NIM: F061201035
MK. Seminar Pra-Skripsi
Judul: Sejarah Kuliner Makassar: Perkembangan Rumah Makan dan Kuliner Tionghoa
Tahun 1942 - 1975
Kajian Pustaka
Dalam penelitian Sejarah Kuliner Makassar: Perkembangan Rumah Makan dan Kuliner
Tionghoa Tahun 1942 - 1975 penulis telah melakukan penulusuran sumber terkait topik
penelitian. Sejauh ini terdapat salah satu surat kabar yang memberikan informasi mengenai
perkembangan kuliner yaitu surat kabar Star Weekly. Surat kabar tersebut terbit setiap hari
minggu sejak tahun 1946 oleh seorang Tionghoa di Batavia. Dalam surat kabar tersebut salah
satu rubrik yang paling populer adalah “Njonja Rumah”. Isi konten dari Njonja Rumah ini adalah
resep-resep makanan Nusantara yang ditulis oleh seorang Tionghoa peranakan. Dari beberapa
edisi Star Weekly beberapa tulisan resep makanan Njonja Rumah adalah masakan Tionghoa dan
berdasarkan atas permintaan pembaca di seluruh penjuru Nusantara pada masa itu. Rubrik ini
Selain surat kabar, penulis juga menggunakan buku resep pada masa Hindia Belanda
yaitu Rijstaffelessen yang terbit pada tahun 1939. Dalam buku resep ini terdapat beberapa resep
makanan khas Tionghoa seperti bakmi, capcai, dan bakso. Hal ini menunjukkan bahwa
kebudayaan Tionghoa dalam bidang kuliner telah sejak lama membentuk identitas di Nusantara.
Bahkan dalam pandangan Belanda pun, makanan khas Tionghoa telah dianggap sebagai
dengan menggunakan metode wawancara. Sasaran narasumber dari penelitian ini yaitu pemilik
rumah makan Tionghoa totok dan Tionghoa peranakan. Salah satu yang telah diwawancarai
adalah pemilik Rumah Makan Florida yaitu Kuswanto. Beliau merupakan generasi kedua dari
rumah makan tersebut. Pada saat masih remaja, ayah Kuswanto sering bercerita mengenai
pengalaman hidup ayahnya tentang perantauannya di Indonesia. Ayahnya Bernama Cung Hong
Ung, pendiri dari Rumah Makan Florida. Kini, Kuswanto telah berusia 79 tahun. Memori
kolektifnya mengenai ayahnya dan bisnis rumah makannya masih sangat kental.
Selain data primer, penulis juga menggunakan beberapa sumber sekunder seperti buku
dan jurnal. Dari beberapa referensi tersebut dikaji untuk memahami secara mendalam beberapa
komponen penting yang erat kaitannya dengan topik penelitian. Oleh karena itu referensi-
referensi yang berhubungan dengan topik penelitian ini dibagi menjadi; sejarah masyarakat
Tionghoa, jejak perjalanan sejarah makanan di Indonesia, sejarah makanan Tiongkok, dan
sejarah kuliner Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia. Dengan memahami ketiga poin
tersebut maka penulis akan dengan mudah mendapatkan arah untuk menganalisis perjalanan
Untuk memahami perjalanan sejarah etnis Tionghoa, salah satu buku yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Sejarah Masyarakat Tionghoa Makassar Dari Abad Ke-17 Hingga
Ke-20.1 Buku ini ditulis oleh Yerry Wirawan, seorang sejarawan yang menekuni sejarah
masyarakat Tionghoa di Indonesia. Selain itu, Yerry Wirawan juga merupakan seorang dosen
1
Yerry Wirawan. 2013. Sejarah Masyarakat Tionghoa di Makassar, Jakarta: Kepustakaan
Gramedia
sejarah di Universitas Sanata Dharma. Buku ini telah banyak digunakan sebagai referensi oleh
Dalam buku ini Yerry Wirawan secara mendetail mengkaji perkembangan kehidupan
masyarakat Tionghoa di Makassar dari awal migrasi mereka hingga menjadi warga negara resmi.
