Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SESI 3

NAMA : POCUT SLANGA

NIM : 20210309229

1. Sekelompok mahasiswa ingin mempelajari hubungan antara kejadian penyakit jantung dan
konsumsi tempe. Dari 800 pegawai depkes, 200 orang pernah dirawat karena serangan jantung.
Dari mereka yang tidak pernah dirawat, 70% diantaranya mengkonsumsi tempe sebanyak 200
gr/hari atau lebih. Sedangkan diantara pegawai depkes yang pernah dirawat sejumlah 80%
mengkonsumsi tempe kurang dari 200 gr/hari. Dapatkah mahasiswa tersebut menyatakan bahwa
konsumsi tempe yang rendah merupakan faktor risiko terkena serangan penyakit jantung.

SAKIT JANTUNG TDK SAKIT JTG TOTAL


FAKTOR MAKAN TEMPE 40 420 460
RESIKO KRG MKN TEMPE 160 180 340
TOTAL 200 600

Odd Ratio/OR = a x d/b x c = 40 x 180 / 420 x 160 = 7200/67.200 = 0.107

Eksponensial (ln OR) + 1,96 V (var ln OR)


Dimana var ln OR = 1/a + 1/b + 1/c + 1/d
e (ln 0.107) + 1.96 √1/40 + 1/420 + 1/160 + 1/180
e (ln 0.107) + 1.96 √0.038 = e (ln 0.107) + 1.96 x 0.194
e (ln 0.107) + 0.38 = e (-2.23)± 0.38
e-2.61 – e-1.85 = 0.07 – 0.157 (confidential limit)

OR = 0.107 dan 95% confidential limit 0.07 – 0.157, artinya individu yang mengkonsumsi tempe
rendah mempunyai kemungkinan 0.107 kali terkena penyakit jantung dibanding individu yang
mengkonsumsi tempe ≥ 200 gr/ hari, namun hasilnya tidak bermakna secara statistic karena nilai
OR tersebut mempunyai nilai lower limit ≤ 1. Kesimpulan: konsumsi tempe yang rendah bukan
merupakan factor resiko terkena penyakit jantung.

2. Hasil studi yang dilaksanakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor bekerja sama dengan
Bagian Urologi FK-UI diperoleh data sebagai berikut: Dari dua ratus ribu pria dewasa bukan perokok
yang diteliti diperoleh angka kanker kandung kencing sebesar 46 per seratus ribu. Sedangkan dari
Duapuluh ribu pria dewasa perokok berat yang diteliti diperoleh angka kanker kandung kencing
sebesar 64 perseribu. Buat kesimpulan yang tepat hasil penelitian tersebut.

KANKER TIDAK KANKER TOTAL


FAKTOR MEROKOK 1280 18720 20000
RESIKO TIDAK MEROKOK 92 199908 200000
TOTAL 1372 218628
Odd Ratio/OR = a x d/b x c = 1280 x 199908 / 18720 x 92 = 148.5

Eksponensial (ln OR) + 1,96 V (var ln OR)


Dimana var ln OR = 1/a + 1/b + 1/c + 1/d
e (ln 148.5) + 1.96 √1/1280 + 1/18720 + 1/92 + 1/199908
e (ln 148.5) + 1.96 √0.010835 = e (ln 148.5) + 1.96 X 0.104
e (5) + 0.20384 = e (4.79) - e (5.2) = 120.3 -181.2 ( confidence limit )

OR = 148.5 dan 95% confidential limit 120.3 – 181.2, artinya pria yang merokok mempunyai
kemungkinan 148.5 kali terkena kanker kandung kencing dibanding pria dewasa bukan perokok,
dan hasil perhitungan bermakna secara statistic karena nilai OR tersebut mempunyai nilai lower
limit ≥ 1. Kesimpulan : merokok merupakan factor resiko kanker kandung kencing.

