Anda di halaman 1dari 98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN


PASAR TRADISIONAL TERHADAP PDRB DI KABUPATEN
BOYOLALI

Skripsi

FITRI HAYATI
I1305030

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN
MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN PASAR
TRADISIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Oleh :

Fitri Hayati
I 1305030

Dipertahankan di depan Tim Penguji Fakultas Teknik Universitas Sebelas


Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Teknik
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 5 Juni 2012

Tim Penguji :
1. Ir. Murman Budijanto, MT. (…………………………)
NIP 19640516 200012 1 001

2. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si. ( ……………………….. )


NIP 19770625 2003 12 1 001

3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT ( ……………………….. )


NIP 19711104 199903 1 001

4. Roni Zakaria, ST., MT. ( ………………………. )


NIP. 19750304 200012 1 006

Mengetahui Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Industri Ketua Program Studi Nonreg
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri

Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT Wakhid A. Jauhari, ST., MT


NIP 19711104 199903 1 001 commit to user NIP 197910005 200312 1 003

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fitri Hayati
NIM : I 1305030
Judul Tugas Akhir : Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar
Tradisional Terhadap PDRB di Kabupaten Boyolali
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun tidak
mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa
Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan
batal atu gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau
dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, Juli 2012

Fitri Hayati
I 1305030

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta


yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Fitri Hayati
NIM : I 1305030
Judul Tugas Akhir : Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar
Tradisional Terhadap PDRB di Kabupaten Boyolali
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik ditingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya.

Surakarta, Juli 2012

Fitri Hayati
I 1305030

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
”Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar Tradisional Terhadap
PDRB Kabupaten Boyolali“.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua
pihak. Untuk itu, di dalam kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap
kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT karena atas segala izin, rizki, dan rahmat-Nya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku penguji, terima kasih atas
kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas
akhir ini..
4. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST., MT., selaku koordinator Tugas Akhir yang
telah membantu mempermudah pelaksanaan skripsi ini.
5. Ir. Murman Budijanto, MT., dan Dr. Wahyudi Sutopo, ST., MSi. selaku dosen
pembimbing yang telah sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
6. Bapak Roni Zakaria, ST., MT., selaku penguji, terima kasih atas kesediaannya
memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
7. Bapak Eko Liquiddanu, ST., MT., selaku Pembimbing Akademis, terima
kasih atas segala bimbingan dan nasehat bapak selama masa perkuliahan saya
di Teknik Industri ini. commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Para staff dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan
pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran
penyelesaian tugas akhir ini.
9. Seluruh Staff Disperindagsar Pemerintah Kabupaten Boyolali, terima kasih
atas segala bantuan dan bimbingannya dalam hal ketersediaan data yang
penulis butuhkan selama melakukan penelitian.
10. Teman-teman angkatan 2005 jurusan Teknik Industri UNS – dzaki, sa’diyah,
intan, ita, amy, payet, ustad, dodot, deny, dan semuanya yang telah
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, terima kasih untuk
waktu, kebersamaan, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
11. Mb apin, mb pi’i dan adik-adik kos di Ar Rohim yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Skripsi.
12. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir
ini.
Terima kasih untuk semuanya, untuk doa-doa yang diketahui maupun
tersembunyi. Hanya Allah yang dapat mambalas segala kebaikan dan keikhlasan
dan kepada-Nya lah segala sesuatu akan kembali.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri atas segala saran dan kritik yang
membangun. Besar harapan penulis semoga laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Fitri Hayati, NIM : I 1305030. MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR
MODERN DAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BOYOLALI.
Tugas Akhir. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung


dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar
modern telah mendorong minimarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil.
Hal tersebut memicu terjadinya persaingan antara pasar modern dengan pasar
tradisional. Baik pasar tradisional maupun pasar modern diketahui sama-sama
memberikan kontribusi terhadap nilai PDRB melalui nilai retribusi. Oleh karena
itu, persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional juga memberikan
pengaruh terhadap naik turunnya nilai PDRB. Berdasarkan fakta-fakta yang
dijelaskan diatas, maka diadakan penelitian mengenai pengukuran dampak pasar
modern dan pasar tradisional terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto di
Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model untuk mengetahui
dampak pasar modern dan pasar tradisional terhadap Produk Domestic Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel
dependen dan independen. Variabel independen meliputi jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah tenaga kerja, jumlah pemasok, dan jumlah pedagang
serta dummy kecamatan 1, 2 dan 3. Variabel independen tersebut digunakan untuk
menjelaskan variabel dependen yang digunakan yaitu nilai PDRB. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi log linear berganda dengan
software SPSS 17. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder dengan
jenis data runtut waktu (time series dari tahun 2006 – 2010). Data diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali dan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Boyolali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap PDRB adalah variabel omzet dan dummy kecamatan 3. Kedua
variabel tersebut memberikan pengaruh yang bersifat positif terhadap PDRB.
Pada uji secara serentak diperoleh semua variabel dependen secara bersama-sama
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap nilai PDRB.

Kata kunci : pasar tradisional, PDRB, regresi log linear.


xvi+77 hal; 29 tabel; 8 gambar; 6 persamaan; 2 lampiran.
Daftar Pustaka : 28 (1994-2012)

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Fitri Hayati, NIM : I 1305030. MEASUREMENT MODEL OF MODERN


AND TRADITIONAL MARKET IMPACT ON THE BRUTO REGIONAL
DOMESTIC PRODUCT (PDRB) OF BOYOLALI REGENCY. Thesis.
Surakarta: Industrial Engineering Department Faculty of Engineering, Sebelas
Maret University, in July 2012.

Since the government enacted the Policy of Direct Foreign Investment in


retail sector in 1998, the increasing competition among modern markets has
stimulated minimarket to open their new branch in small towns. Those trigger a
competition between modern and traditional market. As we know both modern
and traditional markets contribute to the PDRB value by giving retribution to the
local government. Therefore, their competition brings effect on the value of PDRB
of Boyolali Regency. Based on those facts, it is then important to do a research
dealing with measurement of modern and traditional market impact on the Bruto
Regional Domestic Product of Boyolali Regency.
The purpose of this study is to develop some models to know the impact of
modern and traditional market on the PDRB of Boyolali Regency. Variables used
in this research consist of dependent and independent variables. Independent
variables consist of unit number of traditional market, turnover value of
traditional market, the number of traditional market suppliers, the number of
traditional market’s seller, the number of traditional market labors, dummy
variables 1, 2 and 3. The independent variables are used to predict the value of
dependent variable PDRB. The method used in this study is log linear regression
analysis applying SPSS 17 software. The data used in this research is secondary
data using time series data (time series from 2006 – 2010). The data were
provided by Statistic Centre Corporation and Industrial and Commerce
Department of Boyolali Regency Government.
The result of the research shows that the variables which provide
significant impact on the PDRB are the turnover value and the 3rd Dummy group.
Those variables give positive impact on the PDRB. From the simultaneous test, it
is obtained that all independent variables give significant impact on the PDRB.

Keywords: traditional market, PDRB, log linear regression.


xvi+77 p; 29 table; 8 pictures; 6 equation; 2 atachment.
Refferences : 28 (1994-2012)

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
LEMBAR VALIDASI .............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR PERSAMAAN ......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... I-1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. I-4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... I-4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... I-4
1.5. Batasan Masalah ....................................................................... I-4
1.6. Asumsi ...................................................................................... I-5
1.7. Sistematika Penulisan ............................................................... I-5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pasar ......................................................................................... II-1
2.1.1. Pasar Tradisional .......................................................... II-1
2.1.2. Pasar Modern ................................................................ II-5
2.2. Persaingan Pasar ....................................................................... II-7
2.3. Profil Kabupaten Boyolali ........................................................ II-9
commit to user
2.4. Model Ekonometri .................................................................... II-18
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.5. Regresi Linear Berganda .......................................................... II-21


2.6. Regresi Log Linear Berganda ................................................... II-25
2.7. Variabel Dummy ...................................................................... II-26
2.8. Uji Asumsi Klasik .................................................................... II-27
2.8.1. Uji Multikolinearitas ................................................... II-27
2.8.2. Uji Heteroskedastisitas ................................................ II-28
2.8.3. Uji Autokorelasi .......................................................... II-29
2.9. Penelitian Terdahulu ................................................................. II-30
2.10. Kerangka Konseptual ............................................................... II-32
2.11. Hipotesa Penelitian ................................................................... II-35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian............................................................ III-1
3.2. Pengumpulan Data.................................................................... III-2
3.3. Pengolahan Data ....................................................................... III-3
3.4. Analisis dan Interpretasi Hasil.................................................. III-7
3.5. Kesimpulan dan Saran .............................................................. III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data.................................................................... IV-1
4.1.1. Deskripsi Statistik Keseluruhan Sampel ...................... IV-1
4.1.2. Deskripsi Statistik Kelompok Kecamatan Berdasarkan
Jumlah Pasar Modern Tiap Kecamatan ........................ IV-3
4.1.2.1. Deskripsi Statistik Kelompok I............................ IV-3
4.1.2.2. Deskripsi Statistik Kelompok II .......................... IV-4
4.1.2.3. Deskripsi Statistik Kelompok III ......................... IV-6
4.2. Dugaaan Hubungan Variabel Dependen dan Independen ........ IV-7
4.3. Pengolahan Data Dengan Model Awal .................................... IV-9
4.3.1. Uji Goodness of Fit ...................................................... IV-9
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ IV-11
4.4. Pengolahan Data Dengan Model Akhir .................................... IV-15
4.4.1. Uji Goodness of Fit ...................................................... IV-15
commit
4.4.2. Uji Asumsi Klasik to user
........................................................ IV-18
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL


5.1 Analisis Persamaan Regresi Dengan 8 Variabel Bebas ........... V-1
5.2 Analisis Persamaan Regresi Dengan 6 Variabel Bebas ........... V-5
5.3 Analisis Pengaruh Pasar Modern Terhadap PDRB .................. V-8
5.4 Analisis Model Terpilih............................................................ V-9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ......................................................................... VI-1
6.2. Saran ................................................................................... VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Antara Pasar Tradisional Dengan


Pasar Modern .............................................................................. II-2

Tabel 2.2 Klasifikasi Fasilitas Perdagangan ............................................... II-4


Tabel 2.3 Karakteristik Pasar-pasar Modern ............................................... II-6
Tabel 2.4 Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan di Kabupaten
Boyolali Tahun 2006-2010 ......................................................... II-4
Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Unit Dagang di Kabupaten Boyolali
Tahun 2006-2010 ........................................................................ II-4
Tabel 2.6 Perbandingan Tingkat Kepadatan Penduduk, Pertumbuhan
Penduduk, dan Jumlah Unit Pasar di Tiap Kecamatan
di Kabupaten Boyolali ................................................................ II-7

Tabel 2.7 Perkembangan Berbagai Konsep dan Penelitian Tentang


Pasar Tradisional dan Pasar Modern ........................................... II-10
Tabel 2.8 Daftar Hipotesa Penelitian .......................................................... II-35
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Untuk Keseluruhan Kecamatan .................... IV-1
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kelompok I ................................................... IV-3
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Kelompok II.................................................. IV-5
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Kelompok III ................................................ IV-6
Tabel 4.5 Dugaan Hubungan Variabel Dependen dan Independen ............ IV-8
Tabel 4.6 Nilai Signifikansi Uji F Model Awal .......................................... IV-9
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi Model Awal ........................................... IV-0
Tabel 4.8 Signifikansi Dengan Uji t Model Awal....................................... IV-11
Tabel 4.9 Nilai VIF Variabel-variabel Independen Model Awal ............... IV-12
Tabel 4.10 Signifikansi Dengan Uji Park Model Awal ................................ IV-14
Tabel 4.11 Signifikansi Dengan Uji Glejser Model Awal ............................ IV-14
Tabel 4.12 Nilai Signifikansi Uji F Model Akhir ......................................... IV-16
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Model Akhir ........................................... IV-17
Tabel 4.14 Signifikansi Dengan Uji t Model Akhir ...................................... IV-17
Tabel 4.15 Nilai VIF Variabel-variabel Independen Model Akhir ............... IV-18
Tabel 4.16 Signifikansi Dengan Uji Park Model Akhir ................................ IV-20
commit
Tabel 4.17 Signifikansi Dengan Uji to Model
Glejser user Akhir ........................... IV-20

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Table 5.1 Uji Goodness of Fit Model Dengan 8 Variabel Bebas................ V-1
Tabel 5.2 Uji Asumsi Klasik Model Dengan 8 Variabel Bebas ................. V-3
Table 5.3 Uji Goodness of Fit Model Dengan 6 Variabel Bebas................ V-5
Table 5.4 Uji Asumsi Klasik Model Dengan 6 Variabel Bebas ................. V-7

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segmen Ritel Modern dan Ritel Tradisional........................ II-7


Gambar 2.2 Perang Antar Saluran ........................................................... II-8
Gambar 2.3 Jarak Antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali ................... II-9
Gambar 2.4 Peta Bentuk Medan Kabupaten Boyolali ............................. II- 10
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ........................................................... II-34
Gambar 3.1 Diagam Alir Penelitian......................................................... III-1
Gambar 4.1 Scatterplot Regresi Model Awal .......................................... IV-13
Gambar 4.2 Scatterplot Regresi Model Akhir ......................................... IV-19

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Persamaan Matematis .................................................. II-19


Persamaan 2.2 Persamaan Ekonometri ................................................ II-20
Persamaan 2.3 Persamaan Regresi Linear Berganda ........................... II-23
Persamaan 3.1 Persamaan Regresi Linear Berganda Dengan 8
Variabel Bebas ............................................................. III- 3
Persamaan 3.2 Persamaan Regresi Log Linear Berganda Dengan 8
Variabel ....................................................................... III-4
Persamaan 5.1 Persamaan Model Terpilih ........................................... V-9

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

L. 1.1 Data Mentah Penelitian ............................................................. L-1


L. 2.1 Hasil Uji Regresi ....................................................................... L-2

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1. Analisis Persamaan Regresi Dengan 8 Variabel Bebas


Pada persamaan regresi berganda dengan menggunakan 8 variabel
bebas, dilakukan dua kali perhitungan yaitu dengan menggunakan persamaan
regresi linear dan persamaan regresi log linear. Persamaan regresi linear
digunakan untuk memperkirakan nilai variabel dependen terkait dengan
perubahan nilai variabel bebasnya, sedangkan persamaan regresi log linear
digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan proporsional (elastisitas)
variabel dependen berdasarkan perubahan nilai variabel bebasnya. Pada kedua
persamaan tersebut dilakukan uji Goodness of Fit dan uji asumsi klasik. Hasil
uji Goodness of Fit untuk kedua jenis persamaan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Uji Goodness of Fit
No Parameter Linear Log Linear
Koefisien B Uji t Koefisien B Uji t
1 Konstanta 59.254 0.000 0.113 0.920
Jumlah unit PT -7.162 0.006 -0.751 0.002
Omzet 9.414 0.006 0.149 0.000
Jumlah TK 0.173 0.000 1.286 0.000
Jumlah Pemasok -0.336 0.001 -0.448 0.000
Jumlah Pedagang 0.016 0.000 0.013 0.684
Dummy 1 Exclude Exclude Exclude Exclude
Dummy 2 11.358 0.003 0.069 0.116
Dummy 3 10.059 0.000 0.239 0.000
2 Adjusted R² 0.730 0.776
3 Std. Error of the 15.75807 0.15949
Estimate
4 Koefisien F 37.240 44.962
Lampiran 2

Uji Goodness of Fit digunakan untuk menaksir ketepatan suatu model


regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, uji ini dapat diukur dari
nilai statistik t, nilai statistik F,commit
dan koefisien
to userdeterminasinya.

V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada persamaan regresi linear,
koefisien F adalah sebesar 37.240 dengan signifikansi dibawah 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan
secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB. Hasil uji t
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi untuk semua variabel masih berada
dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan secara masing-masing, variabel
jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah pemasok, jumlah tenaga kerja,
jumlah pedagang, variabel dummy 1, dummy 2, dan variabel dummy
kelompok 3 mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB. Pada persamaan ini
nilai adjusted R² adalah sebesar 0.730 yang artinya variansi nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan sebesar 73%. Sedangkan
sisanya yaitu 27% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar model. Nilai
SEE diperoleh sebesar 15.78807. Makin kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Pada persamaan regresi log linear diperoleh nilai F sebesar 44.962
dengan signifikansi dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya
persentase perubahan nilai pada variabel bebas secara bersama-sama
memberikan pengaruh terhadap besarnya persentase perubahan nilai PDRB.
Hasil uji t menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai signifikansi
dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase
perubahan nilai pada variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah
tenaga kerja, jumlah pedagang, jumlah pemasok , variabel dummy 1, dummy 2,
dan dummy 3, masing - masing memberikan pengaruh terhadap besarnya
persentase perubahan nilai PDRB. Pada persamaan ini diperoleh nilai adjusted
R² sebesar 0.776 yang artinya variansi persentase perubahan nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan sebesar 77.6%. Sedangkan
sisanya yaitu 22.4% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar model.
Nilai SEE diperoleh sebesar 0.15949. Makin kecil nilai SEE akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Selain uji Goodness of Fit untuk memperoleh model yang memenuhi
commit to user
syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), dilakukan uji asumsi klasik

V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.


Hasil dari uji asumsi klasik pada persamaan regresi dengan menggunakan 8
variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Uji Asumsi Klasik

Linear Log Linear


VIF Sig. Uji Sig. Uji VIF Sig. Uji Sig. Uji
No Parameter Park Glejser Park Glejser
1 Konstanta 0.000 0.000 0.810 0.795
Jumlah 15.170 0.362 0.244 32.872 0.843 0.750
unit PT
Omzet 1.598 0.026 0.315 3.453 0.935 0.557
Jumlah 24.564 0.273 0.367 37.101 0.867 0.947
TK
Jumlah 7.579 0.336 0.409 4.906 0.810 0.711
Pemasok
Jumlah 2.025 0.092 0.289 3.110 0.795 0.503
Pedagang
Dummy 1 Exclude Exclude Exclude Exclude Exclude Exclude
Dummy 2 1.294 0.742 0.890 1.557 0.966 0.938
Dummy 3 1.564 0.445 0.217 1.667 0.512 0.497
2 Koefisien 1.117 1.355
DW
Lampiran 2
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari Variace Inflation factor (VIF). Dari
Tabel 5.2 diperoleh nilai-nilai VIF variabel-variabel pada persamaan regresi
linear maupun log linear. Nilai VIF yang diperbolehkan adalah tidak boleh
lebih dari 10. Pada persamaan regresi linear, variabel jumlah unit pasar
tradisional dan jumlah tenaga kerja memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hal yang
sama dapat dilihat pada persamaan regresi log linear dimana variabel jumlah
unit pasar tradisional dan jumlah tenaga kerja memiliki nilai VIF lebih dari 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terjadi multikolinearitas pada kedua
model tersebut.
commit to user

V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat koefisien Durbin Watson


hasil persamaan. Dari hasil persamaan diperoleh nilai DW sebesar 1.117 untuk
persamaan regresi linear dan 1.355 untuk persamaan regresi log linear . Kedua
nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot


hasil persamaan, maupun dengan uji Park dan uji Glejser. Dari hasil scatterplot
(lampiran 2) baik pada persamaan regresi linear maupun log linear, titik-titik
menyebar baik dibawah maupun diatas angka nol pada sumbu Y, sehingga dari
gambar dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada kedua
persamaan tersebut. Uji heteroskedastisitas dengan uji Park dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai residual. Dari hasil persamaan regresi linear dengan
menggunakan uji Park diperoleh terdapat variabel yang masih memiliki nilai
signifikansi dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan masih terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan tersebut. Dari hasil uji Park pada
persamaan regresi log linear diperoleh semua variabel memiliki signifikansi
diatas 0.05 sehingga disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
persamaan.
Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan mengabsolutkan residual. Dari hasil uji
Glejser pada persamaan regresi linear diperoleh semua variabel memiliki
signifikansi diatas 0.05 sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model. Hasil uji Glejser pada persamaan regresi log
linear juga menunjukkan hal yang sama yaitu semua variabel memiliki
signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model.
Dari Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa persamaan regresi
linear dan log linear dengan menggunakan dummy pasar modern yang
menggunakan 8 variabel bebas masih belum memenuhi persyaratan sebagai

commit to user

V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

model yang BLUE karena kedua model tersebut masih mengalami gejala
multikolinearitas.

5.2. Analisis Persamaan Regresi Dengan Menggunakan 6 Variabel Bebas


Pada hasil persamaan dengan menggunakan 8 variabel bebas, baik
pada persamaan regresi linear maupun log linear diperoleh terdapat variabel
yang memiliki nilai VIF diatas 10, yang artinya masih terjadi multikolinearitas
pada kedua model tersebut. Untuk menghilangkan multikolinearitas, kembali
dilakukan persamaan regresi dengan menghilangkan variabel jumlah tenaga
kerja dan jumlah pemasok. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan
persamaan regresi yang baru kembali dilakukan uji Goodness of Fit dan uji
asumsi klasik. Hasil dari uji Goodness of Fit dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Uji Goodness of Fit
No Parameter Linear Log Linear
Koefisien Uji t Koefisien Uji t
B B
1 Konstanta 56.298 0.000 4.616 0.000
Jumlah unit PT 0.875 0.253 0.067 0.229
Omzet 10.361 0.006 0.161 0.000
Jumlah Pedagang 0.019 0.000 0. 004 0.914
Dummy 1 Exclude Exclude Exclude Exclude
Dummy 2 7.626 0.059 0.046 0.384
Dummy 3 27.992 0.000 0.245 0.000
2 Adjusted R² 0.675 0.667
3 Std. Error of the 17.26500 0.19422
Estimate
4 Koefisien F 40.127 36.707
Lampiran 2
Uji Goodness of Fit dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F,
dan koefisien determinasinya. Dari Tabel 5.3 diperoleh nilai F untuk
persamaan regresi linear sebesar 40.127 dengan signifikansi dibawah 0.05 yang
artinya bahwa variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah pedagang,
dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap nilai PDRB. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
commit
masing-masing terhadap variabel to user dilakukan uji t. Dari hasil uji t
dependen,

V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada persamaan regresi linear diperoleh nilai signifikansi untuk variabel omzet,
jumlah pedagang, dan dummy 3 berada dibawah 0.05, sedangkan untuk
variabel lain masih mempunyai signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel omzet, jumlah pedagang, dan dummy 3 secara
masing-masing mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB.
Pada persamaan ini diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R²)
sebesar 0.675. Hal ini dapat diartikan bahwa variansi nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variansi nilai variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet,
jumlah pemasok, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 sebesar 67.5%.
Sedangkan sisanya yaitu 32.5% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar
model.
Pada persamaan regresi log linear diperoleh nilai F sebesar 36.707
dengan signifikansi dibawah 0.05 (lampiran 2), sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Ln jumlah unit pasar tradisional, Ln omzet, Ln jumlah
pedagang, variabel dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 secara bersama – sama
memberikan pengaruh terhadap persentase perubahan nilai PDRB. Dari hasil
uji t diperoleh hanya 2 variabel bebas yaitu variabel omzet, dan variabel
dummy 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ln omzet, dummy 1, dan
dummy 3 secara masing masing mempengaruhi elastisitas (Ln) PDRB. Pada
persamaan ini koefisien determinasinya adalah sebesar 0.667 yang artinya
variansi Ln PDRB dapat dijelaskan oleh variansi variabel Ln jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah pedagang, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3
sebesar 66.7%. Sedangkan sisanya yaitu 33.3% dijelaskan oleh penyebab-
penyebab lain diluar model.
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mendapatkan model persamaan
yang memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Untuk
memenuhi syarat tersebut dilakukan uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan
uji heteroskedastisitas. Hasil dari uji asumsi klasik pada persamaan regresi
linear dan log linear dengan 6 variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 5.4.

commit to user

V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 5.4. Uji Asumsi Klasik

Linear Log Linear


VIF Sig. Uji Sig. Uji VIF Sig. Uji Sig. Uji
No Parameter Park Glejser Park Glejser
1 Konstanta 0.000 0.000 0.353 0.480
Jumlah unit PT 1.121 0.462 0.234 1.181 0.481 0.223
Omzet 1.583 0.487 0.068 3.404 0.243 0.672
Jumlah 1.922 0.982 0.011 3.089 0.843 0.678
Pedagang
Dummy 1 Exclude Exclude Exclude Exclude Exclude Exclude
Dummy 2 1.220 0.674 0.956 1.536 0.923 0.784
Dummy 3 1.551 0.884 0.546 1.665 0.727 0.553
2 Koefisien Durbin
0.903 1.454
Watson
Lampiran 2
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari Variace Inflation factor (VIF). Dari
Tabel 5.4 diperoleh nilai-nilai VIF variabel-variabel pada persamaan regresi
linear maupun log linear. Nilai VIF yang diperbolehkan adalah tidak boleh
lebih dari 10. Pada persamaan regresi linear, semua variabel memiliki nilai
VIF dibawah 10. Hal yang sama dapat dilihat pada persamaan regresi log linear
dimana semua variabel memiliki nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada kedua model tersebut.
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat koefisien Durbin Watson
hasil persamaan. Dari hasil persamaan diperoleh nilai DW sebesar 0.903 untuk
persamaan regresi linear dan 1.454 untuk persamaan regresi log linear. kedua
nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot
hasil persamaan, maupun dengan uji Park dan uji Glejser. Dari hasil scatterplot
(lampiran 2) baik pada persamaan regresi linear maupun log linear, titik-titik
menyebar baik dibawah maupun diatas angka nol pada sumbu Y, sehingga dari
commit to user
gambar dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada kedua

V-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

persamaan tersebut. Uji heteroskedastisitas dengan uji Park dilakukan dengan


mengkuadratkan nilai residual. Dari hasil persamaan regresi linear dengan
menggunakan uji Park diperoleh nilai signifikansi untuk semua variabel bebas
berada diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
pada persamaan tersebut. Dari hasil uji Park pada persamaan regresi log linear
diperoleh semua variabel memiliki signifikansi diatas 0.05 sehingga
disimpulkan tidakterjadi heteroskedastisitas pada persamaan.
Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan mengabsolutkan residual. Dari hasil uji
Glejser pada persamaan regresi linear diperoleh terdapat 1 variabel yang masih
memiliki signifikansi dibawah 0.05 sehingga disimpulkan bahwa masih terjadi
heteroskedastisitas pada model. Hasil uji Glejser pada persamaan regresi log
linear semua variabel memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi
linear dengan variabel bebas jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah
pedagang, dummy 1, dummy 2, dummy 3, masih mengalami
heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model belum
memenuhi persyaratan sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Sedangkan model regresi log linear dengan variabel bebas jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah pedagang, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 bebas
dari gejala autokorelasi, mulikolinearitas, dan heteroskedastisitas sehingga
dapat disimpulkan bahwa model sudah memenuhi persyaratan sebagai Best
Linear Unbiased Estimator.

5.3. Analisis Pengaruh Pasar Modern Terhadap PDRB


Dari table 5.3 dapat dilihat bahwa koefisien untuk dummy 2 adalah
sebesar 0.046 dan koefisien untuk dummy 3 adalah sebesar 0.245. Namun
variabel dummy 3 mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap
variabel bebas PDRB terbukti dengan tingkat signifikansi 0.000, sedangkan
dummy 2 tidak terlalu berpengaruh terhadap
commit to userPDRB dengan tingkat signifikansi

V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

0.384. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok


kecamatan dengan pasar modern lebih dari 8 unit memberikan pengaruh positif
terhadap persentase kenaikan nilai PDRB secara signifikan.

