Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


ANEMIA PADA SISWI KELAS X SMA N 11 YOGYAKARTA TAHUN
2015

Disusun Sebagai Acuan untuk Melaksanakan Penelitian

Disusun Oleh

Nama : BAIQ ROSALINA UDAYANTARI

Nim : 12150112

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS RESPATI

YOGYAKARTA

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses

kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik,

biologis, dan psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan.

Perubahan fisik yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan

nutrisinya. Ketidakseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhanya

akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi lebih

maupun kurang (Briawan, 2013)

Menurut Almaitzer (2001) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2009),

anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit

lebih rendah dari normal. Remaja menderita anemia, hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena masa remaja adalah

masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk

zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap


bulannya sehingg membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi, sementara

jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah dari pada pria, karena

faktor takut gemuk ( Depkes RI, 2003).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Briawan

(2014) Prevalensi anemia di Indonesia pada remaja putri adalah 33,1

% . Anemia merupakan masalah gizi yang paling banyak dijumpai,

baik pada Negara maju maupun berkembang, dan pada masyarakat

dengan sosial-ekonomi rendah maupun tinggi. Anemia dapat terjadi

pada siapa saja dan pada setiap kelompok usia. Kelompok remaja (usia

10-19 tahun), yang menderita anemia, sebanyak 20-30% mengalami

penurunan kemampuan fisik (produktivitas) dan kemampuan

akademik.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010). Penduduk Indonesia

sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja

berusia 10 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Survei Sosial

Ekonomi Nasional (susenas) tahun 2009, jumlah penduduk di Jawa

Tengah adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja usia 12-17

tahun 3.878.474 jiwa. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita 40,5%,

ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun

57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%. Dari semua kelompokn umur
tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita

anemia terutama remja putri.

Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu

21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan

serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok

umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar

18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.

Data Dinas Kesahatan (Dinkes) Kota Yogyakarta 2013,

menunjukkan bahwa 34% dari 280 remaja putri/siswi SMA yang ada

di kota Yogyakarta mengalami anemia. Hal ini disebabkan banyak

terjadi kesalah pahaman mengenai diet di kalangan remaja.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Gambaran Tingkat

Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia Pada Siswi Kelas X SMAN

11 Yogyakarta? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pengetahuan

remaja putri tentang anemia.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi umur dan

sumber informasi Siswi Kelas X SMAN 11 Yogyakarta

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengetahuan tentang

anemia berdasarkan Karakteristik Responden pada Siswi Kelas

SMAN 11 Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

remaja putri.

2. Bagi instuitusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan

sebagai masukan informasi bagi pihak sekolah tentang anemia

terhadap remaja ( peserta didik ) saat ini sehingga pihak sekolah

dapat membantu kualitas dan kuantitas pendidikan dalam bidang

kesehatan .

3. Bagi peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh diperkuliahan dan

pengalaman nyata dalam penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Table 1.1 Keaslian Penelitian

N Nama / Judul Metode Penelitian Hasil Perbedaan


o Tahun
1 Melani Tingkat a. Jenis Dari hasil penelitian a. Tempat
Puji A. Pengetahuan penelitian terhadap 33 siswi kelas Penelitia
Remaja Putri deskriptif X di SMA 1 n
tentang Muhammadiah Sragen
Anemia Pada tentang anemia, yang
Siswi Kelas b. Rancangan berpengetahuan baik 5 b. Jumlah
X SMA N 11 penelitian siswi (15,15 %), Respond
Yogyakarta cross berpengetahuan cukup en /
22 siswi (66,67%) dan
sectional sampel
berpengetahuan kurang
c. Jumlah 6 siswi (18,18%).
populasi 134
responden
d. Jumlah
sampel 33
responden
e. Tehnik
Sampling
simple
random
sampling
f. Analisis
univariat

2 Toto Faktor-Fakto a. Jenis Dari hasil penelitian a. Tempat


sudargo r yang penelitian prevalensi kejadian Penelitia
(2013) Berhubungan analitik anemia defisiensi besi n
Dengan pada remaja di kota
observasional b. Jumlah
Kejadian Yogyakarta sebesar
Anemia dan b. Rancangan 37,9% atau sejumlah Respond
Kekurangan penelitian 106 responden dan 34,3 en /
Energi cross % atau sejumlah 96 sampel
Kronik Pada sectional responden . tidak ada
Remaja putri c. Jumlah hubungan yang
di populasi 280 signifikan antara
Yogyakarta kondisi kesehatan
responden seseorang dengan
d. Jumlah kejadian anemia dan
sampel 106 probabilitas responden
responden dengan kondisi
e. Tehnik kesehatan kurang baik
Sampling untuk menderita anemia
adalah sebesar 58%.
simple
random
sampling
f. Analisis
univariat,
bivariat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan adalah

(knowledge) adalah hasil tahu dari manusia , yang sekedar

menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa

manusia, apa alam dan sebagainya.

