Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

URGENSI IMPLEMENTASI THREE LINE OF DEFENSE PADA


PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Audit Intern Bank

DOSEN PENGAMPU :

Wuryaningsih, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Valentyno Damya (210503110030)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “URGENSI
IMPLEMENTASI THREE LINE OF DEFENSE PADA PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester Ibu Wuryaningsih, M.Sc pada mata kuliah Audit Intern Bank di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, Saya juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu Wuryaningsih, M.Sc selaku
dosen mata kuliah Audit Intern Bank. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang Saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung saya
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi
acuan agar saya bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah
ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Malang, 18 Juni 2023

Valentyno Damya

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan........................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1 Three Line of Defense................................................................................4

2.1.1 Konsep Three Line of Defense ..............................................................4

2.1.2 Manfaat Penerapan three lines of defense.............................................5

2.2 Industri Perbankan Syariah.......................................................................6

2.3 Urgensi Implementasi Three Lines of Defense dalam Industri Perbankan


Syariah di Indonesia...........................................................................................10

BAB III..................................................................................................................11

KESIMPULAN......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah 26 tahun beroperasi, sejak didirikan pada tahun 1992, bank
syariah tidak berhenti berkembang di sektor perbankan tanah air.
Meskipun pangsa pasar layanan perbankan syariah masih relatif kecil
dibandingkan dengan bank konvensional, yakni hanya mencapai 5,4%,
namun potensi pertumbuhan layanan perbankan syariah masih terbuka
lebar, karena potensi pasarnya yang sangat besar. Perbankan syariah mulai
memasuki kebangkitan setelah mengalami perlambatan pada tahun-tahun
sebelumnya. Seiring dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2018,
laju pertumbuhan mobilisasi modal dan pembiayaan bank syariah
dipastikan akan terus meningkat.

Status Bank Indonesia Syariah berdasarkan data statistik Otoritas


Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa jumlah Bank Umum Syariah
(BUS) sebanyak 13 bank dengan total jaringan kantor sebanyak 1.850 dan
untuk Unit Usaha Syariah (UUS), terdapat 21 unit dengan total 339
jaringan kantor, dan BPRS 167 dengan total 444 jaringan kantor. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan sektor keuangan syariah cukup
mampu mengelola keuangan masyarakat. Dalam publikasi pangsa pasar
perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan total aset 5,57%,
perbankan syariah di bank nasional terdiri dari BPRS 2,52%, UUS
29,40%, dan BUS 68,08%.

Risiko didefinisikan dalam salinan Peraturan OJK No.


65/POJK.03/2016 sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu
peristiwa. Selanjutnya, pada bagian artikel selanjutnya, mendefinisikan
manajemen risiko sebagai serangkaian metode dan proses yang digunakan

4
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari semua bisnis perbankan.

Manajemen risiko perbankan berlaku untuk semua aktivitas,


termasuk penyaluran kredit (pembiayaan). Fasilitas kredit adalah kegiatan
berdasarkan kepercayaan bank kepada debitur untuk menggunakan
sejumlah dana bank dan mengembalikannya pada waktu yang telah
disepakati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep three line of defense?
2. Bagaimana prinsip dan resiko bank syariah?
3. Bagaimana Urgensi Implementasi Three Lines of Defense dalam
Industri Perbankan Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana tantangan dan kendala implementasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep three line of defense.
2. Mengetahui prinsip dan resiko bank syariah .
3. Mengetahui Urgensi Implementasi Three Lines of Defense dalam
Industri Perbankan Syariah di Indonesia.
4. Mengetahui tantangan dan kendala implementasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Three Line of Defense


Menerapkan three lines of defense dengan membedakan antara fungsi bisnis
sebagai fungsi pemilik risiko, fungsi pemantauan risiko (risk monitoring) dan
fungsi memberikan independent assurance. Seluruh fungsi tersebut berperan
penting dalam memperkuat kapasitas operasional di semua tingkatan dan proses
bisnis Bank sebagai perangkat sistem anti fraud untuk mengurangi risiko
kecurangan.

