Anda di halaman 1dari 20

QS Al Mujadalah ayat 11

‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْي َل َلُك ْم َت َفَّس ُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْف َس ُحْو ا َي ْف َس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْي َل اْنُشُز ْو ا‬
‫َفاْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْي َن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َت ْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di


dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Kandungan QS Al Mujadalah
1. Surah Al Mujadalah ayat 11 menjelaskan adab menghadiri majelis (termasuk majelis ilmu
dan majelis dzikir) yakni berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada orang lain
agar bisa duduk di majlis itu.
2. Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat, baik di
dunia maupun di akhirat.

Hadist tentang menuntut ilmu

Dalam kitab Sunan Ibnu Majah disebutkan hadits tentang kewajiban menuntut ilmu yang
lebih panjang sebagai berikut:

‫ «طلب العلم فريضة على كل‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫ع ن أنس بن مالك قال‬
‫ وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب‬،‫»مسلم‬
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: menuntut ilmu fardhu bagi setiap
muslim dan orang yang meletakkan ilmu pada bukan ahlinya sama dengan mengalungkan
babi dengan intan mutiara dan emas.

QS Ali Imran ayat 134


‫اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن ِفى الَّس َّۤر اِء َو الَّض َّۤر اِء َو اْلَك اِظ ِم ْيَن اْلَغْيَظ َو اْلَع اِفْيَن َع ِن الَّناِۗس َو ُهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِس ِنْيَۚن‬
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang
yang berbuat kebaikan,

Firman Allah dalam surah an nisa ayat 146


‫ٰۤل‬
‫ِااَّل اَّلِذ ْيَن َتاُبْو ا َو َاْص َلُحْو ا َو اْعَتَص ُم ْو ا ِباِهّٰلل َو َاْخ َلُصْو ا ِد ْيَنُهْم ِهّٰلِل َفُاو ِٕىَك َم َع اْلُم ْؤ ِمِنْيَۗن َو َس ْو َف ُيْؤ ِت ُهّٰللا اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬
‫َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا‬
Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan
pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.
Firman Allah dalam surah al baqarah ayat 153

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْسَتِع ْيُنْو ا ِبالَّصْبِر َو الَّص ٰل وِةۗ ِاَّن َهّٰللا َم َع الّٰص ِبِر ْيَن‬
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Isi kandungan surah ali imran ayat 134 adalah menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang
bertawa kepada Allah yaitu
1. Orang yang menginfakkan hartanya kepada Allah baik dalam keadaan senang atau
dalam keadaan susah
2. Orang yang dapat dapat menahan amarahnya
3. Orang yang dapat memaafkan orang lain yang berbuat salah kepada dia
Isi kandungan surah an nisa ayat 146 adalah menjelaskan tentang
1. Orang tempatnya di neraka kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri
dan berpegang teguh pada (agama) Allah
2. Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang beriman kepada Allah
Isi kandungan surah al baqarah ayat 153 adalah menjelaskan tentang
1. Dalil untuk meminta pertolongan itu hanya kepada Allah
2. Dalil untuk sabar ketika meminta tolong kepada Allah
3. Dalil tentang sabar ketika melaksanakan shalat

Hadist Tentang Ikhlas, Sabar dan Pemaaf


Tentang Ikhlas, Nabi SAW bersabda :

‫ ِاَّن َهللا َال َيْنُظُر ِالَى َاْج َس اِم ُك ْم َو َال ِالَى ُص َو ِر ُك ْم َو ٰل ِكْن َيْنُظُر‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص‬: ‫َع ْن َاِبى ُهَر ْيَر َة رض َقاَل‬
‫ مسلم‬. ‫ِالَى ُقُلْو ِبُك ْم‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda,“Sesungguhnya
Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu,
tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)

Tentang Sabar, Nabi SAW bersabda :


‫ قال رسول هّللا عجباالمرالمؤمن اّن أمره كّله له‬: ‫وعن ابى يحي صهيب بن سنان رضى هّللا عنه قال‬
‫ وإن اصابته ضّراءصبرفكان خيراله‬،‫خيروليس ذلك ألحداّالللمؤمن إن اصابته سّرءشكرفكان خيراله‬
٠)‫(رواه مسلم‬
“Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra., ia berkata : "Rasulullah saw. Bersabda : "Sangat
menakjubkan bagi orang mukmin, apalagi segala urusannya sangat baik baginya, dan itu
tidak akan terjadi bagi seseorang yang beriman, kecuali apabila mendapatkan kesenangan
ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik, dan apabila ia tertimpa kesusahan ia
sabar maka yang demikian sangat baik baginya."(HR. Muslim)
Tentang pemaaf, Nabi SAW bersabda ;

: ‫ عن َر ُسوَل ِهَّللا صّلى هللا عليه وسّلم َقاَل‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه‬
: ‫ رواه مسلم‬.‫ َو َم ا َتَو اَض َع أَح ٌد ِهلل ِإَّال َر َفَع ُه ُهللا‬،‫ َو َم ا زاَد ُهللا َعْبدًا بَع ْفٍو ِإَّال ِع ّز ًا‬، ‫َم ا َنَقَص ْت َص َد َقٌة ِم ْن َم اٍل‬
‫وغيره‬
“Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, 'Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi
seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di
dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia
akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).'” (HR. Muslim, no. 2588 dan imam-
imam lainnya).
QS Al Furqan ayat 63

