Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LUARAN MATA KULIAH

PERAN WHISTLEBLOWING SYSTEM DALAM


MENGIDENTIFIKASI DAN MENGELOLA POTENSI
RISIKO DI PT. PLN (Persero)
Untuk Konversi

MANAJEMEN RISIKO

Diajukan untuk memenuhi persyaratan konversi mata kuliah pada


Program MAGANG MBKM

Oleh :
RISKA LAILA SARI 20610189

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
2023
LEMBAR PENGESAHAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
PERAN WHISTLEBLOWING SYSTEM DALAM
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGELOLA POTENSI RISIKO
DI PT. PLN (Persero)
KONVERSI

MANAJEMEN RISIKO

Oleh :

RISKA LAILA SARI 20610189

Disetujui dan disahkan sebagai

Laporan Luaran Mata Kuliah Konversi Magang MBKM

Berau, 27 Oktober 2023

Pembimbing Magang

Universitas Muhammadiyah Berau

Yulita Maria, S.E., M.M.

NIDN. 1123077201

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN WHISTLEBLOWING SYSTEM DALAM
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGELOLA POTENSI RISIKO
DI PT. PLN (Persero)
KONVERSI

MANAJEMEN RISIKO

Oleh :

RISKA LAILA SARI 20610189

Disetujui dan disahkan sebagai

Laporan Luaran Mata Kuliah Konversi Magang MBKM

Berau, 27 Oktober 2023

Team Leader Pelayanan Pelanggan dan Administrasi

Unit Layanan Pelanggan Tanjung Redeb

Rizkyansjah

NIP 93120032D2Y

iii
ABSTRAKSI

Manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi,


mengevaluasi, mengelola, dan memitigasi risiko-risiko yang dapat mempengaruhi
tujuan, keberlanjutan, dan kinerja perusahaan. Ini adalah disiplin yang penting
dalam dunia bisnis karena risiko merupakan bagian alami dari setiap aktivitas bisnis
dan dapat memiliki dampak yang signifikan. Transparansi dan etika adalah fondasi
kepercayaan dalam bisnis. Ketika perusahaan beroperasi dengan cara yang
transparan dan etis, pelanggan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya lebih
cenderung mempercayai perusahaan. Whistleblowing adalah tindakan ketika
individu dalam suatu organisasi atau perusahaan melaporkan ketidakpatuhan,
perilaku yang merugikan, pelanggaran hukum, atau tindakan tidak etis kepada
pihak berwenang, baik di dalam organisasi maupun kepada pihak eksternal seperti
regulator atau media. Whistleblowing memiliki peran yang penting dalam
mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan perilaku ilegal atau tidak etis
dalam suatu organisasi/perusahaan.

Kata kunci : Whistleblowing, manajemen risiko

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.

Makalah dengan judul “Peran Whistleblowing System Dalam Mengidentifikasi


Dan Mengelola Potensi Risiko Di PT. PLN (Persero)” ini disusun guna memenuhi
tugas laporan luaran mata kuliah konversi magang MBKM.

Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Yulita Maria, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing lapangan magang
MBKM.
2. Bapak Rizkyansjah selaku mentor lapangan magang MBKM : dan
3. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga
makalah ini dapat menjadi sarana penunjang yang bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Muhammadiyah Berau. Amin
Yaa Rabbal’alamin.

Berau, 24 Oktober 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAKSI ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Whistleblowing System ..................................................................3
B. Pengertian Manajemen Risiko ........................................................................4
C. Whistleblowing System Dalam Mengelola dan Mengidentifikasi Risiko .....6
D. Whistleblowing System Pada PT. PLN (Persero) ...........................................8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Proses Manajemen Risiko 5