Model three lines of defense adalah sebagai berikut:

• Garis pertahanan pertama

Garis pertahanan pertama adalah fungsi tingkat operasi dengan proses,


tanggung jawab, dan akuntabilitas untuk menilai, mengendalikan, dan memitigasi
risiko sembari mempertahankan pengendalian internal yang efektif.

• Garis pertahanan kedua

Lini pertahanan kedua adalah kontrol, manajemen risiko, kepatuhan, dan


fungsi serupa lainnya, memfasilitasi dan memantau efektivitas penerapan langkah-
langkah manajemen risiko yang dikeluarkan oleh fungsi-fungsi operasi ini sambil
membantu pemilik risiko untuk melaporkan semua informasi risiko dengan benar.

• Garis pertahanan ketiga

Garis pertahanan ketiga adalah fungsi audit internal, yang melalui pendekatan
berbasis risiko, memberikan jaminan tentang efektivitas tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian internal lintas fungsi fungsi manajemen dalam organisasi
(manajemen senior/dewan direksi dan komite), termasuk fungsi garis pertahanan
pertama dan kedua. Tiga baris fungsionalitas defensif meningkatkan manajemen
risiko:

6
Tiga garis pertahanan membantu organisasi memperkuat manajemen risiko
dengan mengalokasikan tanggung jawab risiko secara efektif di berbagai tingkatan
dan unit kerja. Setiap lini pertahanan memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko yang terkait dengan
operasinya.

Tingkatkan kepatuhan terhadap peraturan Di setiap organisasi, ada berbagai


peraturan dan ketentuan yang harus diikuti. Tiga garis pertahanan membantu
organisasi memastikan kepatuhan terhadap peraturan ini. Garis pertahanan kedua
bertindak sebagai pengawas independen yang memastikan kepatuhan terhadap
peraturan diamati. Garis pertahanan ketiga, fungsi audit internal, membantu
menilai dan memverifikasi kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, dan peraturan
internal.

Meningkatkan Pengendalian Internal Three lines of defense memainkan peran


penting dalam meningkatkan pengendalian internal organisasi. Lini pertahanan
pertama bertanggung jawab untuk melaksanakan pengendalian internal di setiap
unit kerja, sedangkan lini pertahanan kedua memastikan pengendalian internal
yang efektif dan memberikan arahan kepada lini pertahanan pertama. Garis
pertahanan ketiga, fungsi audit internal, mengevaluasi dan memverifikasi
keefektifan pengendalian internal organisasi.

Tingkatkan Akuntabilitas Tiga lini pertahanan membantu meningkatkan


akuntabilitas dalam organisasi. Dengan pembagian peran dan tanggung jawab
yang jelas antara lini pertahanan pertama, kedua dan ketiga, setiap tingkatan
organisasi akan bertanggung jawab atas manajemen risiko dan kepatuhan. Ini
membantu menciptakan budaya akuntabilitas di seluruh organisasi.

Mendukung pengambilan keputusan berbasis informasi Tiga Garis Pertahanan


memberi manajemen dan dewan informasi yang berharga dan independen untuk
pengambilan keputusan yang terinformasi. Garis pertahanan pertama memberikan
informasi tentang risiko yang terkait dengan operasi mereka. Garis pertahanan
kedua memberikan penilaian independen dan penilaian risiko. Garis pertahanan

7
ketiga, audit internal, memberikan jaminan independen atas manajemen risiko dan
kepatuhan dalam organisasi.

Dengan memiliki tiga lini pertahanan yang efektif, organisasi dapat


mengidentifikasi dan mengelola risiko dengan lebih baik, meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan, dan memperkuat kontrol internal. Ini membantu
organisasi mencapai tujuan strategisnya, melindungi kepentingan pemangku
kepentingan dan mengurangi potensi kerugian.

