Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Allah SWT menciptakan manusia lengkap dengan fitrah atau sifat

dasar sebagai makhluk yang cenderung berbuat baik, memiliki perasaan

kasih sayang serta bertingkah laku dengan baik atau dalam bahasa agama

sering disebut berakhlakul karimah. Rasulullah Muhammad SAW diutus

oleh Allah SWT kepada manusia mempunyai beberapa tugas, yang salah

satu diantaranya adalah untuk menyempurnakan akhlak umatnya. Salah

satu ayat yang mengetengahkan tentang pentingnya pendidikan akhlak

adalah QS. Ali Imran: 159-160.

ۖ ‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ِهّٰللا ِلْنَت َلُهْم ۚ َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِلْيَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو ِلَك‬
ۗ‫َفاْعُف َع ْنُهْم َو اْسَتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم ِفى اَاْلْم ِۚر َفِاَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللا‬
‫ ِاْن َّيْنُصْر ُك ُم ُهّٰللا َفاَل َغاِلَب َلُك ْم ۚ َو ِاْن َّيْخ ُذْلُك ْم‬١٥٩ ‫ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو ِّك ِلْيَن‬
١٦٠ ‫َفَم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ْنُصُر ُك ْم ِّم ْۢن َبْع ِد هۗ َو َع َلى ِهّٰللا َفْلَيَتَو َّك ِل اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (159)”. “Jika Allah
menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan),
maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-
orang mukmin bertawakkal. (160).”1

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, IV. (Tangerang: Lentera Hati, 2005).

1
2

Menurut Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurahman bin Ishaq Alu

Syaikh dalam mentahqiq ayat di atas, bahwasannya Allah SWT telah

berfirman kepada Rasullullah bahwa Dia mengingatkan atas karuniaNya

yang telah diberikan kepadanya (Rasulullah ) dan kepada orang-orang

yang beriman, bahwa Allah SWT telah menjadikan hati mereka berlemah

lembut kepada umatnya yang mengikuti perintahnya dan meninggalkan

larangannya.2

Menurut Quraish Syihab, ayat ini menerangkan tentang pentingnya

sikap lemah lembut dan tidak bersikap keras terhadap sesama. Pesan

akhlak yang begitu kuat terlihat dalam ayat ini. Dari asbabun nuzul surat

Ali Imran ayat 159- 160, dapat ditarik kesimpulan bahwa, salah satu aspek

yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan sebuah

pendidikan adalah akhlak yang baik dari pendidik, hal ini dikarenakan

akhlak dari pendidik langsung bisa dilihat dan dicontoh oleh yang dididik.

Dalam ayat tersebut akhlak Rasulullah SAW dijelaskan sebagai pribadi

yang lemah lembut terhadap umatnya, sebagai pribadi yang pemaaf dan

pribadi yang tidak egois dengan mengutamakan musyawarah dengan para

sahabat RA dalam pengambilan sebuah keputusan bersama.3

Secara empiris dan nyata, Islam sangat memperhatikan pola

kehidupan umatnya, bahkan semenjak manusia dalam kandungan sampai

lahir hingga tumbuh berkembang, Islam telah menetapkan tata cara

2
Armin Nurhartanto, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat
159-160,” Jurnal Studi Islam Profetika 16, no. 2 (2015): 159–161.
3
Ibid.hlm 157
3

kehidupan umatnya, maka tidak heran jika Nabi Muhammad sendiripun

menyatakan tujuan kerasulannya adalah untuk menyempurnakan akhlak.

Sepanjang sejarah umat manusia, masalah akhlak juga selalu menjadi

pokok persoalan, karena perilaku manusia secara langsung ataupun tidak

langsung masih menjadi tolak ukur untuk mengetahui dan menilai

perbuatan atau sikap mereka. Akhlak dalam kehidupan manusia

menduduki tempat sangat penting dalam anggota masyarakat dan bangsa,

sebab jatuh bangun, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan

masyarakat dan tergantung pada akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka

baik pula lahir batinnya, begitupun sebaliknya jika jelek akhlaknya, jelek

pula lahir batinya. Akhlak merupakan bagian penting yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan manusia, tanpa akhlak, manusia akan hilang