2. Mekanisme Penanganan Pengaduan Whistleblowing system 9

3. Prinsip Sistem Manajemen Anti Penyuapan 10

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, mengelola, dan memitigasi risiko-risiko yang dapat
mempengaruhi tujuan, keberlanjutan, dan kinerja perusahaan. Ini adalah disiplin
yang penting dalam dunia bisnis karena risiko merupakan bagian alami dari
setiap aktivitas bisnis dan dapat memiliki dampak yang signifikan. Beragam
risiko itu antara lain finansial, reputasi, hukum, operasional, pasokan, pasar dan
lingkungan.
Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks ini, transparansi dan etika
memainkan peran kunci dalam menjaga keberlanjutan perusahaan. Transparansi
dan etika adalah fondasi kepercayaan dalam bisnis. Ketika perusahaan
beroperasi dengan cara yang transparan dan etis, pelanggan, investor, dan
pemangku kepentingan lainnya lebih cenderung mempercayai perusahaan.
Kepercayaan ini merupakan aset berharga yang dapat memperkuat hubungan
bisnis jangka panjang.
Salah satu bentuk penerapan transparansi dalam sebuah bisnis yaitu dengan
diberlakukannya whistleblowing. Whistleblowing adalah tindakan ketika
individu dalam suatu organisasi atau perusahaan melaporkan ketidakpatuhan,
perilaku yang merugikan, pelanggaran hukum, atau tindakan tidak etis kepada
pihak berwenang, baik di dalam organisasi maupun kepada pihak eksternal
seperti regulator atau media.
Whistleblowing memiliki peran yang penting dalam mengidentifikasi risiko-
risiko yang terkait dengan perilaku ilegal atau tidak etis dalam suatu
organisasi/perusahaan. Melalui whistleblowing, perusahaan dapat memperoleh
informasi yang mungkin tidak akan terdeteksi secara rutin, sehingga dapat
mengidentifikasi dan mengelola risiko yang berkaitan dengan perilaku atau
praktik yang merugikan perusahaan.

1
Dengan diberlakukannya whistleblowing, perusahaan dapat memitigasi risiko
internal, menghindari potensi kerugian finansial dan reputasi, serta mematuhi
peraturan hukum yang berkaitan dengan pelaporan kejadian ilegal atau tidak etis.
Oleh karena itu, whistleblowing adalah bagian integral dari manajemen risiko
yang komprehensif dalam sebuah perusahaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan whistleblowing system? :
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko? :
3. Bagaimana whistleblowing system dapat mengelola dan mengidentifikasi
risiko? : dan
4. Bagaimana whistleblowing system pada PT. PLN (Persero)?

C. Tujuan
Tujuan adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian whistleblowing system.
2. Mengetahui dan memahami pengertian manajemen risiko.
3. Mengetahui bagaimana whistleblowing system dapat mengelola dan
mengidentifikasi risiko.
4. Mengetahui bagaimana whistleblowing system pada PT. PLN (Persero).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Whistleblowing System


Whistleblowing System (WBS) adalah sistem pelaporan pelanggaran yang
terjadi di lingkungan pekerjaan dan melibatkan peran serta seluruh unsur
perusahaan dalam proses pelaporan dan pengungkapannya.
WBS merupakan bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah
praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan Good
Corporate Governance (GCG).
Pelapor yang memberikan informasi atau melakukan pelaporan melalui WBS
baik dari internal lembaga maupun dari luar Lembaga disebut whistle blower.
Pelanggaran yang dapat dilaporkan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran
(Whistle Blowing System) adalah sebagai berikut :
1. Benturan Kepentingan ;
2. Korupsi :
3. Kecurangan :
4. Pencurian/Penggelapan :
5. Pelanggaran dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa :
6. Penyalahgunaan jabatan/kewenangan : dan
7. Suap/Gratifikasi.
Pengaduan Whistleblowing System (WBS) harus memenuhi unsur :
1. What : Perbuatan berindikasi pelanggaran yang diketahui.
2. Where : Dimana perbuatan tersebut dilakukan.
3. When : Kapan perbuatan tersebut dilakukan.
4. Who : Siapa saja yang terlibat dalam perbuatan tersebut.
5. How : Bagaimana perbuatan tersebut dilakukan (modus, cara, dsb).
WBS harus memuat jaminan perlindungan, antara lain :
1. Jaminan Perlindungan Identitas
WBS harus memberikan jaminan kerahasiaan identitas dan keberadaan
pelapor, baik pelapor anonim maupun bernama. Jika pelapornya anonim,

