Anda di halaman 1dari 42

SISTEM KERJA PEGADAIAN, PERUSAHAAN ASURANSI,

DAN ANJAK PIUTANG SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN


MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Lembaga Keuangan
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Budiman, S.E., M.Si., M.M

Anggota Kelompok 9 :
Sofhie Herista Charliana 1219240218
Wulan Febrianti Nurhasanah 1219240242
Zacky Maeisa Rimbawan 1219240247

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN
BANDUNG 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Karena
atas izin dan kuasa-Nya serta keridhoan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Kerja Pegadaian, Perusahaan Asuransi, dan Anjak
Piutang Sebagai Lembaga Keuangan” yang disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Lembaga Keuangan. Tidak lupa pula shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpah curah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
beserta keluarganya, sahabatnya hingga kita ummatnya di akhir zaman.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas moral dan materil yang diberikan
dalam proses penyusunan makalah ini kepada orang tua serta teman-teman kelompok
9 yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Budiman, S.E., M.Si., MM.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Lembaga Keuangan.
Besar harapan kami, semoga informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun akan kami sambut dengan
senang hati agar kami dapat membuat makalah lebih baik lagi dikemudian hari.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 05 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................................. 3

1.4 Manfaat Penulisan Makalah ................................................................ 3

1.5 Sistematika Penulisan Makalah ........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Konsep Pegadaian ............................................................................... 5

2.1.1 Definisi Pegadaian ......................................................................... 5

2.1.2 Dasar Hukum Pegadaian................................................................ 6

2.1.3 Karakteristik Pegadaian ................................................................. 7

2.1.4 Tujuan Pegadaian........................................................................... 8

2.1.5 Manfaat Pegadaian......................................................................... 8

2.1.6 Kegiatan Usaha dalam Pegadaian................................................ 10

2.1.7 Sistem Kerja Pegadaian ............................................................... 12

2.1.8 Proses Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai ................................. 14

2.2 Konsep Perusahaan Asuransi ............................................................. 16

2.2.1 Definisi Asuransi ......................................................................... 16

iii
2.2.2 Definisi Perusahaan Asuransi ...................................................... 17

2.2.3 Dasar Hukum Perusahaan Asuransi ............................................. 18

2.2.4 Karakteristik Perusahaan Asuransi .............................................. 19

2.2.5 Fungsi Perusahaan Asuransi ........................................................ 21

2.2.6 Jenis-Jenis Perusahaan Asuransi .................................................. 22

2.2.7 Sistem Kerja Perusahaan Asuransi .............................................. 25

2.3 Konsep Anjak Piutang ....................................................................... 26

2.3.1 Definisi Anjak Piutang................................................................. 26

2.3.2 Dasar Hukum Anjak Piutang ....................................................... 27

2.3.3 Karakteristik Perusahaan Anjak Piutang ..................................... 28

2.3.4 Manfaat Anjak Piutang ................................................................ 29

2.3.5 Jenis-Jenis Anjak Piutang ............................................................ 31

2.3.6 Sistem Kerja Perusahaan Anjak Piutang...................................... 33

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 35

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 35

3.2 Saran ............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini membahas mengenai sistem kerja pengadaian, perusahaan
asuransi, dan anjak piutang sebagai lembaga keuangan memerlukan pemahaman
mendalam tentang masing-masing entitas keuangan tersebut. Berikut Tiga entitas
keuangan tersebut:

1. Sistem Kerja Pengadaian

Pengadaian adalah lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kepada individu


atau perusahaan dengan menggunakan aset berharga sebagai jaminan. Aset tersebut
dapat berupa emas, perhiasan, sertifikat deposito, atau barang berharga lainnya.
Prosesnya melibatkan penilaian nilai aset, penentuan jumlah pinjaman yang
diberikan berdasarkan nilai aset, dan pembayaran kembali pinjaman beserta bunga
untuk mendapatkan kembali aset tersebut.

2. Perusahaan Asuransi

Perusahaan asuransi adalah entitas yang menyediakan perlindungan finansial


dengan cara memberikan polis asuransi kepada individu atau perusahaan. Dalam
pertukaran pembayaran premi, perusahaan asuransi menawarkan kompensasi atau
penggantian atas kerugian, cedera, atau risiko yang dijamin oleh polis asuransi,
seperti kecelakaan, penyakit, atau kerusakan properti.

3. Anjak Piutang

Anjak piutang adalah proses menjual piutang kepada pihak lain dengan harga
diskon. Perusahaan atau individu yang membutuhkan dana dengan cepat dapat
menjual piutangnya kepada lembaga anjak piutang untuk mendapatkan

1
2

pembayaran tunai yang segera. Lembaga anjak piutang kemudian akan


mengumpulkan pembayaran dari pihak yang berutang tersebut.

Latar belakang dari masing-masing entitas tersebut melibatkan pemahaman


mendalam tentang regulasi dan hukum. Setiap entitas keuangan tersebut tunduk pada
peraturan dan regulasi yang berbeda. Misalnya, pengadaian diatur oleh undang-undang
yang berkaitan dengan jaminan dan pinjaman, sementara perusahaan asuransi tunduk
pada regulasi yang berbeda tergantung pada jenis asuransi yang mereka tawarkan.
Pengetahuan tentang kerangka regulasi sangat penting dalam menjelaskan bagaimana
mereka beroperasi.

Kemudian, risiko dan manajemennya. Semua entitas keuangan memiliki risiko


yang terkait dengan operasi mereka. Pengadaian, misalnya, memiliki risiko penurunan
nilai aset jaminan, sementara perusahaan asuransi menghadapi risiko klaim yang
tinggi. Pemahaman yang baik tentang bagaimana mereka mengelola dan memitigasi
risiko ini penting dalam membahas keandalan dan keberlanjutan operasi mereka.

Selanjutnya, kontribusi terhadap ekonomi. Setiap entitas keuangan memiliki


peran khusus dalam ekonomi. Pengadaian dapat membantu individu atau bisnis kecil
memperoleh akses ke modal, perusahaan asuransi membantu dalam melindungi
kekayaan, sementara lembaga anjak piutang memfasilitasi likuiditas.

Makalah yang membandingkan atau menganalisis peran, fungsi, risiko, dan


kontribusi ekonomi dari ketiga entitas keuangan ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih luas tentang sistem keuangan secara keseluruhan. Terlebih lagi, melibatkan
data empiris, studi kasus, dan perkembangan terkini dalam industri ini akan
memperkaya analisis dalam makalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkakan uraian pada latar belakang di atas penyusun merumuskan
masalah sebagai berikut:
3

1. Bagaimana konsep dari Pegadaian?


2. Bagaimana sistem kerja dari Pegadaian?
3. Bagaimana konsep dari Perusahaan Asuransi?
4. Bagaimana sistem kerja dari Perusahaan Asuransi?
5. Bagaimana konsep dari Anjak Piutang?
6. Bagaimana sistem kerja dari Anjak Piutang?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan merupakan hal yang akan dicapai atau dihasilkan, berupa target dan
pencapaian keberhasilan. Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui konsep dari Pegadaian.


2. Mengetahui sistem kerja dari Pegadaian.
3. Mengetahui konsep dari Perusahaan Asuransi.
4. Mengetahui sistem kerja dari Perusahaan Asuransi.
5. Mengetahui konsep dari Anjak Piutang.
6. Mengetahui sistem kerja dari Anjak Piutang.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat merupakan kegunaan hasil dari makalah yang telah dibuat untuk
kedepannya agar lebih baik. Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penyusun

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang


nantinya akan digunakan sebagai dasar perbaikan diri dalam meningkatkan
kualitas untuk menyelesaikan tugas akhir serta memberikan pemahaman lebih
mengenai materi yang di bahas.

2. Bagi Pembaca

Makalah tentang “Sistem kerja pengadaian, perusahaan asuransi, dan anjak


piutang sebagai lembaga keuangan” dapat memberikan pemahaman yang lebih
4

komprehensif tentang bagaimana masing-masing lembaga keuangan tersebut


beroperasi, termasuk proses, aturan, dan praktik-praktik yang terlibat dalam
sistem mereka. Pembaca dapat memperoleh wawasan yang baik tentang
perbedaan dan persamaan antara pengadaian, perusahaan asuransi, dan anjak
piutang. Ini membantu dalam memahami peran dan fungsi masing-masing
lembaga keuangan dalam konteks yang lebih luas.

1.5 Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan mengemukakan garis besar isi setiap bab yang disusun
secara sistematis. Sistematika penulisan berguna untuk mempermudah pemahaman
dalam laporan penelitian. Penulis menyusun laporan penelitian ini secara sistematis
yang terbagi dalam bab dan sub bab, dengan rincian sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan


makalah, manfaat penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
2. Bab II Tinjauan Pustaka: konsep pegadaian, sistem kerja pegadaian, konsep
perusahaan asuransi, sistem kerja perusahaan asuransi, konsep anjak
piutang, sistem kerja anjak piutang.
3. Bab III Penutup: Kesimpulan dan Saran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pegadaian


2.1.1 Definisi Pegadaian
Menurut OJK-Pedia, Pegadaian merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang meminjamkan uang atau menerima uang dengan menerima
barang sebagai barang jaminan dari peminjam. Barang tersebut dapat berupa perhiasan,
alat-alat elektronik, maupun sertifikat rumah. Menurut Indra (2009), Pegadaian
merupakan suatu badan atau organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa
peminjaman uang dengan menggadaikan suatu barang sebagai jaminannya.

Nasabah yang ingin mendapatkan uang pinjaman harus menggadaikan barang


sebagai jaminan. Baru kemudian pihak pegadaian memberikan pinjaman uang
sebanding dengan nilai jaminan barangnya. Tiap peminjaman memiliki jangka waktu
berlaku. Nasabah dapat melunasi pinjamannya atau menebus barangnya sesuai dengan
jumlah pinjaman sebelum jangka waktu tersebut habis. Jika pinjaman tidak lunas
dibayar sampai jangka waktu habis, maka barangnya akan hangus. Jika sudah hangus,
maka barang tidak bisa ditebus dan akan dilelang oleh pihak pegadaian.

Pegadaian juga bekerja sama dengan beberapa pihak di luar untuk


mempermudah dalam hal proses transaksi yaitu dengan beberapa toko atau supplier
barang–barang terkemuka. Dalam hal ini pegadaian melakukan kerja sama untuk
mendapatkan informasi harga barang di pasaran yang nantinya dapat digunakan
sebagai acuan pada proses penaksiran harga barang gadai. Adapun, pengertian gadai
dan perusahaan umum pegadaian di Indonesia adalah sebagai berikut:

5
6

1. Gadai
Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai merupakan
hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak.
2. Perusahaan umum penggadaian
Perusahaan umum penggadaian merupakan satu–satunya badan usaha di
Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan
lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana
kemasyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksudkan dalam kitab Undang
– Undang hukum perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya memberi
pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak
dirugikan kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan
kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.

2.1.2 Dasar Hukum Pegadaian


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 178 tahun 1961 Pasal 5 yaitu
bertujuan membangun ekonomi nasional dibidang perkreditan dengan dasar
hukum gadai mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketenteraman menuju
masyarakat adil dan makmur materiil dan spritual.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 178 tahun 1961 Pasal 6 yaitu
menjelaskan perusahaan berusaha dalam lapangan perkreditan atas dasar
hukum gadai dengan tanggungan barang-barang gerak dengan cara yang
mudah, cepat, aman dan hemat, sehingga dengan demikian ikut serta
mencegah adanya lintah darat, ijon, pegadaian gelap dan praktek riba lainnya.
3. Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 bahwa gadai adalah suatu hak
yang diperoleh oleh pihak yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan oleh pihak yang berutang
kepada pihak yang berpiutang. Pihak yang berutang memberikan kekuasaan
kepada pihak yang mempunyai piutang untuk memiliki barang bergerak
7

tersebut apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada
saat berakhirnya jangka waktu pinjaman.

2.1.3 Karakteristik Pegadaian


Pegadaian memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bank atau
lembaga keuangan lainnya sebagai berikut:

1. Pinjam-meminjam

Kegiatan di Pegadaian yang paling dominan adalah utang-piutang. Aktivitas


pinjam-meminjam menjadi hal utama yang menjalankan roda lembaga ini. Dalam
kegiatan pinjam-meminjamnya, Pegadaian juga memiliki syarat dan ketentuan
yang harus dipenuhi sesuai perjanjian.

2. Jaminan

Mengajukan pinjaman di Pegadaian tidak bisa tanpa jaminan. Peminjam harus


menyerahkan barang berharga yang bernilai jual untuk ditukarkan dengan dana cair
dari pegadaian. Jaminan tersebut harus berupa barang bergerak, seperti emas,
televisi, ataupun ponsel. Nilai pinjaman yang akan diperoleh peminjam tergantung
pada taksiran dari harga benda jaminan yang peminjam bawa.

3. Benda Gadai Dikuasai Pegadaian

Selama peminjam belum mengembalikan dana hasil penggadaian barang


berharganya, maka peminjam belum bisa mendapatkan kembali jaminannya. Hak
penguasaan benda jaminan tersebut sepenuhnya dipegang oleh Pegadaian dan baru
dikembalikan kepada peminjam setelah peminjam melunasi utang. Namun jika
dalam jangka waktu perjanjian peminjam tidak dapat mengembalikan uang
yang dipinjam, maka benda jaminan tersebut akan menjadi milik Pegadaian.
8

2.1.4 Tujuan Pegadaian


Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya yaitu menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan. Sifat lainnya yaitu memberi pinjaman untuk jangka waktu pendek, yaitu
berkisar antara 3 sampai 6 bulan dalam jumlah yang relatif kecil. Pinjaman jangka
menengah dan panjang tidak diberikan oleh pegadaian.

Menurut Soemitra dan Qomariah yang dikutip dalam buku Lembaga Keuangan
Bank Dan Non Bank susunan Nurul Ikhsanti, dkk, tujuan Pegadaian di antaranya
sebagai berikut:

1. Turut melaksanakan dan mendukung pelaksanaan kebijakan dan program


pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pembiayaan atau pinjaman atas dasar hukum gadai.
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring
pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi
dijerat pinjaman atau pembiayaan berbasis bunga.
4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat yang
mudah.
5. Melakukan kegiatan lainnya, yaitu: pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa
taksiran, sertifikasi, perdagangan logam mulia serta batu permata, jasa
transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi pinjaman,
serta usaha lain yang sesuai dengan aturan.