‫َو ِع َباُد ٱلَّرْح َٰم ِن ٱَّلِذ يَن َيْم ُشوَن َع َلى ٱَأْلْر ِض َهْو ًنا َو ِإَذ ا َخ اَطَبُهُم ٱْلَٰج ِهُلوَن َقاُلو۟ا َس َٰل ًم ا‬
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Dalam Islam, sikap rendah hati disebut juga tawaduk, yaitu sikap tidak merasa lebih dari
orang lain. Orang yang memiliki sikap rendah hati akan selalu merasa segala kelebihan yang
dimiliki adalah titipan dari Allah SWT, dan tidak patut dibanggakan (disombongkan). Selain
itu, orang yang rendah hati juga selalu menganggap kelebihan yang dimiliki merupakan
sebuah nikmat yang harus disyukuri. Karena dia yakin bahwa nikmat yang disyukuri akan
senantiasa ditambah lagi oleh Allah SWT. Sikap rendah hati dapat menyelamatkan manusia
dari kehancuran, karena rendah hati akan menjauhkan dari sikap sombong. Apabila manusia
tidak memiliki sikap sombong, maka manusia akan terhindar dari siksa Allah SWT di dalam
nereka. Oleh karena itu, sikap sombong harus dihindari oleh setiap muslim.
Q.S Al Isra Ayat 26 – 27

‫َو َء اِت َذ ا ٱْلُقْر َبٰى َح َّق ۥُه َو ٱْلِمْسِكيَن َو ٱْبَن ٱلَّس ِبيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ يًر ا‬
‫ِاَّن اْلُم َبِّذ ِرْيَن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّش ٰي ِط ْيِن ۗ َو َك اَن الَّش ْيٰط ُن ِلَرِّبٖه َك ُفْو ًر ا‬
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.
(26)Ayat diatas berisi mengenai perintah agar manusia menginfakkan sebagian hartanya
kepada keluarga terdekat, orang-orang miskin, dan orang-orang dalam perjalanan menuju
kebaikan. Di samping itu, ayat tersebut juga berisikan perintah kepada manusia untuk tidak
bersikap boros dengan menghamburkan-hamburkan hartanya.
Tidak bersikap boros disebut dengan sikap hemat. Hemat dapat diartikan sebagai sikap
berhati-hati dalam membelanjakan harta yang dimiliki, atau sikap yang tidak boros.
Sedangkan boros adalah sikap berlebihan dalam menggunkan harta untuk hal yang tidak
perlu.
(27)Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang boros termasuk saudara setan dan tidak
akan masuk surga. Islam mengajarkan kepada manusia untuk hidup dengan sederhana, yakni
menjaga diri untuk selalu dalam kesederhanaan meskipun memiliki kekayaan atau harta yang
melimpah. Hidup sederhana adalah hidup secara wajar dan secukupnya. Hidup sederhana
merupakan hasil dari penerapan sikap rendah hati dan hemat. Orang yang senantiasa rendah
hati dan hemat dalam menjalani kehidupannya, termasuk dalam golongan orang-orang yang
hidup sedrhana.
Allah SWT melarang manusia untuk berbuat boros, karena boros merupakan sikap yang
berlebihan dan dapat menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan. Maka dari itu,
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam untuk tidak berlebihan dalam hal apapun.
Hadist tentang Rendah hati, hemat, dan hidup sederhana

‫ َقاَل َرُسْو ُل ِهللا ﷺ ِإَّن َهّٰللا َأْو َح ىِ إَلَّي َأْن َتَو اَضُعْو ا َح َّتى َال َيْفَخ َر َأَح ٌد‬: ‫َعْن ِع َياِض ْبِن ِح َم اِر َرِض َي ُهللا َقاَل‬
)‫َع َلى َأَح ٍد َو َال َيْبَغى َأَح ٌد َع َلى َأَح ٍد (رواه مسلم‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah swt. Telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawaduk,
sehingga tak seorang pun menyombongkan diri kepada yang lain, atau seseorang tiada
menganiaya kepada yang lainnya.” (HR. Muslim)

‫ {َم ْن َتَو اَض َع ِهلِل َر َفَعُه ُهللا َو َم ْن َتَّك َبَر َو َضَعُه ُهللا‬: ‫َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬.

Nabi SAW. bersabda, “Siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah akan mengangkat
(derajat) nya (di dunia dan akhirat), dan siapa yang sombong maka Allah akan
merendahkannya.” (Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Mandah dan imam Abu Nu’aim
dari sahabat Aus bin Khauli r.a.)
‫ِإَّن َهَّللا َيْر َض ى َلُك ْم َثَالًثا َو َيْك َرُه َلُك ْم َثَالًثا َفَيْر َض ى َلُك ْم َأْن َتْعُبُدوُه َو َال ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئا َو َأْن َتْع َتِص ُم وا ِبَح ْبِل‬
‫ِهَّللا َج ِم يًعا َو َال َتَفَّر ُقوا َو َيْك َرُه َلُك ْم ِقيَل َو َقاَل َو َك ْثَر َة الُّس َؤاِل َوِإَض اَع َة اْلَم اِل‬

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga
hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan
kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah
murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak
berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

‫ َقاَل َرُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُك ْل َو اْش َرْب َو اْلَبْس‬: ‫َعْن َع ْمِروْبِن َش ْعٍب َعْن َأِبْيِه َع ِن َج ِّد ِه َقاَل‬
)‫َو َتَص َّدْق ِفى َغ ْيِر َسَر ٍف َو َال َم ِخ ْيَلٍة (أخرجه أبوداود وأحمد‬

Artinya:Dari Amr bin Sya’ab dari bapaknya dari kakeknya ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “ makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bershadaqahlah dengan tidak
berlebih-lebihan dan menyombongkan diri” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
QS An Nahl Ayat 114

‫َفُك ُلوا ِمَّم ا َر َز َقُك ُم ُهَّللا َح اَل اًل َطِّيًبا َو اْشُك ُروا ِنْع َم َت ِهَّللا ِإْن ُكْنُتْم ِإَّياُه َتْعُبُد وَن‬

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah ke-pada-Nya."
Kandungan Surah An Nahl
Dikutip dari tafsir yang diterbitkan Kementerian Agama, makanan halal yang dimaksud
dalam An Nahl ayat 114 adalah yang dibenarkan agama untuk dikonsumsi. Ayat ini juga
mengingatkan para muslim makan dari rizki halal yang diberikan Allah SWT.
Senada dengan tafsir Kemenag, Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan perintah Allah
agar mengkonsumsi yang halal dan baik dalam An Nahl ayat 14. Perintah berlaku bagi
seluruh hamba Allah SWT.
Umat muslim juga sudah sepatutnya selalu bersyukur kepada Allah SWT. Menurut tafsir Ibnu
Katsir, sesungguhnya Allah SWT yang mengaruniakan nikmat itu kepada manusia.

Dalam ayat ini Allah menyuruh umat Islam untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik
(tayib). Mengonsumsi makanan tidaklah cukup hanya yang halal saja, namun juga harus yang
baik (tayib). Atau yang sering kita kenal dengan istilah halalan tayiban.

Halalnya makanan ditinjau dari dari tiga hal, yaitu halal wujudnya/zatnya, halal cara
memperolehnya dan halal cara pengolahannya. Allah telah menentukan berbagai jenis
makanan yang dihalalkan.

Beberapa jenis makanan yang halal sebagai berikut.


a. Semua jenis makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

b. Semua jenis makanan yang tidak kotor dan tidak menjijikkan.

c. Semua jenis makanan yang tidak mendatangkan mudarat, tidak membahayakan kesehatan
tubuh, tidak merusak akal, serta tidak merusak moral dan akidah.

Selain makanan yang halal, kita juga diwajibkan untuk mengonsumsi makanan yang tayib.
Pengertian istilah tayib di ini adalah makanan yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi yang
cukup sehingga bermanfaat bagi tubuh.
Di dalam ayat ini, Allah juga memerintahkan kita untuk menyukuri nikmat Allah. Makanan
yang tersebar di atas bumi ini dari jenis hewan dan tanaman yang semuanya merupakan
nikmat Allah swt. yang besar yang seharusnya disyukuri oleh manusia. Satu cara mensyukuri
nikmat Allah swt. ini ialah dengan jalan mengucapkan kata syukur dengan membaca
"Alhamdulillah" sewaktu memanfaatkannya menurut petunjuk Allah dan Rasul Nya

Hadist tentang Makanan halal dan bergizi


Abu Huraira dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, menceritakan Sabda Rasulullah
SAW terkait akibat jika umat Islam mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Salah satunya
adalah doa yang tak dikabulkan.

‫ (ِإَّن َهللا َتَع اَلى َطِّيٌب َال َيْقَبُل ِإَّال َطِّيَبًا َو ِإَّن َهللا َأَم َر‬:‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا‬: ‫َع ْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهللا َتَع اَلى َع ْنُه َقاَل‬
‫ اآلية‬:‫ (َيا َأُّيَها الُّر ُسُل ُك ُلْو ا ِم َن الَّطِّيَباِت َو اْع َم ُلْو ا َص اِلحًا) (المؤمنون‬: ‫الُم ْؤ ِمِنْيَن ِبَم ا َأَم َر ِبِه الُم ْر َسِلْيَن َفَقاَل‬
‫ُثَّم َذ َك َر الَّرُج َل ُيِط ْيُل‬،)172 ‫ اآلية‬:‫ (َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا ُك ُلْو ا ِم ْن َطِّيَباِت َم ا َر َز ْقَناُك ْم ) (البقرة‬: ‫ َو َقاَل‬، )51
‫ َو َم ْلَبُسُه َحَر اٌم‬، ‫ َو َم ْش َر ُبُه َحَر اٌم‬، ‫ َو َم ْط َعُم ُه َح َر اٌم‬، ‫ َيا َر ِّب َيا َر ِّب‬: ‫الَّس َفَر َأْش َع َث َأْغ َبَر َيُم ُّد َيَد ْيِه ِإَلى الَّس َم اِء‬
) ‫َو ُغ ِّذ َي ِبالَحَر اِم َفَأَّنى ُيْسَتَج اُب ِلَذ ِلَك‬

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah SWT telah
memerintahkan kepada kaum mukminin dengan sesuatu yang Allah perintahkan pula kepada
para rasul. Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Wahai para rasul, makanlah dari
makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih." (Al-Mu'minun; 51). Dan Allah SWT
berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari rezeki yang baik-baik
yang telah Kami berikan kepada kalian." (al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah SAW
menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan dirinya kusut
dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: "Wahai Rabb-ku,
wahai Rabb-ku," namun makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram
dan kenyang dengan sesuatu yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan
dikabulkan?" (HR Muslim).
Memahami Makna Asmaul Husna
1. Al-Alim artinya Allah Maha Mengetahui. Allah SWT. mengetahui semua yang sedang
terjadi, belum terjadi dan akan terjadi. Allah SWT. mengetahui semua yang terjadi dimuka
bumi ini, kapan, siapa, dimana Allah SWT. akan mengetahuinya.
2. Al-Khabir artinya Allah Maha Teliti atau Waspada. Allah SWT. sangat mengetahui hal-
hal yang tersembunyi sekalipun sulit untuk dilihat oleh mata manusia.
3. As-Sami artinya Allah Maha Mendengar. Allah SWT. mampu mendengar apapun yang
manusia ucapkan walaupun hanya didalam hati saja.
4. Al-Basir artinya Allah Maha Melihat. Allah SWT. mampu melihat apapun yang kita
kerjakan, dimanapun dan kapanpun itu.
Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat termasuk rukun iman. Malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang
diciptakan dari nur Ilahi (cahaya Allah Swt.). Mereka bertugas untuk mengurusi berbagai
urusan yang diperintah oleh-Nya. Iman kepada malaikat berarti mengakui keberadaan mereka
yang selalu taat kepada Allah Swt. Allah Swt. telah menciptakan berbagai makhluk dengan
keadaan dan bentuk yang beragam. Malaikat diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya.
Mereka tidak pernah membangkang dan tidak pula merasa letih. Allah Swt.
mengisyaratkannya dalam Q.S. al-Anbiya/21:19

