Anda di halaman 1dari 2

Gus Baha: Khilafiyah NU-Muhammadiyah Perihal Posisi Duduk

Imam Setelah Sholat

Di dalam Islam, ada banyak sekali perkhilafan perihal amalan sehari-sehari. Ini
membuat beberapa keragaman cara beribadah umat Islam itu sendiri. Salah
satunya yaitu posisi duduk imam setalah sholat.
Pada kanal Youtube “Santri Gus Baha” (lihat disini
https://www.youtube.com/watch?v=k9KFyXgt7-Q&t=102s ), Gus Baha
menyebutkan perbedaan posisi duduk dua aliran Islam yang ada di Indonesia.
Yaitu Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah. Pengikut Nadhlatul Ulama,
setelah selesai mengerjakan sholat berjama’ah, posisi imamnya tetap
menghadap kiblat. Ini berdasarkan hadist Nabi:
………………………………………………
Artinya: “…………………………………………………”
Akan tetapi, dalam kitab Fathul Bari, dikatakan bahwasanya posisi duduk imam
yang menghadap makmum (setelah sholat) menandakan bahwasanya sholat
tersebut telah selesai dikerjakan. Ini menghindari kemungkinan adanya
makmum susulan, yaitu orang yang mengikat sholat jamaah pada imam yang
sudah selesai mengerjakan sholat. Pada intinya, imam tersebut harus
memberikan tanda atau aba-aba bahwa sholat tersebut sudah selesai dikerjakan.
“karena kalau Nabi tetap seperti itu posisi pacet, maka orang yang baru dating
mengira Nabi masih sholat. Pertanyaannya kalua mereka takbir malah sholatnya
enggak sah, kenapa enggak sah? Menggantungkan sholat atau mengikatkan
sholat dengan orang yang sudah tidak sholat. Jadi menjadikan orang yang
enggak sholat sebagai imamnya kan enggak boleh?”
Ditambah lagi, disebutkan dalam kitab al Mausu’ah Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah
jilid 6 pada hal. 214 : “Disunnahkan bagi imam untuk menghadap kepada
jama’ah dari arah kanan atau kiri berdasarkan sebuah hadits,“Dahulu apabila
Rasulullah selesai melaksanakan shalat, beliau menghadap ke arah kami.” (HR.
Bukhari)

Dalam kitabnya Fathul Bari, pada jilid 2 halaman 334, al imam Ibnu Hajar al
Asqalani berkata, : “Artinya, apabila beliau (Rasulullah SAW) selesai shalat dan
salam, beliau menghadap ke arah makmum. Karena posisi imam yang
membelakangi makmum adalah karena posisinya sebagai imam. Kalau sudah
selesai shalat, hak untuk membelakangi makmum itu sudah tidak ada lagi. Maka
dengan menghadap ke arah makmum pada saat itu, akan tertepislah
kesombongan dan sikap takabbur di hadapan makmum.”

Di dalam redaksi hadist yang lain di sebutkan dalam kitab al Mausu’ah:


“Dimakruhkan bagi imam untuk menghadap ke kiblat secara keseluruhan
selesai shalat, sebagaimana makruhnya ia mengerjakan shalat sunnah
ditempatnya tersebut, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan ummul
mukminin Aisyah bahwa Nabi SAW tidak menetapi tempat duduknya (dalam
shalat) kecuali sekedar membaca : Allahumma anta assalam…” (HR. Muslim)
Intinya, Khilafiyah adalah hal yang sudah terjadi dari semenjak jamannya
imam-imam besar. Baik NU maupun Muhammadiyah memiliki referensi
masing-masing.
Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai