Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang
spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya
(ANA). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan intervensi dari adanya respons
individu akan masalah kesehatan mental yang actual maupun potensial (Sakman,
2016).
Pelayanan yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit
mental, menjaga kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan
fisik dan mental, diagnosis dan intervensi dari gangguan mental dan akibatnya,
dan rehabilitasi. Keperawatan jiwa / mental diharapkan mampu mengkaji secara
komprehensif, menggunakan ketrampilan memecahkan masalah secara efektif
dengan pengambilan keputusan klinik yang komplek (advokasi), melakukan
kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap issue yang mencakup dilema etik,
pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab fiskal. Kesehatan Jiwa adalah
Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Salah satu individu dengan masalah
psikososial adalah anak jalanan dan gelandangan (Sakman, 2016).
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan?
1.2 Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan
2. Untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan.
3. Untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan.
4. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan
5. Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada anak jalanan

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Jalanan


Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum
yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,
namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Menurut Departmen
Sosial RI (1999), pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah
usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga
hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalanan. UNICEF
memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street Child are those who have
abandoned their homes, school and immediate communities before they are
sixteen years of age, and have drifted into a nomadic streat life. Berdasarkan hal
tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang
sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat
terdekantnya, larut dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya (Sakman,
2016).
Gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran di jalan-jalan umum, sehingga dapat mengganggu ketertiban umum
dan merusak keindahan lingkungan (Sakman, 2016).

2.2 Etiologi anak jalanan


Berikut faktor penyebab psikotik, antara lain:
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat
6. Keluarga tidak perduli
7. Keluarga malu

2
8. Keluarga tidak tahu
9. Obat tidak diberikan dan Tersesat ataupun karena Urbanisasi (Sakman, 2016).
2.3 Manifestasi Klinis
1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,
2. Rambutnya seperti sapu ijuk
3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang
berisi macam-macam barang
4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
5. Sukar diajak berkomunikasi
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok (Herlina, 2014).

2.4 Layanan yang dibutuhkan oleh anak jalanan dan gelandangan psikotik
1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan
2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan
psikologis
3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan
penempatan dalam masyarakat.
5. Kebutuhan rohani (Herlina, 2014).

3
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Sekitar 2 hari yang lalu sebelum masuk RSJ, Sapul PP Sering memperhatikan
anak jalanan yang sering menyendiri dibawah jembatan, dia juga sering dibuli oleh anak
jalanan lainnya. Tetapi dia hanya diam saja. Sapul PP yang melihat kejadian itu merasa
kasian dan membawa anak itu ke RSJ. Ketika ditanya dia hanya diam dan seperti orang
ketakutkan, Perawat melakukan wawancara kepada sapul PP dan pada anak jalanan itu.
Hasil pengkajian : klien merasa malu karna kaki kirinya sudah diamputasi, dan
orang tuanya sudah meninggal, rumah mareka juga disita oleh pihak bank sehingga
pasien tidak tau harus tinggal dimana, dia merasa tidak berguna lagi. Dia juga tidak mau
melakukan aktifitas apapun.
Hasil pemeriksaan : muka kusam, raut wajah sedih dan lesu, Rambut acak acakan
dan berkutu, penampilan berantakan dan tercium aroma tidak sedap, sering menunduk
ketika berbicara, suara lemas dan kecil. Lebih banyak diam, sering melirik seperti orang
curiga.

4
3.1 Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. Ds: Koping diri tidak Defisit Perawatan Diri
 Dia juga tidak mau efektif
melakukan aktifitas
apapun.
DO:
 muka kusam,
 raut wajah sedih dan
lesu,
 Rambut acak acakan
dan berkutu,
 penampilan
berantakan dan
 tercium aroma tidak
sedap,
2. DS: Koping diri tidak Harga Diri Rendah
 sering menyendiri efektif
 sering dibuli
 klien merasa malu
karna kaki kirinya
sudah diamputasi.
 Merasa tidak
berguna lagi
DO:
 Sering diam Sedih
lesu
 Sering menunduk
ketika bicara

5
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan 3x Observasi:
24 jam diharapkan  Identifikasi kebiasaan
pasien mendapatkan aktivitas perawatan
kriteria hasil : diri sesuai usia
1. Kemampuan  Monitor tingkat
mandi kemandirian
2. Kemampuan
makan sendiri Terapeutik:
3. Kemampuan ke  Sediakan lingkungan
toilet sendiri yang teraupetik
4. Mampu  Siapkan keperluan
melakuakan pribadi
perawatan diri  Dampingi dalam
5. Mampu melakukan perawatan
mempertahankan diri sampai mandiri
kebersihan diri  Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi:
 Anjukan melakukan
perawatan dini secara
konsisten sesuai

6
kemampuan.
2. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan 3x Sp 1 :
24 jam diharapkan  Mengindentifikasi
pasien mampu kemampuan dan
mendpatkan kriteria aspek positif yang
hasil : dimiliki pasien.
1. mampu Sp 2 :
mengatasi harga  Menilai
diri rendah (-) kemampuan yang
2. mampu dapat di gunakan.
bersosialisasi lagi  Menetapkan/
3. merasa dirinya memilih kegiatan
berguna sesuai
4. fokus kemampuan.
5. mampu  Melatih kegiatan
kosentrasi sesuai
kemampuan yang
dipilih 1.
Sp 3 :
 Melatih kegiatan
sesuai
kemampuan yang
dipilih 2
Sp 4 :
 Melatih kegiatan
sesuai
kemampuan 3

7
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No Implementasi keperawatan Evaluasi keperawatan
1. Observasi: S:
 mengidentifikasi kebiasaan  pasien mengatakan sudah lebih
aktivitas perawatan diri sesuai segar dari biasanya
usia O:
 Memonitor tingkat kemandirian  Sudah mampu mandi sendiri
Terapeutik:  Sudah mampu merawat diri
 memnyediakan lingkungan  Sudah tidak bau lagi
yang teraupetik  Sudah bisa menjadwalkan
 menyiapkan keperluan pribadi mandi dan perawatan sendiri
 memdampingi dalam A: Masalah teratasi
melakukan perawatan diri P: Intervensi dihentikan.
sampai mandiri
 menjadwalkan rutinitas
perawatan diri.
Edukasi:
menganjukan melakukan
perawatan dini secara konsisten
sesuai kemampuan.
2. Sp 1 : S:
 Mengindentifikasi  pasien lebih membaik dari
kemampuan dan aspek sebelumnya
positif yang dimiliki pasien.  pasien mengatakan senang dan
Sp 2 : antusias
 Menilai kemampuan yang O:
dapat di gunakan.  sudah mau bersosialisasi
 Menetapkan/ memilih dengan orang lain

8
kegiatan sesuai  HDR (-)
kemampuan.  Tampak lebih ceria
 Melatih kegiatan sesuai  Mulai fokus
kemampuan yang dipilih 1.  Mampu mengerjakan sesuatu
Sp 3 : sesuai arahan dengan terarah
 Melatih kegiatan sesuai A: Masalah teratasi
kemampuan yang dipilih 2 P: Intervensi dihentikan.
Sp 4 :
 Melatih kegiatan sesuai
kemampuan 3.

9
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak jalanan adalah anak yang dalam keschariannya hidup
dijalanan. Mereka bermain, bergaul dan mencari nafkah dijalanan. Anak
jalanan adalah anak bangsa juga, kehadiranya tidak perlu dikucilkan, dijauhi,
ataupun ditelantarkan. Pada hakikatya mereka tidak ingin menjadi anak
jalanan, namun kondisi sosial dan ekonomi yang membuat mereka menjadi
seperti itu. Mereka harus dibina, dididik, dirangkul, dirawat dan dipelihara
oleh negara. Anak jalanan memiliki potensi-potensi seperti layaknya anak-
anak lain. Mereka bisa berprestasi seperti anak-anak yang lain namun karena
keterbatasan ekonomi mereka menjadi terlantar. Potensi yang ada pada diri
mereka harus diberdayakan. Dalam memberdayakan anak jalanan yang
tersebar di seluruh penjuru negeri ini tidaklah mudah. Dengan bertumpu
pada peran pemerintah untuk memberdayakan potensi anak jalanan tidaklah
cukup Untuk memberdayakan potensi anak jalanan diperlukan sinergitas
(penyatuan kekuatan berbagai pihak). Pemerintah, masyarakat, LSM dan
pihak-pihak lain harus bersatu untuk membantu memberdayakan anak
jalanan (Sakman, 2016)
4.2 Saran
semoga pembaca makalah ini bias mengambil ilmu yang bermanfaat atas apa
yang tersedia di malakah ini dan memberi kritik saran yang membangun
untuk kedepan yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, A. (2014). Kehidupan Anak Jalanan Di Indonesia: Faktor Penyebab, Tatanan
Hidup Dan Kerentanan Berperilaku Menyimpang. Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat, 5(2), 145–155.
Sakman. (2016). Studi Tentang Anak Jalanan (Tinjauan Implementasi Perda Kota
Makassar Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan , Gelandangan ,
Pengemis , dan Pengamen di Kota Makassar ). Supremasi, XI(3), 1–21.

11

Anda mungkin juga menyukai