OLEH KELOMPOK 11 :
Rahmayani (7201142009)
FALKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Analisis Laporan Kinerja. Diharapkan Makalah ini
dapat menjawab segala pertanyaan yang ada mengenai hal tersebut.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Kelompok 10
BAB I
PEDAHULUAN
Kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah menilai kinerjamanajer pusat
pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada intinya bisa dilihat dari efesien dan efektif tidaknya
suatu tanggung jawabnya. Evaluasi dilakukan dengn caramembandingkan antara realisasi
anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kegiatan pembandingan tersebut dilakukan oleh unit usaha ataupun juga perusahaan
secara keseluruhan dengan menggunakan basis bulanan (beberapa diantaranya dngan periode
kuartalan). Beberapa perusahaan hanya melaporkan secara sederhana jumah selisih yang
terjadi selama periode tertentu tanpa melaporkan penyebab terjadinya selisih tersebut.
Gambar 10.1 merupakan contoh laporan kinerja yang dibuat oleh Divisi MBA dengan
periode bulanan.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa divisi ini memperoleh selisih
menguntungkan Rp. 52.000, karena laba sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan laba
yang dianggarkan. Besarnya selisih ini terutama diakibatkan karena pendapatan
sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan. Laporan kinerja seperti ini
tidak dapat menunjukkan sebab-sebab terjadinya selisih pendapatan tersebut. Juga, selisih
yang lain. Sehingga secara keseluruhan laporan tersebut tidak memberikan manfaat di masa
yang akan datang, dan mungkin malah membingungkan. Laporan yang lebih baik seharusnya
menguraikan sebab-sebab selisih dan bagaimana dampaknya terhadap laba, sehingga selisih
harus diuraikan dari tingkatan tertinggi yaitu selisih laba, sampai dengan tingkatan paling
bawah sebagai penyebab terjadinya selisih.
Selisih yang disusun secara hierarkis, dapat dilihat pada Gambar 10.2. Dari gambar
tersebut dapat diketahui, pertama kali ditentukan kinerja unit usaha secara keseluruhan, yang
meruakans elisih antara laba sesungguhnya yang dicapai dengan anggaran laba. Kemudian
selisih ini dibagi ke dalam selisih pendapatan dan selisih biaya. Selisih pendapatan dibagi
menjadi dua selisih yaitu selisih volume dan selisih harga jual, untuk unit usaha keseluruhan
dan untuk pusat pendapatan dari unit usaha. Selisih volume dapat dibagi lagi menjadi dua
selisih yaitu selisih pangsa pasar dan selisih volume industri.Selisih pendapatan juga dapat
dianalisis berdasarkan daerah penjualan. Sedangkan selisih biaya dibagi menjadi dua, yaitu
biaya produksi dan biaya non produksi. Selisih biaya produksi dibagi ke dalam pabrik atau
bagian dalam pabrik, sehingga memungkinkan untuk mengidentifikasi setiap selisih dengan
manajer yang bertanggung jawab secara individual.
Kerangka kerja untuk melakukan analisis selisih yang terjadi menggunakan ide-ide sebagai
berikut :
Gambar 10.03. merupakan rincian anggaran Divisi MBA bulan Januari 2008 yang kinerjanya
dilaporkan pada Gambar 10.1
SELISIH PENDAPATAN (REVENUE VARIANCE)
Pada bagian ini, diuraikan bagaimana menghitung selisih harga jual, selisih volume, dan
selisih campuran. Perhitungan dibuat untuk masing-masing lini produk, dan hasil dari lini
produk tersebut kemudian dikumpulkan untuk menghitung selisih totalnya. Selisih positif
menunjukkan laba (menguntungkan) karena laba sesungguhnya melebihi laba yang
dianggarkan, dan selisih negatif menunjukkan rugi (tidak menguntungkan).
SELISIH HARGA JUAL (SELLING PRICE VARIANCE). Selisih harga jual dihitung
dengan mengalikan perbedaan antara harga sesungguhnya dan harga standar dengan volume
sesungguhnya ((Harga sesungguhnya Harga Standar) x Volume - Sesungguhnya).
Perhitungan selisih harga jual dapat dilihat pada Gambar 10.4.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya selisih harga jual adalah
Rp75.000,00 menguntungkan.
SELISIH CAMPURAN DAN VOLUME (MIX AND VOLUME VARIANCE). Sering- kali
selisih volume dan campuran tidak dipisahkan. Besarnya selisih campuran dan volume dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Perhitungan besarnya selisih campuran dan volume Divisi MBA dapat dilihat pada
Gambar 10.5.