‫ۚ َو َلٗه َم ْن ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َو َم ْن ِع ْنَدٗه اَل َيْسَتْك ِبُرْو َن َع ْن ِعَباَد ِتٖه َو اَل َيْسَتْح ِس ُرْو َن‬
Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya,
tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.
Ayat di atas menjelaskan bahwa malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang taat dalam
melaksanakan tugas. Mereka yakin bahwa Allah Swt. senantiasa mengetahui apa yang sedang
dan akan dikerjakan. Malaikat sepenuhnya percaya tidak ada satu pun yang luput dari
pengetahuan dan pengawasan Allah Swt.
Iman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab Allāh Adalah Memercayai Dan Meyakini Dengan Sepenuh Hati
Bahwa Allāh Menurunkan Wahyu Kepada Pada Rasūl Nya Berupa Kitab-Kitab Untuk
Pedoman Hidup Umatnya.
Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Allāh
a. Cara beriman kepada kitab-kitab sebelum al Qurān:
 Meyakini bahwa kitab-kitab itu (Zabūr, Taurāt, Injil) adalah benar-benar
wahyu Allāh, bukan buatan para Rasūl.
 Meyakini bahwa isi kitab-kitab itu benar.
b. Cara beriman kepada al Qurān:
 Meyakini bahwa al Qurān itu benar-benar wahyu Allāh, bukan karangan Nabi
Muhammad SAW.
 Meyakini bahwa isi al Qurān itu benar dan tidak ragu sedikitpun.
 Mempelajari, memahami, dan menghayati isi al Qurān.
Iman Kepada Rasul – Penerapan
Iman kepada Rasul adalah memercayai dan meyakini bahwa Allah SWT mengirimkan
seseorang kepada setiap umat untuk menyeru agar beribadah kepada satu-satunya tuhan,
yakni Allah SWT.
Cara beriman Kepada Rasul
1. Mengikuti ajarannya
Rasul diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada manusia.
Sehingga, pada hakekatnya mengikuti ajaran Rasul sama dengan mengikuti ajaran Allah
SWT.
2. Tidak membeda-bedakan Rasul
Pada hakekatnya semua Rasul adalah sama. Rasul merupakan sama-sama utusan Allah SWT.
Sehingga, tidak boleh membeda-bedakan antara Rasul yang satu dengan yang lain.
3. Meneladani perilaku para Rasul dalam kehidupan sehari-hari
Kita harus meneladani perilaku para Rasul dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh dan
panutan.
Ketentuan Shalat Berjamaah
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-
sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum.
Kebalikan sholat jamaah adalah shalat munfarid, yaitu shalat yang dilakukan sendirian, tidak
ada imam dan tidak ada makmum.
Hukum shalat berjama’ah adalah sunnah muakkad artinya sangat dianjurkan.
Syarat shalat Jamaah:
Syarat dalam shalat jamaah adalah adanya satu orang yang berperan sebagai imam, dan yang
lainnya sebagai makmum.
Syarat utama menjadi imam:
orang yang lebih mempunyai banyak hafalan al-Quran
bacaan al-Quran nya lebih baik,
imam harus laki-laki, kecuali jika semuanya perempuan.
Syarat menjadi makmum:
niat menjadi makmum,
berada satu tempat dengan imam,
tidak boleh baris sejajar dengan imam
Ketentuan shaf (barisan) ketika shalat berjamaah
Pada prinsipnya posisi makmum tidak boleh lebih depan daripada imam. Jadi, imam berada
di baris yang paling depan.
Ketentuannya lebih detilnya diatur sebagai berikut:
1. Apabila makmum hanya satu orang, maka ia berdiri disebelah kanan imam agak ke
belakang.
2. Apabila makmum terdiri dari dua orang laki-laki, maka ia berdiri di sebelah kanan dan kiri
imam agak ke belakang.
3. Apabila makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka shaf laki-laki berdiri di saf
paling depan.
Makmum perempuan di belakang shaf laki-laki agak jauh jaraknya. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi tempat apabila ada jamah laki-laki yang datang terlambat.
4. Makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa, anak-anak laki-laki dan perempan.
Posisi imam dan makmum sama dengan point 3, hanya saja anak laki-laki berada di belakang
makmum laki-laki dewasa.
Sedangkan anak-anak perempuan berdiri di belakang makmum perempuan dewasa.

Ketentuan Shalat Jumat


Ketentuan shalat jumat yang pertama dapat dipahami dari hukum atau dalil pelaksanaannya.
Seperti disebutkan sebelumnya, hukum shalat jumat adalah wajib bagi kaum laki-laki
yang sudah balig dan merdeka atau tidak memiliki uzur. Dalam hal ini, perintah shalat Jumat
tercantum dalam QS. Al Jumuah ayat 9.
Ketentuan shalat jumat yang perlu diketahui berikutnya berupa waktu pelaksanaan. Shalat
jumat dilaksanakan dengan waktu yang sama persis dengan shalat zuhur, yaitu sejak
matahari tergelincir hingga semua benda hanya mempunyai satu bayangan yang panjangnya
sesuai dengan panjang benda.
Ketentuan selanjutnya adalah Niat.