2.1.5 Manfaat Pegadaian


1. Bagi Nasabah

Manfaat utama yang diperoleh oleh nasabah yang meminjam dari perum
pegadaian adalah ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif lebih
9

sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat terutama apabila dibandingkan
dengan kredit perbankan. Maka nasabah juga mendapatkan manfaat berupa:

a. Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari pihak atau institusi yang
telah berpengalaman dan dapat dipercaya. Penafsiran atas suatu barang
antara penjual dan pembeli sering sulit dilakukan sampai pada suatu
kesepakatan yang sama. Untuk mengatasi perbedaan persepsi atas nilai
suatu barang, kedua belah pihak bisa menghubungi perum pegadaian
sebagai pihak yang netral untuk melakukan penaksiran atas barang
tersebut.
b. Penitipan suatu barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat
dipercaya. Nasabah yang akan berpergian, merasa kurang aman
menempatkan barang bergeraknya di tempat sendiri, atau tidak
mempunyai sarana penyimpanan suatu barang bergerak, dapat
menitipkan barangnya di perum pegadaian.
2. Bagi Perum Pegadaian

Manfaat yang diharapkan dari perum pegadaian sesuai jasa yang


diberikan kepada nasabahnya yaitu:

a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh


peminjam dana.
b. Penghasilan yang bersumber dari biaya yang dibayarkan oleh nasabah
memperoleh jasa tertentu dari Pegadaian.
c. Pelaksanaan misi Pegadaian sebagai suatu Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan
kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara
yang relatif sederhana.
d. Mendapatkan laba atau keuntungan dari masyarakat. Berdasarkan
peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh oleh
10

Pegadaian digunakan untuk dana pembangunan semesta (55%),


cadangan umum (20%), cadangan tujuan (5%) dan dana sosial (20%).

2.1.6 Kegiatan Usaha dalam Pegadaian


Kegiatan usaha Perum Pegadaian dapat diklasifikasikan menjadi tiga, antara
lain:

1. Penghimpunan Dana

Dana yang diperlukan oleh Perum Pegadaian untuk melakukan kegiatan


usahanya berasal dari:

a. Pinjaman jangka pendek dari perbankan


Dana jangka pendek sebagian besar dalam bentuk ini (sekitar 80% dari total
dana jangka pendek yang dihimpun).
b. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekanan, utang
kepada nasabah, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima di muka, dan lain-lain).
c. Penerbitan obligasi
Sampai dengan tahun 1994, Perum Pegadaian sudah 2 kali menerbitkan
obligasi yang jangka waktunya masing-masing 5 tahun. Penerbitan
pertama adalah pada tahun 1993 sebesar Rp25 miliar dan penerbitan yang
kedua kalinya adalah pada tahun 1994 juga sebesar Rp25 miliar, sehingga
sampai dengan tahun 1994 total nilai obligasi yang telah diterbitkan adalah
Rp50 miiliar.
d. Modal sendiri
Modal sendiri yang dimiliki Perum Pegadaian terdiri dari:
1) Modal awal, yakni kekayaan negara di luar APBN sebesar Rp 205
miliar
2) Penyertaan modal pemerintah
11

3) Laba ditahan, yakni laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak
perusahaan pegadaian ini berdiri pada masa Hindia Belanda.
2. Penggunaan Dana

Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai


kegiatan usaha Perum Pegadaian, di antaranya:

a. Uang kas dan dana likuid lain.


b. Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap dan inventaris
c. Pendanaan kegiatan operasional
d. Penyaluran dana
e. Investasi lain.
3. Produk dan Jasa Perum Pegadaian

Berikut adalah beberapa produk dan jasa yang disediakan oleh Perum
Pegadaian.

a. Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai


Jumlah atau nilai pinjaman yang diberikan masing-masing peminjam
sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak yang akan digadaikan.
Pinjaman ini pada dasarnya adalah kredit jangka pendek dengan
memberikan pinjaman uang tunai dari Rp10.000 hingga Rp20.000.000
dengan jaminan benda bergerak (perhiasan emas, alat rumah tangga,
kendaraan, barang elektronik, dan sebagainya) dengan prosedur mudah dan
layanan cepat.
b. Penaksiran nilai barang
Jasa ini diberikan oleh perum pegadaian karena perusahaan ini mempunyai
peralatan penaksir serta petugas-petugas yang sudah berpengalaman dan
terlatih dalam menaksir nilai suatu barang yang akan digadaikan. Atas jasa
penaksiran yang diberikan, perum pegadaian memperoleh penerimaan dari
pemilik barang berupa ongkos penaksiran.
12

c. Jasa lain
1) Penjualan koin emas ONH, yaitu emas yang berbentuk koin yang bisa
digunakan untuk tujuan persiapan dana pergi haji bagi pembelinya.
2) Krasida yaitu Kredit Angsuran Sistem Gadai yang diberikan kepada
para pengusaha mikro dan kecil (dalam rangka mengembangkan usaha)
atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui
angsuran.
3) Kreasi yaitu Kredit Angsuran Fidusia, pinjaman kepada para pengusaha
mikro dan kecil (dalam rangka pengembangan usaha) dengan
konstruksi penjaminan secara fidusia dan pengembalian pinjamannya
dilakukan melalui angsuran.
4) Kresna atau Kredit Serba Guna merupakan pemberian pinjaman kepada
pegawai atau karyawan dalam rangka kegiatan produktif/konsumtif
dengan pengembalian secara angsuran.
5) Galeri 24 yaitu toko emas yang khusus merancang desain dan menjual
perhiasan emas dengan sertifikat

2.1.7 Sistem Kerja Pegadaian


Sistem kerja pegadaian adalah peminjam memberikan barang berharga sebagai
jaminan untuk mendapatkan pinjaman uang tunai dari lembaga pegadaian. Biasanya,
barang berharga tersebut adalah perhiasan, emas, atau barang berharga lainnya.
Lembaga pegadaian akan menilai nilai barang tersebut dan memberikan pinjaman
berdasarkan nilai jaminan tersebut.

Peminjam kemudian harus membayar kembali pinjaman beserta bunga dalam


jangka waktu tertentu. Jika peminjam tidak dapat melunasi pinjaman, lembaga
pegadaian memiliki hak untuk menjual barang jaminan tersebut untuk mendapatkan
kembali uang yang dipinjam. Pegadaian umumnya digunakan sebagai solusi pinjaman
cepat dalam situasi darurat atau saat seseorang membutuhkan dana tambahan.
13

Berdasarkan sistem kerjanya, Pegadaian terbagi atas dua kategori yaitu konvensional
dan syariah.

A. Pegadaian Konvensional

Pada dasarnya, cara kerja Pegadaian Konvensional hampir sama dengan bank.
Debitur harus menyiapkan barang untuk digadaikan, misalnya, perhiasan emas,
kendaraan, surat berharga, dan lain sebagainya kemudian mendatangi kantor
cabang terdekat. Selanjutnya, petugas Pegadaian akan menaksir harga barang yang
digadaikan dengan memberikan pinjaman uang dengan jangka waktu maksimal
empat bulan. Pihak Pegadaian juga akan mengenakan bunga untuk jumlah nominal
yang dipinjamkan. Debitur baru bisa mengambil barang jaminan tersebut jika sudah
melunasi pinjaman dan membayar bunganya.