Awalnya orang-orang Tionghoa di Makassar hanya melakukan aktivitas dagang saja. Hingga
VOC menguasai wilayah tersebut eksistensi pedagang Tionghoa tetap berperan dalam aktivitas
ekonomi di Kota Makassar. Masih dalam kekuasaan Belanda di Makassar, orang-orang Tionghoa
pada awal tahun 1900-an harus beradaptasi dengan sistem ekonomi baru Pemerintah Hindia
Belanda. Beragam profesi dan usaha orang-orang Tionghoa mulai dilakukan demi kebutuhan
ekonomi mereka. Keberagaman profesi dan usaha inilah terus berkembang hingga pasca
gambaran mengapa toko-toko ataupun usaha-usaha Tionghoa dapat dijumpai di berbagai lokasi
di Makassar.
mempertanggungjawabkan kredibelitas sebuah karya sejarah. Dalam buku ini Yerry Wirawan
secara komprehensif menggunakan berbagai arsip dokumen baik itu arsip Belanda, Tiongkok,
arsip pribadi, foto, dan lontarak. Data-data tersebut diolah dengan sangat baik oleh Yerry
Wirawan. Sehingga dalam buku ini perjalanan sejarah masyarakat Tionghoa di Kota Makassar
direkonstruksi dengan kronologis. Maka tak mengherankan jika buku ini seringkali dijadikan
sebagai referensi oleh peneliti sejarah. Buku ini memberikan penulis sebuah referensi
pengetahuan mengenai adaptasi ekonomi para pedagang Tionghoa di Kota Makassar. Hingga
saat ini terdapat beberapa toko milik Tionghoa di seluruh penjuru Kota Makassar.
Setelah memahami gambaran mengenai perjalanan sejarah masyarakat Tionghoa, salah
satu hal yang perlu dipahami juga adalah pengetahuan tentang gastronomi masyarakat Tionghoa.
mengenai sejarah makanan mereka di tanah asalnya. Buku The Food of China2 merupakan salah
satu buku yang ditulis oleh seorang profesor antropolgi dari University of California, Eugenne N.
Anderson. Buku ini membahas sejarah makanan di Tiongkok dan peran makanan dalam
masyarakat Tiongkok kontemporer. Di beberapa bab dalam buku ini membahas tentang metode
Catatan sejarah dan etnografi yang komprehensif dari E.N. Anderson tentang makanan
Tiongkok dari Zaman Perunggu hingga abad ke-20 ini menunjukkan bagaimana makanan telah
menjadi pusat dari kebijakan pemerintah Tiongkok, ritual keagamaan, dan praktik kesehatan
sejak masa-masa awal. Survei historis tentang kebiasaan pertanian dan kuliner, pada paruh
pertama buku ini, menawarkan banyak fakta dan interpretasi tentang topik-topik seperti pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap inovasi pertanian; hubungan antara kepercayaan medis dengan
selera makan; daur ulang produk limbah di pertanian; ketiadaan pantangan makanan secara
tradisional (termasuk kepraktisan memakan hama, atau memberi makan hama kepada babi dan
ayam, alih-alih meracuni hama dan lingkungan); serta faktor-faktor kunci dalam kualitas
gourmet makanan Tionghoa, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Tanpa
mengabaikan kejadian kelaparan dalam sejarah Tiongkok, Anderson menyimpulkan bahwa kisah
lengkapnya adalah salah satu keberhasilan yang luar biasa dalam memberi makan populasi
maksimum selama ribuan tahun. Untuk mendukung pencapaian ini, ia mengutip penekanan
2
Eugenne N. Anderson. 1998. The Food of China. New Haven: Yale University Press
tradisional Tiongkok pada makanan sebagai dasar negara dan sebagai hal yang fundamental tidak
Buku ini sangat membantu penulis untuk memberikan sebuah gambaran mengenai sejarah
makanan di Tiongkok. Hal ini dikarenakan karya E.N Anderson ini secara detail membahas
variasi makanan Tiongkok dari berbagai wilayah, metode memasak, serta budaya makan dan
Buku selanjutnya adalah Invitation To a Banquet: The Story of Chinese Food 3 yang ditulis
oleh seorang penulis dan juru masak ahli Chinese food schezuan asal inggris yaitu Fuchsia
Dunlop. Fuchsia Dunlop adalah seorang juru masak dan penulis makanan yang mengkhususkan
diri pada masakan Cina. Ia adalah penulis Shark's Fin dan Sichuan Pepper: Memoar Asam Manis
Tiongkok, dan dua buku masakan Tiongkok yang mendapat banyak pujian, Revolutionary
Chinese Cookbook, dan Sichuan Cookery (diterbitkan di AS dengan judul Land of Plenty).
