PROGRAM KERJA
TRIWULAN KEDUA
KOMITE PPIRS
LAPORAN PELAKSANAAN
PROGRAM KERJA KOMITE PPIRS TRIWULAN II 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs)
masih merupakan masalah serius diseluruh dunia, baik di negara yang sudah maju
maupun yang sedang berkembang.
Terjangkitnya infeksi Nosokomial / HAIs atau sering disebut juga infeksi rumah sakit,
artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas menimbulkan
masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit. Sebagai sebuah
penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit dasar) yang muncul
sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO
atau pun tidak, maka infeksi HAIs dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu
adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik
terhadap pencegahan infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit
Pada laporan ini kami akan memaparkan angka kejadian infeksi yang terjadi di RS Restu
Ibu Balikpapan selama periode triwulan kedua dari bulan April sampai Juni 2022 mudah-
mudahan laporan ini dapat memberi gambaran mutu pengendalian infeksi di rumah sakit
kita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan dan perkembangan Program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi yang telah dicapai RS Restu Ibu. Dalam upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan laporan kegiatan program Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi selama triwulan kedua tahun 2022
b. Menjelaskan evaluasi atau kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi selama triwulan kedua tahun 2022
c. Memantau dan mengevaluasi ulang pelaksanaan program PPI
BAB II
REALISASI PROGRAM KERJA DAN KENDALA
INDIKATOR Angka kejadian Infeksi daerah Operasi (IDO), Infeksi Saluran Kemih
(ISK), Ventilator Associated Pneumonia (VAP), Infeksi Aliran Darah
Primer (IADP), Hospital Acqired Pneumonia (HAP) dan Phlebitis.
TARGET Angka Kejadian :
Infeksi Daerah Operasi (IDO) kurang dari 2 %
Infeksi Saluran Kemih (ISK) kurang dari 4,7 ‰
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) kurang dari 5,8 ‰
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) kurang dari 3,5 ‰
Infeksi Dekubitus kurang dari 1,5 %
Hospital Acquired Pneumonia (HAP) kurang dari 1‰
Phlebitis kurang dari 1 ‰
HASIL SURVEILANS DAN KENDALA
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1,5
0 0 0
0
April Mei Juni
ISK 0 0 0
TARGET 4,7 4,7 4,7
3,5 ISK
0,5
0 0 0 0 0 0 0
-1
Interpretasi:
Berdasarkan hasil grafik diatas terlihat angka kejadian ISK di RS Restu Ibu selama
periode semester pertama pada bulan Januari – Juni 2022 di RS Restu Ibu tidak terdapat
kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK).
- Belum ada yang dilakukan pemeriksaan kultur urine untuk menentukan jenis bakteri
yang ada dalam sampel urine.
Rekomendasi:
- Melakukan koordinasi dengan ketua Komite PPI untuk mengajukan usulan pengadaan
kultur urine
- Mempertahankan teknik Septik dan Aseptik saat melakukan pemasangan chateter
- Mempertahankan kebersihan tangan terutama pada moment kedua
- Penerapan Bundles ISK
2. Infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
2,5
1
0 0 0
-0,5
JAN FEB MARET
VAP 0 0 0
TARGET 5,8 5,8 5,8
2,5
1
0 0 0
-0,5
April Mei Juni
VAP 0 0 0
TARGET 5,8 5,8 5,8
6 5,80‰
4,5 VAP
1,5
0 0 0 0 0 0 0 0
Interprestasi:
Berdasarkan hasil grafik diatas terlihat pada bulan Januari – Juni 2022 di RS Restu Ibu
presentase angka kejadian Infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah
sebesar 0 ‰.
Di RS Restu Ibu jarang sekali pasien di ICU yang terpasang alat ventilator di bulan
Januari sampai Maret hanya 2 pasiennya perbulan di triwulan berikutnya terlihat mulai
ada pemakaian alat ventilator pada pasien ICU.
Rekomendasi :
- Saat pemasangan ventilator, pasien sudah terjadi pneumonia, sehingga pneumonia
yang terjadi adalah Community Acquired Pneumonia (CAP).
- Sudah diterapkannya bundles VAP, termasuk posisi head up 300
- Pemberian peptic ulcer profilaksis belum selalu dilakukan
- Pasien yang menggunakan ventilator sudah meninggal sebelum 48 jam paska
pemasangan ventilator.