derajat kemanusiaannya sebagai makhluk yang mulia.4

Konsep pemberian contoh berupa akhlak yang mulia dari para

pendidik seperti yang sudah disebutkan di atas, apabila dikaitkan dengan

pembelajaran formal di sekolah, lebih khusus pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) di sekolah tentunya tidak bisa dilepaskan dari

pembentukan karakter dan akhlak dari para siswa. Tentunya pemberian

materi pelajaran PAI di sekolah diharapkan mampu mencetak siswa-siswa

yang berakhlak mulia. Sebuah akhlak dikatakan baik atau buruk

didasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah.5

4
Krida Salsabila and Anis Husni Firdaus, “Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil
Bangkalan,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 6, no. 1 (2018): 39.
5
Nurhartanto, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur’an Surat ali Imran Ayat 159-160.”
Hlm 157-158
4

Remaja atau pelajar adalah generasi penerus bangsa, oleh karena

itu kaum remaja semestinya mendapatkan pendidikan dengan baik

sehingga memiliki kemampuan untuk melanjutkan cita–cita luhur bangsa

serta dapat bersaing dengan negara-negara maju. Pendidikan awal dimulai

dari pendidikan dalam keluarga oleh orang tua dan dilanjutkan dengan

pendidikan formal di lembaga pendidikan yang diberikan oleh tenaga

pendidik profesional. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang

bisa merubah sikap, perilaku, emosi dan pengetahuan peserta didiknya ke

arah yang lebih baik. Namun saat ini masih banyak kita temukan para

remaja yang berstatus pelajar melakukan pelanggaran norma baik di

sekolah maupun di masyarakat. Sebagian dari mereka ada yang sampai

melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat. Semua ulah remaja ini

dikenal dengan sebutan kenakalan remaja.6

Pendidikan merupakan sebuah proses yang melingkupi seluruh

fase kehidupan manusia, mulai dari masa konsepsi sampai dengan

kehidupan manusia berakhir.7 Tujuan pendidikan di Indonesia telah

dirumuskan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3. Tujuan dan

fungsi pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya, hal

tersebut dapat tercapai jika pendidikan diarahkan pada proses penguatan

iman, akhlak, ilmu, kreatifitas, kemandirian, dan kesadaran demokratis-

tanggung jawab. Agar tercapai manusia yang seutuhnya diperlukan sistem

6
I Gede Agung Jaya Suryawan, “Cegah Kenakalan Remaja Melalui Pendidikan Karakter,” Jurnal
Penjaminan Mutu 2, no. 1 (2016): 64.
7
Azizah Munawwaroh, “Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakter,” Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam 7, no. 2 (2019): 141.
5

pendidikan yang baik dan benar salah satunya adalah melalui pendidikan

akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam.8

Pendidikan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam akan

membentuk generasi muda yang kuat secara mental, meraka tidak akan

mudah terpengaruh oleh arus medernisasi.9 Sebaliknya, para generasi

muda akan mampu mengendalikan arus perubahan yang dirasa kurang

baik, mampu memilah-memilih pola kehidupan yang sesuai ajaran atau

pendidikan Islam.10 Berdasarkan hal tersebut kedudukan akhlak dalam

kehidupan manusia mempunyai posisi yang sangat fundamental. 11 Akhlak

merupakan situasi batiniah manusia yang diwujudkan dalam perbuatan-

perbuatan lahiriyah yang akan tampak sebagai wujud nyata dari hasil

perbuatan baik atau buruk menurut Allah SWT dan manusia.12.

Ada banyak konsep atau pendekatan pendidikan akhlak yang dapat

dipilih-diterapkan dalam proses pembelajaran di jenjang pendidikan, salah

satunya adalah konsep pendidikan ahlak Syekh Kholil Bangkalan. Beliau

dikenal sebagai ulama kharismatik, tokoh tasawuf sekaligus guru dari para

8
Nurhartanto, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 159-
160.”hlm 157
9
Yoke Suryadarma and Ahmad Hifdzil Haq, “Pendidikan Akhlak Menurut Imam al-Ghazali,” At-
Ta’dib 10, no. 2 (2015): 362–381,
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/460.
10
Muhammad Syamsi Harimulyo, Benny Prasetiya, and Devy Habibi Muhammad, “Nilai-Nilai
Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Dan Relevansinya,” Jurnal Penelitian
IPTEKS 6, no. 1 (2021): 72–89.
11
Abdul Khakim dan Miftakhul Munir, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Pada
Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy,” Pendidikan Agama Islam 3
(2017): 101–120.
12
Suryadarma and Haq, “Pendidikan Akhlak Menurut Imam al-Ghazali.”hlm 362-363
6

pendiri lembaga pendidikan pesantren ternama di Indonesia.13 Syekh

Kholil Bangkalan merupakan seorang ulama nusantara legendaris yang

hidup pada abad ke 19. Beliau hidup satu masa dengan Syaikh Nawawi

Banten. Hampir semua ulama besar di tanah jawa abad 20 berguru kepada

Syaikhona Kholil Bangkalan, seperti: KH. Hasyim Asyari (1871-1947)

pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pendiri pondok pesantren Tebu

Ireng, KH. As’ad Shamsul Arifin (1897-1990) pendiri pondok pesantren

Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Asem bagus Jawa Timur dan juga

KH.Wahab Hasbullah (1888-1971) pendiri pondok pesantren Tambak

Beras Jombang.14 Tidak berhenti di situ, santri Beliau juga seorang

presiden pertama Indonesia Ir. Dr. H. Soekarno (1901-1970). 15 Tidak

hanya dikenal sebagai guru dari para ulama di tanah jawa. Beliau dikenal

lewat beberapa karyanya, diantaranya: Al Matnu asy syarif, As Shilah Fi

Bayani An Nikah dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang sejarah Syekh

Kholil Bangkalan tersebut peneliti sangat tertarik untuk mengangkat

sebuah judul penelitian berjudul: Pendidikan Akhlak Perspektif Syekh

Kholil Bangkalan dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama

Islam.

13
Riza Adrian Soedardi, “Does Religion Matter? Understanding Religion Subject for Formal
Education,”at-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam 4, no. 2 (2019): 104.
14
Saifur Rahman, Surat Kepada Anjing Hitam, 2nd ed. (Jakarta: PPSMCH, 2001).2
15
Zarkazi, “Adab Pernikahan Menurut Syaikhona Kholil Bangkalan Dalam Kitab Al-Silah Fi
Bayani al-Nikah),” TESIS 10, no. 2008 (2009): 1–16.
7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Maraknya sikap amoral pada generasi muda di era yang semakin maju

2. Banyak yang belum mengetahui tentang latar belakang Syekh Kholil

Bangkalan.

3. Banyak sistem pendidikan saat ini terlalu fokus pada pemberian

pelajaran akademik, sementara pendidikan akhlak sering diabaikan.

C. Fokus Penelitian

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dari pokok masalah dan

lebih terarah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Untuk itu

penulis membatasi masalah pada:

1. Bagaimana pendidikan akhlak perspektif Syekh Kholil Bangkalan?

2. Bagaimana Relevansi pendidikan Akhlak perspektif Syekh Kholil

Bangkalan terhadap Pendidikan Agama Islam?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Pendidikan akhlak perspektif Syekh Kholil Bangkalan

2. Relevansi pendidikan akhlak Syekh Kholil Bangkalan terhadap

Pendidikan Agama Islam


8

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

menambah wawasan khususnya bagi penulis, dan para pembaca

umumnya. Serta menambah wawasan khazanah keilmuan

dibidang pendidikan terutama mengenai pendidikan akhlak

menurut Syekh Kholil Bangkalan

b. Penelitian ini dapat dijadikan sumber bacaan dan bahan kajian

lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya khususnya dibidang

pendidikan.

2. Secara Praktis

a. Untuk menambah pengetahuan kepada para pendidik agar

meningkat kemampuannya dan berperan aktif untuk menanamkan

pendidikan akhlak kepada peserta didik.

b. Memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan islam maupun

masyarakat luas agar selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam

memperdalam ajaran agama Islam khususnya tentang pendidikan

akhlak.

c. Untuk dijadikan bahan refrensi bagi pihak pihak yang

membutuhkan guna mengembangkan khazanah pendidikan Islam.


