Makrovaskuler
1. Penyakit Kardiovaskuler
Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada
pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah berupa
aterosklerosis yang dapat terjadi akibat diabetes melitus yang dimana hiperglikemia
merusak pembuluh darah hingga penyumbatan, sehingga dari penyumbatan arteri
ini dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan beberapa penyakit hingga kematian.
Patofisiologi
Diabetes, Hiperglikemia dan Nitrit Oxide (NO)
Pada keadaan normal sel endotel secara aktif mengeluarkan bahan aktif
Nitric Oxide (NO), zat ini secara simultan dihasilkan oleh Endothelial NO synthase
(eNOS) dengan mengoksidasi 5 elektron dari guanidine-nitrogen L-arginine.
Ketersediaan NO secara terus menerus merupakan kunci dari pembuluh darah yang
normal. NO bekerja sebagai vasodilator pembuluh darah dan melindungi endothel
pembuluh darah dari kerusakan endogen seperti, aterosklerosis dengan memberikan
signal untuk mencegah interaksi platelet dan leukosit dengan dinding pembuluh
darah, juga mencegah proliferasi dan migrasi otot polos pembuluh darah. Sebaliknya
pada keadaan NO yang berkurang akan meningkatkan aktifitas transkripsi
proinflamasi faktor yaitu Nuclear Factor kappa B (NF-κB), yang menyebabkan
terpaparnya melekul adhesi leukosit dan mensekresi kemokin dan sitokin, keadaan
ini akan menimbulkan migrasi dari monosit dan sel otot polos pembuluh darah ke
bagian intima dan membentuk sel busa (foam cells) , yang mendasari awal
perubahan morfologi terjadinya aterosklerosis. Ketersediaan NO Sangat bergantung
pada keseimbangan antara produksi oleh eNOS dan pemecahannya yang
disebabkan radikal bebas.
Konsentarsi glukosa intrasel dari sel endotel dicerminkan oleh glukosa
ekstrasel. Bukti dari banyak penelitian menunjukkan bahwa keadaan hiperglikemia
akan menurunkan NO endotel, yang mengakibatkan penurunan efek vasodilatasi
pembuluh darah. Hiperglikemia akan meningkatkan produksi beberapa zat reaktif
oksigen (anion superoxide) yang akan menginaktifkan NO ke bentuk peroxynitrite.
Hiperglikemia awalnya akan meningkatkan produksi anion superoxide melalui
transfer oksigen dari mitokondria. Superoxide anion ini kemudian merangsang
endotel membentuk elemen-elemen sel yang nantinya akan menghasilkan radikal
bebas. Sebagai contoh aktifitas anion seperoxide terhadap Protein C Kinase (PCK),
dan sebaliknya juga, aktifitas dari PCK ini juga akan merangsang pembentukan
anion superoxide berikutnya. Aktifitas PKC berakibat pada regulasi dan aktifasi pada
NAD(P)H yang berikutnya menghasilkan anion superoxide, anion superoxide akan
mengaktifkan jalar hexosamine yang akan menurunkan aktifitas NOS dan akhirnya
akan mengganggu keseimbangan NO dan menginaktifkan efeknya. Peningkatan
anion superoxide dari mitokondria juga akan meningkatkan produksi Advanced
Glycation End Products (AGEs) intraseluler. Protein ini akan berefek pada fungsi
seluler dimana AGEs akan meningkatkan produksi radikal bebas. AGEs di bagian
lain juga akan merangsang Receptor AGEs (R-AGEs) , keadaan ini juga akan
meningkatkan produksi anion superoxide. Hiperglikemia juga merangsang molekul
stres oksidatif melalui peningkatan dimethylarginine yang merupakan zat kompetitif
dari NOS. Hipeglikemia juga meningkatkan produksi “second messenger
diacylglycerol “dari lipid yang akan mengaktifasi PCK, aktifasi jalur ini akan
menginhibisi jalur phosphatidylinositol 3 kinase, dengan demikian akan mengurangi
aktifitas Akt kinase dan aktifitas “ phosporilasi” pada NOS, sehingga produksi NO
berkurang. Suatu enogenous kompetitor terhadap NO telah diketahui yang nantinya
memperantarai suatu kerusakan fungsi vasodilator endothel yaitu Asimetrical
Dimethilarginin (ADMA). Peningkatan secara langsung disebabkan oleh adanya
resistensi insulin. Akumulasi dari ADMA ini akan membuat kerja NO melemah.
Jumlah asam lemak bebas / Free Fatty Acid (FFA) dalam sirkulasi pasien diabetes
meningkat disebabkan pelepasan dari jaringan adiposa dan menurunnya pengambilan dari
otot skeletal. Peninggian dari FFA bebas ini menyebabkan gangguan pada endothel melalui
beberapa mekanisme termasuk peninggian produksi radikal bebas, aktifitas PKC dan
dislipidemia itu sendiri. Hal ini telah dibuktikan dengan memberi FFA melalui infus pada
binatang percobaan yang berakibat menurunnya vasodilatasi pembuluh darah, dan dengan
menginfus kembali dengan anti oxidan membuat vasodilatasi kembali. FFA akan
mengaktifasi sumber enzimatik oxidan intraselular, termasuk Pkc, NADPH oxidase dan
eNOS yang menghasilkan peningkatan dari superoxide yang akhirnya menurunkan aktifitas
dari NOS. Respon dari liver terhadap meningkatnya FFA dengan meningkatkan produksi
VLDL dan ester colesterol dan akhirnya akan meningkatkan trigliserida dan berkurangnya
aktifitas lipoprotein lipase sehingga menimbulkan hipertrigliserida yang khas pada penderita
diabetes. Gangguan dari lipid ini menyebabkan perubahan pada morfologi dari LDL yang
sangat aterogenik (small dense LDL). Hipertrigliserida, rendahnya HDL dan tingginya LDL
berhubungan dengan ganguan fungsí dari endotel.
Pada penderita diabetes disfungsi endotel tidak hanya disebabkan oleh menurunnya
NO saja, tetapi juga disebabkan oleh meningkatnya sintesa zat-zat vasokontriksi
prostanoids dan endotelin. Pada keadaan hiperglikemia ekspresi dan jumlah
siklooksigenase-2 mRNA meningkat dan keadaan ini telah dibuktikan pada beberapa
penelitian. Pada keadan produksi endotelin yang berlebihan akan merangsang proses
inflamasi yang menyebabkan vasokontriksi dan proliferasi otot polos pembuluh darah.
Disregulasi dari fungsi otot polos pembuluh darah disebabkan kerusakan pada fungsi syaraf
simpatis, meningkatnya aktifitas PKC, produksi NF-κB dan radikal bebas. Lebih lanjut
diabetes juga akan mempertinggi migrasi sel otot polos pembuluh darah ke dalam lesi
atherosklerosis, sel tersebut akan melakukan replikasi dan menghasilkan matriks
ekstraselular dan akhirnya lesi tersebut menjadi matur. Pada lesi aterosklerosis proses
apoptosis juga meningkat. Kolaborasi dari sitokin akan merangsang síntesis kolagen dari
otot polos pembuluh darah dan meningkatkan produksi matriks metaloproteinase dan hal ini
akan meningkatkan tendensi terjadinya ketidakstabilan plak dan ruptur.
Seperti yang telah diketahui bahwa pada penderita diabetes terjadi ganguan fungsi
trombosit, selain itu terjadi peningkatan ekspresi glikoprotein Ib dan IIb/IIIa, meningkatnya
adhesi trombosit dengan vWF dan interaksi trombosit. Hiperglikemia lebih lanjut merubah
fungsi trombosit melalui gangguan pada homeostasis Ca, dan juga pelepasan berbagai
mediator-mediator sehingga agregasi trombosit meningkat. Pada penderita diabetes juga
terjadi peningkatan koagulasi ( faktor VII dan trombin ), tissue faktor, penurunan dari anti
koagulan endogen ( trombomodulin), dan juga terjadi peningkatan produksi Plasminogen
Activator Inhibitor-I (PAI-I). yang merupakan inhibitor fibrinolisis. Keadaan tersebut diatas
akan meningkakan resiko terjadinya trombosis dan rupturnya status plak pada pasien
diabetes.
Gambar 3: Gangguan fungsi trombosis dan koagulasi pada diabetes.