B. Pegadaian Syariah

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, debitur cukup


menyerahkan harta geraknya (emas, kendaraan, surat berharga, dan lain
sebagainya) kepada pihak Pegadaian selaku kreditur. Kemudian petugas Pegadaian
akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut, yang mana nantinya akan
dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (biaya jasa) dan
uang pinjaman yang dapat diberikan.

Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang
telah ditetapkan oleh Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan
adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang. Setelah melalui tahapan ini,
Pegadaian Syariah dan nasabah akan melakukan akad dengan kesepakatan berikut:

• Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama


maksimum empat bulan.
14

• Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90, - (sembilan puluh


rupiah) dari kelipatan taksiran Rp 10.000, - per 10 hari yang dibayar
bersamaan pada saat melunasi pinjaman.
• Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian
pada saat pencairan uang pinjaman.

2.1.8 Proses Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai


1. Mengisi Formulir

Berikut adalah contoh formulir yang digunakan untuk menggadaikan barang


di Perum Pegadaian.

2. Cara Penaksiran

Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung pada nilai barnag


yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon peminjam terlebih
dulu harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir. Petugas penaksir adalah
orang-orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman
dalam melakukan penaksiran barang-barang yang akan digadaikan. Pedoman
15

penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah sebagai


berikut:

a. Barang kantong, misalnya Emas


1) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar
taksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Harga
pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan harga yang terjadi.
2) Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.
3) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
b. Barang Gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-lain)
1) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.
Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan harga yang terjadi.
2) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
3. Pemberian Pinjaman

Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama dengan
besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah nilai taksiran ditentukan, maka
petugas menentukan jumlah uang pinjaman yang dapat diberikan. Penentuan
jumlah uang pinjaman ini juga berdasarkan persentase tertentu terhadap nilai
taksiran, dan persentase ini juga telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian
berdasarkan golongan yang besarnya berkisar antara 80-90%.

4. Pelunasan

Nasabah dapat melunasi kewajibannya setiap saat tanpa harus menunggu


tanggal jatuh tempo. Pelunasan pinjaman besesrta sewa modalnya (bunga)
dibayarakan langsung ke kasir disertai surat gadai. Setelah adanya pelunasan
atau penebusan yang disertai pemenuhan kewajiban nasabah yang lain, nasabah
dapat mengambil kembali barang yang digadaikan.
16

5. Pelelangan

Pelelangan adalah penjualan barang yang digadai, dilakukan oleh Perum


pegadaian pada saat yang telah ditentukan di muka apabila hal-hal berikut ini
terjadi:

a. Pada saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus
barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena
berbagai alasan.
b. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
memperpanjang batas waktu pinjamannya karena berbagai alasan.

Hasil pelelangan barang akan digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban


nasabh berupa; pokok pinjaman, sewa modal atau bunga, dan biaya lelang.

2.2 Konsep Perusahaan Asuransi


2.2.1 Definisi Asuransi
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya aktivitas
yang berkaitan dengan finansial, risiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari.
Salah satu hal yang dapat meminimalisir risiko tersebut adalah dengan asuransi.
Asuransi menguntungkan kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang
harus disisihkan untuk menutupi kerugian akibat berbagai risiko yang didapat. Adapun,
beberapa definisi mengenai asuransi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut M. Nur Rianto (2012:212) asuransi adalah sebuah mekanisme


perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila mengalami risiko di masa yang akan
datang dimana pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan ganti rugi
dari pihak penanggung.

Menurut Julius R. Latumaerissa (2011:447) mendefinisikan asuransi sebagai


suatu perjanjian dimana terdapat pihak tertanggung yang membayar premi kepada
17

pihak penanggung guna mendapatkan penggantian karena suatu keinginan, kerusakan,


atau kehilangan keuntungan yang tidak diharapkan yang kemungkinannya tidak pasti
akan terjadi di masa yang akan datang.

Sementara menurut Ktut Silvanita (2009:40) asuransi merupakan suatu


permintaan dimana satu pihak memiliki intensif untuk mentrasfer risiko dengan
membayar sejumlah dana untuk menjauhi atau menghindari risiko kehilangan sejumlah
harta yang dimilikinya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan


suatu mekanisme perlindungan terhadap harta yang dimiliki dimana didalamnya
terdapat pihak tertanggung yang membayar sejumlah dana kepada pihak penanggung
guna mendapatkan penggantian rugi atas risiko yang mungkin akan terjadi di masa
yang akan datang.

2.2.2 Definisi Perusahaan Asuransi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008, perusahaan asuransi
merupakan perusahaan yang menyelenggarakan usaha di bidang asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Sementara, menurut Otoritas Jasa Keuangan, perusahaan asuransi
merupakan perusahaan yang memberikan jasa pertanggungan risiko dengan
memberikan penggantian akibat kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis dikarenakan terjadinya sesuatu yang tidak pasti.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan asuransi adalah


lembaga keuangan non-bank yang menawarkan jasa proteksi untuk melindungi orang
atau perusahaan dari kerugian finansial dengan mendapatkan imbal balik dari
pembayaran premi asuransi. Perusahaan asuransi adalah pihak yang akan
menanggung risiko, sedangkan nasabah atau pemegang polis merupakan pihak yang
tertanggung. Dalam bisnis asuransi, nasabah akan membayarkan premi secara berkala
18

untuk memperoleh perlindungan dalam bentuk penggantian kerugian atas aset yang
diasuransikan.

2.2.3 Dasar Hukum Perusahaan Asuransi


1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 merupakan


dasar hukum utama yang mengatur dan menentukan segala kegiatan asuransi.
Melihat isi dari UU No.2 Tahun 1992, di dalamnya memuat peraturan tentang
usaha perasuransian. Dasar-dasar dibentuknya undang-undang yang berlaku
ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan
amanat Pancasila dan UUD 1945, meninjau bahwa asuransi adalah salah satu
upaya dalam menanggulangi risiko tertentu yang dihadapi oleh masyarakat
sekaligus berperan dalam menghimpun dana dari masyarakat.

2. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Pasal 1320 dan Pasal 1774

Undang-Undang Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1774 menyatakan bahwa
asuransi mengandung unsur perjanjian antara dua belah pihak di dalamnya.
Sebagaimana dalam KUHP bagian dua menjelaskan bab tentang syarat-syarat
terjadinya suatu perjanjian yang sah. Di mana hal tersebut dirinci dan
dijelaskan dalam salah satu pasal, yaitu Pasal 1320 yang menyebutkan bahwa
“Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yaitu kesepakatan mereka
yang mengikatkan dirinya, kecakapan dalam membuat suatu perikatan, suatu
pokok persoalan tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang.”

3. KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) Bab 9 Pasal 246

Penjelasan secara umum dalam pasal 246 akan sangat terlihat kemiripannya
dengan UU No.2 Tahun 1992. Disebutkan pada Bab 9 KUHD secara
menyeluruh menjelaskan tentang ketentuan tentang jenis pertanggungan dari
asuransi, batas maksimal pertanggungan yang diberikan asuransi, prosedural
19

proses pertanggungan yang berlaku, penyebab batalnya proses pertanggungan,


dan pertanggungan disusun secara tertulis dalam suatu akta atau polis asuransi.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 membahas ketentuan yang


mengatur tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. Peraturan pemerintah
terbentuk atas dasar tujuan asuransi yang secara prinsip mampu mendorong
tumbuhnya pembangunan nasional Indonesia. Kegiatan usaha perasuransian
berjalan sesuai dengan yang tercantum pada hukum yang berlaku dan mengatur
perusahaan perasuransian yang ada di Indonesia agar berkembang dengan baik.
Selain itu, sesuai dengan landasan maupun prinsip usaha yang sehat dan
bertanggung jawab.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999

Peraturan Pemerintah ini merupakan perubahan pertama dari Peraturan


Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Tujuan yang dimuat dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
peraturan sebelumnya yaitu tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari akan adanya perkembangan
kegiatan usaha perasuransian yang terus mengalami perubahan, serta
perubahan situasi perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan diperlukannya
penyesuaian terhadap peraturan pelaksanaan usaha asuransi yang telah berlaku.

2.2.4 Karakteristik Perusahaan Asuransi


Karakteristik perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan antara lain:

1. Prinsip Asuransi

Perusahaan asuransi beroperasi berdasarkan prinsip asuransi, di mana risiko


ditransfer dari individu atau entitas kepada perusahaan asuransi. Dalam
20

pertukaran premi, perusahaan asuransi menjanjikan perlindungan finansial jika


terjadi kerugian atau insiden tertentu.

2. Premi

Perusahaan asuransi mengumpulkan premi dari pemegang polis sebagai


kompensasi atas perlindungan asuransi yang mereka berikan. Premi ini dapat
dibayarkan secara berkala (misalnya bulanan atau tahunan).

3. Risiko dan Diversifikasi

Perusahaan asuransi mengelola risiko dengan mengumpulkan premi dari


banyak pemegang polis dan mendiversifikasikan risiko tersebut. Hal ini berarti
bahwa kerugian dari satu pemegang polis dapat ditutupi oleh keuntungan dari
yang lain, sehingga mengurangi risiko keuangan perusahaan.

4. Ketentuan dan Polis

Perusahaan asuransi mengeluarkan polis yang berisi ketentuan dan syarat-


syarat perlindungan asuransi. Polis ini menjelaskan apa yang akan dicakup oleh
asuransi, premi yang harus dibayarkan, serta batasan dan pengecualian tertentu.

5. Keuangan dan Investasi

Perusahaan asuransi menginvestasikan premi yang mereka kumpulkan untuk


menghasilkan pendapatan tambahan. Investasi ini membantu perusahaan
memenuhi kewajiban klaim yang mungkin muncul di masa depan.

6. Diversifikasi Produk

Perusahaan asuransi dapat menawarkan berbagai produk asuransi, termasuk


asuransi jiwa, kesehatan, properti, dan banyak lagi, untuk memenuhi berbagai
kebutuhan pemegang polis.
21

2.2.5 Fungsi Perusahaan Asuransi


Perusahaan asuransi sebagai lembaga yang menanggung risiko dari nasabah
tentu memiliki serangkaian fungsi. Berikut ini lima fungsi dari perusahaan asuransi
yaitu:

1. Melindungi Perusahaan dari Kebangkrutan

Setiap perusahaan tentu memiliki risiko bisnis yang perlu diminimalisir. Tidak
heran perusahaan akan mengansuransikan aset berharga mereka untuk
menghindari risiko yang tidak diinginkan terjadi. Perusahaan dapat
mengasuransikan aset, stok barang, atau tenaga kerja yang dimiliki kepada
perusahaan asuransi agar mendapatkan kompensasi jika sesuatu yang buruk
terjadi. Dengan demikian, perusahaan tidak perlu memiliki kekhawatiran
berlebihan akibat risiko kerugian yang telah diminimalisir.

2. Membantu Perekonomian

Perusahaan asuransi memiliki peran dalam membantu perekonomian


nasional. Hal tersebut dikarenakan pihak yang tertanggung akan dapat lebih
cepat bangkit ketika kerugian atau musibah terjadi. Seseorang atau sebuah
perusahaan yang memiliki asuransi akan membutuhkan dana yang lebih sedikit
untuk menutup kerugian. Pemulihan yang lebih cepat turut akan berdampak
terhadap perekonomian yang lekas pulih.

3. Lembaga Investasi

Sebagai penjamin risiko, perusahaan asuransi turut bertindak sebagai lembaga


investasi. Pada beberapa perusahaan asuransi, mereka mengizinkan nasabah
untuk dapat melakukan penarikan dana ketika klaim tidak pernah dilakukan
sama sekali.
22

4. Mengalihkan Risiko

Perusahaan asuransi merupakan lembaga yang memiliki tugas dalam


memberikan jaminan risiko bagi nasabah. Dengan membayarkan premi
asuransi setiap bulan, nasabah akan mendapat keuntungan perlindungan
terhadap risiko yang dapat terjadi di masa depan. Dengan demikian, perusahaan
asuransi berfungsi dalam mengalihkan risiko nasabah tersebut.

5. Pemberian Ganti Rugi yang Sesuai

Dalam memberikan penawaran, perusahaan asuransi akan menawarkan pilihan


iuran premi sesuai dengan profil nasabah. Dengan kata lain, ganti rugi yang
diberikan oleh perusahaan asuransi akan didasarkan pada biaya premi
bulanan. Nasabah tidak perlu khawatir untuk mendapatkan pertanggungan
yang lebih rendah dari iuran premi yang dibayarkan.

2.2.6 Jenis-Jenis Perusahaan Asuransi


Semakin berkembang industri asuransi membuat eksistensi perusahaan
asuransi semakin menjamur. Tidak heran terdapat beberapa jenis perusahaan asuransi
yang tergantung dari ranah risiko yang menjadi pertanggungannya. Berikut ini jenis-
jenis dari perusahaan asuransi yaitu:

1. Perusahaan Asuransi Jiwa

Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang menawarkan jasa dalam


menanggulangi risiko terkait dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan. Dengan kata lain, fokus dari perusahaan asuransi jiwa
adalah memberikan perlindungan terhadap nilai ekonomi dari hidup
seseorang.

Ketika seseorang yang dipertanggungkan meninggal, maka perusahaan


asuransi jiwa akan membayarkan sejumlah uang pertanggungan kepada ahli
waris tertanggung sesuai dengan kontrak asuransi yang telah
23

disepakati. Perusahaan asuransi jiwa menyediakan layanan berupa asuransi


jiwa berjangka, asuransi jiwa dwiguna, hingga asuransi jiwa unitlink. Tidak
hanya memberikan layanan proteksi jiwa, terdapat produk asuransi kesehatan
yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa, baik yang berupa hospital cash
plan ataupun hospital benefit.

2. Perusahaan Asuransi Umum

Secara sederhana, perusahaan asuransi umum adalah perusahaan yang


memberikan jasa perlindungan risiko terhadap kerugian ekonomi yang
diakibatkan oleh kerusakan atau kehilangan aset. Dengan kata lain, perusahaan
asuransi umum bekerja dengan memberikan perlindungan atas aset penting
yang ditanggungkan.

Sebagai contoh, seorang pemain bola dapat mengansuransikan kaki


mereka sebagai aset berharga dengan membeli asuransi umum. Hal tersebut
dikarenakan kaki pemain bola merupakan aset dimana penghasilan mereka
berasal. Beberapa produk dari perusahaan asuransi umum, seperti asuransi
perjalanan, asuransi kecelakaan, asuransi rumah, asuransi kendaraan, dan
asuransi harta benda.