Fuchsia menulis untuk berbagai publikasi termasuk Gourmet, Saveur, dan The Financial
Times. Dia adalah tamu reguler di radio dan televisi, dan telah muncul di acara-acara termasuk
Gordon Ramsay's The F-Word, NPR's All Things Considered, dan The Food Programme di BBC
Radio 4. Ia dinobatkan sebagai 'Jurnalis Makanan Tahun Ini' oleh Persatuan Penulis Makanan
Inggris pada tahun 2006, dan telah terpilih dalam tiga penghargaan James Beard Awards. Buku
pertamanya, Sichuan Cookery, memenangkan Jeremy Round Award untuk buku pertama terbaik.
Menurut Dunlop, masakan Cina adalah masakan yang paling awal mendunia. Ketika para
pekerja Tiongkok pertama mulai bermukim dan menetap di luar negeri, restoran pun
3
Fuchsia Dunlop. 2023. Invitation To a Banquet: The Story of Chinese Food. New York:
Random House
bermunculan. Namun, masakan Tionghoa memiliki keunikan tersendiri, yaitu sebagai salah satu
tradisi kuliner yang paling digemari di dunia sekaligus salah satu yang paling sedikit dipahami.
Selama lebih dari satu abad, dominasi bentuk masakan Kanton yang disederhanakan memastikan
hanya sedikit orang asing yang merasakan kekayaan dan kecanggihannya - namun saat ini hal
Dalam buku ini, juru masak dan penulis pemenang James Beard Award, Fuchsia Dunlop,
menjelajahi sejarah, filosofi, dan teknik budaya kuliner Tiongkok yang kaya dan kuno. Setiap
bab membahas hidangan klasik, mulai dari tahu mapo hingga daging babi Dongpo, mi yang diiris
dengan pisau hingga empulur jeruk bali yang direbus, untuk mengungkap aspek unik dari
keahlian memasak Tiongkok, entah itu pentingnya kedelai, daya tarik bahan-bahan eksotis, atau
sejarah kuliner vegetarian Buddha. Bertemu dengan produsen makanan lokal, koki, pencinta
kuliner, dan koki rumahan saat ia mencicipi makanan di seluruh negeri, Fuchsia mengajak
pembaca untuk bergabung dengannya dalam perjalanan tak terlupakan ke dalam makanan
Salah satu suku dari etnis Tionghoa yang banyak bergerak dalam bidang bisnis rumah makan
di Kota Makassar adalah Suku Hakka. Orang-orang Hakka gemar menggunakan bahan awetan
dalam masakannya. Bahan awetan tersebut seperti sayur asin dan tapai beras merah. Untuk lebih
lanjut memahami masakan Hakka referensi yang digunakan adalah buku dengan judul The
Hakka Cookbook: Chinese Soul Food from around the World 4. karya Linda Lau Anusasananan.
Anusasananan merupakan seorang anggota dari Les Dames d’Escoffier dan juga anggota dari
The San Francisco Professional Food Society and Association of Chinese Cooking Teachers.
4
Linda Lau Anusasananan. 2012. The Hakka Cookbook: Chinese Soul Food from around
Karya Linda Lau Anusasananan ini mencoba untuk membuka dunia masakan Hakka kepada
khalayak Barat dalam kronik memukau yang menelusuri kuliner pedesaan ini hingga ke akarnya
dalam sejarah berbagai migrasi. Berawal dari dapur neneknya di California, Anusasananan
masakan Hakka ke seluruh dunia-termasuk Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Kanada,
Peru, dan lainnya. Lebih dari tiga puluh koki dan juru masak rumahan berbagi pengalaman
mereka tentang diaspora Hakka dengan menyumbangkan lebih dari 140 resep untuk makanan
rumahan khas Tionghoa sehari-hari dan juga makanan khas perayaan yang lebih rumit. Buku ini
menyamakan masakan Hakka dengan jenis "soul of food", atau tradisi memasak yang lezat yang
merespons sejarah kesulitan dan penindasan yang sama. Buku ini mencerminkan keragaman dari
sekitar 75 juta orang Hakka yang tinggal di Tiongkok dan Asia, serta di berbagai komunitas yang
tersebar di seluruh dunia-namun tetap mempertahankan cita rasa dan teknik utamanya.