3. Data yang dikumpulkan dari 16000 orang dewasa umur 45-65 menunjukkan bahwa sebanyak 35%
menderita tekanan darah tinggi. Sepertiga dari yang tidak menderita hipertensi mengkonsumsi
garam dapur rata-rata lebih dari 10 gr perhari, dan jumlah garam yang sama (lebih dari 10 gr
perhari) juga dikonsumsi oleh separuh (1/2) orang yang menderita hipertensi. Bagaimana
kesimpulan penelitian ini (jangan lupa lakukan uji kemaknaan)

HIPERTENSI TDK HIPERTENSI TOTAL


FAKTOR KONSUMSI 2800 3466.7 6266.7
GARAM 10 gr
RESIKO KONSUMSI 2800 6933.3 9733.3
GARAM ≤ 10 gr
TOTAL 5600 10400

Odd Ratio/OR = a x d/b x c = 2800 x 6933.3 / 3466.7 x 2800 = 1.99

Eksponensial (ln OR) + 1,96 V (var ln OR)


Dimana var ln OR = 1/a + 1/b + 1/c + 1/d
e (ln 1.99) + 1.96 √1/2800+ 1/3466.7 + 1/2800 + 1/6933.3
e (ln 1.99) + 1.96 √0.0009 = e (ln 1.99)
+ 1.96 X 0.03 = e (0.64)
+ 0.0588 = e (0.5812)
-e (0.6988)
= 1.78 – 2.01
(confidence limit)

OR = 1.99 dan 95% confidential limit 1.78 – 2.01, artinya konsumsi garam dapur rata-rata lebih
dari 10 gr perhari mempunyai kemungkinan 1.99 kali terkena hipertensi dibanding konsumsi
garam ≤ 10 gr perhari, dan hasil perhitungan bermakna secara statistic karena nilai OR tersebut
mempunyai nilai lower limit ≥ 1. Kesimpulan : konsumsi haram ≥ 10 gr perhari merupakan factor
resiko hipertensi.
4. Penelitian yang dilakukan antara tahun 1947 sampai dengan tahun 1977 pada wanita yang bekerja
dipabrik pengecatan lempeng-lempeng uranium dan wanita yang bekerja sebagai operator telepon.
Jumlah sample yang dipilih secara acak, diketahui insiden kanker tulang dipabrik pengecatan
lempeng-lempeng uranium adalah dua-ratus persepuluh-ribu, sedang insidens pada kelompok
operator telepon adalah empat perseribu. Jumlah wanita yang bekerja dipabrik pengecatan adalah
5000 orang sedangkan yang bekerja sebagai operator telepon sebanyak 2500 orang. Dapatkah kita
menyatakan bahwa bekerja dipabrik pengecatan lempeng-lempeng uranium bukan merupakan
penyebab kanker tulang?

KANKER TULANG TDK KANKER TOTAL


FAKTOR PEKERJA PABRIK 100 4900 5000
LEMPENG
URANIUM
RESIKO OPERATOR 10 2490 2500
TELEPON
TOTAL 110 7390

Risiko Relatif = (a/a+b) / (c / c+d) = (100/500)/(10/2500) = 5

Eksponensial (ln RR) + 1,96 V (var ln RR)


Dimana var ln RR = 1/a + 1/(a+b) + 1/c + 1/(c+d)
e (ln 5) + 1.96 √1/100+ 1/5000 + 1/10 + 1/2500 = e (ln 5) + 1.96 √0.1106
e (ln 5) + 1.96 X 0.33 = e (1.6) + 0.6468
e (0.9532) - e (2.2468) = 2.59 – 9.45 (confidence limit)

RR = 5 dan 95% confidence limit: 2.59 – 9.45


Artinya: Wanita yang berkerja dipabrik pengecatan lempeng-lempeng uranium mempunyai risiko
relatif 5 kali terkena penyakit kanker tulang dibanding Wanita yang berkerja sebagai operator
telepon dan hasilnya bermakna secara statistik. Karena nilai RR tersebut mempunyai nilai ‘lower
limit’ >1. Kesimpulan : bekerja dipabrik pengecatan lempeng-lempeng uranium merupakan factor
resiko kanker tulang.