3. Perusahaan Reasuransi

Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa terkait


pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
kerugian dan/atau perusahaan asuransi jiwa. Dengan kata lain, perusahaan
asuransi jiwa atau perusahaan asuransi kerugian dapat mengansuransikan
risiko yang ditanggung kepada perusahaan reasuransi.

Langkah perusahaan asuransi mengansuransikan kembali risiko yang


dimilikinya merupakan antisipasi yang dilakukan untuk menjamin kestabilan
24

pendapatan dan kelancaran bisnis. Perusahaan reasuransi dapat membantu


perusahaan asuransi dalam beberapa hal, seperti:

a. Meminimalisir penyebaran risiko yang ditanggung oleh perusahaan


asuransi.
b. Meminimalisir cadangan teknis yang dibutuhkan oleh perusahaan
asuransi.
c. Memperbesar kapasitas penerimaan perusahaan asuransi terhadap
risiko tertentu.
4. Perusahaan Asuransi Wajib

Perusahaan asuransi wajib merupakan perusahaan asuransi yang


menyediakan produk asuransi wajib. Perusahaan asuransi wajib memiliki
pengelolaan yang berada di bawah tanggung jawab negara atau Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Salah satu contoh dari perusahaan asuransi wajib,
yaitu PT. TASPEN (Persero).

5. Perusahaan Asuransi Sosial

Perusahaan asuransi sosial adalah perusahaan yang menjalankan layanan


asuransi dalam kerangka sistem jaminan sosial. Melalui Amanat Undang-
Undang, pemerintah memastikan setiap warga negara dapat mengakses
fasilitas kesehatan dengan menjamin kebutuhan hidup dalam hal kesehatan dan
keselamatan kerja. Contoh dari perusahaan asuransi sosial, yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Pembentukan BPJS sebagai perusahaan asuransi sosial merupakan upaya


pemerintah untuk memastikan seluruh warga mendapatkan jaminan
perlindungan kesehatan dan sosial. BPJS merupakan asuransi yang bersifat
wajib bagi para pekerja dengan iuran yang akan langsung dipotong dari upah
pemberi kerja.
25

2.2.7 Sistem Kerja Perusahaan Asuransi


Sistem kerja perusahaan asuransi terbagi menjadi 3 tahap yaitu:

1. Mencari, Nasabah

Perusahaan asuransi membutuhkan nasabah agar bisnisnya tetap berjalan.


Dalam mencari nasabah, perusahaan asuransi akan menawarkan produk yang
dimiliknya kepada calon nasabah. Setiap perusahaan asuransi biasanya
memiliki beragam produk perlindungan seperti produk asuransi kesehatan,
asuransi jiwa, asuransi pendidikan, dan lain sebagainya. Sebagai nasabah, perlu
untuk mengetahui kebutuhan pribadi agar dapat memilih produk asuransi yang
paling sesuai dengan kebutuhan.

2. Mengumpulkan Premi

Setiap peserta yang memiliki asuransi wajib membayarkan biaya premi sesuai
dengan perjanjian. Biasanya biaya premi dibayarkan setiap bulan. Biaya premi
diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami peserta yang
melakukan klaim ke perusahaan asuransi tersebut. Jadi, bisa dikatakan cara
kerja asuransi ini yaitu menjalankan perputaran uang dari peserta untuk
menutup risiko yang dialami oleh peserta lain.

3. Membayar Klaim

Jika ada peserta asuransi yang mengajukan klaim, maka perusahaan asuransi
wajib membayarkan klaim tersebut sesuai dengan perjanjian dalam polis
asuransi. Biasanya, setiap perusahaan memiliki syarat dan ketentuan dalam
pengajuan klaim. Maka dari itu, para peserta asuransi harus memahami syarat
dan tata cara klaim asuransi ditentukan perusahaan tersebut.
26

2.3 Konsep Anjak Piutang


2.3.1 Definisi Anjak Piutang
Anjak piutang terdiri dari 2 kata yaitu “anjak” yang berarti berpindah atau
bergerak, dan “piutang” yang diartikan sebagai uang yang dipinjamkan atau uang yang
dapat ditagih dari seseorang. Piutang juga dapat diartikan sebagai tagihan uang
perusahaan kepada customer yang diharapkan akan dilunasi dalam jangka waktu
paling lama satu tahun sejak tanggal dikeluarkannya tagihan. Jadi secara leksikal, anjak
piutang berarti berpindahnya piutang (Mamesah, 2015).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anjak piutang didefinisikan


sebagai jenis dari pembiayaan dalam bentuk pembelian ataupun pengalihan piutang
maupun tagihan jangka pendek perusahaan dari transaksi usaha. Definisi anjak piutang
juga tercantum dalam Pasal 1 No. 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.
35/POJK.05/2018, anjak piutang didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang usaha suatu perusahaan termasuk juga pengurusan piutang
tersebut. Definisi serupa terkait anjak piutang juga tercantum dalam Pasal 1 huruf e
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 84/PMK.012/2006.

Dalam bahasa Inggris, anjak piutang dikenal dengan istilah factoring. Merujuk
pada IBFD, International Tax Glossary, factoring memiliki arti sebagai transaksi
keuangan disaat suatu perusahaan menjual klaim utangnya kepada pihak ketiga dengan
tujuan untuk segera mendapatkan uang tunai. Namun, umumnya uang tunai yang
didapatkan dari penjualan piutang tersebut akan kurang dari nilai keseluruhan utang.
Pihak ketiga yang membeli piutang tersebut kemudian memiliki tanggung jawab atas
administrasi dan penagihan utang pada saat tanggal jatuh tempo. Dalam
pelaksanaannya, anjak piutang (invoice factoring) akan dibeli oleh investor
(perusahaan anjak piutang) yang mana dalam hal ini bertindak sebagai borrower. Maka
dari itu, seluruh proses penagihan piutang sepenuhnya menjadi kewajiban pihak
investor.
27

Sedangkan, Black’s Law Dictionary mendefinisikan anjak piutang sebagai


penjualan piutang milik perusahaan kepada perusahaan anjak piutang (factor) dengan
potongan harga. Kesepakatan atas potongan harga tersebut diberikan sebagai bentuk
imbalan karena factor bersedia menanggung risiko atas kerugian. Factor merupakan
sebutan untuk agen perantara yang memberikan uang tunai ataupun pembiayaan
kepada perusahaan melalui cara membeli piutang milik perusahaan tersebut.
Pembiayaan yang diberikan ini nilainya sesuai dengan nilai faktur kemudian dikurangi
dengan potongan harga untuk komisi serta biaya (Barone, 2022).

2.3.2 Dasar Hukum Anjak Piutang


Dalam hukum Indonesia, anjak piutang memiliki dasar hukum yang dibagi
menjadi dua, yakni dasar hukum substantif dan dasar hukum bersifat administratif.
Antara lain sebagai berikut:

1. Dasar Hukum Substantif


a. Dasar Hukum Substantif Murni

Dasar hukum substantif murni yang menjadi dasar hukumnya bagi


kegiatan anjak piutang yaitu Asas kebebasan berkontrak. Maksudnya
yaitu, pada pasal 1338 KUH Perdata, mengandung arti, sesungguhnya
semua pihak yang tergabung dalam sebuah perjanjian ini dapat menyetujui
apapun di antara mereka. Selama kesepakatan itu sah, artinya undang-
undang tidak akan bertentangan, ketertiban umum dan keasusilaan,
kesepakatan itu akan mengikat bagi semua orang yang mengadakannya,
layaknya undang-undang. Maka dari itu, jika syarat sahnya perjanjian
memenuhi pasal yang disebutkan yaitu pasal 1320 KUH Perdata, akan
memenuhi empat syarat sebagai berikut:

1) Kesepakatan mereka yang akan mengikat dirinya.