2.2 Prinsip dan Resiko Bank Syariah


Dalam proses penyelenggaraan perbankan syariah, dikenal beberapa
prinsip dasar dalam pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah. Prinsip-
prinsip dasar yang diuraikan dapat dinyatakan sebagai berikut:

1) Bebas Maghrib
a) Maysir
Maysir adalah kemudahan memperoleh kekayaan atau memperoleh harta
berdasarkan kebetulan, baik merampas hak orang lain maupun tidak. Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan
maysir sebagai transaksi yang tunduk pada situasi yang tidak pasti atau acak
(UU No. 21 Tahun 2008). Dapat disimpulkan bahwa maysir adalah transaksi
yang bergantung pada sesuatu yang tidak pasti dan mengandung unsur
perjudian, pertaruhan atau perjudian berisiko yang secara tegas dilarang dalam
hukum Islam (haram).
b) Gharar
Secara harfiah konsekuensi, bencana, bahaya, risiko, dll. Dalam Islam,
yang termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan unsur
curang, curang, atau kriminal. Dalam Al Quran, kata gharar dan turunannya
disebutkan sebanyak 27 kali dalam QS Ali-Imran/3:185 dan Al-Anfal/8: 49.

8
Dapat disimpulkan bahwa gharar adalah transaksi yang penuh dengan keragu-
raguan dan keragu-raguan.
c) Batil
dalam bahasa yang berarti larangan dan penegasan bahwa kata haram itu
sendiri diulang sebanyak 83 kali di dalam Al Quran, diantaranya QS Al-
Baqarah/2:173, QS An-Nahl/16:115, dan QS Al-Maidah/5:3. Dalam kegiatan
ekonomi, setiap orang harus menghindari segala sesuatu yang dilarang, baik
substansi maupun caranya, baik dalam bidang produksi, distribusi, maupun
konsumsi.
d) Ribbah
Riba adalah penambahan penghasilan yang batil dan haram ketika
melakukan transaksi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Tegasnya, inti
dari larangan riba dalam Islam adalah meniadakan risiko keuangan tambahan
yang ditimbulkan dalam transaksi moneter dan penjualan yang ditanggung
hanya oleh satu pihak, sementara pihak lain dijamin untung. Kezaliman (zulm)
yang terkandung dalam riba itulah yang dilarang keras oleh Islam.
e) Kesombongan
bahasa berarti kosong. Kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan larangan
berbohong seperti mengurangi berat badan, mencampur produk yang baik dan
buruk untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

2) Prinsip keyakinan dan kehati-hatian dalam pengelolaan perbankan syariah.


Salah satu kewajiban bank adalah menerima simpanan dalam bentuk giro,
tabungan, dan deposito berjangka yang diperlukan bank untuk menjalankan
usahanya tanpa dapat dijamin dengan modal bank. Oleh karena itu, untuk
menarik uang dari masyarakat, bank juga berusaha memperbarui penawaran
layanan perbankan mereka. Selain itu, bank sebagai salah satu komponen aktif
dalam menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan perekonomian nasional,
oleh karena itu dalam menjalankan aktivitasnya memerlukan kepercayaan
masyarakat dalam hal ini nasabah.

9
Prinsip dasar pengelolaan suatu lembaga keuangan khususnya bank adalah
asas kepercayaan (fiduciary relationship), yang disebut asas fundamental
karena operasional perbankan dilandasi oleh adanya trustee, kepercayaan
masyarakat. Asas kehati-hatian merupakan akibat hukum karena suatu
organisasi yang menghimpun uang dari masyarakat, suatu lembaga keuangan
atau lembaga keuangan harus dapat mengelola kegiatan usahanya sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, lembaga keuangan khususnya bank
melakukan studi kelayakan sebelum memberikan layanan kepada nasabahnya.

3) Prinsip kontrak
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui syariah, yaitu
perjanjian tertulis dengan kesepakatan (penawaran) dan qabul (penerimaan)
antara bank dengan pihak lain dengan hak dan kewajiban masing-masing
berdasarkan hukum Islam. Akad dinyatakan sah jika rukun-rukunnya telah
selesai. Ada tiga pilar kontrak, yaitu dua atau lebih pihak yang berkontrak,
subjek kontrak dan kata-kata kontrak. Akad dalam perbankan syariah tentunya
mengacu pada konsep bagi hasil yang membutuhkan pengelola yang saling
menguntungkan, dalam hal ini bank dan nasabah.