9

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terkait judul tersebut, maka perlu

adanya penjelasan istilah yang berkaitan dengan judul tersebut, yaitu:

1. Pendidikan

Berdasarkan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan

No.20 tahun 2003, mengatakan bahwa pendidikan merupakan “usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi dari Kamus Bahasa

Indonesia (KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta

mendapatkan imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini

memiliki pengertian sebuah metode, cara maupun tindakan

membimbing. Dapat juga didefinisi pengajaran ialah sebuah cara

perubahan etika serta prilaku oleh individu atau sosial dalam upaya

mewujudkan kemandirian dalam rangka mematangkan atau

mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan, pembelajaran,

bimbingan serta pembinaan.16

Sedangkan secara harfiah arti pendidikan adalah mendidik yang

dilaksanakan oleh seorang pengajar kepada peserta didik, diharapkan

orang dewasa pada anak-anak untuk bisa memberikan contoh tauladan,

16
Ratna Sari Dewi Desi Pristiwanti, Bai Badariah, Sholeh Hidayat, “Pengertian Pendidikan,”
Jurnal Pendidikan dan Konseling 4 (2022): 1707–1715.
10

pembelajaran, pengarahan, dan peningkatan akhlak, serta menggali

pengetahuan setiap individu.17

2. Akhlak

Akhlak, merupakan bentuk jamak dari kata “al-khulukun”.

Adapun menurut bahasa diartikan budi pekerti, perangai tingkah laku

atau tabiat, dan kata ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan

kata “al-khalku” yang bermakna “budi pekerti”. Kata al-khalku

mengandung arti kejadian bersifat lahiriyah, seperti cacat fisik.

Sedangkan kata al-khuluku atau al-akhlak mengandung arti budi

pekerti, bersifat rohaniyah, seperti sifat-sifat terpuji dan tercela.

Perumusan kata akhlak dapat dirimuskan sebagai media yang

memungkinkan adanya hubungan baik antara pencipta atau khalik

dengan makhluk dan makhluk dengan makhluk. Baik kata akhlak

atau khuluk.18

Arti akhlak secara terminologi merupakan sifat yang tumbuh dan

menyatu di dalam diri seseorang. Berdasarkan sifat yang ada itulah

terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar,

kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri

dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.19 Akhlak juga

merupakan corak seseorang atau penentu bahwa orang tersebut baik

17
Ibid. 60
18
Akilah Mahmud, “Akhlak Islam Menurut Ibnu Miskawaih,” Jurnal Ilmu Aqidah 6, no. 1 (2020):
84–98, https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/view/15566.
19
Suryadarma dan Haq. hlm 368.
11

ataupun buruk.20

3. Relevansi

Relevansi memiliki kata dasar dari relevan. Relevan memiliki arti

yaitu bersangkut-paut atau berguna secara langsung. Pengertian

relevansi adalah hubungan antara dua hal yang saling terikat apabila

kedua hal itu dicocokkan satu sama lain lalu memiliki keterkaitan

satu dengan yang lainnya.21

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dibangun oleh dua makna esensial yakni

“pendidikan” dan “agama Islam”. Salah satu pengertian pendidikan

menurut Plato adalah mengembangkan potensi siswa, sehingga moral

dan intelektual mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran

sejati, dan guru menempati posisi penting dalam memotivasi dan

menciptakan lingkungannya. Dalam etiknya Aristoteles, pendidikan

diartikan mendidik manusia untuk memiliki sikap yang pantas dalam

segala perbuatan.22

BAB II

20
Zulfatus Sobihah, “Pendidikan Karakter (Akhlak) Menurut Perspektif Islam,” Tarbawiyah
Jurnal Ilmiah Pendidikan 4, no. 1 (2020): 78.
21
Abdul Syatar, “Relevansi Antara Pemidanaan Indonesia Dan Saksi Pidana Islam,” Jurnal
Syariah dan Hukum (2018): 12–26.
22
Mokh Firmansyah, Iman, “Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar Dan Fungsi,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam 17, no. 2 (2019): 79–90.

Anda mungkin juga menyukai