2) Membuat suatu perikatan akan menimbulkan kecakapan.
3) Muncul hal-hal tertentu.
28

4) Terjadi hal-hal yang memunculkan halal.

Sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam pasal 1338 KUH
Perdata, maka dari itu perjanjian yang sudah sah adanya serta mempunyai
kekuatan yang sama dengan undang-undang. Oleh karena itu, dalam
perjanjian anjak piutang jika memenuhi syarat suatu perjanjian
kekuatannya akan menjadi sama dengan undang-undang yang sudah
ditentukan.

b. Dasar Hukum Substantif Bertendensi Prosedural

Didalam KUH Perdata dan KUH Dagang terdapat dasar hukum substantif
bertendensi prosedural. Didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan KUH
Perdata yang akurat dengan kegiatan anjak piutang, yakni:

1) Pasal 613 KUH Perdata mengatur pengalihan piutang


2) Pasal 1459,1491,1493,1495,1533 mengatur penjualan piutang.
3) Pasal 174 sampai dengan pasal 117 KUHD mengatur tentang surat
kesanggupan.
2. Dasar Hukum Administratif

Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pada pasal 6 huruf 1


UU No. 7 Tahun 1992 memberi alas hukum kepada bank untuk melakukan
kegiatan anjak piutang dan sekaligus memberikan sebuah batasan-batasan
pengertian tentang anjak piutang. Menurut pasal 6 huruf 1 UU No. 7 Tahun
1992 ini. Kegiatan anjak piutang mengurus piutang atau tagihan jangka pendek
dari transaksi perdagangan didalam negeri maupun luar negeri, cara yang
dilakukan yakni menggunakan cara pembelian atau pengalihan piutang.

2.3.3 Karakteristik Perusahaan Anjak Piutang


• Perusahaan anjak piutang membeli piutang dari perusahaan lain dengan
potongan harga tertentu. Dengan kata lain, perusahaan anjak piutang
29

memberikan dana segera kepada perusahaan yang memiliki piutang yang


belum jatuh tempo.
• Perusahaan anjak piutang memberikan pembiayaan dengan cepat. Mereka
membantu perusahaan yang membutuhkan akses segera ke uang tunai
daripada harus menunggu piutang jatuh tempo.
• Perusahaan anjak piutang biasanya mengambil risiko terkait dengan piutang
yang dibelinya. Jika piutang ternyata tidak dapat dikumpulkan sepenuhnya,
perusahaan ini yang akan menghadapinya.
• Perusahaan anjak piutang memberikan potongan harga atas nilai nominal
piutang yang dibelinya. Potongan ini mencerminkan biaya layanan mereka
dan risiko yang diambil.
• Hubungan antara perusahaan anjak piutang dan klien mereka biasanya
bersifat jangka panjang. Mereka membangun kemitraan untuk menjalankan
transaksi pembiayaan piutang secara berkelanjutan.

2.3.4 Manfaat Anjak Piutang


Kegiatan anjak piutang banyak memberikan perolehan keuntungan bagi
masing-masing pihak yang ada, baik pada perusahaan anjak piutang itu sendiri, bagi
klien, maupun customer. Berikut ini, manfaat anjak piutang bagi beberapa pihak yaitu:

1. Manfaat bagi klien, yang diperoleh klien terdiri dari:


a. Manfaat perolehan jasa pembiayaan, antara lain:
1) Peningkatan penjualan, yaitu melalui jasa ini pembiayaan klien bisa
dilakukan dengan cara kredit (pembiayaan) dalam penjualannya.
Walaupun cara kredit akan sulit untuk dilakukan apabila klien
mengalami kesulitan modal. Akan tetapi, jasa yang digunakan seperti
anjak piutang, membuat klien mampu menjualnya dengan cara seperti
perkreditan. Dengan cara kredit tersebut akan meningkatkan daya tarik
pada penjualan bagi pembeli yang menggunakan dana terbatas dan
seadanya.
30

2) Kelancaran modal kerja. Dengan adanya anjak piutang, akan


membantu klien mengubah piutangnya yang belum habis tenggat
waktunya ke dana tunai dengan metode yang efisien dan cukup mudah
sehingga dapat dilakukan dengan cepat. Dana tunai akan tersedia dan
dapat digunakan oleh klien untuk mendanai kegiatan pengoperasian
klien. Misalnya, pembelian bahan baku, menggaji karyawan, dan
sebagainya.
3) Dengan tidak tertagihnya piutang dalam pengurangan risiko, berupa
dengan without recourse. Dengan adanya pembayaran anjak piutang
akan memungkinkan sebagian risiko tidak tertagihnya piutang
dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Hal ini akan
meminimalisir kerugian bagi pihak klien.
b. Manfaat yang didapatkan dari jasa non pembiayaan, antara lain:
1) Memudahkan penagihan piutang, yakni penagihan piutang akan
dilakukan oleh perusahaan anjak piutang. Klien tidak perlu lagi
melakukan penagihan secara langsung pada pelanggan. Sehingga
waktu kerja tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan kegiatan
lain yang lebih produktif.
2) Peningkatan kualitas piutang, yakni pada pemberian fasilitas kredit
oleh klien, penjualan akan lebih efektif bagi pembeli, sehingga hal ini
memungkinkan peningkatan lebih tinggi pada tertagihnya piutang.
2. Manfaat bagi perusahaan anjak piutang yaitu perusahaan anjak piutang
mendapatkan penerimaan berupa fee dari pihak klien atas jasa yang telah
diberikan. Fee-nya terdiri dari:
a. Discount fee (Biaya diskon), yakni jasa pembiayaan (uang muka) atas
piutang yang diberikan dan dibayarkan oleh klien kepada factor. Biaya
diskon ini perhitungannya diperoleh dari persentase tertentu dengan apa
yang diperoleh besarannya melalui pembiayaan yang diberikan atas dasar
risikonya.
31

b. Service fee (Biaya jasa), yakni upah yang dibayarkan kepada factor oleh
klien. Karena factor memberikan jasa non pembiayaan. Besaran nilainya
ditentukan oleh besar kecilnya beban kerja yang akan dilakukan oleh factor.
Semakin besar volume penjualan, akan semakin besar pula fee tersebut. Dan
semakin sulit penagihannya, akan semakin besar fee yang didapatkan.
3. Manfaat bagi pelanggan, antara lain:
a. Klien akan mendapatkan kesempatan melakukan pembelian secara kredit.
Karena kehadiran perusahaan anjak piutang yang memungkinkan
dilakukannya penjualan secara kredit oleh klien.
b. Klien bisa melakukan penjualan secara cepat dikarenakan pelayanan pada
penjualan lebih baik dengan jasa adminitrasi penjualan.