Setelah memahami sejarah makanan Tiongkok, salah satu poin yang perlu diketahui adalah
sejarah restoran Chinese food. Namun, sejauh ini penulis belum mendapatkan tulisan dengan
batasan spasial di Indonesia mengenai topik tersebut. Oleh karena itu penulis menggunakan
tulisan dari luar Indonesia yang ditulis oleh Haiming Liu dengan judul From Restaurant to
Panda Express: A History of Chinese Food In United States 5. Menilai dari sisi seorang penulis
dari buku ini, beliau merupakan ahli dalam bidang teori masyarakat Asia dan Amerika. Haiming
Liu merupakan seorang profesor studi Asia-Amerika di Departemen Studi Etnis dan Wanita di
5
Haiming Liu. 2015. From Restaurant to Panda Express: A History of Chinese Food In
Dalam buku ini Liu membahas sejarah tentang masuknya restoran Tionghoa pertama di
Amerika. Restoran tersebut bernama Canton Restaurant yang didirikan pada tahun 1849.
Berdasarkan nama restoran tersebut hal ini memberikan informasi tentang migrasi orang-orang
Tionghoa di Amerika meluas karena potensi bisnis dalam bidang kuliner. Restoran ini juga
memberikan kontribusi besar dalam perkembangan bidang kuliner di San Fransisco. Capcai
merupakan menu favorit di restoran ini. Hal ini dikarenakan harganya yang murah bagi para
Dalam buku ini memberikan informasi yang cukup penting untuk menjadi data pembanding.
disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, beberapa makanan Tionghoa mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan penduduk mayoritas contohnya adalah bakpao yang diisi dengan
kacang, atau daging sapi/ayam. Kedua, adalah setelah melalui proses adaptasi beberapa makanan
Tionghoa tersebut memang cocok dengan selera lidah masyarakat Kota Makassar.
Dalam buku Liu, ia menggunakan data primer berupa koran dan majalah seperti American
Heritage, Appleton’s Journal, Catholic World, Chicago Tribune, Daily Alta California, Los
Angels Time, New York Times, San Fransisco Chronicle. Dalam sumber-sumber tersebut
memberitakan sebuah peristiwa yang dapat memberikan informasi mengenai restoran Tionghoa
di Amerika. Salah satunya adalah Canton Restaurant, merupakan restoran Chinese food tertua di
Amerika.
Setelah memahami mengenai etnis Tionghoa beserta dengan kuliner khasnya, komponen
penting untuk diketahui juga adalah perjalanan sejarah kuliner di Indonesia sendiri. Namun,
penelitian sejarah bertema sejarah gastronomi masih kurang dilakukan di Indonesia. Tetapi ada
salah satu sejarawan yang ahli dalam sejarah makanan Indonesia yaitu Fadly Rahman. Ia
merupakan dosen ilmu sejarah Universitas Padjajaran dan terkenal sebagai ahli sejarah
gastronomi. Salah satu karya beliau yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rijstaffel:
Budaya Kuliner di Indonesia Pada Masa Kolonial.6 Meskipun buku ini tidak membahas
mengenai pengaruh Tionghoa pada bidang kuliner di Indonesia namun, buku ini menjadi rujukan
untuk mengetahui bagaimana sejarah makanan Indonesia dihidangkan dengan cara modern.
Penulis mengkaji sejarah perkembangan budaya pada bidang kuliner di Indonesia pada masa
kolonial. Dalam budaya makan di Indonesia makan bersama di tikar atau lesehan dengan
hidangan seadanya merupakan budaya yang sejak zaman dahulu telah ada. Namun, sejak
Belanda yang menetap di Nusantara berupaya membuat diri mereka senyaman mungkin
termasuk persoalan makanan. Rijstaffel merupakan sebuah sajian makan nasi dengan hidangan
lauk pendampingnya yang disajikan secara ekslusif. Melalui Rijstaffel inilah untuk pertama
Karya Fadly Rahman tersebut menggunakan sumber-sumber Belanda yaitu buku resep
Indische Keuken dan beberapa arsip foto. Arsip foto cukup banyak digunakan untuk memvalidasi
penelitiannya. Terdapat beberapa foto dalam buku tersebut yang memperlihatkan orang-orang
6
Fadly Rahman. 2016. Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia Pada Masa Kolonial.
informasi penting terhadap topik penelitian Kuliner Tionghoa. Dikarenakan dalam buku tersebut
menjelaskan hidangan-hidangan yang disajikan untuk para elit pada masa tersebut terdapat
beberapa masakan yang telah terakulturasi antara Indonesia dengan Tionghoa. Selain informasi
mengenai masakan Tionghoa, buku ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana makanan
menjadi objek dalam penelitian sejarah. Dikarenakan hal ini masih cukup jarang dilakukan
Sebagai ahli sejarah gastronomi Indonesia, tentu dalam topik penelitian ini penulis tidak
hanya menggunakan satu karya Fadly Rahman. Karya kedua dari beliau yang penulis gunakan
adalah Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.7 Dalam buku ini menjelaskan sejarah
perjalanan kuliner Indonesia dari abad ke-18 hingga pasca kemerdekaan. Masyarakat Tionghoa
beberapa kali disebutkan dalam buku ini, pengaruh mereka memang cukup signifikan dalam
perjalanan sejarah kuliner Indonesia. Pengaruh mereka berawal dari bahan makanan yang
mereka bawa dari tanah kelahiran mereka, teknologi pengembangan olahan pangan, dan
makanan khas mereka yang diakulturasi sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Berbagai
jenis makanan khas Tionghoa telah mengalami proses akulturasi di Indonesia seperti onde-onde,
bakpao, siomay, otak-otak, dan mie ayam. Semua makanan tersebut telah terbiasa dikonsumsi
Metode yang digunakan dalam karya tersebut hamper sama dengan karya sebelumnya.
Namun, skop pembahasan dalam buku ini cukup luas baik secara spasial dan temporal. Oleh
karena itu Fadly Rahman menggunakan beberapa sumber-sumber VOC salah satunya adalah
7
Fadly Rahman. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta:
arsip, Fadly Rahman juga menggunakan naskah kuno Jawa dan sumber lisan.
Dalam karya ini, cukup memberikan sebuah gambaran terhadap sebuah fenomena
penting yang ada kaitannya dengan topik penelitian penulis. Yaitu dalam buku ini beberapa kali
mengantarkan penulis mengenai pengaruh etnis Tionghoa pada bidang makanan secara umum di
Nusantara.
Selain buku, penulis juga menggunakan karya jurnal dari Fadly Rahman yaitu Kuliner
Sebagai Identitas Keindonesiaan.8 Dalam jurnal tersebut menjelaskan mengenai peran kuliner
dalam pembentukan identitas nasional. Beberapa masakan tradisional Indonesia ditulis dalam
buku-buku resep. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan pengaruh
kolonialisme di Indonesia melalui makanan. Dari sinilah lahir sebuah kategorisasi masakan
Indonesia menjadi tiga yaitu masakan Indonesia, Belanda, dan Tionghoa. Hal ini menandakan
bahwa betapa kuatnya pengaruh kolonialisme Belanda dan Tionghoa dalam makanan Indonesia.
Selain itu, jurnal ini juga membahas trend resep makanan dalam koran Star Weekly pada tahun
1951 sampai tahun 1960. Penulis dari resep makanan tersebut diberi nama samaran yaitu Njonja
Rumah. Resep-resep makanan dari Rumah Njonja ini menuai banyak permintaan resep makanan
dari pembaca koran Star Weekly salah satunya yaitu makanan Tionghoa.
8
Fadly Rahman. 2018. “Kuliner Sebagai Identitas Keindonesiaan”. Jurnal Sejarah,
Volume 2, Nomor 1.
Relevansinya dengan topik penelitian ini adalah jurnal tersbut memberikan informasi
mengenai peran makanan dalam membentuk wajah identitas dalam sebuah masyarakat. Dapat
diartikan bahwa makanan dapat ‘mewakili’ identitas dari sebuah daerah. Salah satunya adalah
Kota Makassar. Makassar sangat identik dengan berbagai makanan khas daerahnya seperti Coto,
Pallubasa, Pisang Epe, dan lain sebagainya. Namun, terdapat juga pengaruh makanan khas
budaya luar yang membentuk identitas baru di Kota Makassar. Pengaruh luar yang paling
mengenai topik penelitian yang sama dengan penulis tetapi batasan spasial yang berbeda.
Terdapat salah satu jurnal dengan judul Perkembangan Kuliner Tionghoa di Batavia 1915-1942.9
Jurnal ini ditulis oleh seorang sejarawan lulusan Universitas Negeri Jakarta. Karya ini
merupakan penelitian skripsinya yang juga diterbit menjadi buku oleh Penerbit Dramaturgi.
Jurnal ini menjelaskan perkembangan kuliner Tionghoa di Batavia yang tidak lepas dari
migrasi orang-orang Tionghoa ke Batavia yang kebanyakan dilakukan oleh para lelaki Tionghoa
karena tidak adanya perempuan Tionghoa. Para lelaki ini menikah dengan wanita lokal. Akibat
adanya pernikahan beda budaya ini menyebabkan asimilasi maupun akulturasi pada bidang
kuliner. Orang Tionghoa mendapat pengaruh lokal dalam bidang kuliner, begitu pula sebaliknya.