3. Infeksi Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
1 1 1 1
0,5
0 0 0 0
JAN FEB MARET
HAP 0 0 0
TARGET 1 1 1
1 1 1 1
0,5
0 0 0 0
April Mei Juni
HAP 0 0 0
TARGET 1 1 1
0,6
0,4
0,2
0 0 0 0 0 0 0 0
Intepretasi:
Berdasarkan hasil grafik diatas terlihat pada bulan Januari – Juni 2022 di RS Restu Ibu
presentase angka kejadian Infeksi Hospital Aquired Pneumonia (HAP) adalah sebesar 0
‰. Dengan masa perawatan tirah baring rata rata hanya 4 – 6hari saja.
Rekomendasi:
- Melakukan sosialisasi ulang tentang surveillance HAP terkait dengan data penunjang
sebagai data pembanding untuk menegakan terjadinya HAIs HAP
- Mempertahankan teknik perawatan pasien terutama pada pasien dengan tirah baring
- Perlunya penambahan chlorheksidin 0,5% untuk oral hygiene pasien
- Penerapan Bundles HAP perlu ditingkatkan dan dipertahankan
- Pantau dan evaluasi SPO pasien dengan tirah baring lama
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO) Kasus Apendiktomy
2 2 2 2
1,5
0,5
0 0 0 0
JAN FEB MARET
IDO 0 0 0
TARGET 2 2 2
2 2 2 2
1,5
0,5
0 0 0 0
APRIL MEI JUNI
TARGET 2 2 2
IDO 0 0 0
2 2 2 2
1,5
0,5
0 0 0 0
JAN FEB MARET
IDO 0 0 0
TARGET 2 2 2
2 2 2 2
1,5
0,5
0 0 0 0
APRIL MEI JUNI
TARGET 2 2 2
IDO 0 0 0
2 2,00‰
IDO
1,5
0,5
0 0 0 0 0 0 0 0
2 2,00‰
IDO
1,5
0,5
0 0 0 0 0 0 0 0
Inteprestasi:
Berdasarkan hasil grafik diatas terlihat pada bulan Januari – Juni 2022 di RS Restu Ibu
presentase angka kejadian Infeksi daerah operasi adalah sebesar 0%.
Dengan jumlah pasien rata-rata yang dilakukan operasi pada kasus Apediktomi ada 89
pasien dengan lama rawat 270 hari perawatan dengan kisaran rawat inap 2 sampai 3 hari
perawatan perpasien.
Pada pasien kasus persalinan dengan sectiotomi berkisar 347 pasien yang dilakukan
operasi dengan lama rawat 600 hari perawatan dengan kisaran rawat rata-rata 2 sampai 3
hari perawatan perpasien.
Evaluasi:
- Untuk tahap pre operasi sebelum operasi, pasien belum semua dilakukan mandi
dengan chlorhexidine 2%, hanya pada kasus – kasus pasien operasi section yang di
lakukan mandi terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi dan pada kasus
apendictomy belum semua dilakukan pre operasi mandi dengan larutan chlorhexidine
2 %.
- Pemberian antibiotik profilaksis, dalam hal ini tepat jam, tepat antibiotik dan tepat
dosis antibiotik belum semua dilakukan sesuai SPO serta penggunaan antibiotika
profilaksis masih hanya sebagian dokter DPJP yang menerapkan penggunaan indikasi
pemberian profilaksis selebihnya hanya diberikan obat oral atau injeksi setelah
tindakan operasi sebagai antibiotika terapeutik.
- Untuk perawatan luka post operasi sudah dilakukan sesuai dengan SPO di RS Restu
Ibu.
- Belum semua pasien post operasi melakukan kunjungan atau kontrol ke rumah sakit
sesuai dengan prosedur ada yang dikembali ke Fayakes tingkat pertama sebagai
kontrol selanjutnya.
Rekomendasi:
- Pasien sebelum dilakukan tindakan operasi dianjurkan mandi dengan chlorhexidine 2
%, hal ini merupakan bundle’s IDO.
- Pemberian profilaksis harus sesuai dengan SPO yang ada dan yang berlaku di RS
Restu Ibu, dan tidak perlu dilakukan skin test.
- Pencukuran masih menggunakan silet cukur belum semua ruangan menerapkan
dengan menggunakan clipper dan apabila memang diperlukan pencukuran.
- Pemeriksaan kadar gula pasien belum semua tercapai dan harus dilakukan sebelum
dilakukan tindakan operasi.