5. Suatu lembaga penelitian mengumpulkan data antropometri anak balita usia 12-23 bulan di
kabupaten EREHWON dan hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 10% dari 2000 balita yang
tercakup dalam studi itu menderita ‘wasting’ (sangat kurus = z-score berat untuk panjang badan <-
2). Catatan mengenai identitas anak dan keluarganya tertata dengan rapih. Pada tahun berikutnya
tim peneliti mendatangi anak-anak tersebut dan dilaporkan bahwa 30% anak yang menderita
wasting telah meninggal dunia, sedangkan jumlah anak sehat setahun lalu dan sekarang meninggal
dunia sebanyak 93 anak. Buatlah kesimpulan hasil penelitian ini.
MENINGGAL HIDUP TOTAL
FAKTOR WASTING 60 140 200
RESIKO TIDAK WASTING 93 1707 1800
TOTAL 153 1847

Risiko Relatif = (a/a+b) / (c / c+d) = (60/200)/(93/1800) = 6

Eksponensial (ln RR) + 1,96 V (var ln RR)


Dimana var ln RR = 1/a + 1/(a+b) + 1/c + 1/(c+d)
e (ln 6) + 1.96 √1/60+ 1/200 + 1/93 + 1/1800 = e (ln 6) + 1.96 √0.0322 = e (ln 6) + 1.96 X 0.179
e (1.79) + 0.35 = e (1.44) - e (2.12) = 4.2 – 8.4 (confidence limit)

RR = 6 dan 95% confidence limit: 4.2 – 8.4


Artinya: Anak balita yang menderita wasting mempunyai risiko relatif 6 kali meninggal disbanding
anak balita sehat dan hasilnya bermakna secara statistik. Karena nilai RR tersebut mempunyai
nilai ‘lower limit’ >1. Kesimpulan : wasting merupakan factor resiko meningkatnya angka
kematian pada balita.

6. Dari 4000 ibu hamil yang diteliti sebanyak 60% memeriksakan kehamilannya secara teratur yaitu 4
kali atau lebih ke fasilitas pelayanan kesehatan di kabupaten XYZ. Dari ibu-ibu yang tidak
memeriksakan kehamilan nya secara teratur (< 4 kali selama kehamilan) sekitar 25% melahirkan bayi
dengan berat badan lahir ≤ 2500 g. Sedangkan pada kelompok ibu-ibu yang memeriksakan
kehamilannya secara teratur hanya 100 bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2,5 kg.
Buatlah kesimpulan penelitian ini.

BBLR BBLN TOTAL


FAKTOR CEK KEHAMILAN 100 2300 2400
TERATUR
RESIKO TDK CEK 400 1200 1600
TERATUR
500 3500
Risiko Relatif = (a/a+b) / (c / c+d) = (100/2400)/(400/1600) = 0.16

Eksponensial (ln RR) + 1,96 V (var ln RR)


Dimana var ln RR = 1/a + 1/(a+b) + 1/c + 1/(c+d)
e (ln 0.16) + 1.96 √1/100+ 1/2400 + 1/400 + 1/1600 = e (ln 0.16) + 1.96 √0.013525 = e (ln 0.16) + 1.96 X 0.116
e (-1.83) + 0.35 = e (-2.05) - e (-1.6) = 0.12 – 0.2 (confidence limit)

RR = 0.16 dan 95% confidence limit: 0.12 – 0.2


Artinya: Ibu yang tidak memeriksa kehamilan secara teratur mempunyai risiko relatif 0.16 kali
melahirkan bayi dengan BBLR dibanding dengan ibu yang memeriksakan kehamilan teratur,
namun hasilnya tidak bermakna secara statistik. Karena nilai RR tersebut mempunyai nilai ‘lower
limit’ < 1. Kesimpulan : tidak memeriksakan kehamilan secara teratur bukan factor resiko
lahirnya bayi dengan BBLR.

Anda mungkin juga menyukai