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap

suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi

melalui panca indra manusia yakni pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagaian besar pengetahuan

diperoleh melalui mata dan Telinga (Wawan & Dewi, 2011)


b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui

dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.


Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi terus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek yang

dipejari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menyatakan materi atau suatu obyek kedalam

komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5) Sintesi (synthesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010)

c. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2010) yaitu :

1) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan


dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan

akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi

juga.

2) Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan

disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada

dan agama yang di anut.

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah

menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan

hal yang baru tersebut.

4) Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan

luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka

pengalaman akan semakin banyak.

d. Kriteria tingkat pengetahuan


Menurut Arikunto ( 2006 dalam Wawan dan Dewi, 2011)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a) Baik : Hasil presentase 76%-100%

b) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

c) Kurang : Hasil persentase <56%

e. Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), sumber-sumber

pengetahuan sebagai berikut :

1) Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat, dan agama

Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di

dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah

itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara rasional dan empiris, sulit dkritik untuk

diubah begitu saja. Jadi harus diikuti dengan tanpa

keraguan dan percaya secara bulat. Pengetahuan yang

bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap

(mapan) tetapi subjektif.


2) Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian

orang lain

Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan

yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang

yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun mereka katakan,

benar, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan

dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena kebanyakan

orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang

cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas.

Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tapi

persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu

bias dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian

pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan

pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika

kesaksianya adalah kebohongan, hal ini akan

membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu

sendiri.

3) Pengalama
Bagi manusia, pengalaman adalah vital

penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan

mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa

menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan

kegiatan hidup.

4) Akal pikiran

Berbeda dengan panca indra, akal pikiran memiliki

sifat lebih rohani. Akal pikiran mampu menangkap hal-hal

yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam

dan bersifat tetap. Akal pikiran cenderung memberikan

pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti.

5) Intuisi

Berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat

bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal

pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang

bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang

bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indra

maupun olahan pikiran. Ketika dengan serta-merta

seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat


debgan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam

pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan

intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji dan bersifat

personal.

f. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat

diperoleh dengan beberapa cara diantaranya:

1) Cara tradisional

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk

memperoleh pengetahuan, sebelum ditemukannya metode

ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis,

cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara

lain:

a) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara coba-coba ini menggubnakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua


ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan yang keempat dan

seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan

, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada

prinsipnya mempunyai mempunyai mekanisme yang

sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini

nadalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini di sebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah

sudah benar.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untu

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan.

d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat

manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang.

Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana

anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang


yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar

(Ali & Asrori, 2014).

Remaja putri adalah tahapan antara masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang menunjukkan masa dari awal

pubertas sampai tercapainya kematangan pada usia 12 tahun

(proverawati & Atikah, 2009)

b. Remaja Berdasarkan Umur

Karakteristik remaja berdasarkan umur menurut

(Kumalasari I, 2013) yaitu :

1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

a) Lebih dekat dengan teman sebaya

b) Ingin bebas

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

d) Mulai berfikir abstrak

2) Masa Remaja Pertengahan (13-15 tahun)

a) Mencari identitas diri

b) Timbul keinginan untuk berkencan

c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak


e) Berkhayal tentang aktivitas seks

3) Masa Remaja Akhir (17-21 tahun)

a) Pengungkapan kebebasan diri

b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c) Dapat mewujudkan rasa cinta

c. Perubahan Masa Remaja Karakteristik

Menurut widyastuti et al (2009), menyatakan pada remaja

terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat di sertai banyak

perubahan yaitu:

1) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh sama halnya

remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi

setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu

ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.

Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar,

lebih gelap dan lebih kriting.

2) Pinggul
Pinggul pun menjadi lebih berkembang dan membulat. Hal

ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit.

3) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar

dan putting susu menonjol. Hal ini secara harmonis sesuai

pula dengan berkembang dan makin besarnya susu sehingga

payudara menjadi lebih besar dan bulat.

4) Kulit

Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih

tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan

laki-laki kulit pada wanita lebih lembut.

5) Kelenjar Lemak dan Keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum masa haid.

6) Otot
Menjelang masa akhir puber, otot semakin membesar dan

kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan

tungkai kaki.