Syarat sah shalat jumat


Syarat sah shalat jumat secara umum seperti syarat sah pelaksanaan shalat zuhur dan shalat
lainnya. Ini terdiri dari enam syarat, yaitu sebagai berikut:
 Waktu pelaksanaannya dilakukan sejak masuk waktu zuhur hingga tiba waktu ashar.
 Shalat jumat dilaksanakan di sekitar permukiman dan tidak boleh dilaksanakan selain
di sekitar permukiman seperti padang sahara.
 Jumlah jamaah minimal harus mencapai 40 orang, yang dihadiri oleh kaum laki-laki,
merdeka, mukalaf, dan bermukim di daerah tersebut.
 Shalat jumat dilakukan secara berjamaah.
 Tidak boleh terdapat dua jamaah shalat jumat dalam satu daerah, kecuali jika tempat
tersebut tidak cukup untuk menampung seluruh jamaah shalat jumat. Jika satu tempat
cukup untuk menampung seluruh jamaah, namun ternyata shalat jumat dilaksanakan
di dua, tiga, hingga empat tempat dalam satu daerah, maka yang sah adalah jamaah
yang pertama kali melakukan takbiratul ihram.
 Shalat jumat dilaksanakan setelah dua khutbah jumat yang telah memenuhi syarat dan
rukun.
Ketentuan Shalat Jamak Qoshor
Salat jamak artinya salat fardu yang dikumpulkan atau digabungkan dalam satu waktu.
Maksudnya adalah menggabungkan dua salat fardu dan mengerjakannya dalam satu waktu.
Salat jamak boleh dilakukan bagi orang yang sedang melakukan perjalanan jauh atau pada
kondisi darurat. Salat jamak boleh dilaksanakan pada waktu salat yang pertama (jamak
takdim) dan waktu salat yang kedua (jamak takhir).
Salat qasar merupakan salat fardu yang diringkas, yaitu meringkas dari empat rakaat menjadi
dua rakaat. Qasar berlaku untuk salat zuhur, asar, dan isya. Salat magrib dan subuh tidak
boleh diringkas. Hukum melaksanakan salat qasar adalah boleh. Salat qasar dilakukan seperti
halnya salat pada umumnya.
Syarat melaksanakan salat jamak adalah sebagai berikut.
1) Sedang dalam perjalanan jauh dengan jarak tempuh tidak kurang dari dua
marhalah atau 48 mil atau perjalanan 2 hari. Mayoritas ulama menyebutkan
jarak tersebut setara dengan 90 km.
2) Perjalanan dilakukan untuk tujuan yang baik, bukan untuk maksiat atau
berbuat jahat.
3) Keadaan sakit atau kesulitan.
4) Berniat jamak pada waktu takbiratul ihram. 5) Salat yang dijamak bukan salat
kada melainkan ada’an (tunai)
5) Pertama, jamak taqdim adalah mengumpulkan 2 salat (baik itu Zuhur-Ashar
atau Magrib-Isya) dan pelaksanaanya dilakukan di waktu salat yang pertama.
Sebagai contoh, salat jamak Zuhur dan Asar dilakukan pada waktu Zuhur.
6) Kedua, jamak takhir adalah menempatkan pelaksanaan 2 salat yang digabung
di waktu salat terakhir. Sebagai contoh, salat jamak Maghrib dan Isya
dilakukan di waktu Isya. Sederhananya, pelaksanaan salat jamak adalah
mengumpulkan 2 salat yang dikerjakan dalam satu waktu secara berurutan,
serta tak terpisah dengan kegiatan lain. Sebagai contoh, melakukan salat jamak
Zuhur-Asar, berarti seorang muslim menunaikan salat Zuhur 4 rakaat hingga
selesai, kemudian langsung dilanjutkan mendirikan salat Asar 4 rakaat.

Salat jamak qasar adalah mengerjakan dua salat fardu dalam satu waktu sekaligus meringkas
rakaatnya yang empat menjadi dua saja. Contohnya adalah salat zuhur dua rakaat dan asar
dua rakaat dikerjakan dalam waktu zuhur atau asar. Hukum salat jamak qasar adalah boleh.
Salat jamak qasar terbagi atas dua macam, yaitu
 Qasar Jamak Takdim. Contohnya adalah salat asar dua rakaat
dikerjakan pada waktu zuhur bersama dengan salat zuhur dua rakaat
 Qasar Jamak Takhir. Contohnya adalah salat zuhur dan asar
masingmasing dua rakaat dikerjakan pada waktu asar.
Ketentuan Shalat Qashar
 Salat yang diqashar adalah salat 4 rakaat, yaitu salat Zuhur, Asar dan Isya. Jika ingin
mengqasar salat karena dalam perjalanan, maka tujuan perjalanannya harus jelas.
Dalam hal ini, tidak boleh mengqasar salat bagi orang yang tak punya tujuan safar
yang jelas.
 Perjalanannya dalam rangka hal mubah (misalnya, untuk niaga atau silaturahmi),
bukan perjalanan maksiat (misalnya, bepergian untuk tujuan zina).
 Perjalanannya mencapai 2 marhalah, yaitu kurang lebih 82 km.
 Telah melewati batas desa.
 Mengetahui hukum diperbolehkannya qashar salat, sehingga tidak sah qasharnya
orang yang tidak mengetahui hukum qashar.
 Masih ada dalam status perjalanan hingga salat selesai.
 Niat melakukan salat qashar ketika takbiratul ihram.
 Menjaga hal-hal yang berlawanan dengan niat qashar saat salat, seperti niat untuk
mukim, ragu-ragu dalam kebolehan qashar atau niat mukim di tengah-tengah salat.
Tidak bermakmum kepada orang yang menyempurnakan salat (4 rakaat)
Macam macam shalat sunnah berjamaah