5.4. Analisis Model Terpilih


Pada bagian ini akan membahas mengenai model yang memenuhi
persyaratan sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Dari 4
persamaan yang dibuat, hanya ada 1 persamaan yang memenuhi syarat sebagai
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Persamaan tersebut adalah
persamaan regresi log linear dengan menggunakan 6 variabel bebas. Secara
matematis, persamaan tersebut dirumuskan sebagi berikut :
Ln PDRB = 4.616 + 0.067 Ln jumlah unit pasar tradisional + 0.161 Ln omzet +
0.004 Ln jumlah pedagang + 0.046 dummy 2 + 0.245 dummy 3 +
0.19422 .............................................................................. (5.1)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa dengan
mengasumsikan nilai variabel bebas lain adalah tetap, maka :
1. Peningkatan nilai jumlah unit pasar tradisional sebesar 1% akan
meningkatkan nilai PDRB sebesar 0.067% .
2. Peningkatan nilai omzet sebesar 1% akan meningkatkan nilai PDRB
sebesar 0.161%.
3. Peningkatan nilai jumlah pedagang sebesar 1% akan meningkatkan nilai
kenaikan PDRB sebesar 0.004%.
4. Peningkatan nilai variabel dummy 2 sebesar 1% akan meningkatkan nilai
PDRB sebesar 0.046%.
5. Peningkatan nilai variabel dummy 3 sebesar 1% akan meningkatkan nilai
PDRB sebesar 0.245%.
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel
mempunyai angka koefisien positif. Nilai – nilai positif tersebut menunjukkan
bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh positif terhadap variabel
terikat. Angka koefisien yang positif juga dapat dilihat pada variabel dummy.
Koefisien untuk variabel dummycommit to user
2 adalah sebesar 0.046 sedangkan koefisien

V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

variabel dummy 3 adalah 0245. Perbedaan angka koefisien tersebut


menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kelompok kecamatan dengan jumlah
pasar modern 5-8 unit terhadap besarnya presentase perubahan nilai PDRB
berbeda dengan besarnya pengaruh kelompok kecamatan yang memiliki > 8
unit pasar modern. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa kelompok
dummy 3 memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap persentase
perubahan nilai PDRB daripada kelompok dummy 2. Dari hasil uji t, variabel
yang secara signifikan mempengaruhi persentase perubahan nilai PDRB adalah
variabel omzet dan dummy 3. Variabel jumlah unit pasar tradisional, jumlah
pedagang, dummy 1, dan dummy 2 tidak berpengaruh secara signifikan.

commit to user

V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pasar dalam pengertian aslinya menurut Kotler (1998) didefinisikan
sebagai suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk
mempertukarkan barang dan jasa. Pasar mempunyai kaitan yang erat dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Di
Indonesia, terdapat 2 jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Perbedaan mendasar antara kedua jenis pasar tersebut terletak pada sistem
manajemennya. Pasar tradisional menggunakan sistem manajemen sederhana
dimana setiap pedagang hanya memiliki satu jenis usaha dan terdapat tawar
menawar harga dalam transaksi jual beli yang dilakukan antara pembeeli dan
penjual. Sedangkan pasar modern menerapkan sistem manajemen yang yang lebih
terstruktur dengan ciri-ciri penetapan harga pas (fixed price) dan satu pedagang
menjual lebih dari satu jenis usaha.
Menurut CESS (1998), salah satu perbedaan karakteristik antara pasar
modern dengan pasar tradisional adalah pada konsumen yang berbelanja pada
kedua jenis pasar tersebut, dimana konsumen pasar tradisional kebanyakan berasal
dari golongan menengah ke bawah, sedangkan konsumen pasar modern
kebanyakan berasal dari golongan menengah keatas. Dari perbedaan tersebut
dapat dilihat bahwa pasar tradisional dan pasar modern memiliki pangsa pasar
yang berbeda. Karena itu seharusnya tidak terjadi persaingan dalam
memperebutkan konsumen dan pertumbuhan kedua jenis pasar tersebut dapat
berjalan dengan seimbang.
Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung
dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar
modern telah mendorong minimarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil
dalam rangka mencari pelanggan dan terjadinya perang harga. Akibatnya pasar
modern yang semula hanya melayani masyarakat kelas menengah keatas pada
awal 1990-an (CPIS, 1994), kini juga dapat memungkinkan masyarakat kelas
commit to user
menengah kebawah untuk mengakses pasar modern. Hal tersebut tentu saja

I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berpengaruh pada usaha para pedagang tradisional di sekitarnya. Menurut laporan


AC Nielsen Asia Pacific Retail and Shopper Trend 2005, kecenderungan publik
untuk berbelanja dipasar tradisional mengalami penurunan sebesar 2% per tahun,
sedangkan supermarket mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 15% per tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma dkk. (2007) pedagang
pasar tradisional menyebutkan supermarket sebagai pesaing terberat kedua setelah
pedagang lain dalam pasar tradisional yang sama.
Terjadinya persaingan antara pasar modern dan tradisional menunjukkan
tidak seimbangnya pertumbuhan pasar modern dan pasar tradisional. Pola
pertumbuhan pasar modern yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pasar
tradisional tersebut juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Pasar modern mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 4,5% per tahun dari tahun 2006-2010. Sedangkan
pertumbuhan pasar tradisional masih fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2.71% dari tahun 2006-2010. Pertumbuhan pasar tradisional masih
fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2006-2008 dan pada tahun 2009-2010.
Pasar tradisional hanya mengalami peningkatan pada tahun 2008-2009.
Sebaliknya pasar modern mengalami kenaikan pada tahun 2007-2008 dan
penurunan pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2010 pasar modern kembali
mengalami kenaikan sebesar 4.9%. Secara rata-rata keduanya mengalami
pertumbuhan namun dengan tingkat yang berbeda. Pasar modern mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat yaitu 4,8% tiap tahun diikuti oleh pertumbuhan
pasar tradisional yang cukup lambat yaitu pada tingkat 0.35% tiap tahun dari
tahun 2006-2010.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pada periode tertentu
pertumbuhan jumlah unit pasar tradisional seiring dengan pertumbuhan jumlah
unit pasar modern, namun pada periode lain pertumbuhan kedua jenis pasar
tersebut berbanding terbalik. Tingginya pertumbuhan pasar modern tersebut
menunjukkan penambahan unit pasar modern yang cukup tinggi. Sekretaris
Paguyuban Pedagang Pasar Kota Boyolali, Ichsanuddin, menyatakan salah satu
faktor utama yang membuat pasar terpuruk adalah banyaknya toko modern,
termasuk swalayan, yang berdiri commit
di depantopasar
user (www.solopos.com). Sedangkan

I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

para pedagang pasar tradisional berpendapat bahwa bertambahnya pasar modern


mengancam keberadaan pasar tradisional. Oleh karena itu puluhan pedagang
pasar tradisional menuntut pemerintah segera membuat Peraturan Daerah
mengenai penataan pasar modern dan pasar tradisional yang saat ini belum
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali. Mereka menuntut Peraturan
Daerah yang dapat melindungi pasar tradisional dari dampak persaingan yang
tidak sehat antara pasar tradisional dengan pasar modern.
Beberapa kota disekitar Boyolali yang saat ini telah memiliki PERDA
penataan pasar tradisional dan pasar modern antara lain Surakarta dan Jogjakarta.
Untuk Surakarta PERDA yang digunakan adalah PERDA no 5 tahun 2011 tentang
Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam PERDA
tersebut jarak minimal antara minimarket/toko modern yang diijinkan adalah 500
meter. Sedangkan Jogjakarta menggunakan Peraturan Walikota no 79 tahun 2010
tentang pembatasan usaha waralaba minimarket di Jogjakarta. Dalam peraturan
tersebut, jarak minimal antara minimarket dan pasar tradisional yang diijinkan
adalah 400 m dengan jumlah maksimal minimarket berbeda untuk tiap kecamatan.
Mengacu pada Peraturan Walikota Jogjakarta mengenai Pembatasan
Waralaba, kebutuhan ideal pasar modern baik berupa supermarket, minimarket,
maupun hypermarket bisa saja berbeda tergantung karakteristik dari masing-
masing kecamatan. Selain itu baik pasar modern maupun pasar tradisional,
keduanya sama-sama memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan PDRB dari sektor perdagangan.
Karena itu, untuk memaksimalkan nilai PDRB dari sektor perdagangan,
sudah seharusnya Pemerintah memberikan Peraturan Daerah yang mengatur
penataan kedua jenis pasar tersebut supaya pertumbuhan keduanya dapat berjalan
dengan seimbang. Dan untuk menerapkan Peraturan Daerah yang tepat perlu
diketahui kondisi persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern di
Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan diatas, maka diadakan penelitian
mengenai model pengukuran dampak pasar modern dan pasar tradisional
commit
terhadap kontribusi Produk Domestik to user
Bruto di Kabupaten Boyolali.

I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana cara mengukur dampak pasar modern dan pasar
tradisional terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Boyolali.

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengembangkan model untuk
mengetahui dampak pasar modern dan pasar tradisional terhadap Produk
Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali.

I.4. Manfaat Penelitian


Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mengetahui model ekonometri yang dapat digunakan untuk memprediksi
dampak keberadaan pasar modern terhadap pedagang pasar tradisional.
2. Manfaat Praktis
Sebagai manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat masukan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
dalam menentukan kebijakan mengenai Penataan Pasar Tradisional dan
Pasar Modern di Kabupaten Boyolali.

I.5. Batasan Masalah


Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian tidak terlalu luas dan
memperjelas objek penelitian yang dilakukan. Batasan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Pasar tradisional yang diteliti adalah pasar tradisional yang ada di Boyolali
dan sudah beroperasi sejak tahun 2006-2010.

commit to user

I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pasar modern yang diteliti adalah semua jenis pasar modern baik
supermarket, hypermarket, maupun minimarket yang telah beroperasi di
daerah sejak tahun 2006-2010.
3. Penelitian dibatasi pada dampak pasar modern dan pasar tradisional
terhadap PDRB Kabupaten Boyolali dengan pasar modern sebagai variabel
dummy.
4. PDRB yang dikaji dalam penelitian ini adalah PDRB di bidang
perdagangan.

I.6. Asumsi
Asumsi digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan
yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Kata pasar modern merujuk pada supermarket, hypermarket, maupun
minimarket yang beroperasi di Wilayah Kabupaten Boyolali.
2. Kata pasar merujuk pada pasar tradisional yang ada di Boyolali kecuali
disebutkan secara khusus.

I.7. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan pemahaman mengenai hasil penelitian Tugas Akhir. Adapun
sistematika yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang penelitian, perumusan
masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
asumsi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan Tugas
Akhir.

commit to user

I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini diuraikan konsep dan studi literatur mengenai pasar
tradisional, pasar modern, regresi berganda, PDRB, serta hasil-
hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, peneliti juga akan
menyajikan hipotesis yang akan digunakan untuk penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan penyelesaian masalah
secara umum secara terstruktur dan sistematis yang digambarkan
dalam flow chart yang disertai dengan penjelasan singkat.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelaskan tentang proses pengumpulan data dan
pengolahan data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah.
Data yang diperoleh merupakan hasil penelitian dilapangan baik
hasil observasi maupun literatur.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini menyajikan analisis dan hasil interpretasi dari hasil
pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh kesimpulan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
serta saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari
penelitian ini.

commit to user

I-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar
Secara umum, pasar dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Kotler (1998)
mendefinisikan pasar dari berbagai sisi yaitu :
1. Dalam pengertian aslinya yaitu suatu tempat fisik dimana pembeli dan
penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa.
2. Bagi seorang ekonom yaitu semua pembeli dan penjual yang membeli dan
melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu.
3. Bagi seorang pemasar yaitu sebagai himpunan dari semua pembeli nyata
dan pembeli potensial dari pada suatu produk.
Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 53/M-
DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, pasar didefinisikan sebagai area tempat
jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai
pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya.
Berdasarkan pola manajemen yang dipakai, pasar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Pasar Tradisional
Pasar yang masih menggunakan pola manajemen yang sangat sederhana
dengan ciri-cirinya setiap pedagang mempunyai satu jenis usaha, adanya
interaksi antara penjual dan pembeli (tawar menawar harga), penempatan
barang dijajar kurang tertata rapi, kenyamanan dan keamanan kurang
diperhatikan.
2. Pasar Modern
Pasar yang sudah memakai pola-pola manajemen modern, dengan ciri-ciri
jenis barang dagangan yang dilakukan oleh satu pedagang, harga tetap
(fixed), tata letak barang dagangan teratur dengan baik dan rapi,
kenyamanan dan keamanan commit to user prioritas utama.
sudah menjadi

II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan modern dapat dilihat


pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan Pasar Modern
No Aspek Pasar Tradisional Pasar Modern
1 Histori Evolusi Panjang Fenomena Baru
2 Fisik Kurang Baik, Sebagian baik Baik dan mewah
3 Pemilikan Milik masyarakat/desa, Umumnya perorangan/
/Kelembagaan Pemda, sedikit swasta swasta
4 Modal Modal lemah/ subsisdi/ Modal kuat/ digerakkan oleh
swadaya masyarakat/ inpres swasta
5 Konsumen Golongan menengah kebawah Umumnya golongan
menengah keatas
6 Metode Ciri dilayani, tawar menawar Ada ciri swalayan, pasti
Pembayaran
7 Status Tanah Tanah Negara, sedikit sekali Tanah swata/ perorangan
swasta
8 Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi
9 Pembangunan Umumnya pembangunan Pembangunan Fisik
dilakukan oleh Pemda/ desa / umumnya oleh swasta
masyarakat

10 Pedagang yang Beragam, massal, dari sektor Pemilik modal juga


masuk informal, sampai pedagang pedagangnya (tunggal) atau
menengah dan besar beberapa pedagang formal
skala menengah dan besar
11 Peluang masuk/ Bersifat massal (pedagang Terbatas, umumnya
Partisipasi kecil, menengah dan bahkan pedagang tunggal, dan
jaringan besar) menengah keatas
Pasar Regional, pasar kota, Sistem rantai korporasi
pasar kawasan nasional atau bahkan terkait
dengan modal luar negeri
(manajemen tersentralisasi)
Sumber : CESS (1998) commit to user

II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.1 Pasar Tradisional


Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI No 53/M-
DAG/PER/12/2008 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, pasar tradisional didefinisikan
sebagai :
“Pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
termasuk kerjasama dengan swasta setempat berupa toko, kios, los, dan tenda
yang dimiliki / dikelola oleh pedagang kecil menengah, swadaya masyarakat
atau koperasi dengan skala usaha kecil, modal kecil, dan dengan proses jual
beli barang dagangan melalui tawar menawar.”
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No 49 tahun 2010 tentang
petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang sarana
perdagangan tahun anggaran 2011, karakteristik pasar tradisional yang
diharapkan adalah :
i Cakupan wilayah.
Pembangunan/pengembangan pasar berada dalam wilayah pemukiman
diutamakan pada tingkat kecamatan maupun pedesaan;
ii Waktu beroperasi secara reguler atau rutin.
Pasar yang beroperasi secara rutin dan periodik seperti pasar mingguan
dan pasar harian, pasar kaget tidak termasuk dalam petunjuk teknis ini;
iii Produk yang dipasarkan berupa komoditi bahan pokok.
Pasar yang dimaksudkan dalam petunjuk teknis ini adalah pasar yang
utamanya menjual komoditi bahan pokok basah seperti sayur mayur,
buah, ikan, daging, dan bukan pasar menjual produk khusus seperti
pakaian, obat-obatan, perhiasan sebagai komoditi pendukung lainnya;
iv Kuantitas produk yang dijual secara eceran.
Pasar yang menjual produk dalam jumlah besar kepada pedagang
perantara seperti pasar grosir, pasar induk dan pasar penunjang tidak
termasuk dalam bahasan petunjuk teknis ini;
commit to user

II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selanjutnya pasar tradisional diharap mempunyai fasilitas-fasilitas


penunjang seperti :
1. Kantor pengelola
2. Toilet
3. Area Parkir
4. Mushola
5. Pos Keamanan
6. Tempat Penampungan Sampah Sementara dan Tempat sampah
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, mengelompokkan
fasilitas perdagangan yang didasarkan pada jenis kegiatan ekonomi, minimum
penduduk pendukung dan lokasi seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Fasilitas Perdagangan
No Jenis Kegiatan Minimum Lokasi Luas Radius Standar
Penduduk Tanah Pencapaian (M²/
(Jiwa) (M²) (M) Penduduk)
1 Warung 250 Ditengan 100 500 0,4
kelompok
keluarga
2 Pertokoan 2500 Di pusat RW 1.200 0,48
3 Pusat Perbelanjaan Lingkungan 30.000 Di pusat 13.500 0,45
(Toko, Pasar) Lingkungan
4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga 120.000 Di pusat 36.000 0,3
(Toko, Pasar, Bank, Kantor, Kecamatan
Industri Kecil) dekat terminal
kecamatan
5 Pusat Perbelanjaan dan Niaga 450.000 Di pusat 96.500 0,2
(Toko, Pasar, Bank, Kantor, wilayah dekat
Industri Kecil) terminal
Sumber :Kepmen PU No.378/KPTS/1987

commit to user

II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.2 Pasar Modern


Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan
rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan
dengan sistem swalayan konsumen mengambil sendiri barang dari rak
dagangan dan membayar ke kasir (Pandin, 2009).
Pasar modern merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen
modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan
jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya
anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall,
supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan,
pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual memiliki
variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar
modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai
kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu
secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi
akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan
barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label
harga yang pasti .
Di Indonesia, pasar modern diawali dengan berdirinya Gedung Sarinah
di bilangan Thamrin pada tahun 1964. Akan tetapi kondisi ekonomi yang buruk,
ketidakstabilan harga, kemrosotan, produksi, serta situasi politik yang tidak
stabil membuat sarinah gagal dalam menjadi pelopor pasar modern di Indonesia.
Memasuki tahun 1990 an, Indonesia menjadi incaran bagi peritel asing yaitu
diawali dengan masuknya departemen store SOGO yang merupakan ritel
terbesar jepang bekerja sama dengan Gajah Tunggal. Dua tahun kemudian
masuk Metro Departement Store (ritel asal Singapura) yang bekerjasama
dengan rajawali Group, lalu diikuti oleh peritel asing serupa seperti JC Penny,
Marcks & Spencer, wallmart, dan hinggga pada tahun 1998 Carrefour masuk
sebagai transformasi pasar swalayan menjadi pasar serba ada (Hypermarket).
Saat ini terdapat beberapa peritel di Indonesia seperti Carrefour, Hypermart,
commit to user
Giant, Alfa, Clubstore dan lain-lain.

II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam 5 tahun terakhir, modern market telah menjadi penggerak utama


dalam perkembangan ritel modern di Indonesia. Selama tahun 2004-2008,
pertumbuhan modern market mencapai angka 19,8%, dan merupakan angka
pertumbuhan tertinggi dari berbagai jenis ritel modern yang ada di Indonesia.
Menurut Marina L Pandin dalam The Portrait of Retail Bussiness in
Indonesia : Modern Market Saat ini terdapat 3 jenis pasar modern di Indonesia
yang mendominasi pasar retail Indonesia yaitu Hypermarket, Supermarket dan
Minimarket. Karakteristik dari ketiga jenis pasar modern tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Karakteristik Pasar-pasar Modern
Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket
Barang yang Berbagai macam Berbagai macam Berbagai macam
diperdagangkan kebutuhan rumah kebutuhan rumah kebutuhan rumah
tangga termasuk tangga termasuk tangga termasuk
kebutuhan sehari-hari kebutuhan sehari- kebutuhan sehari-
hari hari
Jumlah Item < 5000 item 5000 - 25000 item >25000 item
Model Dilakukan secara Dilakukan secara Dilakukan secara
Penjualan eceran, langsung pada eceran, langsung eceran, langsung
konsumen akhir pada konsumen pada konsumen
akhir dengan cara akhir dengan cara
swalayan swalayan
Luas Lantai maksimal 400 m2 4000-5000 m2 >5000 m2
Usaha
Luas Lahan Minim Standar Sangat Luas
Parkir
Modal (diluar S/d 200 juta Rp 200 juta - Rp > Rp 10 Milyar
tanah bangunan 10 Milyar
Sumber : Peraturan Presiden No 112 Tahun 2007

commit to user

II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2. Persaingan Pasar


Menurut seorang pakar ritel, Prodjolalito dalam Tambunan (2004),
permasalahan utama antara ritel modern (minimarket, supermarket dan
hypermarket) dan ritel tradisional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta
adalah lokasi, di mana ritel modern dengan kekuatan modalnya yang luar biasa
berkembang begitu pesat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi ritel
tradisional, padahal sudah ada Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 mengenai
pengaturan (izin) lokasi bagi ritel modern.
Dua komponen penting dari SK tersebut adalah jarak minimum antara
ritel modern dengan ritel tradisional, dan jam buka ritel moderen berbeda, yakni
antara jam 10 pagi hingga jam 10 malam. Perbedaan jarak ini dimaksud untuk
memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap bisa mendapatkan
pembeli dari masyarakat sekitar pasar tersebut. Sedangkan perbedaan waktu
buka adalah untuk memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap
mendapatkan pembeli yang ingin belanja di bawah jam 10 pagi. Meskipun
demikian, dengan berkembangnya ritel modern menyebabkan pangsa pasar
tradisional dari tahun ke tahun semakin menurun.
Berdasarkan pendapatan, konsumen dapat dibagi dalam 5 segmen,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.

Special Market atau toko yang menjual Atas - atas


produk dengan kualitas tinggi
Menengah- Atas
Retail Modern Menengah
Menengah - Bawah

Retai Tradisional
Bawah – Bawah

Gambar 2.1 Segmen pasar ritel modern dan ritel tradisional


Sumber: Tambunan, (2004)
Meskipun segmen pasar ritel tradisional dan modern cenderung
berbeda, tetapi masih tetap terjadi persaingan dalam memperoleh konsumen,
commit to user

II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

baik antar ritel tradisional dan modern, maupun intern ritel tradisional dan intern
ritel modern. (Ma’ruf, 2005).
Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung
dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar
modern telah menorong supermarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil
dalam rangka mencari pelanggan dan terjadinya perang harga. Akibatnya
supermarket yang semula hanya melayani masyarakat kelas menengah keatas
pada awal 1990-an (CPIS, 1994), kini juga dapat memungkinkan masyarakat
kelas menengah kebawah untuk mengakses supermarket. Hal tersebut tentu saja
berpengaruh pada usaha para pedagang tradisional di sekitar Supermarket.
Menurut laporan AC Nielsen Asia Pacific Retail and Shopper Trend 2005,
kecenderungan publik untuk berbelanja dipasar tradisional mengalami
penurunan sebesar 2% per tahun, sedangkan supermarket mengalami
pertumbuhan dengan rata-rata 15% per tahun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Suryadarma dkk (2007), pedagang pasar tradisional menyebutkan
supermarket sebagai pesaing terberat kedua setelah pedagang lain dalam pasar
tradisional yang sama. Gambaran persaingan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Pasar Tradisional Hypermarket Hypermarket

Toko Toko Supermarket Supermarket

Warung Warung Minimarket Minimarket

Convinience Store

Gambar 2.2 Perang antar saluran


Sumber: Tambunan, (2004)

commit to user

II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3. Profil Kabupaten Boyolali


Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di
Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 1015,1010 Km². Wilayah
Kabupaten Boyolali dibatasi oleh:
- SebelahUtara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang.
- SebelahTimur : Kab. Karanganyar, Kab. Sragen dan Kabupaten
Sukoharjo.
- SebelahSelatan : Kabupaten Klaten dan Daerah IstimewaJogjakarta.
- SebelahBarat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Jarak bentang:
- Barat - Timur : 48 Km Utara - Selatan : 54 Km
Kabupaten Boyolali memiliki 19 Kecamatan yang tersebar dengan jarak
antar kecamatan seperti pada Gambar 2.3 berikut ini :

Boyolali
5 Musuk
4 10 Mojosongo
7 13 3 Teras
12 18 16 19 Ampel
21 20 24 28 32 Selo
11 10 15 18 23 10 Cepogo
11 17 8 4 22 31 21 Banyudono
15 21 12 9 28 36 27 6 Sawit
18 24 14 11 30 38 39 8 13 Sambi
23 29 18 16 35 44 34 12 18 12 Ngemplak
25 31 21 18 37 46 36 14 20 7 19 Simo
33 37 29 26 42 54 44 22 28 15 27 10 Nogosari
41 47 42 40 36 67 58 36 42 28 40 22 32 Andong
37 43 33 30 27 60 48 26 32 19 31 12 22 10 Klego
37 43 41 42 25 58 48 38 44 31 43 24 34 22 12 Wonosegoro
32 38 36 37 20 52 43 34 39 26 38 19 29 16 7 5 Karanggede
49 55 47 44 37 70 60 40 46 33 45 26 36 12 14 12 17 Kemusu
70 76 68 65 58 90 81 62 67 54 66 47 57 32 35 33 38 21 Juwangi
Gambar 2.3 Jarak Antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali
commit to user

II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan untuk bentuk medan Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada


Gambar 2.4.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Boyolali 2008


Dibuat oleh BAPPEDA Kabupaten Boyolali tahun 2009
Gambar 2.4 Peta Bentuk Medan Kabupaten Boyolali

commit to user

II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam hal perekonomian, potensi utama yang menunjang perekonomian


Kabupaten Boyolali adalah sapi perah, kerajinan tembaga, lele, dan minyak atsiri.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Boyolali bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari kelompok sektor primer ke
sektor sekunder dan tersier. Sedangkan kelompok sektor tersebut dikelompokkan
menjadi tiga yaitu :

1. Kelompok Sektor Primer : Sektor Pertanian, Pertambangan/Penggalian


2. Kelompok Sektor Sekunder : Sektor Industri, Listrik/Air Bersih,
Bangunan/ Konstruksi
3. Kelompok Sektor Tersier : Sektor Perdagangan, Pengangkutan/
Komunikasi, Perbankan/ Keuangan,
Pemerintahan/ Hankam dan Jasa.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk mengetahui definisi dari PDRB
terlebih dahulu kita harus mengathui definisi dari Produk Domestik dan Produk
Regional.
Produk Domestik yaitu “produk barang dan jasa dari hasil kegiatan
ekonomi yang diproduksi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut.”
Yang dimaksud wilayah domestik suatu region adalah meliputi wilayah yang
berada didalam batas geografis region tersebut (propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang
melakukan kegiatan produksi di suatu region, berasal dari region lain, demikian
juga sebaliknya penduduk suatu region melakukan kegiatan produksi di region
lain. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini (termasuk
juga dari dan ke luar negeri ) yang pada umumnya berupa upah, gaji, bunga,

commit to user

II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

deviden, dan keuntungan, maka tmbul perbedaan antara produk domestik dan
produk regional.
Sedangkan Produk Regional didefinisikan sebagai produk yang
ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region atau
produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/
luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar negeri.
PDRB yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Boyolali ada 2 macam yaitu PDRB atas Harga Berlaku (PDRB
ADHB) dan PDRB atas Harga Konstan (PDRB ADHK).
PDRB atas Harga Berlaku didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto
(gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian disuatu
wilayah (region). Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang
ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam
proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
PDRB atas dasar Harga Konstan dari tahun ke tahun menggambarkan
perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi
barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan
untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan
produktifitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan,
sehingga sering disebut PDRB riil yaitu dengan cara menghitung PDRB atas dasar
Harga Konstan.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat digunakan untuk
perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga konstan ini
selalu berkaitan dengan harga- harga pada tahun dasar. Sebab, harga-harga pada
tahun dasar tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar yang
besarnya = 100% dan difungsikan sebagai pembanding harga-harga pada tahun-
tahun tertentu yang akan diselidiki. Untuk penghitungan dengan harga konstan,
tahun yang digunakan adalah tahun 2000.
commit to user

II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dalam PDRB secara agregat


pada tahun 2010 atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar (3,60%) dan atas dasar
harga berlaku (ADHB) sebesar (13, 42%).
Selama kurun waktu 2006-2010, Kabupaten Boyolali mempunyai
pertumbuhan rata-rata sebesar 11% ADHB dan 4,21% ADHK. Para pakar
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ideal berkisar antara 5% hingga 7%
setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan ideal tersebut, para produsen masih
bersemangat berproduksi dan konsumen tidak begitu resah karena inflasi tidak
begitu tinggi.
Hingga akhir 2010, sektor yang memberikan kontribusi dominan dalam
perekonomian dai Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian, perdagangan dan
industri, disusul oleh sektor jasa baik harga berlaku maupun harga konstan
memberikan kontribusi sebesar 10% terhadp PDRB.
Sektor perdagangan merupakan sektor kedua yang memberikan kontribusi
dominan terhadap PDRB Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2010 sektor
perdagangan memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar Rp 1,82 trilyun
ADHB atau sebesar 23,93% dan Rp 984,06 milyar ADHK.
Sektor perdagangan terdiri dari 3 subsektor yaitu sebsektor besar/eceran,
sebsektor restoran/rumah makan, dan subsektor Hotel/Losmen. Dari ketiga
subsektor tersebut, subsektor besar/eceran adalah subsektor yang memberikan
kontribusi paling dominan terhadap PDRB dari sektor perdagangan.
Perkembangan PDRB dari sektor perdagangan dari tahun 2006 – 2010 dapat
dilihat pada Tabel 2.4 berikut :

commit to user

II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4 Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan di Kabupaten


Boyolali tahun 2006 – 2010
Tahun
No Subsektor
2006 2007 2008 2009 2010
1 Besar/ Eceran 1252425463 1374324720 1534215974 1677252278 1817027522
Restoran/
Rumah 75020605 82879024 86614991 92878745 118806609
2 Makan
3 Hotel/Losmen 1419671 1695192 2005174 2225744 2683688
Jumlah 1328865739 1458898936 1622836139 1772356767 1938517819
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali 2011
PDRB sektor perdagangan ini merupakan pendapatan pemerintah yang
diperoleh dari unit-unit perdagangan yang ada di Boyolali antara lain pasar
tradisional, pasar modern (pertokoan), hotel/losmen/penginapan, rumah
makan/restoran, kios/toko/warung, dan SPBU. Perkembangan unit-unit dagang
yang ada di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Unit Dagang di Kabupaten Boyolali tahun 2006
– 2010
Tahun
No Unit Dagang
2006 2007 2008 2009 2010
1 Pasar modern 90 90 100 103 108
2 Pasar tradisional 104 106 104 110 100
3 Kios/toko/warung 9660 10024 10429 10009 9182
4 Restoran/rumah makan/ kedai 1943 1950 2097 2158 2164
5 Hotel/losmen/penginapan 265 17 110 106 106
6 SPBU 0 4 4 4 3
JUMLAH 12062 12191 12844 12490 11663
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali 2011
Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa subsektor besar/eceran mendominasi
kontribusi terhadap PDRB sektor perdagangan. Dominasi tersebut menunjukkan
bahwa subsektor eceran/ besar memiliki peranan penting dalam perekonomian
Kabupaten Boyolali. Subsektor eceran/besar merupakan pendapatan yang
diperoleh dari unit dagang yang berupa pasar tradisional, pertokoan (pasar
modern), dan kios/toko/warung. Dari Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa dari
subsektor eceran/besar, hanya pasar modern (pertokoan) yang terus mengalami
commit
peningkatan tiap tahun. Baik pasar to user maupun kios/warung mengalami
tradisional

II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pertumbuhan jumlah unit yang fluktuatif dari tahun 2006-2010, bahkan cenderung
menurun. Menurunnya jumlah kios-kios dan unit pasar tradisional tersebut
membuat resah para pedagang pasar tradisional. Mereka menuntut pemerintah
untuk segera mengeluarkan PERDA mengenai penataan pasar tradisional dan
pasar modern.
Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Kota Boyolali, Much Ichsanuddin,
menyatakan salah satu faktor utama yang membuat pasar terpuruk adalah
banyaknya toko modern, termasuk swalayan, yang berdiri di depan pasar
(www.solopos.com). Dari tahun ke tahun jumlahnya juga semakin banyak. Hal ini
secara tidak langsung memengaruhi jumlah pembeli yang berbelanja di pasar Kota
Boyolali. Oleh karena itu, pihaknya meminta supaya pemerintah daerah segera
bertindak. Hingga akhir 2011 Pemerintah Kabupaten Boyolali belum memiliki
Peraturan Daerah tentang penataan pasar tradisional dan pasar modern. Saat ini
PERDA yang digunakan Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam mengelola pasar
tradisional dan pasar modern adalah PERDA No 28 tahun 2001 mengenai
Pengelolaan dan Retribusi Pasar Pemerintah dan PERDA No 12 tahun 2003
mengenai rumah toko, toko dan kios. Selain itu pemerintah juga menggunakan
PERMENDAGRI No 53/M-DAG/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
Dalam PERMENDAGRI No 53 tahun 2008 pasal 3, disebutkan bahwa
pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko harus melalui analisa
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional dan UMKM.
Kondisi sosial dan ekonomi yang dianalisa meliputi :
1. Struktur kepadatan penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan
2. Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
3. Kepadatan penduduk
4. Pertumbuhan penduduk
5. Kemitraan dengan UMKM lokal
6. Penyerapan tenaga kerja lokal
7. Ketahanan dan pertumbuhan Pasar Tradisional sebagai sarana bagi UMKM
lokal commit to user

II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah ada


9. Dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara Hypermarket
dengan pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya
10. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

Sedangkan untuk penentuan jarak harus mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut :
1. Lokasi pendirian Hypermarket atau pasar tradisional dengan Hypermarket
atau pasar tradisional yang sudah ada.
2. Iklim usaha yang sehat antara Hypermarket dengan pasar tradisional.
3. Aksesbilitas wilayah (arus lalu lintas).
4. Dukungan/ketersediaan infrastruktur.
5. Perkembangan pemukiman baru.

Khusus untuk minimarket baik yang terintegrasi dengan pusat


perbelanjaan maupun berdiri sendiri wajib memperhatikan :
1. Kepadatan penduduk
2. Perkembangan pemukiman baru
3. Aksesbilitas wilayah (arus lalu lintas)
4. Dukungan/ketersediaan infrastruktur
5. Keberadaan pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih
kecil daripada minimarket tersebut.

Mengacu pada peraturan-peraturan tersebut kondisi kepadatan penduduk,


pertumbuhan penduduk dibandingkan dengan jumlah pasar modern dan
tradisional yang ada dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut :

commit to user

II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.6 Perbandingan Kepadatan Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan


Jumlah Pasar tiap Kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2010
Kepadatan Pertumbuhan Jumlah Jumlah
No Kecamatan Penduduk Penduduk Pasar Pasar
(jiwa/km2) (%) Modern Tradisional
1 Selo 480 0.34% 2 3
2 Ampel 763 0.27% 9 4
3 Cepogo 1005 0.34% 2 4
4 Musuk 934 0.64% 6 9
5 Boyolali 2272 0.39% 9 7
6 Mojosongo 1185 0.25% 8 7
7 Teras 1535 0.70% 5 4
8 Sawit 1915 -0.01% 8 2
9 Banyudono 1776 -0.26% 10 6
10 Sambi 1046 0.15% 5 5
11 Ngemplak 1846 0.35% 12 5
12 Nogosari 1104 0.43% 2 3
13 Simo 909 0.08% 5 4
14 Karanggede 970 -0.19% 5 6
15 Klego 887 0.25% 1 4
16 Andong 1134 -0.12% 11 5
17 Kemusu 468 0.19% 2 7
18 Wonosegoro 590 0.24% 2 11
19 Juwangi 437 -0.27% 4 4
Jumlah 1119 0.20% 108 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali 2011
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pasar modern yang ada
pada tiap kecamatan belum mengacu pada PERMENDAGRI No 53 tahun 2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan,
dan Toko Modern. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pertumbuhan kedua
jenis pasar tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Boyolali memerlukan Peraturan
Daerah yang mengatur penataan kedua jenis pasar tersebut, dan untuk menetapkan
Peraturan Daerah yang sesuai dengan kondisi persaingan pasar tradisional dan
modern di Boyolali maka perlu dilakukan studi pendahuluan mengenai persaingan
kedua jenis pasar tersebut.

commit to user

II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.4. Model Ekonometri


Secara umum ekonometrika berarti pengukuran indikator ekonomi.
Meskipun pengukuran secara kuantitatif terhadap konsep-konsep ekonomi
seperti Produk Domestik Bruto (PDB), pengangguran, inflasi, impor, dan ekspor
sangatlah penting, namun ruang lingkup ekonometrika jauh lebih luas
sebagaimana yang dapat kita tangkap dari definisi-definisi berikut ini :
Ekonometrika dapat didefinisikan sebagai “Ilmu sosial dimana
perangkat teori ekonomi, matematika, dan statistik inferensial diterapkan dalam
menganalisis fenomena ekonomi” (Goldberger dalam Gujarati, 2006).
Ekonometrika sebagai “Hasil dari suatu tinjauan tertentu tentang peran
ilmu ekonomi, mencakup aplikasi statistik matematik atas data ekonomi guna
memberikan dukungan empiris terhadap model yang disusun berdasarkan
matematika ekonomi serta memperoleh hasil berupa angka-angka” (Samuelson
et al dalam Gujarati, 2006).
Teori ekonomi membuat pernyataan atau hipotesis yang sebagian besar
bersifat kualitatif, akan tetapi teori ekonomi tidak menjelaskan dalam ukuran
angka mengenai hipotesis yang telah dinyatakannya. Dalam hal ini,
ekonometrilah yang berperan dalam menjelaskan hipotesis tersebut dalam
ukuran angka.
Perhatian utama ekonomi matematis adalah menyatakan teori ekonomi
dalam bentuk matematis (persamaan) tanpa memperhatikan keterukuran atau
pembuktian empiris dari teori ekonomi tersebut. Ekonometrika berkepentingan
dalam pembuktian empiris teori ekonomi. Ahli ekonometrika seringkali
menggunakan persamaan matematis yang diajukan oleh ahli ekonomi matematis
tetapi meletakkan persamaan tersebut sedemikian rupa sehingga memberikan
kemungkinan untuk melakukan pengujian empiris. Dan pengubahan persamaan
matematis kedalam persamaan ekonometris tersebut memerlukan kecerdikan dan
kecakapan praktis.
Statistika ekonomi terutama berkenaan dengan pengumpulan,
pemrosesan, dan penyajian data ekonomi dalam bentuk grafik dan tabel. Data
commit data
yang dikumpulkan tersebut merupakan to user
mentah bagi ahli ekonometri, tetapi

II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

para ahli statistik ekonomi tidak bertindak lebih lanjut atau tidak menaruh
perhatian dengan penggunaan data yang terkumpul ini untuk menguji teori
ekonomi.
Meskipun statistika matematis memberikan banyak alat-alat yang
digunakan dalam bidang ekonometri, para ahli ekonometrika sering memerlukan
metode khusus mengingat kekhususan sebagian besar data ekonomi yaitu bahwa
data tidak timbul sebagai hasil percobaan yang dikendalikan. Ahli ekonometrika
sebagimana ahli cuaca biasanya tergantung pada data yang tidak bisa
dikendalikan secara langsung. Ahli ekonometrika mengambil data yang
dibutuhkan secara apa adanya. Namun, hal tersebut sering memunculkan
permasalahan yang tidak bisa diselesaikan secara statistika matematis. Data
seperti itu biasanya mengandung kesalahan pengukuran. Ketika muncul
permasalahan mengenai kesalahan pengukuran seperti pada kejadian tersebut,
para ahli ekonometri biasanya diminta untuk mengembangkan metode analisis
khusus untuk menghadapi permasalahan kesalahan pengukuran seperti itu.
Untuk lebih memahami mengenai metodologi ekonometri, terlebih
dahulu sebagai contoh akan dipelajari mengenai teori ekonomi yang dinyatakan
oleh Johm Maynard Keynes mengenai teori konsumsi. Keynes menyatakan
bahwa manusia ingin, biasanya, dan secara rata-rata untuk meningkatkan
konsumsi mereka pada saat pendapatannya meningkat, tetapi tidak sebesar
peningkatan dalam pendapatan mereka (Keynes dalam Gujarati, 1993).
Secara ringkas, Keynes menyatakan bahwa kecenderungan
mengkonsumsi secara marjinal (Marginal Propesity of Consume – MPC),
tingkat perubahan konsumsi untuk setiap unit perubahan dalam pendapatan,
adalah lebih besar dari 0 tetapi kurang dari 1. Untuk mengkaji teori konsumsi
tersebut maka para ahli ekonometri akan memuat persamaan matematis
mengenai hipotesis tersebut. Persamaan yang mungkin diberikan oleh para ahli
ekonomi matematis untuk menjelaskan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Y = α + βX .................................................................................................. (2.1)

Dimana : commit to user

II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Y = Belanja Konsumsi

X = Pendapatan

α, β = Konstanta atau parameter

koefisien β menyatakan nilai MPC.


Persamaan tersebut merupakan persamaan matematis murni. Model
tersebut mengasumsikan hubungan yang pasti atau deterministik antara
pendapatan dan konsumsi. Tetapi hubungan antara variabel ekonomi biasanya
tidak pasti. Untuk menyediakan bagi hubungan yang tidak pasti antara variabel,
ahli ekonometrika harus mengubah persamaan matematis murni tersebut
menjadi persamaan ekonometri seperti berikut :

Y = α + βX + u ........................................................................................ (2.2)
Dimana u dikenal sebagai disturbance atau gangguan / kesalahan /
error yaitu suatu variabel acak/ random yang mempunyai ciri probabilistik yang
dirumuskan dengan baik. Faktor error u menyatakan semua kekuatan yang
mempengaruhi konsumsi tetapi belum diperhitungkan secara statistik.
Persamaan tersebut merupakan model ekonometrik yang menghipotesiskan
bahwa variabel tak bebas Y (konsumsi) berhubungan secara linear dengan
variabel yang bersifat menjelaskan (explanatory variabel) X (pendapatan) tetapi
hubungan antara keduanya bersifat tidak pasti; hubungan tersebut tergantung
pada variasi individual.
Setelah menspesifikasikan suatu model ekonometri, maka tugas para
ahli ekonometrika selanjutnya adalah memperoleh nilai parameter model dari
data yang tersedia; nilai ini mungkin diberikan oleh ahli statistik ekonomi.
Untuk memperoleh nilai parameter model, teknik utama yang digunakan dalam
ekonometri adalah analisis regresi.
Setelah diperoleh nilai parameter model, langkah selanjutnya dalam
ekonometri adalah mengembangkan kriteria yang cocok untuk mengetahui
apakah nilai konstanta (parameter) model yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan oleh teori/hipotesis yang sedang
commit diuji. Pada langkah ini, metode yang
to user

II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

akan digunakan adalah teori statistik yang dikenal dengan uji hipotesis
(inferensia statistik).
Setelah diperoleh model ekonometri yang telah ditaksir (estimated
econometric model), maka selanjutnya model ekonometri yang dihasilkan dapat
digunakan untuk melakukan peramalan (forecasting) pada variabel tak bebas
(independen) atas dasar nilai-nilai variabel yang menjelaskan (explanatory
variables) yang telah diketahui.
Pada umumnya, analisis ekonometrika mengikuti metodologi berikut :
1. Membuat pernyataan atau hipotesis.
2. Mengumpulkan data.
3. Menentukan model matematis dari teori tersebut.
4. Menentukan model statistik, atau ekonometri, dari teori tersebut.
5. Menaksir parameter-parameter dari model ekonometri yang dipilih.
6. Memeriksa kecocokan model : pengujian spesifikasi model.
7. Menguji hipotesis yang dihasilkan model.
8. Menggunakan model untuk melakukan prediksi atau peramalan.
Seperti yang telah disebutkan pada uraian diatas, analisis regresi
merupakan teknik utama yang digunakan untuk menaksir parameter dalam
model ekonometri. Dalam penelitian ini jumlah variabel independen yang
digunakan lebih dari satu sehingga analisis regresi yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai
analisis regresi berganda.

