Audit
Audit
DOSEN PENGAMPU :
Wuryaningsih, M.Sc
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “URGENSI
IMPLEMENTASI THREE LINE OF DEFENSE PADA PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester Ibu Wuryaningsih, M.Sc pada mata kuliah Audit Intern Bank di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, Saya juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu Wuryaningsih, M.Sc selaku
dosen mata kuliah Audit Intern Bank. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang Saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung saya
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi
acuan agar saya bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah
ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Valentyno Damya
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................11
KESIMPULAN......................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari semua bisnis perbankan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep three line of defense.
2. Mengetahui prinsip dan resiko bank syariah .
3. Mengetahui Urgensi Implementasi Three Lines of Defense dalam
Industri Perbankan Syariah di Indonesia.
4. Mengetahui tantangan dan kendala implementasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Garis pertahanan ketiga adalah fungsi audit internal, yang melalui pendekatan
berbasis risiko, memberikan jaminan tentang efektivitas tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian internal lintas fungsi fungsi manajemen dalam organisasi
(manajemen senior/dewan direksi dan komite), termasuk fungsi garis pertahanan
pertama dan kedua. Tiga baris fungsionalitas defensif meningkatkan manajemen
risiko:
6
Tiga garis pertahanan membantu organisasi memperkuat manajemen risiko
dengan mengalokasikan tanggung jawab risiko secara efektif di berbagai tingkatan
dan unit kerja. Setiap lini pertahanan memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko yang terkait dengan
operasinya.
7
ketiga, audit internal, memberikan jaminan independen atas manajemen risiko dan
kepatuhan dalam organisasi.
1) Bebas Maghrib
a) Maysir
Maysir adalah kemudahan memperoleh kekayaan atau memperoleh harta
berdasarkan kebetulan, baik merampas hak orang lain maupun tidak. Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan
maysir sebagai transaksi yang tunduk pada situasi yang tidak pasti atau acak
(UU No. 21 Tahun 2008). Dapat disimpulkan bahwa maysir adalah transaksi
yang bergantung pada sesuatu yang tidak pasti dan mengandung unsur
perjudian, pertaruhan atau perjudian berisiko yang secara tegas dilarang dalam
hukum Islam (haram).
b) Gharar
Secara harfiah konsekuensi, bencana, bahaya, risiko, dll. Dalam Islam,
yang termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan unsur
curang, curang, atau kriminal. Dalam Al Quran, kata gharar dan turunannya
disebutkan sebanyak 27 kali dalam QS Ali-Imran/3:185 dan Al-Anfal/8: 49.
8
Dapat disimpulkan bahwa gharar adalah transaksi yang penuh dengan keragu-
raguan dan keragu-raguan.
c) Batil
dalam bahasa yang berarti larangan dan penegasan bahwa kata haram itu
sendiri diulang sebanyak 83 kali di dalam Al Quran, diantaranya QS Al-
Baqarah/2:173, QS An-Nahl/16:115, dan QS Al-Maidah/5:3. Dalam kegiatan
ekonomi, setiap orang harus menghindari segala sesuatu yang dilarang, baik
substansi maupun caranya, baik dalam bidang produksi, distribusi, maupun
konsumsi.
d) Ribbah
Riba adalah penambahan penghasilan yang batil dan haram ketika
melakukan transaksi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Tegasnya, inti
dari larangan riba dalam Islam adalah meniadakan risiko keuangan tambahan
yang ditimbulkan dalam transaksi moneter dan penjualan yang ditanggung
hanya oleh satu pihak, sementara pihak lain dijamin untung. Kezaliman (zulm)
yang terkandung dalam riba itulah yang dilarang keras oleh Islam.
e) Kesombongan
bahasa berarti kosong. Kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan larangan
berbohong seperti mengurangi berat badan, mencampur produk yang baik dan
buruk untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
9
Prinsip dasar pengelolaan suatu lembaga keuangan khususnya bank adalah
asas kepercayaan (fiduciary relationship), yang disebut asas fundamental
karena operasional perbankan dilandasi oleh adanya trustee, kepercayaan
masyarakat. Asas kehati-hatian merupakan akibat hukum karena suatu
organisasi yang menghimpun uang dari masyarakat, suatu lembaga keuangan
atau lembaga keuangan harus dapat mengelola kegiatan usahanya sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, lembaga keuangan khususnya bank
melakukan studi kelayakan sebelum memberikan layanan kepada nasabahnya.
3) Prinsip kontrak
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui syariah, yaitu
perjanjian tertulis dengan kesepakatan (penawaran) dan qabul (penerimaan)
antara bank dengan pihak lain dengan hak dan kewajiban masing-masing
berdasarkan hukum Islam. Akad dinyatakan sah jika rukun-rukunnya telah
selesai. Ada tiga pilar kontrak, yaitu dua atau lebih pihak yang berkontrak,
subjek kontrak dan kata-kata kontrak. Akad dalam perbankan syariah tentunya
mengacu pada konsep bagi hasil yang membutuhkan pengelola yang saling
menguntungkan, dalam hal ini bank dan nasabah.
a. resiko kredit
Risiko ini timbul karena kegagalan atau kelalaian nasabah
atau pihak lain dalam melaksanakan kewajiban (komitmen) kepada
bank, atau disebut dengan risiko wanprestasi. Salah satu jenis
10
risiko kredit adalah risiko konsentrasi modal, yang timbul dari
konsentrasi modal pada satu atau sekelompok pihak.
b. Risiko pasar
Risiko ini timbul dari fluktuasi harga pasar (adverse
movement) dari portofolio aset yang dimiliki Bank dan berpotensi
memberikan dampak negatif bagi Bank. Jenis risiko pasar
termasuk risiko mata uang, risiko komoditas, risiko berjangka, dan
risiko suku bunga.
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas muncul dari ketidakmampuan bank
syariah untuk membayar utangnya yang jatuh tempo. Risiko ini
berasal dari jatuh tempo yang tidak merata antara sumber
pembiayaan (DPK) dengan kontrak pembiayaan bank debitur.
d. resiko operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian karena
pengendalian internal yang tidak memadai, kegagalan proses
internal, kegagalan sistem, dll. Jenis risiko operasional meliputi
risiko kepatuhan dan risiko bisnis.
e. risiko hukum
Terjadi karena proses hukum dan/atau kelemahan aspek hukum.
f. Risiko Reputasi
Terjadi karena menurunnya kepercayaan stakeholders
akibat persepsi negatif terhadap bank terutama dalam hal
pelayanan, pengelolaan dan kepatuhan terhadap aturan syariah.
g. risiko strategis
Terjadi sebagai akibat dari pengambilan dan/atau
pelaksanaan keputusan strategis yang salah, termasuk perubahan
lingkungan bisnis yang tidak terduga.
h. Risiko kepatuhan
Terjadi karena kegagalan bank untuk mematuhi dan/atau
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
11
termasuk ketidakpatuhan terhadap prinsip dan aturan Syariah.
i. risiko pengembalian
Risiko ini terjadi akibat perubahan tingkat pengembalian
yang dibayarkan bank kepada nasabah dan juga mempengaruhi
perilaku nasabah.
j. Risiko investasi
Risiko ini timbul karena bank ikut menanggung kerugian usaha
debitur yang dibiayai melalui pembiayaan profit and loss sharing
(PLS).
Bank syariah harus menetapkan tanggung jawab yang jelas untuk setiap unit kerja
untuk manajemen risiko, kepatuhan dan pengendalian internal di tingkat
operasional.
2. Identifikasi risiko:
Setiap unit kerja bank syariah harus mengidentifikasi risiko yang terkait dengan
aktivitasnya. Ini termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko
operasional khusus untuk bank syariah. 3. Penerapan Pengendalian Intern:
Unit kerja harus menetapkan pengendalian internal yang sesuai untuk mengurangi
risiko yang teridentifikasi. Ini termasuk prosedur operasional, pembagian tugas,
verifikasi transaksi, dan manajemen akses sistem.
4. Laporan risiko:
Setiap unit kerja harus melaporkan risiko yang teridentifikasi kepada lini
pertahanan kedua untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas tindakan
pengendalian. Garis pertahanan kedua:
12
1. Fungsi pemantauan risiko:
Bank syariah harus memiliki fungsi pemantauan risiko yang independen untuk
memantau penerapan dan efektivitas pengendalian risiko di seluruh organisasi.
Fungsi ini harus melibatkan tim tersendiri dan independen terhadap unit kerja
yang disupervisi.
2. Penilaian risiko:
Fungsi pemantauan risiko harus melakukan penilaian risiko secara berkala dan
komprehensif di semua bank syariah. Ini termasuk penilaian risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kepatuhan Syariah.
1. Tinjauan independen:
Bank syariah harus memiliki fungsi audit internal yang independen untuk menilai
efektivitas pengendalian risiko dan kepatuhan di seluruh organisasi. Audit internal
harus dilakukan oleh tim yang terpisah dan independen dari unit kerja yang
diaudit.
2. Pemantauan berkelanjutan:
3. Penilaian risiko:
13
Auditor internal harus melakukan penilaian risiko independen untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko yang dihadapi bank syariah. Hasil penilaian
risiko harus digunakan untuk mengembangkan rencana.
Salah satu tantangan utama dalam menerapkan tiga lini pertahanan adalah
memastikan kesadaran dan keterlibatan manajemen yang kuat di semua tingkatan
organisasi. Hal ini memerlukan dukungan dan komitmen manajemen senior yang
kuat untuk memastikan model ini diterapkan secara efektif dan komprehensif.
Budaya organisasi:
Model tiga garis pertahanan melibatkan kerja sama dan koordinasi yang
erat antara berbagai departemen dan fungsi dalam organisasi. Tantangan dapat
muncul dalam hal koordinasi yang efektif antara lini pertama (manajemen
operasi), lini kedua (manajemen risiko dan kepatuhan), dan lini ketiga (audit
internal). Penting untuk memastikan arus informasi yang lancar dan kolaborasi
yang efektif di antara mereka.
Kompleksitas regulasi:
14
yang kompleks dan bervariasi, yang dapat mempengaruhi implementasi dari three
lines of defense. Penting untuk memastikan pemahaman yang jelas dan kesesuaian
antara persyaratan peraturan dan model pertahanan tiga lini.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
15
Bank syariah di Indonesia juga menghadapi sepuluh jenis risiko,
termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,
risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko
pengembalian, dan risiko investasi. Implementasi TLD membantu bank
syariah mengelola dan mengurangi risiko-risiko ini.
DAFTAR PUSTAKA
16
Fasa, M. I. (2016). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Li Falah
Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam, I(2), 36–53.
17
18