7) Suara

Suara berubah semakin merdu, suara serak jarang terjadi

pada wanita.

d. Perkembangan psikologi

Menurut Asrinah dkk (2010), ciri-ciri psikologi Remaja

putri yaitu:

1) Pemekaran diri sendiri ( extension of the self ), yang ditandai

dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang

atau hal lain sebagai dari dirinya sendiri juga. Perasaan

egoism ( memetingkan diri sendiri ) berkurang. Salah satu

ciri khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai

orang lain dan alam sekitarnya.

2) Kemempuan diri untuk melihat diri sendiri secara obyektif (

self obyektivication ) di tandai dengan kemampuan untuk

mempunyai wawasan tentang diri sendiri ( self insight ) dan


kemampuan untuk menangkap humor ( sense of humor )

termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

3) Memiliki falsafah hidup tertentu ( unifying philosophy of life

). Hal ini dapat dilakukan tanpa merumuskannya dan

mengucapkannya dalam kata-kata orang yang sudah dewasa

tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan

obyek-obyek lain di dunia.

3. Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk pembentukan hemoglobin. Kadar Hb normal pada remaja

putri adalah 12 gr/dl. Remaja dikatakan anemia jika kadar Hb<

12 gr/dl (proverawati & Asfuah, 2009).

b. Tanda-tanda anemia

Menurut Aulia (2012), tanda- tanda anemia pada remaja putri

adalah :

1) Mudah lelah

2) Kulit pucat
3) Sering gemetar

4) Lesu, lemah, letih, lunglai (5)

5) Sering pusing dan mata berkunang-kuning

6) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit,

dan telapak tangan tampak pucat.

7) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr/desiliter darah)

dapat menyebabkan nyeri.

c. Penyebab Anemia

Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi pada

remaja adalah karena remaja lebih suka makan makanan

jajanan yang kurang bergizi seperti goreng-gorengan, coklat,

permen. Sehingga makanan yang beraneka ragam tidak di

konsumsi. Remaja putri sering menghindari beberapa jenis

makanan seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu. Karna

dianggap sebagai makanan yang menyebabkan kegemukan (

Proverawati & Asfuah, 2009 ).

Menurut Tarwoto, dkk (2010) penyebab Anemia yaitu :

1) Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja

putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang


kandungan zat gizinya sedikit, dibandingkan dengan

makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi

tidak terpenuhi.

2) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana

kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan

zat besi lebih banyak dari pria.

3) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga

membatasi asupan makanan.

4) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang

diekskresi khususnya melalui feses (tinja).

e. Dampak Anemia Bagi Remaja Putri

Anemia pada remaja putri akan berdampak menurunnya

kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan

sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka

tampak pucat, letih, lemah, lesu, dan cepat lelah akibatnya

dapat menurunkan kebugaran dan prestasi belajar. (Briawan,

2014)

f. Pencegahan Anemia
Menurut Almaitzer (2009), cara mencegah dan mengobati

anemia adalah :

1) Meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi.

a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari

bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan

telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau

tua, kacang-kacangan, tempe)

b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,

bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat

bermamfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi

dalam usus.

2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan

minum Tablet Tambah Darah (TTD).

Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap

tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi

elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja putri

perlu minum tablet tambah darah karena wanita

mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk

mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami hamil,


menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi

yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja.

Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja

putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan

belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya

manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi

dan kesehatan remaja putri dan wanita. Anjuran minum

yaitu minumlah 1 (satu) tablet tambah darah semingggu

sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari

selama haid. Minumlah tablet tambah darah dengan air

putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena

dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh

sehingga mamfaatnya menjadi berkurang.

3) Mengobati penyakit yang dapat menyebabkan atau

memperberat anemia seperti : kecacingan, malaria dan

penyakit TBC.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Notoatmodjo (2010), Almatzier (2009), Tarwoto, dkk (2010)

C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Keterangan :

: variable yang diteliti

: variable yang tidak diteliti

D. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Anemia pada Siswi Kelas X SMA N 11 Yogyakarta?


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan waktu penelitian

1) Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 11 Yogyakarta

2) Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2013).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek, subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2012).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian

ini adalah siswi kelas X SMA N 11 Yogyakarta. Pengambilan

sampel penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling

yaitu pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. (Notoatmodjo, 2010)

Yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :

a. Kriteria inklusi
1) Siswi kelas X yang hadir saat penelitian

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Siswi kelas X yang tidak hadir dalam penelitian

Untuk menentukan sampel menurut Notoatmodjo (2010)

karena populasi dibawah 10.000 maka besar sampel dihitung

menggunakan rumus :

𝑁
𝑛= 2
1+𝑁( 𝑑)

Keterangan :

N : besar populasi

n : besar sampel

(d²) : tingkat kepercayaan atau tingkat ketepatan yang diinginkan

D. Variable dan Definisi Operasional

1) Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga


diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

2) Devinisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat untuk membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel yang diamati atau diteliti, perlu

sekali lagi. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau

alat ukur, (Notoatmodjo, 2012).