3
maka disediakan saluran komunikasi yang memungkinkan pelapor anonim
tetap bisa dihubungi oleh penerima laporan. Saluran komunikasi tersebut
berguna untuk mendalami substansi informasi dan mengantisipasi jika
muncul resiko, sehingga lebih cepat memberikan respon. Bagi pelapor
anonim harus diberikan informasi bahwa ketika muncul resiko dan pelapor
masuk ke dalam skema perlindungan, maka pelapor harus membuka identitas.
2. Jaminan Perlindungan Administratif
WBS harus memberikan jaminan bahwa jika pelapor adalah pegawai maka
ia tidak akan dipecat atau dimutasi akibat laporan tersebut, penundaan
kenaikan pangkat, penurunan jabatan atau pangkat, pelecahan atau
diskriminasi dalam segala bentuknya, dan catatan yang merugikan dalam file
data pribadi (personal file record).
3. Jaminan Keamanan Fisik dan Psikis
WBS harus memberikan jaminan bahwa pelapor akan mendapatkan
perlindungan secara fisik dan psikis, apabila mengalami ancaman dan/atau
serangan balasan akibat laporannya.
4. Jaminan Perlindungan Hukum
WBS harus memberikan jaminan bahwa pelapor tidak akan dikriminalisasi
akibat laporannya. Jika kriminalisasi sudah terjadi maka akan dilakukan
penilaian apakah kriminalisasi tersebut merupakan akibat dari laporannya,
apakah pasal pemidanaan ringan dan apa perlindungan terbaik yang perlu
diberikan.

B. Pengertian Manajemen Risiko


Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik
dalam identifikasi, kualifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas
atau proses.
Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan risiko yang mungkin terjadi

4
dalam suatu aktivitas atau kegiatan sehingga akan diperoleh efektivitas dan
efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2016).
Dalam manajemen risiko memiliki beberapa hal yang mendasari yaitu seperti
ditunjukan pada gambar 1.1 untuk manajemen risiko, pertama perlu dilakukan
identifikasi risiko, kedua dilakukan analisis risiko atau penilaian terhadap risiko,
ketiga mengontrol risiko yang terjadi dan meminimalisir risiko, setelah hal
tersebut dilakukan maka akan dilanjutkan dengan pengelolaan risiko yang
meliputi pengurangan, pengalihan, mengalokasikan, dan pengaturan terhadap
risiko.

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah
proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang
yang ada (Wideman, 1992).
Adapun tujuan lain dari manajemen risiko yaitu untuk melindungi organisasi
atau perusahaan dari risiko yang sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian
sebuah tujuan, menggerakan manajemen agar lebih aktif dalam menangani risiko
yang terjadi, membantu pembuatan kerangka kerja agar konsisten terhadap
risiko yang terjadi, sebagai peringatan kepada sumber daya agar lebih hati-hati
dalam menangani risiko yang dihadapi untuk memaksimalkan rencana yang

5
akan dituju, membangun kemampuan setiap sumber daya untuk
mensosialisasikan tentang risiko dan pemahaman terhadap risiko, dapat
membantu dalam peningkatan kinerja organisasi atau perusahaan untuk
informasi risiko yang terdapat dalam peta risiko.
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko antara lain
(Mok et al, 1996) berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani
masalah-masalah yang rumit, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Memudahkan estimasi biaya.
2. Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang
dihasilkan dalam cara yang benar.
3. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa
banyak informasi yang di butuhkan dalam menyelesaikan masalah.
5. Meningkatan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
6. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
7. Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

C. Whistleblowing System Dalam Mengelola dan Mengidentifikasi Risiko


Sistem pelaporan atau whistleblowing system adalah bagian penting dalam
mengelola dan mengidentifikasi risiko dalam sebuah organisasi/perusahaan.
Whistleblowing system adalah mekanisme yang memungkinkan karyawan atau
pihak eksternal untuk melaporkan pelanggaran, ketidakpatuhan, atau perilaku
yang merugikan kepada manajemen atau pihak berwenang tanpa takut akan
pembalasan. Dalam konteks manajemen risiko, whistleblowing system dapat
membantu dalam beberapa aspek berikut :
1. Identifikasi Risiko
a. Mengidentifikasi Risiko Hukum : Whistleblowing system membantu
organisasi/perusahaan dalam mengidentifikasi potensi risiko hukum yang
timbul dari pelanggaran peraturan atau undang-undang yang berlaku.