\
Ketentuan Shalat Munfarid
1. Suci
Seorang Muslim harus melaksanakan shalat dalam keadaan suci fisik, suci pakaian, dan suci
tempat dari hadast. Tidak sah shalat seorang Muslim apabila berhadast, baik hadast itu kecil
maupun besar.
Ketentuan tersebut didasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi. Berikut bunyi haditsnya: “Tidak ada sholat yang bisa diterima tanpa bersuci.” (HR.
Tirmidzi).
2. Mengetahui masuknya waktu shalat
Untuk mengetahui masuknya waktu shalat, umat Muslim bisa melakukan tiga acara, yakni
ilmu yang meyakinkan, ijtihad, dan taklid. Apabila belum waktu masuknya shalat, seorang
Muslim dilarang melakukan shalat.
Sementara menurut Ust. Abdul Kadir Nuhuyanan dalam buku Panduan Shalat Lengkah &
Praktis Sesuai Petunjuk Rasulullah SAW, syarat sah shalat munfarid, yakni:
 Muslim
 Suci dari hadats dan najis
 Menutup aurat
 Masuk waktu shalat
 Menghadap kiblat
 Mengetahui semua yang fardhu dan yang sunah
 Meninggalkan semua yang membatalkan shalat, seperti makan dan minum, berbicara,
berpindah tempat tanpa alasan syar'i dan sebagainya.
Ketentuan Sujud Syukur, Syahwi, dan sujud tilawah
Sujud syukur adalah bersujud karena mendapat nikmat atau selamat dari bencana. Sujud
sahwi adalah sujud yang dilakukan karena melakukan kesalahan atau lupa dalam shalat.
Sedangkan sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan karena mendengar atau
membaca ayat ayat sajdah.
Ketentuan Sujud Syukur
1. Sujud dilakukan sekali dan menghadap kearah kiblat
2. bertakbir kemudian melakukan sujud
3. bacaan doa sujud syukur sama seperti bacaan sujud saat shalat (boleh ditambah doa
yang lain) Subhaanallohi walhamdulillaahi walaa ilaaha illalloohu walloohuakbar,
walaa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim.
4. duduk iftirassy sambil bertakbir (tanpa membaca tasyahud)
5. tertib

Ketentuan Sujud syahwi


1. Berniat ingin sujud sahwi
2. sujud sekali lalu membaca "Subhana man la yanamu wala yashu"
3. Duduk iftirassy sejenak, lalu sujud lagi dan membaca doa yang telah disebutkan di
atas.
4. Tertib
Ketentuan Sujud Tilawah
1. Berniat melakukan sujud tilawah
2. Takbiratul ihram
3. Sujud sekali dan membaca "Sajada wajhiya lilladzi khalaqa wa shawwarahu wa
syaqqa sam'ahu bilaulihi wa quwwatih. fatabarakallahu ahsanul khaliqin."
4. Duduk iftirassy kemudian salam
5. Tertib
Ketentuan Haji dan Umrah
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Mampu (Istitha'ah)
Pada syarat kelima, ada 6 hal yang meliputi kata mampu, yakni:
 Memiliki biaya untuk menuju ke Mekkah dan kembali. Biaya ini disebut Ongkos
Naik Haji (ONH).
 Ada kenadaraan, syarat ini dimaksudkan adalah bagi mereka yang tinggal jauh dari
Mekkah, memiliki kendaraan bagi pribadi maupun pemerintah atau swasta.
 Aman selama dalam perjalanan.
 Bagi wanita, saat menunaikan ibadah haji harus ditemani mahramnya, seperti suami
dan yang berasal dari keluarga inti, yakni adik, kakak, anak, atau orangtua kandung.
 Memiliki kesehatan secara jasmani dan rohani.
 Memiliki bekal pengetahuan mengenai rukun haji, serta aturan haji yang berlaku.
Rukun Haji
1. Ihram (Ihram merupakan niat berhaji dari miqat, yakni tempat khusus yang ditetapkan
Rasulullah SAW untuk melafazkan talbiah haji.)
2. Wukuf di padang arafah
3. tawaf
Ada beberapa syarat tawaf yang harus kamu ketahui:
 Suci dari hadas (keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang
menyebabkan ia tidak boleh salat, tawaf, dan sebagainya)
 Suci dari najis pada badan dan pakaian
 Menutup aurat
 Dimulai dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad yang ada di salah satu
sudut kakbah. Apabila seseorang memulai tawafnya pada sudut kakbah yang
tidak sejajar dengannya, maka putaran itu tidak dihitung hingga sampai pada
sudut Hajar Aswad untuk dihitung sebagai awal tawaf
 Saat mengerjakan tawaf, para jamaah haji disarankan untuk mengelilingi
kakbah dengan arah putaran tawaf berlawanan dengan jarum jam.
4. Sai
5. Tahallul
6. Tertib
Memahami sejarah Perjuangan Nabi Muhammad Saw periode Madinah
Sebelum Islam masuk, masyarakat di Kota Madinah terdiri dari dua kelompok besar, di
antaranya:
Suku Yahudi: Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Gathfan
Suku Arab: Bani 'Aus dan Bani al-Khazraj Pada 622,
Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah dari Mekkah ke Madinah setelah tekanan dan
ancaman dari kaum kafir Quraisy semakin buruk. Nabi Muhammad memerintahkan para
sahabat untuk lebih dulu pergi ke Madinah.
Berita rencana kepergian Nabi Muhammad ke Madinah pun didengar oleh kaum Quraisy,
yang kemudian mengadakan pertemuan pada 12 September 622. Pertemuan itu membahas
mengenai rencana menghalangi atau membunuh Nabi Muhammad sebelum berangkat ke
Madinah. Beruntung, rencana pembunuhan itu diketahui oleh Nabi Muhammad, yang
bersama Abu Bakar kemudian pergi dari Mekkah pada tengah malam agar tidak terlihat oleh
siapa pun.
Sebelum sampai di Madinah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar lebih dulu singgah di Quba
pada 23 September 622, selama empat hari. Sewaktu di sana, Nabi Muhammad membangun
sebuah masjid di atas tanah milik Kalsum bin Hindun, yang sekarang dikenal sebagai Masjid
Quba. Setelah itu, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanannya menuju Madinah dan sampai
pada 27 September 622.