- Untuk perawatan luka post operasi harus dilakukan sesuai dengan SPO yang ada dan
berlaku di RS Restu Ibu.
- Lakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga post operasi untuk jadwal kunjungan
atau kontrol kembali ke RS Restu Ibu bila diperlukan sekali.
5. Infeksi Aliran Darah Perifer (PHLEBITIS)
3,50‰
3,00‰
2,50‰
2,00‰ 1,80‰ 1,95‰
1,50‰
1,00‰ 1 1 1
0,50‰
0,00‰
JANUARI FEBRUARI MARET
PHLEBITIS 1,80‰ 1,95‰ 3,81‰
TARGET 1 1 1
6,00‰
6
5
4,00‰ 1,80‰ 4
1,95‰
0,64‰
2,00‰ 2 2 2 1,00‰
0,00‰ 0
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI TARGET
PROSENTASI 1,80‰ 1,95‰ 3,81‰ 4,24‰ 2,09‰ 0,64‰ 1,00‰
PLEBITIS 2 2 4 6 5 2
PHLEBITIS Januari Februari Maret April Mei Juni
MUMERATOR 2 2 4 6 5 2
DENOMERATOR 1111 1024 1049 1415 2393 3106
PROSENTASE 1.8‰ 1.95‰ 3.81‰ 4.24‰ 2.1‰ 0.64‰
Inteprestasi:
Berdasarkan hasil capain insiden rate phlebitis pada bulan Januari s/d Juni 2022 angka
kejadian phlebitis tertinggi di bulan April dengan 6 angka kejadian phlebitis di total dari
gabungan semua unit rawat inap ruang perawatan dengan prosentasi 4.24‰, naik secara
signifikan melebihi target phlebitis > 1‰ nilai ini jauh di atas nilai standar setelah,
dilakukan koordinasi dengan ruang rawat inap untuk mengidentifikasikan penyebab yang
mungkin berkontribusi pada kasus phlebitis.
Kemudian di bulan Juni mulai menurun hanya ditemukan 2 angka kejadian phlebitis dari
semua ruang rawat inap dengan prosentasi 1,64‰ maka angka phlebitis tersebut belum
mencapai target yang ditentukan yaitu dibawah 1‰.
Analisa Masalah:
- Phlebitis di RS Restu Ibu, dikarenakan kecilnya denumerator kemudian dikalikan
1000 sehingga angkanya menjadi besar
- Angka kepatuhan kebersihan tangan perawat dan dokter belum mencapai target sesuai
standar kememkes 85 % di lihat pada semester pertama dari bulan Januari 70 %
sampai Juni 82%.
- RS belum menggunakan dressing yang bukan transparan dan penggantianya masih
lebih dari satu hari.
- Kepatuhan penerapan Bundel’s Phlebitis harus diterapkan
- Masih ditemukan tidak tertulis tanggal dan jam pemasangan infus
Rekomendasi:
- Lakukan dressing infuse sesuai dengan SPO
- Lakukan kebersihan tangan sebelum memasang infuse
- Lakukan desinfektan yang benar saat pemasangan infuse
- Pemilihan vena harus tepat
- Jangan memberikan obat yang terlalu pekat pada daerah perifer
STUDY Do
• Lakukan revisi • Sosialisasi tentang
ulang SPO hand hygiene dan
• Lakukan evaluasi five moment
hand hygienen dan • Sosialisasi ulang
five moment SPO pemasangan,
• Follow Up dan perawatan dan
renvcana lanjut pelepasan
III. Pelaksanaan Audit
1. Kepatuhan Kebersihan Tangan
Pelaksanaan audit kebersihan tangan dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai dengan
jadwal dalam program dilaksanakan setiap bulan dan dilaporkan per triwulan dan
semester. Hasil audit kebersihan tangan perbandingan triwulan pertama dan kedua
tahun 2022 sebagai berikut:
86,00% 84,04%
84,00% 82,00%
80,99%
79,82%
82,00%
80,00%
77,00%
78,00%
75,00% TRIWULANN I
76,00%
TRIWULAN II
74,00%
72,00%
70,00%
DOKTER PERWAT TENAGA
KESEHATAN
Interprestasi:
Berdasarkan data yang didapatkan adalah kepatuhan kebersihan tangan petugas di
triwulan kedua semester mulai meningkat kebersihan hand hygiene perawat dan
dokter diatas 80% sedangkan pencapaian kebersihan tanagan tenaga kesehatan
lainnya belum memenuhi target yang telah ditentukan yaitu masih dibawah 80%.
berdasarkan target pencapaian RS Restu Ibu harus diatas standar kememkes 85 %.