Perhitungan besarnya selisih campuran dan volume Divisi MBA dapat dilihat pada
Gambar 10.5. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya selisih adalah
Rp150.000,00 menguntungkan.
Dalam contoh sebelumnya perbandingan antara laba sesungguhnya dengan laba yang
dianggarkan dilakukan secara bulanan. Beberapa perusahaan menggunakan kinerja untuk
tahun ke tanggal sebagai dasar perbandingan. Sebagai ilustrasi, untuk periode yang berakhir
30 Juni, akan digunakan jumlah yang sesungguhnya dan dianggarkan selama enam bulan
yang berakhir 30 Juni. Perusahaan lain membandingkan anggaran dan realisasinya selama
satu tahun. Jumlah sesungguhnya untuk laporan yang disiapkan pada 30 Juni terdiri dari
jumlah sesungguhnya untuk enam bulan pertama ditambah estimasi penjualan dan biaya
untuk enam bulan berikutnya.
Perbandingan anggaran sesungguhnya dengan harapan kinerja sesungguhnya untuk
tahun tersebut menunjukkan bagaimana dekatnya manajer unit usaha mengharapkan untuk
mencapai target laba tahunan. Jika prestasi untuk tahun ke tanggal lebih buruk dari pada
anggaran untuk tahun ke tanggal, memungkinkan defisit atas prestasi yang dicapai bisa
diatasi untuk bulan-bulan berikutnya. Di lain pihak kekuatan yang menyebabkan kinerja
sesungguhnya atas anggaran yang rendah untuk tahun ke tanggal bisa saja diharapkan
berlanjut untuk tahun yang tersisa, dimana akan menghasilkan jumlah yang berbeda dari
jumlah yang dianggarkan.
Manajer puncak membutuhkan estimasi realistik dari laba untuk tahun tersebut, baik
karena disebabkan kebutuhan akan perubahan kebijakan dividen, memenuhi kas tambahan,
atau mengubah tingkat pengeluaran biaya kebijakan dan juga karena estimasi saat ini dari
kinerja tahun tersebut kerap dilengkapi untuk analis keuangan dan pihak luar lainnya.
Pada banyak perusahaan perubahan harga ataupun faktor lain diharapkan akan
membawa perubahan harga jual, dan tugas manajer pemasaran adalah untuk memperoleh laba
kotor yang dianggarkan. Kebijakan seperti ini khususnya penting pada periode terjadinya
inflasi. Analisis selisih pada sistem seperti itu tidak akan menghasilkan selisih tentang harga
jual. Juga, akan ada selisih laba kotor; laba kotor per unit berbeda antara harga jual dan harga
pokok produk.
Hal ini dilakukan dengan mensubstitusi laba kotor untuk Laba kotor untuk harga jual
dalam persamaan pendapatan. perbedaan antara harga jual sesungguhnya dengan harga pokok
standar. Harga pokok standar hendaknya memasukkan perhitungan tersebut ke harga pokok
produksi yang disebabkan oleh perubahan harga bahan baku dan tenaga kerja. Standar ini,
lebih dari sesungguhnya, biaya yang digunakan atas ketidakefisienan produksi tidak
mempengaruhi organisasi pemasaran.
STANDAR EVALUASI
Ada tiga jenis standar untuk menilai aktivitas sesungguhnya suatu unit usaha dalam
sistem pengendalian manajemen yakni (1) standar atau anggaran yang ditentukan
sebelumnya, (2) standar historis, (3) standar eksternal.
STANDAR ATAU ANGGARAN YANG DITETAPKAN SEBELUMNYA.
Jika standar atau anggaran ini disusun secara hati-hati dan dikoordinasikan dengan
baik, maka standar ini sangat bagus. Standar ini merupakan dasar kinerja sesungguhnya yang
dipakai pada kebanyakan perusahaan. Jika anggaran tersebut disusun dengan cara tidak hati-
hati, cara ini tidak layak menjadi dasar perbandingan.
STANDAR HISTORIS.
Cara ini merupakan catatan kinerja sesungguhnya pada masa lalu. Kelemahan
mendasar dari standar ini adalah: pertama, keadaan sekarang mungkin sudah berubah antara
dua periode yang dibandingkan. Kedua, kinerja periode sebelumnya belum tentu dapat
diterima.
STANDAR EKSTERNAL.
Standar ini diperoleh jawaban atau perusahaan lain. Kinerja dari satu kantor cabang
berbeda dengan kinerja kantor cabang lainnya. Jika kondisi pada dua pusat
pertanggungjawaban ini sama, perbandingan seperti menjadi dasar evaluasi kinerja.
KETERBATASAN STANDAR.