Yang dilakukan Nabi setelah sampai di madinah


1. Membangun masjid
2. Menjali persaudaraan baru ( kaum muhajirin dan Anshar)
3. Melakukan perjanjian dengan yahudi madinah
4. membangun pasar
Memahami sejarah perjuangan dan kepribadian al-Khulafa alRasyidun
 ABU BAKAR ASH-SIDDIQ, strategi kepemimpinannya adalah memberantas nabi
palsu, juga mereka yang murtad dan menolak membayar zakat. Menyelesaikan
persoalan internal umat.
 UMAR BIN KHATTAB, strategi kepemimpinannya lebih pada politik ekspansi,
memperluas wilayah kekuasaan islam, merapikan administrasi negara, membentuk
lembaga Baitul Mal, membentuk sejumlah dewan, merapikan sistematika
kepemimpinan.
 USMAN BIN AFFAN, melanjutkan kepemimpinan Umar Bin Khattab, banyak
melakukan pembangunan termasuk bendungan-bendungan pencegah banjir,
membangun fasilitas sumum seperti jalan, jembatan sebagainya, memperbaiki dan
memperluas Masjid Nabawi.
 ALI BIN ABU THALIB, menyelesaikan masalah pemberontakan yang menurut Ali
disebabkan kurang telitinya khalifah sebelumnya dalam mengangkat pejabat,
mengembalikan fungsi awal dari Baitul Mal, menyita kembali tanah dan sebagainya
yang khalifah sebelumnya berikan pada kerabatnya dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah kepribadian dari masing-masing khalifah tersebut di atas:
1. Abu Bakar Ash-Siddiq: berani dalam kebenaran meski nyawa taruhannya (terlihat
ketika melindungi Rasulullah SAW di awal kerasulan), amanah, dermawan, lembut
hatinya, bijaksana, faqih, tawakkal pada Allah.
2. Umar Bin Khattab: karakternya sangat pemberani bahkan ia satu-satunya sahabat
Rasulullah SAW yang hijrah terang-terangan, cerdas, sederhana, jujur, tegas, amanah.
3. Usman Bin Affan, lembut hatinya, dermawan gemar bersedekah, pemalu, shaleh,
tawakkal pada Allah SWT. Sifat pemalu dan kelembutan hati ini yang sedikit banyak
menghalangi Usman Bin Affan dalam menegakkan keadilan.
4. Ali Bin Abu ThaliB, karakternya pemberani, tegas, sangat cerdas sampai-sampai
dijuluki pintu ilmu dari Rasulullah SAW, bijaksana dan pandai memimpin, shaleh dan
lain sebagainya.
Perkembangan Keilmuan masa dinasti abbasiyah
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah tidak terlepas dari Al-Farabi. Al-
Farabi adalah salah seorang ilmuwan muslim pada masa Bani Umayyah yang berhasil
menuliskan karya-karyanya yang hingga saat ini masih digunakan rujukan oleh ilmuwan-
ilmuwan dari zaman modern.
Selain memelajari ilmu agama, para ilmuwan muslim dari masa Bani Umayyah juga belajar
banyak bidang keilmuan lainnya. Faktor perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani
Umayyah adalah perluasan wilayah kekuasaan.
Berikut ini beberapa ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Kekhalifahan Bani
Umayyah.
Ilmu Agama
Salah satu ilmu agama yang berkembang adalah ilmu hadis, yang ditandai dengan kodifikasi
dan pembukuan hadis. Kodifikasi hadis secara resmi dimulai pada masa kepemimpinan Umar
bin Abdul Aziz Pemerintah Bani Umayyah menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi
dalam administrasi pemerintahan di berbagai wilayah. Hal ini kemudian mendorong lahirnya
ahli bahasa, yaitu Sibawaihi, yang menghasilkan karya berjudul Al-Kitab yang menjadi
pedoman ilmu tata Bahasa Arab hingga saat ini. Pada masa pemerintahan Abdul Malik, juga
dilakukan pembaruan ragam tulisan Arab. Hajaj Ibn Yusuf memperkenalkan tanda vokal dan
tanda titik untuk membedakan beberapa huruf yang sama bentuknya. Pembaruan ini
menjadikan Bahasa Arab lebih sempurna sekaligus menghilangkan kesulitan bagi pembaca,
khususnya orang-orang non-Arab. Beberapa ilmuwan dalam bidang bahasa dan sastra beserta
karyanya antara lain.
 Ali al-Qali, karyanya berjudul al-Amali dan al-Nawadir
 Abu Bakar Muhammad Ibn Umar, karyanya berjudul al-Af'al dan Fa'alta wa Af'alat
 Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, karyanya dalam bentuk prosa
berjudul al-Aqd al-Farid
Ilmu filsafat
Filsafat Islam pertama kali muncul pada masa Daulah Umayyah, dimulai dengan
penerjemahan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab. Salah satu ilmuwan muslim dalam
bidang filsafat yang sangat terkenal adalah Al-Farabi, yang menyetujui dan mengembangkan
logika Aristoteles.
Al-Farabi menciptakan titik balik sejarah pemikiran filsafat Islam, dan salah satu karyanya
adalah Ihsab al-Ulum (Perhitungan Ilmu).
Ilmu Kedokteran
Ilmuwan dalam bidang kedokteran yang terkenal adalah Abu Al-Qasim Az-Zahrawi. Az-
Zahrawi adalah dokter bedah terkemuka di Cordoba yang memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan ilmu kedokteran, khususnya ilmu bedah. Ia dikenal sebagai peletak dasar-
dasar teknik ilmu bedah modern dan juga mampu menciptakan alat bedahnya sendiri.
Beberapa alat bedah yang diciptakannya juga masih digunakan hingga sekarang. Semua
pemikirannya dituangkan dalam Kitab at-Tasrif Liman 'Ajiza'an at-Ta'lif, tentang metode
pengobatan yang digunakan sebagai rujukan para dokter di Barat. Selain Az-Zahrawi,
Ilmuwan lain dalam bidang kedokteran adalah Abu al-Abbas an-Nabati, yang
mengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan nama, spesies, dan tempat tumbuhnya. An-
Nabati juga menulis Al-Jami fi Adwiyyah al-Mufradah dan membuat daftar obat-obatan
sederhana dalam Bahasa Persia, Latin, dan Berber menurut susunan abjad.

