Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Materi Bahasa Jawa

 Jenis Teks Bahasa Jawa


a. Narasi
 Menjelaskan tentang pengalaman hidup seseorang atau memberitakan peristiwa tertentu
 Bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang pengalaman/peristiwa tersebut
 Dilengkapi dengan tempat, waktu, suasana, kronologi, dan lain-lain
 Menyajikan alur atau jalan cerita, baik alur maju, mundur, maupun maju-mundur
b. Deskripsi
 Menjelaskan secara rinci dan detail tentang suatu objek yang dapat didengar, dilihat, atau dirasakan
 Bertujuan untuk membangun imajinasi pembaca mengenai suatu objek yang sedang diceritakan
 Dilengkapi dengan deskripsi tempat, manusia, dan lain-lain
 Disampaikan dengan gaya yang memikat dan menggugah
c. Eksposisi
 Menjelaskan tentang suatu informasi atau pengetahuan
 Bertujuan untuk memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca
 Dilengkapi dengan keterangan, bukti, atau gambar yang memperjelas informasi tersebut
 Contoh teks eksposisi yaitu materi di buku pelajaran dan cara penggunaan suatu barang
d. Persuasi
 Menjelaskan tentang ajakan atau himbauan tentang suatu kegiatan
 Bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan dan mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang ditulis
 Disampaikan dengan gaya yang dapat menarik perhatian
 Contoh teks persuasi yaitu iklan, kampanye pemilihan umum, ajakan pengumpulan dana, dan
sosialisasi
e. Argumentasi
 Menjelaskan tentang pendapat, gagasan, ide, dan keyakinan penulis
 Bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan pembaca bahwa pendapat tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya
 Dilengkapi dengan fakta pendukung berupa data, angka, statistik, gambar, dan lain-lain
 Contoh teks argumentasi yaitu ceramah agama, lomba debat, dan teks pidato

 Tembang Macapat
a. Ciri-ciri tembang macapat
 Terikat pada aturan atau kaidah tertentu, seperti Guru Gatra (jumlah baris dalam satu bait), Guru
Wilangan (jumlah suku kata dalam satu baris), dan Guru Lagu (bunyi vokal terakhir di setiap baris)
 Menggunakan bahasa jawa baru dan disisipi dengan bahasa jawa kuno
 Berisi nasehat, sopan santun, dongeng, cerita wayang, dan sebagainya

b. Macam-macam tembang macapat


 Maskumambang : menceritakan awal mula kehidupan manusia yang masih berada dalam kandungan
ibunya
 Mijil : menceritakan perjalanan hidup seorang anak yang baru dilahirkan dalam keadaan suci dan
memerlukan perlindungan
 Kinanthi : menceritakan perjalanan hidup seorang anak yang perlu dituntun untuk dapat berjalan
dengan baik di dunia ini (tuntunan tentang sopan santun, norma, dan adat yang harus dipatuhi)
 Sinom : menceritakan perjalanan hidup manusia yang memasuki tahap remaja dan beranjak dewasa. Ia
diharuskan untuk menuntut ilmu sebaik dan setinggi mungkin
 Asmarandana : menceritakan perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu kasih
dengan pasangan hidupnya
 Gambuh : menceritakan perjalanan hidup manusia ketika sudah menemukan pasangan hidup yang
cocok, sehingga keduanya dapat menjalin ikatan yang lebih sakral dalam pernikahan
 Dhandanggula : menceritakan perjalanan hidup pasangan baru yang sedang berbahagia karena dapat
hidup bersama dengan keluarganya
 Durma : menceritakan perjalanan hidup manusia yang suatu saat bisa mengalami duka, kekurangan,
maupun perselisihan, sehingga harus saling memberi, menolong, dan melengkapi satu sama lain
 Pangkur : menceritakan perjalanan hidup manusia yang sudah mulai meninggalkan kenikmatan
duniawi dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya
 Megatruh : menceritakan perjalanan hidup manusia yang telah usai di dunia, dan sudah saatnya untuk
kembali menghadap Tuhan yang Maha Kuasa
 Pocung : menceritakan perjalanan hidup manusia ketika sudah meninggal, kemudian dibungkus
dengan kain kafan putih sebelum dikebumikan

 Paribasan, Bebasan, dan Saloka


a. Paribasan
 Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges entar, lan ora ngemu surasa pepindhan (kata-kata
yang tetap dalam penggunaannya, memiliki makna kiasan , dan tidak mengandung pengandaian)
 Paribasan tidak boleh diubah dalam bentuk dan bahasa lain
 Menggunakan bahasa jawa secara jelas, lugas, dan tidak menggunakan perumpamaan atau
perbandingan
 Berisi nasihat, teguran, atau sindiran kepada orang lain
 Contoh paribasan : Becik ketitik ala ketara (perbuatan baik maupun buruk pasti akan terlihat nantinya),
Desa mawa cara negara mawa tata (setiap tempat atau daerah memiliki adat dan aturan sendiri), Jer
basuki mawa beya (setiap keinginan atau cita-cita pasti membutuhkan biaya)
b. Bebasan
 Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges entar, lan ngemu surasa pepindhan (kata-kata yang
tetap dalam penggunaannya, memiliki makna kiasan, dan mengandung pengandaian)
 Bebasan tidak boleh diubah dalam bentuk dan bahasa lain
 Pengandaian yang dimaksud yaitu sifat, watak, maupun keadaan seseorang
 Berisi nasihat, teguran, atau sindiran kepada orang lain
 Contoh bebasan : Abang-abang lambe (banyak bicara tapi hanya basa-basi), Ancik-ancik pucuking eri
(orang yang hidupnya penuh dengan bahaya/kekhawatiran), Diwenehi ati ngrogoh rempela (sudah
diberi yang enak tetapi masih kurang puas dan meminta lebih), Kaya banyu karo lenga (hubungan
persaudaraan yang tidak pernah bisa hidup rukun)
c. Saloka
 Unen-unen kang ajeg panganggone, ngemu surasa pepindhan, sing dipepindhanake uwonge, lan iso
anggo kewan utawa barang (kata-kata yang tetap dalam penggunaannya, memiliki makna kiasan, yang
diandaikan adalah orang, dan dapat menggunakan binatang atau barang)
 Saloka tidak boleh diubah dalam bentuk dan bahasa lain
 Pengandaian yang dimaksud yaitu seseorang yang diibaratkan dengan hewan atau barang
 Contoh saloka : Idu didilat maneh (orang yang sudah memberi kemudian diminta kembali, atau sudah
berjanji kemudian membatalkan janjinya), Kebo mulih ing kandange (orang yang sudah sukses di
perantauan, kemudian pulang kembali ke kampung halaman), Kebo nusu gudel (orang yang lebih tua
minta diajari kepada yang lebih muda), Kriwikan dadi grojogan (permasalahan kecil menjadi besar)

Anda mungkin juga menyukai