Sesuai dengan PBI No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen


Risiko Bagi Bank Umum Syariah. Ada sepuluh jenis risiko yang dihadapi
bank syariah, delapan di antaranya adalah risiko umum yang dihadapi bank
tradisional dan dua yang terakhir adalah risiko khusus bank syariah8.
Penambahan dua risiko ini sejalan dengan platform manajemen risiko yang
dikeluarkan oleh IFSB (Komisi Jasa Keuangan Syariah). Kesepuluh risiko
tersebut antara lain:

a. resiko kredit
Risiko ini timbul karena kegagalan atau kelalaian nasabah
atau pihak lain dalam melaksanakan kewajiban (komitmen) kepada
bank, atau disebut dengan risiko wanprestasi. Salah satu jenis

10
risiko kredit adalah risiko konsentrasi modal, yang timbul dari
konsentrasi modal pada satu atau sekelompok pihak.
b. Risiko pasar
Risiko ini timbul dari fluktuasi harga pasar (adverse
movement) dari portofolio aset yang dimiliki Bank dan berpotensi
memberikan dampak negatif bagi Bank. Jenis risiko pasar
termasuk risiko mata uang, risiko komoditas, risiko berjangka, dan
risiko suku bunga.
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas muncul dari ketidakmampuan bank
syariah untuk membayar utangnya yang jatuh tempo. Risiko ini
berasal dari jatuh tempo yang tidak merata antara sumber
pembiayaan (DPK) dengan kontrak pembiayaan bank debitur.
d. resiko operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian karena
pengendalian internal yang tidak memadai, kegagalan proses
internal, kegagalan sistem, dll. Jenis risiko operasional meliputi
risiko kepatuhan dan risiko bisnis.
e. risiko hukum
Terjadi karena proses hukum dan/atau kelemahan aspek hukum.
f. Risiko Reputasi
Terjadi karena menurunnya kepercayaan stakeholders
akibat persepsi negatif terhadap bank terutama dalam hal
pelayanan, pengelolaan dan kepatuhan terhadap aturan syariah.
g. risiko strategis
Terjadi sebagai akibat dari pengambilan dan/atau
pelaksanaan keputusan strategis yang salah, termasuk perubahan
lingkungan bisnis yang tidak terduga.
h. Risiko kepatuhan
Terjadi karena kegagalan bank untuk mematuhi dan/atau
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

11
termasuk ketidakpatuhan terhadap prinsip dan aturan Syariah.
i. risiko pengembalian
Risiko ini terjadi akibat perubahan tingkat pengembalian
yang dibayarkan bank kepada nasabah dan juga mempengaruhi
perilaku nasabah.
j. Risiko investasi
Risiko ini timbul karena bank ikut menanggung kerugian usaha
debitur yang dibiayai melalui pembiayaan profit and loss sharing
(PLS).

2.3 Urgensi Implementasi Three Lines of Defense dalam Industri Perbankan


Syariah di Indonesia.
Penerapan three lines of defense pada bank syariah di Indonesia meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:

Garis pertahanan pertama:

1. Pembagian tanggung jawab:

Bank syariah harus menetapkan tanggung jawab yang jelas untuk setiap unit kerja
untuk manajemen risiko, kepatuhan dan pengendalian internal di tingkat
operasional.

2. Identifikasi risiko:

Setiap unit kerja bank syariah harus mengidentifikasi risiko yang terkait dengan
aktivitasnya. Ini termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko
operasional khusus untuk bank syariah. 3. Penerapan Pengendalian Intern:

Unit kerja harus menetapkan pengendalian internal yang sesuai untuk mengurangi
risiko yang teridentifikasi. Ini termasuk prosedur operasional, pembagian tugas,
verifikasi transaksi, dan manajemen akses sistem.