Apa lagi sejak masifnya kolonialisme Belanda, orang Tionghoa di tanah rantau tidak hanya
menggunakan sumber-sumber primer berupa buku-buku resep yang ditulis sezaman dengan
9
Widya Putri. 2022. “Perkembangan Kuliner Tionghoa di Batavia 1915-1942”.
menghasilkan kesimpulan bahwa beberapa makanan Tionghoa tersebut telah terakulturasi oleh
Metode analisis Putri ini juga banyak digunakan oleh peneliti lainnya. Seperti jurnal dengan
judul Pengaruh Budaya Tionghoa Terhadap Kuliner di Kota Medan 10 yang ditulis oleh Tuti
Sartika Sijabat. Dalam karyanya, ia menjelaskan tentang kedatangan bangsa Tionghoa memberi
pengaruh yang sangat besar terhadap kuliner di Kota Medan, mulai dari variasi makanan, nama,
cita rasa, hingga alat makan. Pengaruh budaya Tionghoa dari munculnya berbagai jenis makanan
olahan berbahan dasar mie seperti mie ayam, miso, bihun, mitiaw, dan lain sebagainya.
Pengaruh budaya Tionghoa juga mempengaruhi penamaan makanan seperti ci cong fan, bakpao,
capcay, bakmi, bakpia, pangsit dan lumpia. Selain makanan kebudayaan Tionghoa juga
Jurnal berikutnya adalah Pengaruh Budaya Kuliner Cina dan Belanda Terhadap Kuliner
Indonesia11 karya Rizki Zamhari. Dalam jurnal ini, penulis mengungkap bahwa kebudayaan
yang dibawa orang Cina dan Belanda memiliki peran pengaruh besar dalam bidang kuliner di
Indonesia. Bahkan hingga saat ini masih eksis dimana kebudayaan ini telah terakulturasikan
menjadi budaya baru yang kemudian menciptakan kuliner khas dan unik.
10
Tuti Sartika Sijabat. 2022. “Pengaruh Budaya Tionghoa Terhadap Kuliner Di Kota
Indonesia.12 Berdasarkan penelitian dalam jurnal ini, beberapa masakan khas Tionghoa yang
telah populer di Indonesia telah terinovasi memiliki cita rasa yang unik dan mampu memberikan
pembaharuan pada rasa makanan peranakan, namun tetap mempertahankan rasa otentik/asli dari
masakan tersebut karena metode dan bumbu yang digunakan tetap mempertahankan bumbu asli
Daftar Pustaka
Gramedia
Anderson, Eugenne N.. 1998. The Food of China. New Haven: Yale University Press
Dunlop, Fuchsia. 2023. Invitation To a Banquet: The Story of Chinese Food. New York: Random
House
Anusasananan, Lau Linda. 2012. The Hakka Cookbook: Chinese Soul Food from around the
World. California: University of California Press
Liu, Haiming. 2015. From Restaurant to Panda Express: A History of Chinese Food In United
States. New Brunswick: Rutgers University Press
Fadly Rahman. 2016. Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia Pada Masa Kolonial. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
12
Randy Sienatra. 2020. “Inovasi Kuliner Peranakan Chinese-Indonesia”. Journey
Volume 3 Nomor 2.
Fadly Rahman. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Fadly Rahman. 2018. “Kuliner Sebagai Identitas Keindonesiaan”. Jurnal Sejarah, Volume 2,
Nomor 1.
Widya Putri. 2022. “Perkembangan Kuliner Tionghoa di Batavia 1915-1942”. Historiography:
Journal of Indonesian History and Education, Volume 2, Nomor 2.
Tuti Sartika Sijabat. 2022. “Pengaruh Budaya Tionghoa Terhadap Kuliner Di Kota Medan”.
Jurnal Cakrawala Mandarin, Volume 6, Nomor 2.
Rizki Zamhari. 2022. “Pengaruh Budaya Kuliner Cina dan Belanda Terhadap Kuliner
Indonesia”. Judul Lusa Kawa, Vol. 2, No. 1.
Randy Sienatra. 2020. “Inovasi Kuliner Peranakan Chinese-Indonesia”. Journey Volume 3
Nomor 2.