6
b. Risiko Reputasi : Laporan dari whistleblower dapat membantu
mengidentifikasi masalah yang dapat merusak reputasi perusahaan jika
tidak ditangani dengan tepat.
c. Risiko Operasional : Whistleblowing system juga dapat membantu
mengidentifikasi risiko operasional, seperti penyalahgunaan sumber daya
atau ketidakpatuhan terhadap prosedur operasional.
2. Evaluasi Risiko
a. Whistleblowing system memungkinkan organisasi/perusahaan untuk
mengevaluasi seriusnya risiko yang dilaporkan oleh whistleblowers.
Manajemen dapat menilai apakah risiko yang dilaporkan memerlukan
tindakan segera atau langkah-langkah perbaikan dalam manajemen risiko.
b. Melakukan Analisis : Data dari laporan whistleblowers dapat digunakan
untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang sumber risiko dan seberapa
sering mereka terjadi.
3. Pengelolaan Risiko
a. Tindakan Korektif : Setelah mengidentifikasi risiko melalui
whistleblowing system, organisasi harus mengambil tindakan korektif
yang sesuai. Ini bisa termasuk penyelidikan internal, perbaikan prosedur,
tindakan hukum, atau tindakan disiplin.
b. Mitigasi Risiko : Tindakan yang diambil sebagai respons terhadap
pelaporan whistleblowers juga dapat membantu mengurangi risiko dan
mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.
c. Peningkatan Kepatuhan: Whistleblowing system dapat memotivasi
karyawan untuk lebih patuh terhadap kebijakan, prosedur, dan peraturan
organisasi/perusahaan, sehingga dapat mengurangi risiko pelanggaran.
4. Kepatuhan dan Transparansi
a. Membangun Budaya Kepatuhan : Whistleblowing system dapat membantu
membangun budaya kepemimpinan yang menekankan pentingnya
kepatuhan terhadap peraturan dan etika bisnis.
b. Meningkatkan Transparansi : Transparansi dalam mengelola dan
mengidentifikasi risiko adalah penting. Whistleblowing system membantu

7
dalam menciptakan lingkungan dimana pelaporan risiko dan pelanggaran
dapat dilakukan tanpa rasa takut.

Dengan adanya whistleblowing system yang efektif, organisasi dapat lebih


baik mengelola dan mengidentifikasi risiko, sehingga dapat mengurangi potensi
dampak negatifnya pada bisnis.

D. Whistleblowing System Pada PT. PLN (Persero)


PLN menyediakan saluran komunikasi bagi para pemangku kepentingan
untuk mengadukan fraud dan/atau pelanggaran yang disebut Whistleblowing
System bagi pihak eksternal dan internal, guna mengoptimalkan peran Insan
PLN dan pihak eksternal dalam pengungkapan dugaan Fraud dan/atau
pelanggaran yang terjadi di lingkungan PLN.
Dalam rangka membangun dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penanganan pengaduan baik secara internal maupun eksternal yang terintegrasi
secara profesional, transparan, akuntabel dengan mengutamakan kerahasiaan
dalam rangka optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi, PLN
melakukan kerjasama dengan KPK RI berdasarkan Perjanjian Kerja Sama
antara Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) dengan PT
PLN (Persero) Nomor: 77 Tahun 2021 / Nomor:
0043.Pj/HKM.02.01/C01000000/2021 tanggal 2 Maret 2021 tentang
Penanganan Pengaduan Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Adapun ruang lingkup atas perjanjian kerjasama ini antara lain penyusunan
dan/atau penguatan aturan internal terkait penanganan pengaduan, komitmen
pengelolaan penanganan pengaduan, penguatan budaya organisasi, penanganan
pengaduan melalui aplikasi (clearing house) dan koordinasi serta kegiatan
bersama penanganan pengaduan dan pertukaran data dan/atau informasi.
Kategorisasi pengaduan yang dapat disampaikan melalui Whistleblowing
System (WBS) antara lain kejadian terkait :
1. Korupsi, termasuk namun tidak terbatas pada konflik kepentingan,
penyuapan, gratifikasi ilegal, pemerasan ekonomi, dan tindakan lain yang
dilarang oleh UU Tipikor beserta perubahannya.