Table 3.1 : Definisi Operasional

Devinisi Alat
Variable Parameter skala
Operasional Ukur
Gambaran Kemampuan kuesioner a. Baik : Ordinal
Tingkat menjawab (76%-1
Pengetahua pertanyaan 00%)
n Remaja tentang Anemia
b. Cukup :
Putri meliputi :
tentang pengertian, (56%-7
Anemia tanda-tanda, 5%)
pada siswi penyebab, c. Kurang
kelas X dampak dan cara :
SMAN …. mengobati (<56%)

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi dalam

dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Data primer

diperoleh dari jawaban kuisoner mengenai gambaran

pengetahuan remaja putri tentang anemia oleh responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder

adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya

berupa data dokmentasi atau data laporan yang telah tersedia

(Saryono, 2011)

2. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner atau

angket yang berisi sederetan pernyataan secara lengkap maupun

terperinci kepada responden. Sebelum diberikan kuisoner,


responden terlebih dahulu harus mengisi informed consent yang

dibagikan peneliti kepada calon responden, responden diberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta

menjelaskan cara pengisian kuesioner, setelah itu responden baru

diperbolehkan untuk mengisi kuesioner. Pengumpulan data

dilakukan peneliti, dengan dibantu 2 orang asisten peneliti yang

minimal memiliki tingkat pendidikan sama dengan peneliti.

3. Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner untuk mendapatkan data primer. Kuesioner adalah daftar

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang,

dimana responden tinggal memberiakan jawaban atau dengan

memberikan tanda tertentu. (Notoatmodjo, 2012). Jawaban

responden akan dinilai dengan kriteria jawaban benar dan salah.

Jawaban yang benar akan diberi nilai 1 untuk pertanyaan

favourable dan jawaban yang salah akan diberi nilai 0 untuk

pertanyaan unfavourable.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

1. Uji Validitas
Uji validitas yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk Valid

dan Reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid kalau pertanyaan

pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas

instrument ( dalam hal ini kuesioner ) dilakukan dengan cara

melakukan korelasi anatar skor masing-masing variable dengan

skor totalnya. Suatu variabel ( pertanyaan) dikatakan valid bila

skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor

totalnya. Tehnik korealasi yang digunakan korelasi person product

moment. (Arikunto, 2013)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi x dan y

x = (X-X(xbar))

y = (y-y(ybar))

X = Skor pernyataan
Y = Skor total

Selanjutnya untuk menentukan sahih atau tidaknya suatu

nitem pertanyaan dilakukan dengan membandingkan angka

korelasi pearson product moment dengan r tabel. Setelah r tabel

diperoleh harga tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan taraf

kesalahan 5%. Jika didapatkan r lebih atau sama dengan r table,

maka item tersebut sahih, dan apabila kurang dari r tabel maka

item tersebut dikatakan gugur (Arikunto, 2013)

2. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi

hasil pengukuran bila dilakukan pengukuran data dua kali atau

lebih dengan gejala yang sama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah

indeks yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur dapat

dipercaya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah responden

telah menjawab pertanyaan-pertanyaan secara konsisten atau

tidak, sehingga kesungguhan jawabannya dapat dipercaya. Untuk

melihat reliabilitas instrument akan dihitung Alpha Cronbach

masing-masing instrument.
Menurut (Arikunto, 2013) variabel dikatakan reliabel jika

memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,60 dengan rumus Cronbach’s

Alpha Coefficient dengan rumusnya:

2
∑ 𝑎𝑏
𝑘
𝑟𝑖𝑖 = 𝑘−1
[1 − 𝑎𝑡
]

Keterangan :

rii = reliabilitas instrument

k = banyak butir pertanyaan

2
𝑎𝑏 = jumlah varians butir

at = jumlah varians total

sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya,

instrument-instrument penelitian akan di uji coba untuk evaluasi

validitas dan reliabilitas. Uji coba penelitian akan dilakukan di ….

