Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Tingkat Setengah Pengangguran

Florentz Magdalena, BPS Provinsi Sulawesi Utara

Mengenai tingkat pengangguran terbuka, mungkin sudah banyak yang tahu. Indikator ketenagakerjaan
ini menjadi salah satu isu penting yang menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 5,86 persen.
Hal ini dapat diartikan bahwa dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 5-6 orang yang mencari
kerja atau menganggur.

Namun, selain TPT, terdapat indikator ketenagakerjaan lain yang tidak kalah penting, yaitu tingkat
setengah pengangguran. Dibandingkan tingkat pengangguran, tingkat setengah pengangguran belum
terlalu banyak dikenal. Jika pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja dan aktif mencari
pekerjaan, setengah pengangguran adalah penduduk yang bekerja namun jam kerjanya di bawah jam
kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia
menerima pekerjaan.

Pada Agustus 2022, hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BPS
menunjukkan tingkat setengah pengangguran Indonesia sebesar 6,32 persen. Angka ini berarti dari 100
penduduk bekerja, terdapat 6 orang yang setengah menganggur. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, angka ini mengalami penurunan sebesar 2,39 persen poin. Penurunan ini dapat
mengindikasikan membaiknya kondisi ketenagakerjaan Indonesia karena lebih banyak setengah
penganggur yang sudah merasa cukup terhadap apa yang telah menjadi pekerjaannya saat ini. Rasa
cukup ini dapat dikaitkan dengan pendapatan yang diperolehnya sudah memadai. Akan tetapi, tidak
langsung dapat dijadikan ukuran tingkat kesejahteraan karena berkurangnya setengah penganggur ini
justru dapat beralih menjadi bukan angkatan kerja, seperti mengurus rumah tangga ataupun penerima
transfer.

Ketika jumlah lapangan pekerjaan di suatu wilayah terbatas, para pencari kerja atau penganggur tidak
mungkin terus bertahan menjadi penganggur karena mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menyebabkan mereka terpaksa menerima atau
melakukan pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan pendidikan atau kemampuan yang dimiliki.
Tentunya hal ini mereka lakukan dengan satu harapan suatu saat kelak akan mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik. Hal inilah yang diduga menjadi faktor penyebab keberadaan setengah pengangguran di
Indonesia.

Jika dilihat dari jenis kelamin, pada Agustus 2022, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 6,58
persen, sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan sebesar 5,91 persen. Lebih tingginya
proporsi laki-laki yang setengah menganggur dapat diakibatkan karena budaya patriarki dimana laki-laki
sebagai kepala keluarga, dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Akibatnya, jika jam kerja
masih di bawah normal yang erat kaitannya dengan penghasilan yang didapatkan, mereka akan mencari
pekerjaan ataupun bersedia menerima tawaran pekerjaan.

Meskipun berbeda, pengangguran dan setengah penganggur memiliki keterkaitan satu sama lain, yaitu
sama-sama pencari kerja. Akumulasi kedua kelompok ini dapat mendeskripsikan seberapa banyak
lapangan kerja yang diperlukan di suatu wilayah. Jika dilihat polanya, penurunan tingkat pengangguran di
Indonesia juga diikuti dengan penurunan tingkat setengah pengangguran. Oleh karena itu, tingkat
setengah pengangguran pun tidak boleh luput dari perhatian pemerintah karena isu setengah
penganggur sama urgensinya dengan tingkat pengangguran terbuka. Jika ditelisik lebih dalam, fenomena
setengah penganggur ini sebenarnya juga dapat menjadi instrumen sendiri bagi pemerintah untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Fenomena setengah penganggur dapat dijadikan strategi alternatif
penyediaan lapangan kerja bagi seseorang yang benar-benar menganggur atau sama sekali tidak bekerja.

Dengan demikian, diperlukan kebijakan yang sesuai terhadap masalah setengah pengangguran di
Indonesia untuk dapat meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas tenaga kerja. Hal ini
dikarenakan meski setengah penganggur memiliki pekerjaan, namun mereka masih menginginkan
pekerjaan lain dan berusaha mencari kerja. Termasuk mereka yang ingin bekerja secara penuh waktu
tapi hanya bisa mendapatkan pekerjaan part-time, ataupun mereka yang terpaksa harus bekerja di
bawah level kemampuannya, umumnya mereka yang bekerja di sektor informal dengan jam kerja yang
tidak tetap serta upah yang rendah sehingga perlu mencari pekerjaan lain untuk tambahan penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai