Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PELAYANAN TRIASE

INSTALASI GAWAT DARURAT

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP DWI BHAKTI

KEDUNGREJA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan


memperoleh penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD)
berdasarkan tingkat keparahan kondisinya. Pasien yang mengalami cedera kepala,
tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang mengancam nyawa tentunya
perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan.

Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani
korban perang di basis militer. Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya
membagi pasien ke dalam 3 kategori lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-
urgent.

Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang


menyebabkan IGD rumah sakit kebanjiran pasien. Contohnya adalah situasi
bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan tidak
sebanding dengan jumlah pasien saat itu.

Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu
menyeleksi pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegara
mungkin. Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan
melakukan klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya.

B. Kategori pasien dalam triase IGD

Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis
membedakan pasien berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau,
putih dan hitam.

Apa arti dari warna-warna ini?

1. Merah
Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang
berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan
pertolongan medis sesegera mungkin.
Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien
akan meninggal.
Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena
serangan jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu
lintas, dan mengalami perdarahan luar yang besar.
2. Kuning
Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan
perawatan segera, tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa
saat karena pasien dalam kondisi stabil. Meski kondisinya tidak kritis,
pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan penanganan medis
yang cepat. Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat
dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ.
Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah
pasien dengan patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari
ketinggian, luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.
3. Hijau
Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal
30 menit). Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang
kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan kuning), maka mereka
akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga.
Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk
dalam kategori triase gawat darurat ini. Contoh lain dalam kategori adalah
pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka
ringan.
4. Putih
Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan
penanganan medis secara khusus atau hanya membutuhkan obat-obatan
masuk ke dalam kategori putih. Pada kondisi ini gejala bisanya tidak
berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak segera diberikan.
5. Hitam
Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat
kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera
ditangani, pasien tetap akan meninggal. Kondisi ini biasanya terjadi pada
pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyulitkan pernapasan
atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.

C. Tata cara dan prosedur triase gawat darurat

Saat tiba di IGD, dokter akan langsung memeriksa kondisi pasien secara cepat.
Pemeriksaan akan mengutamakan pengecekan tanda-tanda vital seperti
pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah. Dokter juga akan memeriksa seberapa
parah luka atau cedera yang terlihat. Setelah melakukan pemeriksaan cepat, dokter
dan perawat akan menentukan status triase berdasarkan warna yang sesuai dengan
kondisi pasien. Pioritas penanganan akan diutamakan untuk pasien dengan triase
merah jika tenaga medis yang tersedia terbatas.

Namun, setiap pasien bisa langsung mendapatkan perawatan luka atau gejala lain
yang sesuai jika jumlah tenaga medis cukup untuk menangani pasien. Meskipun
begitu, menurut penjelasan dalam buku Emergency Department Triage, status
triase gawat darurat dapat berubah. Artinya, tenaga medis menilai kondisi pasien
secara berulang selama berada di IGD ataupun ketika diberikan perawatan. Jika
pasien yang berstatus triase merah telah mendapat penanganan, melalui bantuan
pernapasan misalnya, dan kondisinya sudah lebih stabil, status triase pasien bisa
berubah menjadi kuning.

Sebaliknya, bila pasien berstatus triase kuning yang kondisinya bertambah parah,
statusnya bisa berubah menjadi triase merah. Oleh karena itu, sistem triase IGD
yang baik harus melakukan pemantauan kondisi secara berkala pada setiap pasien
dan memberikan penanganan yang tepat sesuai perubahan kondisiny Instalasi
Gawat Darurat RS. yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24
jam melaksanakan kegiatan triage yang ditujukan untuk menyeleksi dan melayani
pasien berdasarkan kondisi kegawatandaruratannya dan bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien sesuai dengan prosedur. Triase harus dilakukan awal sejak
pasien tiba di IGD oleh seorang petugas yang terlatih dan berpengalaman. Petugas
ini harus memastikan adanya penilaian ulang terhadap pasien yang masih
menunggu dan apabila keadaan berubah, dapat melakukan triase ulang.
Area Triase haruslah mudah dijangkau dan bertanda jelas. Untuk ukuran tempat
harus memungkinkan untuk memeriksa pasien, memberi privasi dan dapat dengan
jelas melihat ke arah pintu masuk, selain itu juga aman bagi petugas.

Setiap dilakukan triase harus ada dokumentasinya. Pencatatan ini mencakup :

1. Tanggal dan jam pemeriksaan

2. Nama petugas triase

3. Diagnose utama yang ada

4. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan problem yang ada sekarang

5. Alokasi berdasar kategori triase

6. Waktu dan alasan dilakukan re-triase ulang

7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan

Setelah diseleksi, dilakukan tindakan sebagai berikut :

 Ditangani di tempat periksa/tempat tindakan sesuai dengan


kondisi klinisnya (bedah/non-bedah/obstetriginekologi).

 Jika didapatkan kegawatdaruratan yang mengarah pada kondisi


cardiac arrest dan/atau respiratory arrest segera ditangani di
ruang resusitasi.

 Jika pasien yang datang termasuk ATS 4 dan ATS 5 datang


pada jam kerja maka diarahkan ke Instalasi Rawat Jalan untuk
mendapatkan penanganan sesuai dengan kondisi klinisnya dan
bilamana perlu dianjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan
oleh dokter spesialis. Jika pasien datang di luar jam kerja maka
dilakukan penanganan sesuai dengan kondisi klinisnya setelah
kasus-kasus gawat darurat terlayani.

 Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on


arrival). Dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien memang
sudah meninggal dunia, untuk kemudian bilamana perlu dibawa
ke kamar jenazah.

Kategori Waktu respon maximum :

 ATS 1 : Segera
 ATS 2 : 10 menit
 ATS 3 : 30 menit
 ATS 4 : 60 menit
 ATS 5 : 120 menit

Anda mungkin juga menyukai