Manifestasi Klinis
Angina pektoris stabil merupakan manifestasi awal dari 50% pasien dengan PJK. 25 Hal ini
biasanya disebabkan oleh terhalangnya minimal 1 arteri koroner oleh plak ateromatosa
sehingga menyebabkan ketidaksesuaian antara kebutuhan dan suplai oksigen pada
miokard, yang menyebabkan iskemia miokard. Angina pektoris ditandai dengan
ketidaknyamanan substernal, rasa berat, atau perasaan seperti tekanan, yang dapat
menjalar ke rahang, bahu, punggung, atau lengan dan biasanya berlangsung selama
beberapa menit. Gejala ini biasanya disebabkan oleh aktivitas, stres emosional, kedinginan,
atau makanan berat dan hilang dengan istirahat atau nitrogliserin dalam beberapa menit.
PJK bisa juga asimptomatik atau bergejala dengan komplikasi yaitu Sindroma Koronari Akut
(SKA) yang berupa angina pektoris tidak stabil atau infark miokard, congestive heart failure,
aritmia jantung atau meninggal secara tiba-tiba.
Tatalaksana
Stroke Iskemik
Definisi
Stroke iskemik atau disebut juga dengan stroke non hemoragik merupakan kumpulan dari
beberapa gejala defisit neurologis yang diakibatkan oleh penyumbatan pada pembuluh
darah di otak baik berasal dari arteri ataupun vena sehingga menyebabkan penurunan
pasokan aliran darah menuju ke jaringan otak.
Patofisiologi
Pada umumnya, stroke iskemik dapat diakibatkan adanya sumbatan yang ada di
dalam pembuluh darah otak (aterosklerosis), peningkatan pembekuan darah
(hiperkoagulasi), dan peningkatan kekentalan (hiperviskositas) darah. Akibat dari
terbentuknya adanya bekuan di pembuluh otak atau di organ distal, maka akan
menyebabkan terjadinya sumbatan. Apabila trombus yang terjadi pada pembuluh
darah distal, bisa menyebabkan bekuan terlepas atau bekuan tersebut masuk ke
dalam organ misalnya pada jantung, selanjutnya bekuan tersebut akan masuk ke
dalam arteri yang ada di otak atau yang disebut sebagai embolus (Ganong, 2016).
Obstruksi pada stroke iskemik diakibatkan oleh suatu trombosis atau embolus
karena adanya suatu plak aterosklerosis. Defisiensi insulin merupakan salah satu
penyebab dari plak aterosklerosis. Defisiensi insulin itu sendiri diartikan sebagai
ketidakmampuan pankreas dalam mengeluarkan insulin ke dalam tubuh saat gula
darah meningkat. Akibat dari defisiensi insulin menyebabkan gula darah yang ada di
dalam tubuh berlebih. Sebagai akibat dari terlalu lamanya glukosa darah yang
mengalami peningkatan di dalam tubuh, berhubungan dengan terjadinya disfungsi
endotel, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembentukan plak aterosklerosis.
Terdapat adanya ketidakseimbangan dari komponen metabolisme pada pasien
diabetes melitus atau yang disebut keadaan protrombik. Hal tersebut dapat
menyebabkan kadar jumlah PAI-1 (plasminogen activator inhibitor-1) dapat
mengalami peningkatan, akibatnya akan mempercepat terbentuknya bekuan yang
abnormal di dalam pembuluh darah, sehingga semakin meningkatkan pembekuan di
dalam pembuluh darah (Lakso, 2019).
Manifestasi Klinis
Tatalaksana
Penyakit arteri perifer atau peripheral arterial disease terkadang tidak menimbulkan gejala dan
berkembang secara perlahan. Jika dibiarkan tidak tertangani, penyakit ini bisa memburuk dan
menyebabkan kematian jaringan (gangrene) sehingga berisiko untuk diamputasi.