4. Laporan risiko:

Setiap unit kerja harus melaporkan risiko yang teridentifikasi kepada lini
pertahanan kedua untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas tindakan
pengendalian. Garis pertahanan kedua:

12
1. Fungsi pemantauan risiko:

Bank syariah harus memiliki fungsi pemantauan risiko yang independen untuk
memantau penerapan dan efektivitas pengendalian risiko di seluruh organisasi.
Fungsi ini harus melibatkan tim tersendiri dan independen terhadap unit kerja
yang disupervisi.

2. Penilaian risiko:

Fungsi pemantauan risiko harus melakukan penilaian risiko secara berkala dan
komprehensif di semua bank syariah. Ini termasuk penilaian risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kepatuhan Syariah.

3. Pengujian pengendalian intern:

Fungsi pemantauan risiko harus melakukan pengujian pengendalian internal untuk


memastikan efektivitas dan kepatuhan terhadap pengendalian yang dilakukan oleh
unit kerja.

4. Laporan dan Rekomendasi:

Hasil penilaian risiko dan pemeriksaan pengendalian internal harus


dikomunikasikan kepada manajemen bank syariah dan dewan direksi. Fungsi ini
juga akan memberikan rekomendasi perbaikan dan tindakan korektif jika
diperlukan.

Lini Pertahanan Ketiga (Audit Internal):

1. Tinjauan independen:

Bank syariah harus memiliki fungsi audit internal yang independen untuk menilai
efektivitas pengendalian risiko dan kepatuhan di seluruh organisasi. Audit internal
harus dilakukan oleh tim yang terpisah dan independen dari unit kerja yang
diaudit.

2. Pemantauan berkelanjutan:

Auditor internal harus melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap


pengendalian internal, kepatuhan terhadap peraturan perbankan dan prinsip
syariah, serta manajemen risiko di bank syariah.

3. Penilaian risiko:

13
Auditor internal harus melakukan penilaian risiko independen untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko yang dihadapi bank syariah. Hasil penilaian
risiko harus digunakan untuk mengembangkan rencana.

2.4 Tantangan dan kendala implementasi


Menerapkan tiga garis pertahanan dalam perbankan syariah dapat
menghadirkan sejumlah tantangan dan hambatan.

Kesadaran dan komitmen kepemimpinan:

Salah satu tantangan utama dalam menerapkan tiga lini pertahanan adalah
memastikan kesadaran dan keterlibatan manajemen yang kuat di semua tingkatan
organisasi. Hal ini memerlukan dukungan dan komitmen manajemen senior yang
kuat untuk memastikan model ini diterapkan secara efektif dan komprehensif.

Budaya organisasi:

Penerapan three lines of defense juga terkait dengan perubahan budaya


organisasi. Ini dapat melibatkan perubahan pola pikir dan perilaku yang telah
tertanam dalam organisasi selama bertahun-tahun. Tantangan ini bisa datang
dalam bentuk penolakan terhadap perubahan, ketidaknyamanan dengan peran
baru, atau kurangnya pemahaman akan pentingnya model ini.

Koordinasi antar kementerian:

Model tiga garis pertahanan melibatkan kerja sama dan koordinasi yang
erat antara berbagai departemen dan fungsi dalam organisasi. Tantangan dapat
muncul dalam hal koordinasi yang efektif antara lini pertama (manajemen
operasi), lini kedua (manajemen risiko dan kepatuhan), dan lini ketiga (audit
internal). Penting untuk memastikan arus informasi yang lancar dan kolaborasi
yang efektif di antara mereka.

Sumber daya terbatas:

Penerapan tiga garis pertahanan memerlukan alokasi sumber daya yang


memadai, termasuk personel terlatih, teknologi yang diperlukan, dan sistem
pelaporan yang efektif. Keterbatasan sumber daya, baik dalam hal anggaran,
waktu, atau keterampilan teknis, dapat menjadi tantangan untuk penerapan penuh
model ini.

Kompleksitas regulasi:

Sektor perbankan syariah di Indonesia tunduk pada kerangka peraturan


yang ketat. Tantangan khusus dapat muncul dari interpretasi peraturan yang ada

14
yang kompleks dan bervariasi, yang dapat mempengaruhi implementasi dari three
lines of defense. Penting untuk memastikan pemahaman yang jelas dan kesesuaian
antara persyaratan peraturan dan model pertahanan tiga lini.

Menghadapi tantangan ini membutuhkan komitmen kepemimpinan yang


kuat, pendidikan dan kesadaran yang efektif di antara seluruh pemangku
kepentingan, dan adaptasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
unik industri perbankan syariah di Indonesia.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:

Three Lines of Defense (TLD) adalah model yang penting dalam


mengelola risiko dan memperkuat kapasitas operasional di semua
tingkatan dan proses bisnis bank. Dengan membedakan antara fungsi
bisnis sebagai pemilik risiko, fungsi pemantauan risiko, dan fungsi
memberikan jaminan independen, TLD membantu mengurangi risiko
kecurangan dan meningkatkan manajemen risiko.

Tiga garis pertahanan (garis pertama, kedua, dan ketiga) dalam


model TLD memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam
mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko yang terkait dengan
operasi bank. Mereka juga membantu meningkatkan kepatuhan terhadap
peraturan, meningkatkan pengendalian internal, meningkatkan
akuntabilitas, dan mendukung pengambilan keputusan berbasis informasi.

Implementasi TLD dalam industri perbankan syariah di Indonesia


penting karena mengikuti prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan
kegiatan perbankan syariah, seperti menghindari transaksi yang melanggar
prinsip-prinsip syariah seperti maysir, gharar, batil, riba, dan
kesombongan.

15
Bank syariah di Indonesia juga menghadapi sepuluh jenis risiko,
termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,
risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko
pengembalian, dan risiko investasi. Implementasi TLD membantu bank
syariah mengelola dan mengurangi risiko-risiko ini.

Dengan menerapkan model TLD dan mengikuti prinsip-prinsip


syariah, bank syariah di Indonesia dapat memperkuat manajemen risiko,
meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip dan aturan syariah, melindungi
kepentingan pemangku kepentingan, dan mencapai tujuan strategis
mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Baraba, A. (2003). Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin


Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2(3), 1–8.
https://doi.org/10.21098/bemp.v2i3.271

16
Fasa, M. I. (2016). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Li Falah
Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam, I(2), 36–53.

Kholid, M. (2018). Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam Undang-


Undang Perbankan Syariah. Asy-Syari’ah, 20(2), 145–162.
https://doi.org/10.15575/as.v20i2.3448

Supriadi, S., & Ismawati, I. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Perbankan


Syariah untuk Mempertahankan Loyalitas Nasabah. Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah. https://doi.org/10.30595/jhes.v0i0.7002

PricewaterhouseCoopers. (2019). The Three Lines of Defense: Internal Audit's


Role in Governance, Risk, and Control. Retrieved from
https://www.pwc.com/gx/en/services/audit-assurance/internal-audit-
governance-risk-control/three-lines-of-defense.html

Risk Management Association (RMA). (2013). RMA Governance, Risk


Management, and Compliance Handbook: A Comprehensive Guide for
Financial Institutions, Regulators, and Supervisors. Hoboken, NJ: John
Wiley & Sons.

Shariatmadar, A. (2018). The Three Lines of Defense in Effective Risk


Management and Control. Journal of Corporate Accounting & Finance,
29(5), 25-32.

The Institute of Risk Management (IRM). (2017). Risk Management Standard.


London, UK: IRM

Association of Certified Fraud Examiners. (2017). Fraud Examiners Manual.


Austin, TX: Association of Certified Fraud Examiners.

Basel Committee on Banking Supervision. (2018). Corporate Governance


Principles for Banks. Basel, Switzerland: Bank for International Settlements.

17
18

Anda mungkin juga menyukai