku UMKM dapat mengambil keputusan dalam menjalankan UMKM
untuk menjamin keberlanjutan usahanya. Apabila dilihat dari kondisi saat ini dimana
baru saja lepas dari pandemi Covid-19, maka permasalahan tentang berkurangnya
permintaan konsumen, penurunan aktivitas bisnis, atau penurunan daya beli masyarakat
belum seluruhnya dapat pulih kembali.
Dampak pandemi Covid-19 merupakan tantangan besar yang dihadapi UMKM.
Pemerintah sudah berusaha membantu keberlanjutan UMKM dengan pemberian
bantuan finansial, bantuan teknis, dan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi
yang inklusif. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) adalah wujud kepedulian
pemerintah di bidang perekonomian nasional dalam mendukung pemulihan ekonomi
selama pandemi. Program tersebut mencakup bantuan keuangan, insentif pajak, atau
berbagai upaya lainnya untuk membantu UMKM bertahan dan pulih. Bantuan untuk
Pelaku Usaha Mikro (BPUM) merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memberikan bantuan langsung kepada pelaku usaha mikro agar dapat bertahan dan
pulih dari dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi dan UKM Kabupaten
Banyumas tahun 2021 tercatat jumlah UMKM mencapai 86.876 unit. UMKM penerima
bantuan bagi pelaku usaha mikro (BPUM) di Kabupaten Banyumas mencapai 22.709
penerima. Harus disadari bahwa pelaku UMKM pada umumnya memiliki jenis produk
ekonomi tidak tetap dan dapat berganti sesuai kondisi. Lokasi transaksi ekonomi tidak
tetap dan dapat berpindah-pindah. Sistem pembukuan yang belum baku, yang hampir
selalu bercampurnya keuangan usaha dengan uang pribadi serta tidak memiliki legalitas
atau izin usaha. Sumber daya manusia belum memadai yang diantaranya berpendidikan
rendah.
Perubahan perilaku pelaku UMKM harus dilakukan dengan memberikan berbagai
informasi yang dibutuhkan pelaku UMKM terkait perilaku kewirausahaan. Perilaku
pelaku UMKM diarahkan agar dapat menjadi pribadi yang mau bekerja keras,
penampilan yang baik, memiliki keyakinan diri, mampu membuat keputusan yang bijak,
dan kreatif serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Pelaku UMKM juga
diarahkan agar dapat memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi seperti
tersedianya media sosial sebagai media pemasaran yang efektif dan efisien. Pelaku
UMKM harus memulai tertib dalam manajemen keuangan dengan memisahkan
keuangan usaha dengan keuangan pribadi.
Pendidikan formal harus diakui menjadi sarana penting dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan pelaku UMKM. Namun demikian, upaya meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan pelaku UMKM dapat juga diperoleh melalui pendidikan
non formal. Pemerintah juga sudah cukup banyak memfasilitasi kegiatan pendidikan
dan pelatihan bagi masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM sesuai
dengan bidang usahanya. Hal ini menjadi dasar agar pelaku usaha dapat terhindar dari
bias kognitif yang berdampak buruk pada pengambilan keputusan dalam menjalankan
usahanya.
Modal yang diperoleh melalui BPUM harus dapat mentriger sebagai faktor
eksternal dalam meningkatkan motivasi pelaku UMKM. Modal yang diperoleh dari
bantuan pemerintah melalui BPUM dapat dialokasikan untuk membiayai operasional
usahanya bukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Motivasi internal
ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan kepercayaan diri yang selama ini dapat
bertahan dalam menjalankan usahanya. Bukan hal yang tidak mungkin, adanya berbagai
tantangan yang dihadapi selama dan pasca pandemi Covid-19 dapat dilalui oleh para
pelaku UMKM, khususnya di Kabupaten Banyumas untuk tumbuh dan berkembang.
Perilaku kreatif dan inovatif, disiplin, percaya diri, keberanian menghadapi resiko,
memiliki motivasi yang tinggi, mampu berkomunikasi yang baik dan dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi menjadi kekuatan yang besar bagi
pelaku UMKM dalam menjaga keberlangsungan usahanya.
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa


konsep dan teori tentang persepsi harus dapat diimplementasikan dalam mendukung
pengambilan keputusan yang bijaksana pada pelaku UMKM. Pelaku UMKM diarahkan
agar tidak memiliki bias kognitif yang dalam membentuk persepsi dapat berpengaruh
buruk dalam pengambilan keputusan. Motivasi pelaku UMKM harus
ditumbuhkembangkan sehingga dapat menjadi pribadi yang memiliki jiwa wirausaha
kuat. Perubahan perilaku UMKM dilakukan agar pelaku UMKM di Kabupaten
Banyumas memiliki perilaku kreatif dan inovatif, disiplin, percaya diri, keberanian
menghadapi resiko, memiliki motivasi yang tinggi, mampu berkomunikasi yang baik
dan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Fred Mear and Richard A. Werner. 2020. Subsidiarity as secret of success: “Hidden
Champion” SMEs and subsidiarity as winning HRM configuration in
interdisciplinary case studies”. https://www.emerald.com/insight/0142-5455.htm

Kemenkeu. 2022. Peran Penting UMKM dalam Ancaman Isu Resesi.


https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-balikpapan/baca-artikel/15677/Peran-
Penting-UMKM-dalam-Ancaman-Isu-Resesi.html

Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge. 2016. Organizational Behavior. New Jersey,
Pearson Prentice Hall.

Smita Chaudhry. 2020. “Partner opportunism and willingness to engage in project


relationships” Journal of Strategy and Management Vol. 13 No. 3, 2020.

Anda mungkin juga menyukai