Patogenesis d
Patogenesis
Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada PAP sama seperti yang terjadi pada
arteri koroner. Lesi segmental yang menyebabkan stenosis atau oklusi biasanya
terjadi pada pembuluh darah berukuran besar atau sedang. Pada lesi tersebut
terjadi plak aterosklerotik dengan penumpukan kalsium, penipisan tunika media,
destruksi otot dan serat elastis, fragmentasi lamina elastika interna, dan dapat terjadi
trombus yang terdiri dari trombosit dan fibrin. Aterogenesis dimulai dengan lesi di
dinding pembuluh darah dan pembentukan plak aterosklerotik. Proses ini dikuasai
oleh leokocyte-mediated inflammation lokal dan oxidized lipoprotein species
terutama low-density lipoproteins (LDL). Merokok, hiperkolesterolemia, diabetes, dan
hipertensi menurut beberapa penelitian mempercepat pembentukan aterosklerosis.
Lesi awal (tipe I) terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan dan terdiri dari akumulasi
lipoprotein intima dan beberapa makrofag yang berisi lipid. Makrofag tersebut
bermigrasi sebagai monosit dari sirkulasi ke lapisan intima subendotel. Kemudian
lesi ini berkembang menjadi lesi awal atau "fatty-streak" (tipe II), yang ditandai
dengan banyaknya "foam cell". Foam cell memiliki vakuola yang dominan berisi
cholesteryl oleate dan dilokalisir di intima mendasari endotel. Lesi tipe II dapat
dengan cepat berkembang menjadi lesi preatheromic (tipe III), yang didefinisikan
dengan peningkatan jumlah lipid ekstraseluler dan kerusakan kecil jaringan lokal.
Ateroma (tipe IV) menunjukkan kerusakan struktural yang luas pada intima dan
dapat muncul atau silent. Perkembangan lesi selanjutnya adalah lesi berkembang
atau fibroateroma (tipe V), secara makroskopis terlihat sebagai bentuk kubah, tegas,
dan terlihat plak putih mutiara. Fibroateroma terdiri dari inti nekrotik yang biasanya
terlokalisasi di dasar lesi dekat dengan lamina elastik interna, terdiri dari lipid
ekstraseluler dan sel debris dan fibrotic cap, yang terdiri dari kolagen dan sel otot
polos di sekitarnya. Ruptur plak memperburuk lesi karena akan menyebabkan
agregasi platelet dan aktivasi fibrinogen, namun tidak menyebabkan oklusi arteri
atau manifestasi klinis.
Gambar 4. Patogenesis PAD
Manifestasi klinis
Pada sebagian besar kasus, penderita penyakit arteri perifer tidak mengalami gejala apa pun
atau hanya merasakan gejala ringan. Sebagian lain merasakan kram atau nyeri otot di tungkai
yang memburuk ketika beraktivitas dan reda setelah beristirahat. Kondisi demikian disebut
dengan klaudikasio.
Lokasi nyeri klaudikasio tergantung pada bagian arteri yang tersumbat, tetapi umumnya
terjadi di betis. Tingkat keparahan nyerinya juga bisa ringan sampai berat dan membuat
penderitanya kesulitan berjalan dan beraktivitas.
Gejala lain yang dapat terjadi akibat penyakit arteri perifer adalah:
Tatalaksana
Pengobatan penyakit arteri perifer bertujuan untuk mengatasi gejala, agar pasien dapat
kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Pengobatan juga dilakukan untuk mencegah
perburukan aterosklerosis sehingga pasien terhindar dari serangan jantung dan stroke.
Pasien akan dianjurkan untuk berolahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat bergizi
seimbang, dan berhenti merokok. Upaya tersebut akan dikombinasikan dengan:
Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat diresepkan dokter untuk menangani penyakit arteri perifer,
yaitu:
Operasi
Jika obat-obatan tidak efektif dan nyeri sudah sangat parah, operasi akan dilakukan untuk
memulihkan peredaran darah di kaki. Jenis operasi yang dapat dilakukan adalah:
Angioplasti
Angioplasti dilakukan dengan memasukkan balon kecil bersama kateter, untuk
melebarkan arteri yang menyempit.
Operasi bypass pembuluh darah
Operasi bypass pembuluh darah dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari
bagian tubuh lain, agar darah mengalir melalui pembuluh darah tersebut.
Terapi trombolitik
Terapi trombolitik dilakukan dengan menyuntikkan obat pelarut gumpalan darah
langsung ke arteri yang menyempit.