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Tehnik Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses

pengolahan data ada 4 yaitu :

a) Editing (Penyuntingan Data)

Hasil dari data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan

terlebih dahulu disunting. Jika nanti dalam penyuntingan

ditemukan kuesioner yang tidak lengkap atau belum terisi, maka

kuesioner tersebut tidak akan digunakan.

b) Scoring

Adalah memberikan penelitian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor. Jika jawaban benar

mendapatkan skor 1 dan jika jawaban salah mendapatkan skor

0.

c) Coding

Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

d) Entry Data (tabulasi)


Data entry adalah kegiatan memasukkan data kedalam

program atau “software” computer.

e) Pembersihan data (cleaning)

Pembersih data merupakan kegiatan pengecekan kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak

lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan

atau korelasi.

2. Tehnik Analisa Data

Analisis Univariat.

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang

dapat menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel.

(Notoatmodjo, 2012)

𝐹
P= 𝑁
x 100%

Keterangan :

P : Hasil Presentase

F : Frekuensi atau hasil pencapaian


N : Total seluruh frekuensi

H. Rencana Jalannya Penelitian

Jalannya pelaksanaan penelitian meliputi 3 (tiga) tahap yaitu :

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti melakukan persiapan dalam

mengajukan proposal penelitian, antara lain :

a. Konsultasi judul kepada pembimbing 1 dan pembimbing 2.

b. Mengurus surat ijin studi pendahuluan dari Universitas Respati

Yogyakarta

c. Melakukan studi pendahuluan di SMA N 11 Yogyakarta

d. Menyusun proposal penelitian.

e. Konsultasi proposal penelitian kepada pembimbing 1 dan

pembimbing 2.

f. Seminar proposal penelitian.

g. Revisi proposal penelitian yang telah diseminarkan

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan antara lain:

a. Mengajukan ijin penelitian.


b. Melakukan uji validitas dan releabilitas instrumen.

c. Melakukan revisi instrumen.

d. Melakukan pengumpulan data dengan mendampingi responden

dalam pengisian kuisoner.

e. Pengolahan dan analisis data.

3. Tahap akhir

a. Penyusunan laoporan hasil penelitian.

b. Konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing 1 dan

pembimbing 2.

c. Seminar penelitian.

d. Melakukan perbaikan atau revisi hasil penelitian yang telah

diseminarkan

e. Pengumpulan hasil penelitian

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki

kebebasan, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia (

Hidayat, 2007 dalam Saryono, 2012). Pada penelitian ini menyanjung


tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan standar etika dalam

melakukan penelitian sebagai berikut :

1. Prinsip manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat meberikan manfaat untuk

kepentingan responden, peneliti, Universitas Respati Yogyakarta.

2. Prinsip menghormati martabat manusia

a. Hak untuk menentukan penelitian

Menentukan pilihan adalah hak untuk menentukan dengan

sukarela apakah ikut dalam penelitian atau tidak. Hal ini

meliputi hak untuk mendapat pertanyaan, mengungkapkan

keberatan dan menarik diri.

b. Hak mendapatkan data yang lengkap

Menghormati martabat manusia meliputi hak-hak untuk

memperoleh informasi, keputusan sukarela dalam penelitian

yang membutuhkan ungkapan data lengkap.

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan

manusia dengan menhargai hak-hak responden, termasuk hak


untuk menjaga privasi responden. Yang perlu diperhatikan dalam

etika penelitian adalah sebagai berikut:

a. Mengaplikasikan informed consent, informed ini berikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

b. Tidak mencantumkan nama responden pada lembar

observasi.

c. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2014). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

jakarta: Bumi Aksara.

Almaitzer, S. (2009). Prinsip Imu Dasar Gizi. jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. jakarta: PT Rineka Cipta.

Asrinah, d. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Atmarita. (2014). Internet. Hasil RISKESDAS 2013. www. Depkes.go.id, diakses


pada tanggal 4 Agustus 2015.

Depkes, RI. 2012. Profil Kesehatan DIY tahun 2013.

Briawan, D. (2013). Anemia Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC.

Kumalasari I, A. I. (2013). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan

Dan Keperawatan. jakarta : Salemba Medika.


Melani, P. (2013). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Pada

Siswi Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Sragen. KTI Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Notoatmodjo, s. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

proverawati, & Atikah. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian Kesehatan. cetakan ke 4 . Yogyakarta:

Mitra Cendikia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wawan, A., & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyastuti, e. a. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.


● PENOMORAN HALAMAN SILAKAN LIHAT BUKU PANDUAN BAGAIMANA
LETAKNYA YANG BENAR ANTARA HALAMAN JUDUL, BAB, DLL
● PERHATIKAN MARGIN KIRI & ATAS 4 CM, KANAN & BAWAH 3

Anda mungkin juga menyukai