Selisih antara kinerja sesungguhnya dengan standarnya bermanfaat jika diperoleh dari
standar yang valid. Walaupun cukup mengacu pada selisih menguntungkan dan tidak
menguntungkan, kata- kata ini menunjukkan standar tersebut merupakan ukuran yang layak
dari kinerja yang seharusnya. Walaupun biaya standar tidaklah akurat, estimasi dari biaya
yang seharusnya mungkin dibawah kondisi. Situasi berikut bisa timbul karena alasan berikut:
pertama, standar tidak dibuat dengan sempurna. Kedua, walaupun dibuat dengan sempurna
sesuai kondisi saat itu, kondisi yang berubah menjadikannya standar yang absolut.
FULL-COST SYSTEM
Jika perusahaan menggunakan sistem biaya penuh (full-cost system), maka baik biaya
variabel maupun biaya tetap dimasukkan sebagai elemen persediaan pada biaya standar per
unit. Jika persediaan akhir lebih besar dari pada persediaan awal, beberapa biaya overhead
tetap yang terjadi pada periode tersisa pada persediaan lebih dari mengalirkannya ke harga
pokok penjualan. Sebaliknya, jika persediaan menurun selama periode tersebut, lebih banyak
biaya overhead tetap dikurangkan pada pokok penjualan dari pada jumlah sesungguhnya
yang periode tersebut.
Jika tingkat harga persediaan berubah, dan jika volume produksi berbeda dari yang
dianggarkan, bagian dari selisih volume produksi selisih volume dimasukkan dalam
persediaan. Juga, jumlah produksi ini harus di hitung dan dilaporkan. selisih merupakan
perbedaan biaya tetap produksi yang sesungguhnya dan biaya produksi tetap standar pada
volume bersangkutan.
Selisih menguntungkan pada biaya teknik biasanya memberikan indikasi kinerja yang baik;
yakni makin rendah biaya maka lebih baik kinerjanya. Sebaliknya, kinerja pusat biaya
kebijakan biasanya dinilai atas dasar kepuasan jika biaya sesungguhnya sama dengan yang
dianggarkan.
• Walaupun cara ini menunjukkan dimana selisih itu terjadi tapi ia tidak menjelaskan
alasan terjadinya selisih dan tidak menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan sebagai
tindak-lanjutnya.
• Tidak memberikan penjelasan apakah selisih yang terjadi tersebut penting atau tidak.
• Karena laporan kinerja merupakan kumpulan laporan, penyeimbangan selisih akan
membingungkan pembaca laporan tersebut.
• Karena laporan kinerja merupakan kumpulan laporan, maka manajer menjadi lebih
tergantung pada keterangan dan ramalan.
• Laporan analisis selisih hanya menunjukkan apa yang telah terjadi, tidak
menunjukkan apa pengaruh dimasa mendatang terhadap tindakan yang telah
dilakukan manajer.
INFORMASI LAIN
Disamping menerima laporan selisih terhadap anggaran dan data sesungguhnya, manajer unit
usaha tertentu juga menerima informasi dari sumber lainnya.
VARIABEL KUNCI
Sebelumnya sudah dibahas pentingnya penentuan dan pelaporan variabel kunci tertentu yang
memerlukan tindakan segera. Variabel-variabel ini merupakan indikator penting atas
kesuksesan perusahaan. Yang terpenting adalah informasi atas variabel kunci harus menjadi
perhatian utama manajer unit usaha.
Disamping tujuan keuangan yang harus dicapai maka tujuan non keuangan perlu juga dicapai
karena perlu untuk menganalisis kinerja sebagai tambahan informasi pada anggaran laba..
INFORMASI INFORMAL
Manajer memperoleh informasi bisa dari komunikasi dengan orang lain, memo, rapat, dan
sumber informasi lainnya. Kepentingan relatif informasi informal, dibandingkan dengan
laporan formal yang telah diuraikan, berbeda dengan yang diinginkan oleh manajer.
TINDAKAN MANAJEMEN
Bagaimanapun juga keseimbangan antara informasi formal dan informal, prinsip yang
terpenting adalah: laporan laba bulanan seharusnya tidak berisi banyak kejutan. Informasi
yang signifikan hendaknya dikomunikasikan secara cepat segera setelah informasi tersebut
diketahui. Laporan formal tetaplah penting.
• Laporan ini menyediakan tekanan yang diperlukan pada manajer tingkat bawah untuk
mengambil tindakan perbaikan atas inisiatif mereka sendiri.
• Informasi informal bisa saja tidak lengkap atau salah arti.
• Jumlah dalam laporan formal menyediakan informasi akurat. yang lebih
• Laporan formal bisa mengkonfirmasikan atas informasi dari pihak luar.