Ilmu Kimia
Perkembangan ilmu kimia ditandai dengan munculnya beberapa ahli kimia seperti Abu al-
Qasim Abbas ibn Farnas dan As-Sibai. Ilmu Fisika Salah satu ahli fisika dari Bani Umayyah
adalah Ibnu Bajjah, yang mengatakan bahwa selalu ada reaksi pada setiap aksi. Teori ini
sangat berpengaruh pada fisikawan setelahnya, termasuk Newton dan Galileo. Selain itu,
Ibnu Bajjah juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam.
Ilmu Astronomi
Para ilmuwan muslim sangat memerhatikan ilmu astronomi karena ilmu ini berhubungan
dengan pelaksanaan beberapa ibadah, seperti waktu salat, penentuan arah kiblat, penetapan
hisab, serta penentuan awal dan akhir Ramadan.
Salah seorang ilmuwan dalam bidang astronomi adalah Abu Ishaq az-Zarqali dari Toledo,
Spanyol. Kontribusinya yang terkenal adalah menciptakan peralatan astronomi dan Tabel
Toledo.
Ilmu Sejarah
Pada masa Daulah Umayyah, banyak sejarawan muslim menulis kitab sejarah. Beberapa ahli
sejarah dan karyanya pada periode ini antara lain.
 Ali Ibnu Hazm, yang menulis 400 judul buku Abu Bakar Muhammad bin Umar,
dengan karyanya yang berjudul Tarikh Ifititah al-Andalus
 Hayyan bin Khallaf dengan karyanya yang berjudul al-Muqtabis fi Tarikh Rija al
Andalus dan
 Al-Matin Abu Marwan Abdul Malik bin Habib dengan karyanya at Tarikh

Sejarah perkembangan Islam di Nusantara


Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi
menjadi:
1. Teori Mekah,
mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau
Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang
ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun
1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa
Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia
dan sumber Arab. Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat
yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangkaprasangka penulis orientalis
Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Pandangan HAMKA ini hampir sama
dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para
musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan Islamisasi awal di Indonesia
2. Teori Gujarat,
mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7
H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab.
Tokoh yang mensosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana
pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad
ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke
Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
teori Pijnapel ini disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.
Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India.
Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia
dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab
terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah
keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di depan
namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan
nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia
yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei
yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia,
mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau
Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitik beratkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci
kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang
dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti
Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi AlHallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya
mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran ajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang
dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi
pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain
adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim
di Iran.

4. Teori Cina,
bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau
Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam
dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah
sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al
Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti
Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan,
telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis
bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan
keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai
tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,
misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan
pedagang Cina.
5. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak
ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masingmasing teori tersebut. Meminjam
istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam
kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak
dalam waktu yang bersamaan

Islam pertama kali memasuki wilayah di Indonesia pada abad ke-7. Bukti sejarah masuknya
agama Islam di Indonesia dimulai pada abad ke-7 Masehi ditunjukkan oleh berita China dari
zaman Dinasti Tang. Catatan tersebut menerangkan bahwa pada 674 M, di pantai barat
Sumatera telah terdapat perkampungan bernama Barus atau Fansur, yang dihuni oleh orang-
orang Arab yang memeluk Islam. Hal ini juga didukung oleh keterangan para pedagang
Muslim Arab dan Persia, yang telah memiliki hubungan dagang dengan Kerajaan Sriwijaya
di Palembang. Sangat mungkin bahwa melalui kontak bisnis, terjadi pula kontak budaya dan
agama antara masyarakat lokal dengan pedagang Muslim.
Meski Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7, penyebarannya baru terjadi pada sekitar
abad ke-12. Pada awalnya, Islam diperkenalkan melalui para pedagang Muslim Arab. Setelah
itu, lewat aktivitas dakwah yang dilakukan para ulama. Bukti yang memperkuat dugaan
bahwa Islam mulai berkembang di Pulau Jawa pada abad ke-11 adalah ditemukannya nisan
Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, yang berangka tahun 1082 M. Selain itu, terdapat
jirat atau batu nisan khas Gujarat di nisan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Di
daerah Jawa lainnya, terdapat jirat yang dibuat pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu di
Troloyo dan Trowulan.

Sejarah Tradisi Nusantara


Sebelum kedatangan Islam di Nusantara, masyarakat sudah memeluk agama Hindu-
Buddha, sehingga masyarakat Nusantara sudah memiliki budaya, adat yang mengakar kuat
dan tata cara hidup berdasarkan agama Hindu-Buddha. Pertumbuhan Islam di Nusantara
menyebabkan adanya pencampuran budaya. Di bawah ini contoh seni dan budaya nusantara
telah dipengaruhi oleh ajaran Islam di antaranya yaitu:
 Gerebek, tradisi mengiringi para raja.
 Mauludan, mengenang hari kelahiran nabi Muhammad SAW.
 Sekaten, membunyikan gamelan milik keraton.
 Suranan, berziarah ke makam para wali.

Anda mungkin juga menyukai