8
2. Penyalahgunaan Aset/Wewenang, Pencurian atau penggelapan terhadap kas
atau persediaan, material, aset lainnya.
3. Rekayasa Laporan keuangan maupun non keuangan.
4. Tindakan yang menyimpang dari peraturan perundangan yang berlaku,
peraturan perusahaan, pedoman perilaku perusahaan serta SOP.
5. Tindakan yang dapat menurunkan citra Perusahaan.
6. Pelanggaran Etika/Perbuatan Tidak Etis.
7. Penggunaan narkoba.
8. Terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dilarang.

Pelapor dapat melaporkan pelanggaran yang diketahuinya melalui :

1. Website: https://cos.pln.co.id;
2. Telepon, Short Message Service (SMS) atau Whatsapp ke nomor resmi
Pengaduan Pelanggaran di 08119861901;
3. Email ke wbpln@pln.co.id; dan/atau
4. Surat kepada Executive Vice President Kepatuhan PT. PLN (Persero) Kantor
Pusat Jalan Trunojoyo Blok M – I No. 135 Kebayoran Baru, Jakarta 12160.

Komunikasi lebih lanjut atas laporan yang disampaikan akan dilakukan oleh
Pengelola Whistleblowing System (WBS) PT. PLN (Persero).

Gambar 1.2
Sumber web.pln.co.id

9
Penyampaian Pelaporan dan Tindak Lanjutnya
Dalam rangka mempermudah dan mempercepat proses tindak lanjut,
pengaduan fraud dan/atau pelanggaran yang disampaikan memenuhi informasi
yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dilengkapi dengan
bukti permulaan yang relevan, kompeten dan cukup, diantaranya meliputi :
1. Pelanggaran yang diadukan.
2. Waktu kejadian.
3. Tempat kejadian.
4. Pihak yang terlibat/Terlapor.
5. Penyebab terjadinya pelanggaran
6. Bagaimana kronologi kejadiannya.
7. Berapa kerugian yang diakibatkan.
Atas Pengaduan yang disampaikan, PLN akan menindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Perlindungan Pelapor
PLN menjamin kerahasiaan dan memberikan perlindungan kepada pelapor
yang beritikad baik, bagi pegawai internal maupun pihak eksternal yang
menyampaikan pengaduan dugaan fraud dan/atau pelanggaran sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Penerapan SNI ISO 37001 : 2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Whistleblowing System (WBS) adalah sistem pelaporan pelanggaran yang
terjadi di lingkungan pekerjaan dan melibatkan peran serta seluruh unsur
perusahaan dalam proses pelaporan dan pengungkapannya.
2. Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik
dalam identifikasi, kualifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktifitas atau proses.
3. Whistleblowing memiliki peran yang penting dalam mengidentifikasi risiko
yang terkait dengan perilaku ilegal atau tidak etis. Melalui whistleblowing,
perusahaan dapat memperoleh informasi yang mungkin tidak akan terdeteksi
secara rutin, sehingga dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko yang
berkaitan dengan perilaku atau praktik yang merugikan perusahaan.
B. Saran
Penting untuk menjaga kerahasiaan dan perlindungan whistleblower dalam
whistleblowing system akan mendorong lebih banyak individu untuk melaporkan
masalah yang mungkin tidak akan terungkap melalui saluran komunikasi
tradisional. Selain itu, organisasi perlu memiliki prosedur yang jelas untuk
menangani laporan whistleblower dan mengambil tindakan yang sesuai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Whistleblowing system. (2021). Diakses pada 26 Oktober 2023 dari


https://web.pln.co.id/tentang-kami/whistleblowers-system

12

Anda mungkin juga menyukai