ASPEK PERILAKU PADA PENILAIAN PRESTASI
Kebanyakan perusahaan menggunakan teknik yang sama dalam penyusunan dan me-review
anggaran laba dan dalam laporan yang berurutan terhadap anggaran yang disetujui. Inilah
yang disebut aspek teknis dalam sistem penyusunan anggaran formulir yang digunakan untuk
menyusun anggaran, format selisih biaya dan realisasinya, frekuensi pelaporan, dan lain-lain
sama pada banyak perusahaan. Namun perbedaannya adalah cara menggunakan informasi
yang dihasilkan oleh sistem penganggaran tersebut.
Pengawasan ketat didasarkan atas filosofi bahwa manajer bawahan bekerja secara efektif jika
mereka hanya ditargetkan untuk jangka pendek saja, dan manajer puncak bisa membantu
bawahan dalam mengatasi masalah harian. Sehingga, manajer bawahan bisa menghasilkan
keputusan yang lebih baik jika dibantu oleh atasannya. Dengan pengawasan ketat, tujuan laba
suatu manajer unit usaha dipertimbangkan sesuai komitmen perusahaan dimana ia akan
diukur dan kemudian dievaluasi. Setiap bulan, kinerja sampai saat itu dibandingkan dengan
kinerja yang diharapkan, selisih terinci diidentifikasi dan didiskusikan, dan dilakukan
tindakan perbaikan jika anggaran yang telah ditetapkan tidak cocok. Jadi, sistem pengawasan
ketat merupakan suatu sistem dimana kinerja manajer dievaluasi terutama berdasarkan
kemampuannya mencapai target yang telah ditetapkan.
• Pengawasan ketat cenderung mencegah manajer untuk bersikap tidak efisien ataupun
membuang-buang waktu.
• Tekanan yang konsisten memotivasi manajer untuk mencari jalan yang lebih baik
untuk menjalankan operasional perusahaan seperti saat ini.
• Manajer lebih memfokuskan pada tindakan jangka pendek dari pada kepentingan
jangka panjang perusahaan.
• Untuk memenuhi laba jangka pendek, manajer unit usaha tidak melakukan tindakan
yang bermanfaat untuk jangka panjang. Misalnya manajer tidak akan melakukan
investasi walaupun pada jangka panjang akan mendatangkan keuntungan.
• Kegunaan laba yang dianggarkan sebagai tujuan yang akan dicapai, bisa mengubah
komunikasi antara manajer unit usaha dan manajer puncak. Jika manajer unit usaha
dievaluasi atas dasar anggaran laba, maka ia akan membuat target yang kira-kira
mudah dicapai saja.
• Pengawasan ketat akan mendorong manajer untuk memanipulasi data.
Studi empiris yang pernah dilakukan Hopwood mengemukakan bahwa pengawasan ketat
akan menjadikan :
Kemampuan unit usaha untuk menciptakan pencapaian laba yang seimbang yang
memungkinkan tercapainya tujuan tersebut akan tergantung pada :
• Besarnya keleluasaan bagi manajer unit usaha untuk melakukan uji coba.
• Tingkat dimana variabel kinerja secara kritis bisa dipengaruhi oleh manajer unit
usaha.
• Tingkat ketidakpastian yang melekat pada operasional perusahaan.
• Rentang waktu pengaruh keputusan manajer yang dibuatnya.
BAB III
KESIMULAN
A. RANGKUMAN
Manajer unit usaha melaporkan kinerja yang telah dilakukannya ke atasannya.
Pelaporan ini dilakukan secara teratur. Isi laporan ini berupa perbandingan pendapatan dan
biaya sesungguhnya dan anggaran yang telah ditetapkan. Jika terjadi penyimpangan diberikan
penjelasan terinci. Laporan yang diterima oleh manajer puncak diteliti dan dianalisis,
disamping juga memperhatikan kebenaran laporan yang disampaikan. Pelaporan dalam hal
ini juga akan menentukan tingkat kompensasi yang akan diberikan kepada manajer pusat
pertanggungjawaban yang bersangkutan.
DAFTAR PUSAKA
Anthony dan Govindarajan, Management Control System, 9th ed. (New Jersey: :
Irwin /McGraw Hill, 1998), Hal.55
Eka, S. L., & Triaman, P. N. (2022). Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap
Kinerja Pegawai. Jurnal Akuntansi, Manajemen Dan Ekonomi (Jamane), 1(1), 15-20.
Trisnanda, N. R., Masitoh, E., & Siddi, P. (2022). Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban,
Komitmen Organisasi, dan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja
Manajerial. Ecobisma (Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Manajemen), 9(1), 157-167.