Maka keberhasilan cuci tangan masih perlu harus dikampanyekan dan disosialisasikan
terus menerus sesuai program kerja kebersihan tangan dengan sasaran target 100 %
yang harus dicapai.
Rencana Tindak Lanjut:
- Re edukasi ulang 6 langkah kebersihan kegiatan cuci tangan
- Lakukan monitoring evaluasi kepatuhan
- Berikan feed back hasil monitoring
97,8%
87,8% 95,0%
100,0% 86,1%
83,3%
76,5%
75,0% 73,3%
80,0% 70,0% 68,8%
60,0% Triwulan I
Triwulan II
40,0%
20,0%
0,0%
M1 M2 M3 M4 M5
Grafik: Audit Berdasarkan Five Moment Petugas
Intepretasi:
Kepatuhan five moment dalam kebersihan tangan petugas di semester pertama juga
tergambar pada grafik pada five moment langkah ke empat dan ke lima masih di
bawah target pencapaian kebersihan tangan petugas dalam melakukan langkah –
langkah five moment kebersihan tangan dari hasil semua itu di akumulasikan bahwa
hasil yang didapatkan prosentase diatas 85% pencapaian kepatuhan kebersihan tangan
seluruh petugas RS Restu Ibu dalam five moment mencapai target.
Rencana Tindak Lanjut:
- Re edukasi kepada semua karyawan tentang 6 langkah moment kebersihan tangan
- Lengkapi fasilitas kebersihan tangan
- Lakukan monitoring evaluasi kepatuhan
- Berikan feed back kepada unit terkait
HASIL AUDIT KEPATUHAN KEGIATAN MENCUCI TANGAN
SELURUH PETUGAS PADA SEMESTER TAHUN 2022
75%
74% 74%
Intepretasi:
Berdasarkan data yang didapatkan adalah kepatuhan kebersihan tangan petugas di
triwulan pertama dan kedua rangkuman hasil audit dalam semester mulai terlihat
meningkat kegiatan kebersihan hand hygiene memenuhi standar yang telah ditentukan
yaitu 85% di bulan Mei dan Juni 2022. Maka kepatuhan cuci tangan harus tetap
ditingkatkan Kembali walau sudah memenuhi target pencapain.
Kendala dan Evaluasi:
- Petugas mulai memiliki kesadaran untuk melakukan kegiatan mencuci tangan
dalam memutus mata rantai penularan infeksi.
- Di setiap kegiatan five moment tidak semua langkah – langkah tersebut dilakukan
kadang petugas lupa untuk kembali melakukan kebersihan tangan di setiap perasat
dan tindakan yang dilakukan.
Rekomendasi:
- Re edukasi ulang tentang kebersihan tangan
- Memonitoring dan mengaudit kepatuhan petugas untuk kepatuhan kebersihan
tangan
- Melakukan ulang kampaye gerakan cuci tangan dan berpartipasi dalam setiap
kegiatan RS
- Memantau ulang ketersedian fasilitas cuci tangan
- Melaksanakan kegiatan in house traning bagi seluruh staf petugas karyawan baru
dan staf klinis maupun non klinis sesuai jadwal program dari kegiatan mencuci
tangan.
RENCANA PERBAIKAN
ANGKA KEPATUHAN KARYAWAN MELAKUKAN HAND HYGIENE
STUDY Do
• Lakukan evaluasi •Edukasi
audit hand hygiene berkesinambungan
setiap tiga bulan tentang hand hygiene
• Lakukan evaluasi five dan five moment
moment •Sosialisasi ulang SPO
cuci tangan
2. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun hasil audit kepatuhan penggunaan APD selama triwulan pertama dan kedua
tahun 2022 sebagai berikut:
a. Audit kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas
perbandingan di triwulan pertama dan kedua.
83,33% 87,01%
79,79%
90,00% 73,68% 76,32%
69,44%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00% TRIWULAN I
40,00% TRIWULAN II
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
DOKTER PERWAT TENAGA
KESEHATAN
Intepretasi:
Perbandingan kepatuhan petugas pada penggunaan APD selama triwulan pertama
dan triwulan kedua belum memenuhi target yang telah ditentukan yaitu tenaga
medis perawat 87.01 %, tenaga dokter 83.33 %, dan petugas penunjang kesehatan
masih dibawah 79.79% masih dibawah pencapain indicator mutu dan diharapkan
semua petugas sudah memahami kewaspadaan standar.