2.3.5 Jenis-Jenis Anjak Piutang


1. Berdasarkan Pelayanan
a. Full Service Factoring, yaitu anjak piutang yang mampu memberikan
jasa anjak piutang secara menyeluruh, baik secara jasa pembiayaan
maupun non-pembiayaan.
b. Bulk Factoring, mampu memberikan informasi terkait dengan jasa
pembiayaan dan saat jatuh tempo kepada pihak nasabah atau pemilik
piutang tanpa memberikan jasa lainnya, misalnya seperti risiko
piutang, fee penjualan, dll.
c. Maturity Factoring, yaitu anjak piutang yang mampu menyediakan jasa
proteksi atas risiko piutang dan administrasi dalam penjualan secara
menyeluruh
d. Finance Discounting, akan menyediakan fasilitas pembiayaan tanpa
turut serta dalam menanggung risiko pada piutang yang tidak tertagih.
2. Berdasarkan Penanggungan Risiko
a. Recourse Factoring, yaitu jika pihak perusahaan investor tidak bisa
mendapatkan tagihan secara menyeluruh dari pihak debitur atau
32

nasabah, maka klien masih memiliki tanggung jawab dalam


melunasinya
b. Without Recourse Factoring, yaitu memberikan seluruh beban tanggung
jawab kepada pihak investor, sehingga jika pihak nasabah tidak mampu
membayar tagihan secara penuh, maka pihak klien akan terlepas dari
risiko gagal bayar.
3. Berdasarkan Bentuk Perjanjian
a. Disclosed Factoring, yaitu anjak piutang yang akan memberikan
informasi pada nasabah bahwa tagihannya sudah berpindah ke pihak
investor.
b. Undisclosed Factoring, yaitu tidak akan diberitahukan kepada nasabah
tentang peralihan piutangnya.
4. Berdasarkan Lingkup Kegiatan
a. Domestic Factoring, yaitu jenis anjak piutang yang kegiatannya
melibatkan seluruh pihak yang terlibat dalam piutang yang ada pada
suatu negara.
b. Internasional Factoring, yaitu jenis anjak piutang yang mana dalam
ruang lingkup kegiatannya akan melibatkan perusahaan yang berada
di negara yang berbeda serta berperan sebagai export
factor dan import factor.
5. Berdasarkan Sarana Pengalihan
a. Account Receivables, yaitu jenis anjak piutang yang mana klien akan
diberikan bukti utang yang tersedia dalam bentuk laporan
akun receivables kepada investor.
b. Promissory Notes, yaitu catatan dari pihak nasabah yang diberikan
kepada pihak klien, kemudian pihak klien nantinya bisa meng-
endorse promissory notes pada pihak investor sebagai bentuk dari
pengalihan utang.
33

2.3.6 Sistem Kerja Perusahaan Anjak Piutang


Sistem kerja perusahaan anjak piutang melibatkan beberapa langkah dan
proses. Berikut ini langkah-langkah dari sistem kerja perusahaan anjak piutang:

1. Penilaian Klien

Pertama-tama perusahaan anjak piutang melakukan penilaian terhadap klien


atau perusahaan yang ingin menjual piutang mereka. Perusahaan akan
mengevaluasi risiko kredit dan kelayakan klien sebagai langkah awal.

2. Persetujuan Klien

Jika perusahaan anjak piutang merasa bahwa klien layak, maka mereka akan
menawarkan perjanjian untuk membeli piutang klien. Perjanjian ini akan
mencakup detail seperti tingkat potongan harga, biaya layanan, dan syarat-
syarat lainnya.

3. Pengiriman Piutang

Klien kemudian mengirimkan piutang yang ingin dijual kepada perusahaan


anjak piutang. Ini bisa berupa piutang dagang atau piutang konsumen yang
belum jatuh tempo.

4. Pembiayaan

Setelah menerima piutang, perusahaan anjak piutang memberikan dana kepada


klien sebagai pembiayaan. Jumlah dana ini merupakan persentase tertentu dari
nilai nominal piutang, biasanya pembayaran perusahaan anjak piutang kepada
kliennya sebesar 80% dari total tagihan. Kemudian, klien mendapatkan akses
segera ke uang tunai.

5. Pengumpulan Piutang
34

Perusahaan anjak piutang bertanggung jawab untuk mengumpulkan piutang


dari pihak yang berutang. Mereka mengirimkan faktur kepada debitur dan
mengelola proses pengumpulan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa pegadaian merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang meminjamkan uang atau menerima uang
dengan menerima barang sebagai jaminan sebagai sistem kerjanya. Salah satu tujuan
dari pegadaian adalah turut melaksanakan dan mendukung pelaksanaan kebijakan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pembiayaan atau pinjaman atas dasar hukum gadai.

Asuransi merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat, karena


dengan adanya asuransi kita dapat meminimalisir dan menutupi kerugian akibat
berbagai risiko yang didapat. Asuransi memiliki beberapa jenis, diantaranya asuransi
perusahaan jiwa, perusahaan umum, perusahaan reasuransi, perusahaan wajib dan juga
perusahaan sosial. Terdapat tiga tahap sistem kerja asuransi: mencari, nasabah,
mengumpulkan premi, membayar klaim.

Anjak piutang didefinisikan sebagai jenis dari pembiayaan dalam bentuk


pembelian ataupun pengalihan piutang maupun tagihan jangka pendek perusahaan dari
transaksi usaha. Penilaian klien, persetujuan klien, pengiriman piutang, pembiayaan,
pengumpulan piutang adalah cara kerja anjak piutang.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan:
1. Setiap masyarakat mampu menerapkan pikiran bahwa asuransi sangat
penting jikalau terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti kecelakaan,
sehingga kita bisa mengklaim uang tersebut untuk mengatasinya.

35
36

2. Bagi pihak nasabah mampu menggunakan perusahaan pegadaian dan anjak


piutang dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan tanpa
merugikan kedua belah pihak.
3. Bagi pihak perusahaan mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
nasabah dan meminimalisir terjadinya kerugian yang akan berdampak pada
kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Debi, Eka. Fauziah. Purboyo. dkk. (2021). Lembaga Keuangan Bank & Non Bank.
Bandung: CV Widina Media Utama

Kasmir. (2016). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo


Persada.

Rachmat, Budi. (2003). Anjak Piutang: Solusi Cash Flow Problem. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Triandaru, S. Budisantoso, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:


Salemba Empat.

Jurnal:

Naerul Edwin. (2017). Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi Islam. Jurnal:
Ekonomi Islam, Vol.8, No. 1, hlm. 100-102.

Website:

Berita Bisnis. (2023). Mengenal Tujuan Pegadaian dan Manfaatnya. Dipetik dari
https://m-kumparan com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/berita-
bisnis/mengenal-tujuan-pegadaian-dan-manfaatnya. Diakses pada 15 Oktober
2023.

Marseno, Saskia. (2023). Pegadaian: Pengertian, Sejarah, dan Jenis Usahanya.


Dipetik dari https://www-cermati-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.cermati.com/artikel/amp/pegadaian?
Diakses pada 15 Oktober 2023.

37
38

Srinadi, Deva. (2023). Mengenal Anjak Piutang. Dipetik dari


https://www.pajakku.com/read/640fe7ffb577d80e806bb897/Mengenal-Anjak-
Piutang. Diakses pada 15 Oktober 2023.

Suhartanto. (2023). Perusahaan Asuransi: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Prinsip


Kerja. Dipetik dari https://rey.id/blog/asuransi/perusahaan-asuransi-adalah/.
Diakses pada 15 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai