Chayati A'malin Muhammad Dhifa Muhammad Rafly Fenomena stratifikasi sosial adalah hasil dari proses di mana masyarakat mengalami differensiasi dan pembagian peran berdasarkan faktor-faktor tertentu.
Fenomena stratifikasi sosial seringkali menciptakan
ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Kajian dan pemahaman terhadap fenomena ini penting untuk mencari cara-cara yang lebih adil dan inklusif dalam mengorganisasi struktur sosial. Fenomena stratifikasi sosial Kelas Sosial: Pembagian masyarakat berdasarkan Status Sosial: Pembagian masyarakat 1 faktor ekonomi, seperti kekayaan, pekerjaan, dan 4 berdasarkan status sosial, yang dapat pendapatan. Kelas sosial biasanya terdiri dari melibatkan faktor-faktor seperti pendidikan, pekerjaan, atau prestasi dalam kelompok-kelompok yang memiliki akses yang bidang tertentu. berbeda terhadap sumber daya ekonomi.
Gender: Stratifikasi sosial juga dapat
Kasta: Beberapa masyarakat mengalami 5 2 stratifikasi sosial berdasarkan kasta, yang dapat terjadi berdasarkan jenis kelamin. Sebagai contoh, pada beberapa ditentukan oleh kelahiran atau keturunan. masyarakat, perempuan mungkin Anggota kasta memiliki peran dan hak-hak mengalami keterbatasan akses tertentu dalam masyarakat dan seringkali sulit terhadap pendidikan dan pekerjaan untuk bergerak antar kasta dibandingkan dengan laki-laki.
Ras: Stratifikasi sosial berdasarkan ras
6 adalah sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan ras atau warna kulit. Sistem ini menekankan pada aspek ras manusia sebagai dasar untuk membentuk struktur masyarakat CONTOH FENOMENA STRATIFIKASI SOSIAL Stratifikasi Sosial: Sistem kasta di India & Sistem Ras di Bolivia
Kasta di India adalah sistem sosial
yang telah ada selama ribuan tahun. Sistem ini membagi masyarakat India menjadi kelompok-kelompok yang disebut kasta, yang menentukan status sosial seseorang sejak lahir. Dalam kasus India, pengaruh kultur Aryan dan agama Hindu membentuk 5 kelas, yaitu : Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Pariya/Dalit (The Untouchables). Dalam kasus India, pembentukan kelas-kelas yang seringkali disebut kasta terbagi menjadi dua konsep, yaitu Varna dan Jati. Konsep Varna merupakan konsep kelas yang membagi masyarakat India menjadi Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan satu kelompok masyarakat yang sering disebut “The Untouchables” atau Dalit. Sedangkan Jati, merupakan kasta yang mengacu kepada kelahiran. Pengelompokan ini mendapatkan banyak perkembangan dengan adanya intervensi Inggris yang melakukan kolonialisasi di India. Inggris membagi India berdasarkan kasta dan memberikan perlakuan yang berbeda disetiap kastanya dalam bidang politik maupun ekonomi. Dari kelima kasta tersebut, Kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya memiliki kecenderungan sebagai Ruling Class, sementara Kasta Sudra dan Kasta Dalit sebagai ruled class. Ironisnya, Kasta Dalit seringkali tidak dianggap sebagai manusia dan diekslusi oleh kultur masyarakat India. Sementara itu, Sistem Ras di Bolivia terbagi menjadi tiga kelas, yaitu : Ras kulit putih (Keturunan Spanyol), Mestizo, dan kaum Indian. Yang menjadi pembeda antara Bolivia dan India dengan negara-negara lain yang memiliki kesenjangan sosial tinggi adalah pertentangan kelas yang terjadi di kedua negara ini tidak hanya didasarkan pada ekonomi. Pertentangan kelas di kedua negara ini diperuncing oleh kebudayaan kedua negara yang membentuk model kelas tersendiri disamping pembentukan kelas yang didasarkan pada relasi ekonomi. Dalam kasus Bolivia, sistem stratifikasi sosial didasarkan ras terbagi menjadi Ras Arya (Keturunan Spanyol), Mestizo, dan Indian. Munculnya sistem kelas sosial berdasarkan ras ini disebabkan oleh kolonialisme Bangsa Spanyol atas masyarakat Indian yang menetap disekitar Pegunungan Andean. Penaklukan yang dilakukan Spanyol terhadap suku Indian telah menyebabkan pengurangan jumlah suku Indian secara signifikan yang disebabkan oleh kematian karena penyakit, perang, dan pembantaian. Tercatat, satu pertiga jumlah penduduk mati pada tahun 1530-1560 (Rivera, 1991). Pasca- kemerdekaan Bolivia, situasi tidak pernah berubah, Suku Indian sebagai warga pribumi tetap menjadi warga negara kelas tiga yang diperlakukan tidak sebagai manusia dan akses-akses terhadap kekuasaan, ekonomi, politik, dan bidang-bidang lain tetap dikuasai oleh ras kulit putih dan Mestizo sebagai ruling class. Pembagian kelas yang didasarkan pada kasta dan ras menjadi polemik tersendiri? Pembagian kelas yang didasarkan pada kasta dan ras menjadi polemik tersendiri, sebab kelas sebagai identitas diri mereka tidak akan pernah lepas sejak kelahiran hingga kematian. Padahal, masyarakat yang terlahir di Bolivia dan India tidak akan pernah bisa memilih untuk terlahir dari seorang ibu yang menjadi ruling class ataupun ruled class. Hal inilah yang menjadi penghambat seseorang untuk melakukan mobilitas sosial, menciptakan kesenjangan sosial yang tinggi di kedua negara, dan memperuncing pertentangan kelas di kedua negara. Pertentangan kelas inilah yang menjadi akar dari permasalahan kesenjangan sosial dan kesenjangan ekonomi yang tinggi yang terjadi di Bolivia dan India. Menurut Karl Marx konflik pertentangan kelas disebabkan hubungan ekonomi antara ruling class dan ruled class yang saling berkonflik satu sama lain untuk mempertahankan kekuasaan kelasnya atas kelas lain. Dalam zaman kapitalisme saat ini, ruling class adalah kaum borjuis yang memiliki alat produksi dan menguasai sumber daya, sementara ruled class adalah mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada minoritas orang yang menguasai sumber daya. Dalam mempertahankan hegemoni satu kelas terhadap kelas lain, suatu kelas akan saling bersaing untuk memperebutkan negara beserta instrumen-instrumen negara yang bisa menjadi alat pemaksa kepentingan kelas. Dengan begitu, kelas yang berkuasa akan melakukan penutupan-penutupan akses sosial dan ekonomi terhadap kelas yang dikuasai. Dalam konflik kelas tersebut menurut Frank Parkin terdapat dimensi penutupan-penutupan sosial dan ekonomi oleh kelas yang berkuasa terhadap kelas yang dikuasai. Penutupan sosial ini bisa berupa pengucilan yang dilakukan suatu kelompok masyarakat secara tersistematis dengan membatasi akses- akses dan kesempatan kelompok lain atas sumber daya. Jika mengacu pada Max Webber penutupan sosial ini dilakukan oleh suatu kelompok etnik, ras, agama, gender, dan kelompok- kelompok horizontal lainnya yang disebabkan oleh perasaan memiliki hak atas privilege suatu kelompok terhadap kelompok lain sehingga terciptalah suatu monopoli sumber daya oleh suatu kelompok. Namun, Webber tidak menjabarkan bahwa sebenarnya penutupan sosial yang terjadi atas dasar perbedaan horizontal pada hakikatnya disebabkan oleh konflik-konflik kelas yang diciptakan atas relasi ekonomi. Padahal Webber telah mengatakan bahwa yang diperebutkan oleh suatu kelompok gender, etnik, ras, dan agama adalah monopoli terhadap akses-akses sumber daya. Gerakan Perlawanan dari Ruled Class
Di India terdapat Gerakan Naxalit yang rata-rata didominasi oleh ruled
class yang bermula pada tahun 1967 di desa Naxalbari, Benggala Barat, India. Gerakan ini juga didukung oleh Partai Komunis Maois yang berada di India. Gerakan ini melakukan tuntutan hak atas tanah, gaji minimum, sumber daya milik umum, dan perumahan. Gerakan Naxalit ini juga melakukan penyitaan tanah tuan tanah yang berasal dari ruling class lalu membagi-bagikannya pada rakyat tidak bertanah yang merupakan ruled class. Di Negara Bagian Kerala, Partai Komunis India (Marxis) yang anti kasta berhasil menguasai negara bagian tersebut bertahun-tahun dan berhasil membawa prestasi tersendiri terhadap negara bagian tersebut. Human Development Index di Kerala merupakan yang paling tinggi diantara negara bagian India yang lain dengan angka 0,625. Kesenjangan sosial di Kerala merupakan yang terendah di India dengan 17% dan Kerala juga menempati tempat tertinggi dalam pelayanan kesehatan terbaik di India dengan angka 0,854.
Sementara itu, di Bolivia gerakan kaum tertindas termanifestasi dalam
gerakan masyarakat Indian (pribumi) dan gerakan petani koka (Chocaleros) , selain itu kaum Indian juga membentuk partai politik yang bernama Movimiento al Socialismo (MAS) atau Gerakan untuk Sosialisme yang didirikan pada tahun 1995 oleh Evo Morales . Pada pemilu 2006 MAS berhasil memenangi suara di parlemen sebesar 53,7% suara dan unggul jauh atas Podemos di posisi kedua yang hanya mendapat 28,6% suara. Keberhasilan ini juga diikuti oleh keberhasilan Suku Indian mengantarkan Evo Morales yang merupakan Suku Indian asli campuran suku mayoritas Quechua dan Aymara menjadi presiden pertama non-kulit putih dan non-Mestizo. TERIMA KASIH