Berdasarkan target pencapaian RS Restu Ibu masih dibawah standar pencapaian
target sesuai standar kememkes 100% diharapkan semua petugas sudah dan dapat
menggunakan APD sesuai dengan indikasinya. Maka masih perlu di tingkatkan
lagi dalam memakai dan melepas penggunaan APD sehingga dapat mencapai
target yang telah ditentukan.
BENCHMARKING INTERNAL AUDIT FASILITAS APD
DI RUANGAN TAHUN 2022
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
L. 1 L. 1 L. 2 L. 3 L. 4 L. 5 L. 5 HD IGD POLI
KEBID CORP KMR ICU KLINI
ANA ORAT BAYI K
N E
TRIWULAN PERTAMA 71,43%57,14%71,43%57,14%71,43%85,71%85,71%57,14%71,43%42,86%
TRIWULAN KEDUA 85,71%71,43%71,43%85,71%85,71%85,71%85,71%85,71%71,43%71,43%
Interprestasi:
Berdasarkan diagram diatas menunjukan perbandingan hasil audit fasilitas APD
disetiap ruangan keperawatan semakin meningkat trend dari triwulan pertama dan
triwulan kedua dalam rangkuman audit semester dapat di jelaskan kurangnya
fasilitas APD masih di unit ruang lantai 1 corporate, lantai 2, IGD dan poliklinik
dengan presentase rata – rata (71.43%) terkadang masih terlihat tidak ada
persiapan APD saat akan digunakan di unit ruangan tersebut.
Hal ini sudah ditindak lanjuti oleh PPI berkordinasi dengan unit pelayanan dalam
ketersedian APd. Di bandingkan dengan ruang lantai 1 kebidanan, lantai 3, lantai
4, lantai 5 kamar bayi, ICU dan HD dengan presentase rata – rata (85.71%) sudah
terlihat ada peningkatan yang baik.
Audit Kepatuhan APD Petugas RS Restu Ibu
120%
Bulan Januari s/d Juni 2022
40%
20%
0%
JANUA FEBRU MARE
APRIL MEI JUNI
RI ARI T
CAPAIAN 74% 67% 77% 83% 82% 86%
STANDAR 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Interprestasi:
Berdasarkan data yang didapatkan adalah kepatuhan penggunaan APD petugas di
triwulan pertama dan kedua rangkuman hasil audit dalam semester terlihat ada
peningkatan dari bulan Maret ke Juni tapi belum memenuhi target yang telah
ditentukan yaitu 100%. Maka kepatuhan memakai dan melepas APD dalam
kewaspadaan standar harus tetap ditingkatkan kembali untuk mencapai target
mutu RS sesuai standar kemenkes.
Kendala dan Evaluasi:
- Ketersedian APD difasilitas unit pelayanan kadang tidak terlalu terpantau oleh
petugas di unit sehingga saat digunakan petugas tidak memakainya.
- Tidak semua tindakan harus menggunakan APD dengan melakukan cuci
tangan saja sudah akan terjamin.
- Kesadaran dari petugas untuk menggunakan APD masih harus ditingkatkan
Kembali.
Rekomendasi:
- Edukasi ulang tentang pemakaian APD
- Revisi ulang SPO cara memakai dan melepaskan APD
- Memonitoring dan mengaudit kepatuhan petugas untuk penggunaan APD
- Mengajukan pelatihan TOR ke SDM untuk memberikan kembali Re
sosialisasi tentang memakai dan melepas APD
- Memantau ulang ketersedian fasilitas pengaadaan APD di tempat unit masing-
masing.
Pada akhir tahun 2022 telah dilakukan program pemberian vaksin Imunisasi Hepatitis B
pada ruang yang area hight risk di rumah sakit di triwulan kedua Imunisasi Hepatitis B
diberikan pada petugas Laboratorium dan Hemodialisa area pelayanan pasien.
Tahun 2022 semua karyawan akan dilakukan medical chek up rutin kembali setiap 1
tahun sekali mengacu pada program kesehatan karyawan.
Evaluasi:
- Masih ada petugas yang belum semua dilakukan imunisasi hepatitis B terutama untuk
petugas yang bekerja di ruang yang berrisiko
Rekomendasi:
- Melakukan koordinasi dengan manajemen dan petugas K3 untuk segera dilakukan
pemeriksaan kesehatan petugas terutama untuk petugas baru dan karyawan/petugas
yang belum mendapat immunisasi Hepatitis B bagi petugas yang bekerja di tempat
area yang berrisiko sesuai dengan kebijakan RS.
Evaluasi:
- Perlu segera dilakukan usaha-usaha perbaikan terhadap resiko luka tusuk jarum pada
petugas di RS Restu Ibu termasuk cakupan pemeriksaan kesehatan karyawan berkala
dan vaksinasi Hepatitis B pada petugas yang bekerja di area berrisiko tinggi infeksi.
- Mengaktifkan surveilans luka tusuk jarum terkontaminasi dan penyuntikan yang aman
Rekomendasi :
- Menghindari recapping, bila terpaksa lakukan teknik recapping dengan satu tangan
dengan wadah tempat
- Sosialisasi alur pasca pajanan bersama dengan k3RS
- Sosialisasi kebijakan / pedoman penyuntikan yang aman dan pembuangan limbah
tajam
- Melakukan edukasi kepada petugas mengelola jarum dan limbah tajam
- Menyediakan safety box yang sesuai standar
VII. Pelaksanaan Supervisi dan Monitoring
a. Supervisi Monitoring CSSD
Monitoring CSSD telah dilakukan oleh IPCN setiap bulan, proses pencucian alat
kotor masih dilakukan oleh unit masing-masing dengan menggunakan cairan
enzymatic klorsept 2,5 gram sesuai tabel pemakaian dan di monitoring oleh CSSD.
Evaluasi:
- Ada kegiatan sterilisasi dengan suhu tinggi dan sudah ada penambahan alat
Autoclab yang baru dan penambahan sterilisasi suhu rendah belum ada.
- Alur sudah berjalan dengan baik penerimaan barang bersih dari ruangan dan
pengambailan barang instrument / steril dari unit lain.
Rekomendasi:
- Melakukan audit implementasi kebijakan dan pedoman CSSD
- Petugas CSSD melakukan pemantauan pembersihan alat-alat di luar CSSD dan
monitoring ke unit-unit pelayanan yang terkait
- Melakukan pemantauan terus menerus peralatan yang di lakukan oleh unit terkait
single use yang di re use ulang selalu berkordinasi untuk menjaga mutu alat yang
baik
- Melakukan koordinasi dengan manajer ruang CSSD untuk membuat usulan
penambahan penggunaan poches sehubungan dengan sudah adanya alat sterilisasi
yang baru sesuai standar.
- Melakukan koordinasi dengan manajer ruang CSSD untuk membuat usulan
penambahan jumlah APD sesuai kebutuhan di CSSD.
- Melakukan koordinasi untuk usulan dilakukan pembuatan ruang dekontaminasi
peralatan di ruang CSSD sesuai dengan standar pelayanan fasilitas RS
Februari 1,754 kg 0 0
Maret 1,481 kg 0 0
April 1,230 kg 0 0
Mei 1,107 kg 0 0
Juni 1,221 kg 0 0
A. Evaluasi
1. Pelaksanaan surveilans yang masih belum optimal karena belum memiliki fasilitas
pemeriksaan kultur.
2. Sistem INOVA untuk Surveilans HAIs belum dilaksanakan dalam penginputan data
surveilans, masih menggunakan dengan cara exsel di computer kemudian dilakukan
penginputan melalui computer oleh IPCLN.
3. Pemisahan linen kotor infeksius dan non infeksius sudah mulai dilakukan tidak
terlihat lagi complain dari bagian laundry perihal temuan dari unit pelayanan,
4. Fasilitas cuci tangan handrub dan handwash hampir semua tersedia disetiap kamar
pasien dan koridor area perawatan dengan berjarak.
5. Masih ada petugas di unit tertentu yang belum dilakukan imunisasi Hepatitis B,
sesuai dengan kebijakan rumah sakit, masih di berikan pada daerah yang berisiko
pada petugas Loundri, Kamar Bedah, Hemodialisa dan Laboratorium.
6. Pembuatan tempat pencucian dekontaminasi ambulance belum optimal sesuai
dengan kaidah PPI, saat pencucian mobil ambulance penyemprotan air masih
mengalir ke arah bukan tempat pencucian mobil sehingga area pencucian mobil
menjadi menyebar.
7. Perbaikan ruang sputum TB Bots harus segera dilakukan, karena ruangan yang
sudah tidak layak digunakan oleh pasien, koordinasi dengan laboratorium untuk
mengajukan proposal perbaikan tempat sputum TB Bots ke bagian manajemen.
8. Pengajuan pembuatan ruang isolasi di lantai III kamar 302 dengan sistem ventilasi
mekanik segera terealisasikan sesuai dengan ICRA kontroksi / Renovasi bekerja
sama dengan bagian umum, IPS RS dan K3 dan harus dilakukan uji kultur udara
ruangan berkoordinasi dengan laboratorium untuk diajukan kultur sebelum
digunakan oleh pasien baik yang membutuhkan ruang tekanan negative dan
positive.
9. Pembuatan dekontaminasi troly linen bersih dan kotor sudah diajukan ke bagian
manajemen RS, sesuai dengan masukan dari loundry masih menunggu jawaban dari
manajemen.
B. Rekomendasi
1. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas surveilans HAI’s dan PINERE (penyakit
infeksi new emerging re emerging)
2. Rumah sakit diharapkan memiliki fasilitas kultur atau kerjasama dengan pihak lain
terkait dengan pemeriksaan kultur
3. Perlunya menambah troly tindakan yang tersedia tempat sampah infeksius non
infeksius dan benda tajam
4. Rumah sakit diharapkan untuk meningkatkan kwantitas pemeriksaan kesehatan
secara berkala termasuk dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada petugas yang
belum pernah diberikan imunisasi Hepatitis B yang bekerja di area berrisiko
penularan infeksi.
5. Saran untuk tempat dekontaminasi mobil ambulance petugas dalam pelaksanaan
melakukan dekon kepatuhan untuk menulis buku pencucian mobil secara rutin dan
saat mobil digunakan saat transfer/rujuk pasien dengan kasus Airbone segera
melakukan pencucian mobil dan pembatas dalam mobil ambulance skat antara
petugas driver dan pasien ada barieer untuk tidak memperluas risiko penularan
infeksi saat terjadi rujukan pasien dengan kasus transmisi isolasi dan sudah
dikoordinasikan ke bagian umum sebagai penanggung jawab dari mobil ambulance.
6. Melengkapi fasilitas dan SDM dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Clipper
electric surgical, fasilitas CSSD dan Loundry, fasilitas ruang isolasi, fasilitas
kelengkapan hand hygiene dan ketersedian APD)
7. Untuk proses pembuatan dekontaminasi troly linen bersih dan kotor segera
terrealisasi mengingat pentingnya peralatan tersebut harus dilakukan pembersihan
sebelum digunakan kembali untuk mencegah terjadinya infeksi silang penularan ke
peralatan.
8. Untuk peralatan yang ada di RS tetap untuk secara kontroling harus rutin untuk
melakukan enngenering control terhadap peralatan baik dalam melakukan kalibrasi
alat, uji fungsi alat dan monitoring rutin terhadap alat secara berkala dari bagian IPS
RS, Elektrokmedik dan K3 RS.
9. Meningkatkan monitoring dan evaluasi berkala semua unit dan saat renovasi
/kontruksi
10. Meningkatkan monitoring supervisi pelaksanaan PPI secara komprehensif.
BAB V
PENUTUP
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pasien, petugas kesehatan dan pengunjung. Fasilitas kesehatan harus membuat suatu rencana
kerja tahunan untuk memberikan akses dan mempromosikan cara pelayanan kesehatan yang
baik, isolasi yang tepat, tindakan sterilisasi yang benar, praktek pencegahan dan pengendalian
infeksi lainnya, pelatihan bagi petugas kesehatan dan surveilans epidemiologi. Menyediakan
sarana dan prasarana yang cukup untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian
infeksi. Pencegahan resiko bagi pasien, petugas kesehatan, petugas lain serta pengunjung di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan, perlu menjadi kepedulian semua pihak dan
semua orang serta harus didukung oleh pihak pimpinan atau manajemen.
Demikian laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh Komite PPIRS selama 3 bulan ini, atas
perhatian dan dukungan dari manajemen kami ucapkan banyak terima kasih untuk bisa
dijadikan masukan dan tindak lanjut dari manajemen rumah sakit.