2.5. Regresi Linear Berganda


Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada
tahun 1886. Galton menemukan adanya tendensi bahwa orang tua yang memiliki
tubuh tinggi memiliki anak-anak yang tinggi,orang tua yang pendek memiliki
anak-anak yeng pendek pula. Kendati demikian, ia mengamati bahwa ada
kecenderungan tinggi anak cenderung bergerak menuju rata-rata tinggi populasi
secara keseluruhan. Dengan kata lain, ketinggian anak yang amat tinggi atau
commit bergerak
orang tua yang amat pendek cenderung to user kearah rata-rata populasi. Inilah

II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang disebut hukum Galton mengenai regresi universal. Dalam bahasa Galton ia
menyebutnya sebagai regresi meuju medikritas (Maddala dalam Gozhali, 2001).
Interpretasi modern mengenai regresi agak berlainan dengan regresi
versi Galton. Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
hubungan antara satu variabel yang disebut variabel tak bebas atau variabel
yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas
atau variabel penjelas (Gujarati, 2006).
Variabel tak bebas sering juga disebut sebagai variabel dependen, dan
variabel bebas sering disebut sebagai variabel independen. Hasil dari analisis
regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen.
Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan
suatu persamaan.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik,
yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas,
diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang).
Penting untuk diingat bahwa meskipun analisis regresi berkenaan
dengan hubungan antara satu variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel
bebas, namun keterkaitan tersebut tidak selalu menyiratkan adanya hubungan
sebab akibat; dalam hal ini, tidak selalu berarti bahwa variabel bebas merupakan
penyebab dan vaiabel tak bebas sebagai akibat. Jika hubungan sebab-akibat
diantara keduanya memang ada, maka hubungan tersebut harus dilandasi oleh
beberapa teori (ekonomi). Hubungan sebab- akibat harus selalu dilandasi, atau
disimpulkan dari teori yang mendasari fenomena yang diuji secara empiris.
Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi
disebut Ordinary Least Squares (pangkat kuadrat terkecil biasa). Metode OLS
pertama kali diperkenalkan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika
dari Jerman. Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan
jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis
tersebut. commit to user

II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis regresi bisa memiliki salah satu dari beberapa tujuan dibawah
ini :
1. Untuk menaksir nilai rata-rata dari variabel tak bebas, berdasarkan nilai-
nilai variabel bebas yang ada.
2. Untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel –
hipotesis ini dibuat berdasarkan teori ekonomi.
3. Untuk memprediksi atau meramalkan, nilai rata-rata dari variabel tak bebas
berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel.
4. Satu atau lebih gabungan tujuan diatas.
Dalam persamaan regresi sederhana atau model regresi dua variabel,
variabel tak bebas merupakan fungsi dari hanya satu variabel penjelas (variabel
tak bebas). Sedangkan dalam persamaan regresi dimana variabel tak bebas
merupakan fungsi dari lebih dari satu variabel penjelas, maka persamaan
regresinya disebut persamaan regresi berganda.
Menurut Gujarati (2006), regresi linear berganda yakni “regresi dimana
lebih dari satu variabel penjelas, atau variabel bebas digunakan untuk
menjelaskan perilaku variabel tak bebas”.
Regresi berganda dapat digunakan dalam 3 situasi yaitu :
1. Mengembangkan persamaan estimasi kekuatan diri dimana untuk
memprediksikan nilai untuk variabel kriteria dari nilai untuk beberapa
variabel prediktor.
2. Mengontrol variabel yang bercampur untuk mengevaluasi kontribusi
variabel lainnya dengan lebih baik.
3. Menguji dan menjelaskan teori sebab akibat.
Regresi berganda adalah perluasan dari regresi linier bivariat. Persamaan
yang digeneralkan adalah :
Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ... + b n X n + e ......................................... (2.3)

Dimana :
⨘ = suatu konstan , nilai Y ketika semua nilai X adalah nol.
⨘ = slope permukaan regresi atau permukaan respon. Β mewakili
commit to user
koefisien regresi yang berhubungan dengan masing-masing

II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

= term kesalahan , biasanya didistribusikan di sekitar rata-rata 0.


Untuk tujuan penghitungan ℰ diasumsikan 0.
Asumsi- asumsi dalam model regresi linear berganda yaitu :
1. Memiliki parameter-parameter yang bersifat linear.
2. Variabel tak bebas tidak berkorelasi dengan faktor gangguan u.
3. Faktor kesalahan u memiliki rata-rata sebesar nol.
4. Homoskedastisitas besarnya varians dari faktor kesalahan u adalah
konstan.
5. Tidak ada autokorelasi antara faktor kesalahan u dan u
( cov u , u ) i≠j
6. Tidak ada kolinearitas nyata antar variabel bebas (variabel penjelas);
dalam hal ini tidak ada hubungan linear yang nyata antara variabel
penjelas yang satu dengan variabel penjelas yang lain.
7. Faktor kesalahan u mengikuti distribusi normal dengan rata-rata sebesar
nol dan varians θ² (homoskedastis)
Salah satu kesulitan dengan regresi berganda adalah multikolinearitas
yaitu situasi dimana beberapa atau semua variabel independen sangat
berkorelasi. Ketika muncul kondisi tersebut, koefisien regresi yang
diestimasikan bisa berfluktuasi secara luas dari sampel ke sampel, membuatnya
beresiko terhadap penggunaan koefisien sebagai indikator dari kepentingan
relative dari variabel prediktor. Biasanya nilai korelasi antara 2 variabel
independen tidak lebih dari 20. Namun ketika dihadapkan pada keadaan dimana
nilai korelasi lebih dari 80, maka hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Memilih salah satu dari variabel tersebut dan menghapus yang lain.
2. Menciptakan variabel baru yang merupakan susunan dari variabel yang
sangat berkorelasi dan menggunakan variabel baru tersebut ditempat
komponennya.
Permasalahan lain dengan regresi adalah bahwa pemakai teknik ini
sering dihadapkan pada kegagalan dalam mengevaluasi persamaan mereka
dengan data dibawah yang digunakan untuk menghitung persamaan tersebut
commit to user
pada awalnya. Pendekatan yang paling praktis adalah mengesampingkan

II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

porsidata (misalnya keempat dan ketiga) dan hanya menggunakan sisanya untuk
menghitung persamaan yang diestimasi. Orang kemudian menggunakan
persamaan tersebut pada data yang dikesampingkan untuk menghitung 隠 untuk
data yang dikeluarkan. Hal ini kemudian dapat dibandingkan dengan 隠 asli
untuk menentukan sebagaimana baiknya persamaan memprediksikan data
basenya.

2.6. Regresi Log Linear Berganda


Dalam analisis regresi linear dipelajari bagaimana hubungan antara
sebuah variabel tak bebas (Y) dengan sebuah variabel bebas atau lebih. Dalam
analisis regresi linear tersebut dipelajari antara lain (i) pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas dan (ii) pengaruh sebuah
variabel bebas terhadap variabel tak bebas dengan memperhitungkan pengaruh
variabel bebas lainnya didalam model. Akan tetapi dalam analisis regresi tidak
dipelajari pola hubungan atau bentuk hubungan antara variabel bebas yang
bersangkutan, termasuk kemungkinan adanya hubungan sebab akibat.
Menurut Agung (2002), pada dasarnya analisis dengan menggunakan
model log-linear dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mempelajari pola asosiasi antara sekelompok variabel kategorik,
yang mencakup asosiasi bivariat dan asosiasi ganda antara tiga variabel atau
lebih.
2. Untuk menghitung atau memperkirakan banyaknya observasi diharapkan
(expected counts) dalam tiap-tiap sel populasi dari tabel yang dibentuk oleh
kelompok variabel yang diperhatikan, yang sesuai dengan pola asosiasi
ganda yang dipandang cocok untuk kelompok variabel yang bersangkutan.
3. Selanjutnya, berdasarkan expected counts tersebut dapat dihitung beberapa
statistik penting seperti proporsi atau angka prevalensi peristiwa tertentu dan
statistik rasio kecenderungan (odd ratio).

commit to user

II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.7. Variabel Dummy


Dalam analisis regresi, variabel tak bebas seringkali dipengaruhi oleh
tidak hanya variabel-variabel yang bias dikuatifikasi pada beberapa skala yang
sudah tertentu (seperti pendapatan, output, biaya, harga bobot, suhu), tetapi juga
oleh variabel yang pada dasarnya bersifat kualitatif seperti jenis kelamin, ras,
warna agama). Variabel-variabel kualitatif seperti itu biasanya menunjukkan ada
atau tidaknya “kualitas” suatu atribut, seperti laki-laki atau perempuan, hitam
atau putih, dll. Salah satu metode “kuantifikasi” atribut-atribut ini adalah dengan
membentuk variabel-variabel artificial yang memperhitungkan nilai-nilai 0 atau
1. 0 menunjukkan ketiadaan sebuah atribut dan 1 menunjukkan keberadaan atau
kepemilikan suatu atribut. Variabel-variabel yang mengasumsikan nilai-nilai 0
dan 1 tersebut disebut dengan variabel dummy. Variabel dumy dilambangkan
dengan symbol D.
Pada dasarnya variabel dummy adalah perangkat pengklasifikasian data
karena membagi suatu sampel kedalam berbagai sub-kelompok berdasarkan sifat
atau atributnya., dan secara implicit melakukan regresi individual untuk masing-
masing sub-kelompok. Jadi, jika ada perbedaan dalam tanggapan variabel tak
bebas terhadap variasi variabel kualitatif dalam berbagai sub-kelompok, semua
akan tercermin dalam perbedaan titik potong atau koefisien kemiringan berbagai
sub kelompok atau keduanya.
Meskipun merupakan asalt yang fleksibel, , teknik variabel dummy
harus ditangani secara cermat. Pertama, jika model regresi berisikan factor
konstanta (seperti biasa dimiliki oleh sebagian besar model regresi), jumlah
variabel dummy harus lebih rendah satu unit daripada jumlah klasifikasi masing-
masing variabel kualitatif. Kedua, koefisien yang terikat pada variabel dummy
harus selalu ditafsirkan sehubungan dengan kelompok control, atau patokan
kelompok yang diberi nilai nol. Terakhir jika suatu model memiliki beberapa
variabel kualitatif dengen beberapa kels, penggunaan variabel dummy bisa
menghabiskan jumlah derajat kebebasab yang besar. Oleh sebab itu, harus
ditimbang jumlah variabel dummy yang akan digunakan dalam model terhadap
total observasi dalam sampel. commit to user

II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.8. Uji Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil
estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala
autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias
jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni
tidak terdapat autokorelasi, heteroskedastistas, dan tidak terdapat
multikolinearitas. Jika terdapat heterokedastistas, maka varian tidak konstan
sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat
multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh
individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi
rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias
dan tetap konsisten, hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji
asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah :

2.8.1. Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS.
Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil
daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso.
2001).
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel
bebas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Yang baik adalah
tidak terjadi korelasi yang biasa disebut non multikolinearitas.
Simamora (2005) menyebutkan bahwa multikolinearitas dapat
menimbulkan berbagai dampak antara lain yaitu :
commit to user

II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Terjadinya peningkatan varian (dan standar error) koefisien regresi


estimator.
2. Tanda koefisien regresi berbeda dari yang diharapkan.
3. Penambahan ataupun penarikan variabel independen akan menyebabkan
perubahan besar pada koefisien estimasi dan tanda-tandanya.
4. Pengurangan data akan menyebabkan perubahan koefisien estimasi yang
besar.
5. Dalam berbagai kasus, seringkali nilai F signifikan, namun tidak satupun
nilai t signifikan.
Menurut Santoso (2000) pedoman untuk mendeteksi
multikolinearitas adalah :
a. Besar VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
i Mempunyai Nilai VIF ± 1
ii Mempunyai angka Tolerance ± 1
iii Atau Tolerance = 1/VIF dan VIF = 1/Tolerance
iv Dan apabila Nilai VIF > 5 dipastikan terjadi Multikolinearitas
b. Besar korelasi antar variabel independennya bebas multikolinearitas
i Koefisien korelasi harus lemah ( < 0,5)
ii Jika ada nilai r > 0,5 harus dikeluarkan dari model.
Ada berbagai cara untuk mengatasi kolinearitas, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Membuang salah satu variabel yang berkolinearitas.
2. Menambah ukuran sampel memiliki kemungkinan menghilangkan
multikolinearitas.

2.8.2. Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
commit to user

II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang


homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser,
yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh
dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel
independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-
masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara
statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Sumodiningrat. 2001).
Menurut Santoso (2001), tujuan dari uji ini adalah melihat apakah
ada ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain dari tabel ANOVA. Gujarati (1999), suatu variabel
dinyatakan terjadi heteroskedastisitas apabila memiliki probabilitas < 0,5.
Sebaliknya dinyatakan terjadi homoskedastisitas (yang diharapkan) apabila
memiliki probabilitas > 0,5. Santoso (2001). Untuk menilainya berdasarkan
grafik scatter plot dimana :
a. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar (secara acak) di
atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi
heteroskedastisitas,
b. Jika ada pola tertentu serta titik-titik yang membentuk pola tertentu
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka terjadi
heteroskedastisitas.

2.8.3. Uji Autokorelasi


Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
α= 5%. Apabila D-Wa Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan
commit to user
terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Santoso. 2002)

II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Sutanto (2001) suatu keadaan dimana masing-masing nilai


Y bebas satu sama lain. Jadi nilai dari tiap-tiap individu saling berdiri
sendiri. Tidak diperbolehkan nilai observasi yang berbeda yang diukur dari
satu individu diukur dua kali. Untuk mengetahui asumsi ini dilakukan
dengan cara uji Durbin-Watson dengan ketentuan sbb:
a. Bila nilai durbin antara -2 s.d. +2 berarti asumsi independensi terpenuhi
b. Bila nilai durbin dibawah -2 dan diatas. +2 berarti asumsi independensi
tidak terpenuhi.

2.9. Penelitian Terdahulu


Berbagai perkembangan konsep utama dan hasil penelitian tentang pasar
tradisional dan pasar modern dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Perkembangan berbagai konsep dan penelitian tentang
pasar tradisional dan pasar modern.
no Peneliti Data temuan awal Variabel/konsep
(tahun) utama
1 Daniel Jarak supermarket dari pasar tradisional Indikator kinerja pasar
Suryadarma memberikan dampak yang signifikan terhadap tradisional
dkk (2007) jumlah pegawai di pasar tradisional
Salah satu faktor utama penyebab kelesuan usaha Kinerja pasar
pasar tradisional adalah meningkatnya persaingan tradisional, penyebab
dengan minimarket kelesuan usaha pasar
tradisional
2 Victor M Salah satu fungsi pasar baik pasar modern Fungsi pasar
Manek Kik maupun pasar tradisional adalah sebagai salah tradisional
(2009) satu sumber pendapatan asli daerah
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tidak Fungsi pasar
optimalnya fungsi pasar tradisional adalah tradisional
kepadatan penduduk,kepadatan rumah tangga,
serta aksesbilitas sosial dan ekonomi yang ada
didaerah
Efisiensi dan optimasi
commit to pasar
user diantaranya dapat indikator efisiensi

II-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilihat dari pola penyebaran sarana pasar


perdagangan,waktu pelayanan pasar, kondisi fisik
pasar,jenis dan variasi barang yang
diperdagangkan, dan sistem pengelolaan pasar
3 KPPU (2004) Pertumbuhan retail modern berkorelasi positif konsep persaingan
dengan peningkatan pendapatan rata-rata ritel modern dan ritel
masyarakat, sedangkan pertumbuhan retail tradisional
tradisional berkorelasi negatif dengan tingkat
pendapatan rata-rata masyarakat
2 faktor utama yang harus dibenahi untuk Faktor yang
menciptakan persaingan yang sehat antara pasar mempengaruhi
tradisional dan pasar modern adalah jarak dampak Supermarket
minimum antara retail modern dengan pasar terhadap pasar
tradisional dan jam buka retail modern tradisional

4 Amrina (2010) Permasalahan utama penyebab persaingan antara Faktor yang


ritel modern dan ritel tradisional adalah faktor mempengaruhi
lokasi dampak Supermarket
terhadap pasar
tradisional
5 Udin Sillalahi Salah satu faktor utama persaingan antat ritel baik Faktor yang
(2006) tradisional maupun modern adalah adanya perang mempengaruhi
harga dampak supermarket
terhadap pasar
tradisional
6 Andri Pasar tradisional merupakan salah satu sumber Konsep Pasar
Suryadinata perekonomian kerakyatan di Indonesia Tradisional
dkk (2008)
7 Martin R Terdapat perbedaan jumlah omzet pedagang, Kinerja pasar
Hutabarat sirkulasi barang, jumlah pedagang, jumlah jam tradisional yang
(2009) buka, margin laba pedagang tradisional sebelum terkena dampak
dan sesudah berdirinya supermarket supermarket
8 Departemen Kondisi usaha dan kinerja
commit to userpedagang pasar Indikator kinerja

II-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perdagangan tradisional mengalami penurunan setelah pedagang pasar


Dalam Negeri beroperasinya hypermarket terutama pada faktor tradisional
dan INDEF Jumlah pembeli, jumlah pemasok, dan jumlah
(2007) tenaga kerja
Peran pasar tradisional (toko atau warung) lebih PDRB
besar dibandingkan peran pasar modern
(supermarket) dalam memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) NonMigas pada harga konstan tahun
2000.

2.10. Kerangka Konseptual


Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pasar tradisional didasarkan pada penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu Suryadarma dkk (2007), Depperindag dan INDEF (2007), dan
Hutabarat (2009). Pengukuran kinerja pasar tradisional dilakukan dengan
mengukur jumlah unit pasara tradisional,omzet, jumlah tenaga kerja, jumlah
pemasok, dan jumlah pedagang pasar tradisional. Selanjutnya untuk mengetahui
apakah persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional memberikan
dampak terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Boyolali, untuk mendapatkan
perbedaan-perbedaan yang nyata antara kecamatan-kecamatan tersebut, maka
berdasarkan jumlah unit pasar modern, kecamatan di Boyolali dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
· Kelompok kecamatan yang memiliki jumlah unit pasar modern 1 hingga 4
unit di wilayah kecamatannya.
· Kelompok kecamatan yang memiliki jumlah unit pasar modern 5 hingga 8
unit di wilayah kecamatannya.
· Kelompok kecamatan dengan jumlah unit pasar modern lebih dari 8 unit di
wilayah kecamatannya.
Adanya hipotesa hubungan antara kontribusi pasar tradisional terhadap
commit to user
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didasarkan pada penelitian

II-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebelumnya. Menurut Departemen Perdagangan Dalam Negeri, peran pasar


tradisional lebih besar dibandingkan pasar modern dalam memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Non Migas pada harga
konstan pada tahun 2000. Merupakan kondisi yang sebaliknya terjadi, bahwa
pasar modern diwilayah propinsi mempunyai kontribusi yang lebih besar terhadap
penerimaan APBD dibandingkan dengan wilayah kotamadya/ kabupaten.
Kontribusi pasar modern tersebut tampak lebih besar diwilayah perkotaan
dibandingkan wilayah perdesaan.
Besarnya kontribusi pasar tradisional terhadap PDRB dipengaruhi oleh
banyaknya pasar tradisional yang beroperasi di wilayah kabupaten Boyolali. Naik
turunnya retribusi pasar yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh banyaknya
pedagang yang ditampung oleh seluruh pasar tradisional di wilayah kabupaten
Boyolali. Sedangkan banyaknya pedagang yang memberikan retribusi dipengaruhi
oleh jumlah pasar yang dapat menampung para pedagang tersebut. Variabel ini
diharapkan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja pasar
tradisional. Banyaknya unit pasar tradisional diukur dari banyaknya pasar
tradisional yang terdaftar di disperindagsar kabupaten Boyolali tahun 2006-2010.
Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Boyolali.
Jumlah omzet adalah jumlah penjualan yang diterima oleh pedagang
setiap bulan. Variabel ini diharapkan mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kinerja pasar tradisional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Departemen Perdagangan RI bekerjasama dengan PT INDEF Eramadani (2007),
terjadi penurunan omzet pada pasar tradisional setelah beroperasinya
Hypermarket terutama pada komoditas sembako, daging, telur, dan buah-buahan.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Suryadarma dkk. (2007), 66% Pedagang menyatakan terjadi penurunan omzet
dan keuntungan dibandingkan tahun 2003. Variabel omzet diukur dari jumlah
penerimaan pedagang dari hasil penjualan pada tahun 2006-2010. Data diperoleh
dari Disperindagsar Kabupaten Boyolali.
Banyaknya pemasok mempengaruhi sirkulasi barang yang diperdagangkan
commit to user
di pasar tradisional. Variabel ini diharapkan mempunyai dampak terhadap kinerja

II-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pasar tradisional. Masih menurut Departemen Perdagangan RI dan INDEF (2007)


perputaran barang dagangan mengalami penurunan setelah beroperasinya
hypermarket. Penurunan sirkulasi barang dagangan artinya terjadi penurunan
aktivitas pasokan barang kepada pedagang, atau barang lebih lama tersimpan di
gudang. Naik turunnya sirkulasi barang berhubungan dengan banyaknya pemasok.
Variabel ini diukur dari banyaknya pemasok ke pedagang pasar tradisional
Boyolali selama tahun 2006-2010.
Jumlah pedagang adalah jumlah pedagang yang memiliki kios di pasar
tradisional Boyolali pada tahun 2006-2010. Variabel ini diukur dari jumlah
pedagang yang bermitra dipasar tradisional Boyolali pada tahun 2006-2010. Data
diperoleh dari Disperindagsar Kabupaten Boyolali.
Jumlah Tenaga kerja adalah jumlah karyawan yang dipekerjakan oleh para
pedagang pasar Boyolali. Variabel diukur dari nilai tenaga kerja yang diserap oleh
pasar tradisional Boyolali selama tahun 2006-2010. Data diperoleh dari
Disperindagsar Kabupaten Boyolali. Kerangka konseptual dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Var. Anteseden à Var. Pengaruh à Var. Terpengaruh

Jumlah Pasar tradisional

Jumlah Pedagang

Jumlah Tenaga kerja Kontribusi Pasar Tradisional


Kinerja Pasar
Tradisional dalam perekonomian Kabupaten
Omzet Boyolali ( % PDRB)

Jumlah Pemasok
Dummy Kecamatan :

Kel I : 1-4 unit pasar modern

Kel. II : 5-8 unit pasar modern

Kel III : > 8 unit pasar modern

Gambar commit to user


2.5 Kerangka Konseptual

II-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5 Kerangka Konsep yang dikembangkan


2.11. Hipotesa Penelitian
Dengan mempertimbangkan kerangka konseptual yang dibangun diatas,
hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 2.8 Daftar Hipotesa Penelitian

Hipotesa I (H1):

Diduga faktor jumlah unit pasar tradisional, jumlah pedagang, jumlah tenaga kerja,
omzet, dan jumlah pemasok bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)

Hipotesa II (H2) :
Diduga faktor jumlah pasar tradisional, jumlah pemasok, jumlah tenaga kerja, omzet, dan
jumlah pedagang masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB)
H21 : Diduga faktor jumlah pasar tradisional berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB).
H22 : Diduga faktor jumlah pedagang berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)
H23 : Diduga faktor jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)
H24 : Diduga faktor omzet berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB)
H25 : Diduga faktor Jumlah Pemasok berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)

Hipotesa III (H3) :

H31 Diduga faktor kelompok kecamatan (dengan 1-4 unit pasar modern, dengan 5-
8 unit pasar modern, dengan > 8 unit pasar modern) masing-masing
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto (
PDRB)

H32 Diduga faktor kelompok kecamatan bersama - sama berpengaruh secara


signifikan terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)

commit to user

II-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
Pada bab ini akan dikemukakan langkah-langkah dan metode yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dampak pasar modern dan pasar
tradisional serta kontribusinya terhadap Produk Domestic Regional Bruto
Kabupaten Boyolali.

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

commit to user

III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.2. Pengumpulan Data


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam
penelitian. Data yang diambil merupakan data sekunder dan bersifat kuantitatif
dimana data tidak diperoleh dari sumber pertama, dan telah tersusun dalam bentuk
dokumen tertulis. Data yang digunakan dala penelitian ini berasal dari beberapa
sumber yaitu :
1. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali
2. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah
Kabupaten Boyolali.
Lingkup waktu penelitian adalah 5 tahun mulai dari tahun 2006-2010.
Berdasarkan atas ketersediaan data Produk Domestik Regional Bruto yang
disediakan oleh BPS dan data pasar tradisional dan pasar modern yang disediakan
oleh Disperindag Kabupaten Boyolali. Pengumpulan data menggunakan pooling
data , yaitu penggabungan data antara cross section dan time series, sehingga
jumlah observasi menjadi jumlah tahun dikalikan jumlah kecamatan yaitu 19
kecamatan dikalikan 5 tahun sehingga jumlah sampel menjadi 95. Data-data
kuantitatif yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :
i. Data tentang pasar tradisional : jumlah pasar tradisional tiap kecamatan,
omzet, jumlah pedagang, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pemasok.
ii. Data tentang pasar modern yaitu jumlah pasar modern (kelompok pertokoan
dan swalayan) tiap kecamatan.
iii. Data kepadatan penduduk, banyaknya rumah tangga tiap kecamatan.
iv. Data PDRB tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali.
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data pengelompokan kecamatan
berdasarkan jumlah pasar modern pada tiap kecamatan yaitu :
i. Kelompok 1 : kecamatan dengan jumlah pasar modern 1 – 4.
ii. Kelompok 2 : kecamatan dengan jumlah pasar modern 5 – 8
iii. Kelompok 3 : kecamatan dengan jumlah pasar modern > 8

commit to user

III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.3. Pengolahan Data


Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode ekonometri dengan analisis regresi linear berganda dan analisis regresi log
linear berganda. Penelitian dirancang untuk mengetahui arah, pengaruh dan
kekuatan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
a Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang keberadaannya
tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
Untuk persamaan regresi linear berganda, variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah
pedagang, jumlah tenaga kerja, jumlah pemasok, dan dummy kecamatan
(D1 s/d D3).
Sedangkan untuk persamaan regresi log linear berganda variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Ln jumlah unit pasar tradisional, Ln omzet, Ln
jumlah pedagang, Ln jumlah tenaga kerja, Ln jumlah pemasok, dan dummy
kecamatan (dummy 1, 2 dan 3)
b Variabel terikat (Dependent variabel) adalah variabel yang tidak bebas yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Pada persamaan regresi linear berganda, variabel terikat dalam penelitian ini
adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto Tiap Kecamatan di Boyolali.
Sedangkan untuk persamaan regresi log linear berganda, variabel terikat
dalam penelitian ini adalah Ln Produk Domestik Regional Bruto Tiap
Kecamatan di Boyolali.
Persamaan regresi linear berganda yang digunakan yaitu :

%PDRB = α0 + α1 jumlah unit pasar tradisional


+ α 2 nilai omzet +α 3 jumlah tenaga kerja
+ α 4 jumlah pemasok + α 5 jumlah pedagang

............................... (3.1)
Dimana :
㤸 -㤸 = koefisien dari masing-masing variabel independen
= Residual commit to user

III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan persamaan regresi log linear yang digunakan adalah


sebagai berikut :
%PDRB = b 0 + b 1 Ln jumlah unit pasar tradisional
+ b 2 Ln nilai omzet + b 3 Ln jumlah tenaga kerja
+ b 4 Ln jumlah pemasok + b 5 Ln jumlah pedagang

.................... (3.2)
Dimana :
뒐 -뒐 = koefisien dari masing-masing variabel independen
= Residual
Selanjutnya untuk mengetahui kesesuaian model, maka dilakukan uji
Goodness of Fit. Uji Goodness of Fit digunakan untuk menaksir ketepatan suatu
model regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, uji ini dapat diukur
dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya.
Selain itu, agar model tersebut memberikan hasil estimasi terbaik atau
(BLUE = Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu diadakan pengujian
terhadap asumsi regresi klasik. Yang dimaksud dengan tidak adanya
penyimpangan dari suatu penaksir adalah nilai hasil estimasi sama dengan nilai
parameter yang sebenarnya. Sedangkan penaksir dikatakan terbaik apabila
penaksir tersebut memiliki varians terkecil. Adapun asumsi model klasik tersebut
adalah (Ananta, 1987 dalam Sutopo, 2004):
1. Nilai rata-rata error terms sama dengan nol
2. Tidak terdapat korelasi serial antar error terms (non-autokorelasi)
3. Sifat homoskedastisity dari error terms (non-heteroskedastisitas)
4. Tidak terdapat kolinearitas antar variabel bebas (non-multikolinier),
dimana antar variabel bebas tidak mengandung hubungan linier tertentu
5. Gangguan didistribusikan menurut distribusi normal.

3.3.1 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam
commit totidak
model regresi yang baik seharusnya userterjadi korelasi di antara variabel

III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam suatu


model, maka cara yang dilakukan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2001):
1. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat.
2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi
yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan oleh adanya efek kombinasi dua atau
lebih variabel bebas.
3. Multikolinearitas yang tinggi juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya yaitu variance inflation factors (VIF). Kedua ukuran tersebut
menunjukkan setiap variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel bebas menjadi
variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang tidak terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan
menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cuttof yang umum
dipakai adalah nilai tolerance = 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas
10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih
dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance 0.10 sama dengan tingkat
multikolinearitas 0.95. walaupun multikolinearitas masih dapat dideteksi
dengan nilai tolerance dan VIF , tetapi masih belum diketahui variabel-
variabel bebas mana yang saling berkorelasi.

3.3.2 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. jikacommit to user
varians dari residual satu pengamatan ke

III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser,
yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh
dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel
independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-
masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara
statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Sumodiningrat. 2001).
Menurut Santoso (2001), tujuan dari uji ini adalah melihat apakah
ada ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain dari tabel ANOVA. Gujarati (1999), suatu variabel
dinyatakan terjadi heteroskedastisitas apabila memiliki probabilitas <0,5.
Sebaliknya dinyatakan terjadi homoskedastisitas (yang diharapkan) apabila
memiliki probabilitas > 0,5. Santoso (2001). Untuk menilainya berdasarkan
grafik scatter plot dimana :
a. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar (secara acak) di
atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi
heteroskedastisitas,
b. Jika ada pola tertentu serta titik-titik yang membentuk pola tertentu diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
menguji model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang sebelumnya. Jika variance dari satu
pengamatan ke pengamatan sebelumnya tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk mendeteksi
heteroskedastisitas antara lain yaitu dengan melihat scatterplott, uji Park, dan
uji Glejser.
commit to user

III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Scatterplot dibuat dengan membandingkan antara nilai prediksi


variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi sedangkan sumbu X adalah Y
yang sesungguhnya.

3.3.3 Uji Independensi (Autokorelasi)


Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan α= 5%. Apabila D-Wa Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat
kepercayaan terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi
(Santoso. 2000)
Menurut Sutanto (2001) suatu keadaan dimana masing-masing nilai
Y bebas satu sama lain. Jadi nilai dari tiap-tiap individu saling berdiri
sendiri. Tidak diperbolehkan nilai observasi yang berbeda yang diukur dari
satu individu diukur dua kali. Untuk mengetahui asumsi ini dilakukan
dengan cara uji Durbin-Watson dengan ketentuan sbb:
a. Bila nilai durbin antara -2 s.d. +2 berarti asumsi independensi terpenuhi
b. Bila nilai durbin dibawah -2 dan diatas. +2 berarti asumsi independensi
tidak terpenuhi.

3.4. Analisis dan Interpretasi Hasil

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data. Hal yang
dianalisis adalah hubungan antara-faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pasar
tradisional serta kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Boyolali.

commit to user

III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.5. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan dengan diikuti penyampaian saran-saran yang dapat ditindaklanjuti oleh
pembaca ataupun peneliti sesudahnya.

commit to user

III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data


4.1.1. Deskripsi Statistik Untuk Keseluruhan Sampel
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai deskripsi statistik dari hasil
penelitian yang dilakukan. Penelitian dilakukan terhadap 19 kecamatan di
Kabupaten Boyolali dengan mengambil sampel berupa seluruh Pasar Tradisional
dan Pasar Modern yang ada di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006 – 2010.
Jumlah masing – masing kedua jenis pasar tersebut dari tahun 2006 – 2010 adalah
491 unit pasar modern dan 524 pasar tradisional (Lampiran 1). Deskripsi statistik
untuk keseluruhan sampel yang terdiri dari seluruh kecamatan selama lima tahun
(2006-2010) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Untuk Keseluruhan Kecamatan
NILAI STATISTIK
Nilai Rata- Standar Jumlah
Variabel Nilai Min. Rata Nilai Max Deviasi sampel
PDRB (M) 37.08 85.39 200.06 30 95
Jumlah Unit Pasar
Tradisional 2 6 14 2 95
Omzet (M) 0.01 0.22 5.38 0.61 95
Jumlah Tenaga
Kerja 132 421 995 187 95
Jumlah Pemasok 19 81 181 39 95
Jumlah Pedagang 60 718 3610 708 95
Sumber : Lampiran 1
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai PDRB dari keseluruhan
sampel adalah Rp 85.39 M. Sedangkan nilai terendah PDRB Kecamatan adalah
Rp 37.08 M. Nilai PDRB tertinggi selama tahun 2006 – 2010 adalah Rp 200.06 M .
Kinerja pasar tradisional diukur dari banyaknya unit pasar tradisional yang
ada di Kabupaten Boyolali, Jumlah pedagang pasar tradisional yang ada di
Kabupaten Boyolali, jumlah tenaga kerja pasar tradisional, omzet pasar
tradisional,dan jumlah pemasok. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
commityang
pasar tradisional di tiap kecamatan to user
ada di Kabupaten Boyolali adalah

IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebanyak 6 unit, dengan jumlah unit terkecil 2 unit dan jumlah unit tertinggi adalah
14 unit.
Omzet merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh suatu pasar
tradisional. Omzet yang dimaksud disini adalah jumlah pendapatan keseluruhan
yang diperoleh dari keseluruhan pasar yang berada dalam suatu kecamatan dalam
satu tahun. Nilai omzet terendah dari keseluruhan kecamatan yang ada di kabupaten
Boyolali adalah sebesar Rp 0.01 atau sekitar 10 juta rupiah, sedangkan nilai omzet
tertingginya adalah Rp 5.38 M atau sekitar 5 miliar rupiah. Nilai omzet rata-rata
dari keseluruhan kecamatan adalah Rp 0.22 M atau sekitar 220 juta rupiah.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya karyawan yang bekerja di pasar
tradisional tiap kecamatan. Jumlah tenaga kerja terendah dari keseluruhan
kecamatan di Kabupaten Boyolali adalah sebanyak 132 tenaga kerja. Jumlah tenaga
kerja tertingginya adalah sebanyak 995 tenaga kerja, dan jumlah rata-ratanya
adalah 421 tenaga kerja. Jumlah pemasok yang dimaksud adalah jumlah pemasok
yang menyuplai barang dagangan para pedagang pasar tradisional tiap kecamatan.
Jumlah terendah pemasok adalah 19 pemasok. Jumlah tertingginya adalah
sebanyak 181 pemasok dan rata-ratanya adalah sebanyak 81supplier.
Pedagang pasar tradisional adalah banyaknya pedagang yang mempunyai
satu atau lebih usaha didalam suatu pasar tradisional. Jumlah terendah pedagang di
kabupaten Boyolali adalah 60 orang. Jumlah rata-ratanya adalah 718 orang dan
jumlah tertingginya adalah sebanyak 3610 pedagang.

4.1.2. Deskripsi Statistik Untuk Kelompok Kecamatan Berdasarkan


Jumlah Pasar Modern Tiap Kecamatan
Berdasarkan jumlah pasar modern yang ada pada tiap kecamatan,
kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu kelompok kecamatan dengan jumlah pasar modern 1-4 unit (kelompok I),
kelompok kecamatan dengan jumlah pasar modern 5-8 unit (kelompok II), dan
kelompok kecamatan dengan jumlah pasar modern > 8 unit (kelompok III).

commit to user

IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.2.1. Kelompok kecamatan yang memiliki 1-4 unit pasar modern di


wilayah kecamatannya (Kelompok I )
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kelompok kecamatan yang
memiliki jumlah pasar modern antara 1 – 4 unit di wilayah kecamatannya.
Kecamatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah kecamatan Ampel,
Cepogo, Juwangi, Kemusu, Klego, Nogosari, Selo, Simo, dan Kecamatan
Wonosegoro. Deskripsi statistik untuk kelompok I dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2. Deskripsi Statistik Untuk Kelompok I
NILAI STATISTIK
Variabel Nilai Nilai Nilai Standar Jumlah
Min. Rata-Rata Max Deviasi sampel
PDRB (M) 37.08 72.89 121.93 21.63 39
Jumlah Unit Pasar
Tradisional 2 5 11 3 39
Omzet (M) 0.01 0.08 0.63 0.13 39
Jumlah Tenaga
Kerja 144 381 923 202 39
Jumlah Pemasok 27 73 181 42 39
Jumlah Pedagang 62 599 1415 363 39
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata PDRB kelompok
kecamatan ini adalah Rp 72.89 M. Angka ini merupakan angka rata-rata terendah
jika dibandingkan dengan kelompok II maupun kelompok III. Nilai PDRB terendah
pada kelompok ini adalah Rp 37.08 M, sedangkan nilai PDRB tertingginya adalah
Rp 121.93 M. Jumlah unit pasar tradisional rata-rata untuk kelompok ini adalah 5
unit. Jumlah terendahnya adalah 2 unit dan jumlah tertinggi adalah 11 unit. Angka-
angka tersebut baik jumlah unit terendah, rata-rata, maupun tertinggi adalah sama
dengan kelompok II, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok III.
Nilai omzet untuk kelompok ini rata-rata adalah Rp 0.08 M atau sekitar
80 juta rupiah. Nilai omzet untuk kelompok ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan nilai omzet rata-rata dari kelompok II dan kelompok III. Nilai omzet
terendah dari kelompok ini adalah Rp 0.01 M atau sekitar 10 juta rupiah, sedangkan
nilai omzet tertinggi dari kelompok ini adalah Rp 0.63 M atau sekitar 630 juta

commit to user

IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rupiah. Rata-rata omzet pada kelompok ini merupakan rata-rata terendah jika
dibandingkan dengan 2 kelompok yang lain.
Jumlah tenaga kerja pada kelompok ini rata-rata adalah sebanyak 381
orang untuk tiap kecamatan. Jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-
rata tenaga kerja pada kelompok II dan kelompok III. Jumlah terendah tenaga kerja
pasar tradisional pada kelompok ini adalah 144 orang tenaga kerja, sedangkan
jumlah maksimumnya adalah 923 orang. Jumlah tertinggi tenaga kerja pada
kelompok ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok II, namun lebih
rendah jika dibandingkan dengan kelompok III.
Untuk faktor jumlah pemasok, jumlah terendah untuk kelompok ini
adalah sebanyak 27 pemasok, sedangkan jumlah rata-rata pemasok adalah 73
pemasok. Dibandingkan kelompok II dan III, kelompok ini memiliki rata-rata
paling rendah. Namun jumlah terendah pemasok pada kelompok ini lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelompok II. Jumlah tertinggi pemasok untuk kelompok
ini adalah 181 pemasok dan merupakan jumlah tertinggi diantara kelompok yang
lain.
Jumlah rata-rata pedagang pada kelompok ini adalah sebanyak 599
orang pedagang. Rata-rata jumlah pedagang pada kelompok I lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok II namun lebih rendah jika dibandingkan dengan
rata-rata kelompok III. Sedangkan jumlah pedagang terendah adalah sebanyak 72
orang pedagang. Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok II
namun lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok III. Jumlah tertinggi
pedagang adalah sebanyak 464 orang pedagang. Jumlah ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok II namun lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok III.

4.1.2.2. Kelompok kecamatan yang memiliki 5-8 unit pasar modern di


wilayah kecamatannya (Kelompok II)
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kelompok kecamatan yang
memiliki jumlah pasar modern antara 5 -8 unit di wilayah kecamatannya.
Kecamatan yang termasuk dalam commit to user
kelompok ini adalah kecamatan Ampel, Andong,

IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Juwangi, Karanggede, Mojosongo, Musuk, Sambi, Sawit, Simo dan kecamatan


Teras. Deskripsi statistik untuk kelompok II dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Untuk Kelompok II
NILAI STATISTIK
Variabel Nilai Nilai Rata- Nilai Standar Jumlah
Min. Rata Max Deviasi sampel
PDRB (M) 48.90 79.40 120.96 19.23 38
Jumlah Unit Pasar
Tradisional 2 5 11 2 38
Omzet (M) 0.01 0.14 1.94 0.32 38
Jumlah Tenaga
Kerja 132 419 824 170 38
Jumlah Pemasok 19 83 163 40 38
Jumlah Pedagang 60 487 1580 481 38
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata PDRB kelompok
kecamatan ini adalah Rp 79.40 M. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelompok I, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok III.
Untuk kelompok II jumlah rata-rata unit pasar tradisional yang dimiliki
adalah 5 unit. Jumlah terendah adalah 2 unit dan jumlah tertinggi adalah 11 unit.
Banyaknya unit pasar tradisional pada kelompok ini baik terendah, rata-rata
maupun tertinggi adalah sama dengan kelompok I, namun lebih rendah jika
dibandingkan dengan kelompok III.
Nilai omzet untuk kelompok ini rata-rata adalah Rp 0.14 M atau sekitar
140 juta rupiah. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata dari
kelompok III, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata dari kelompok
I. Nilai omzet terendah dari kelompok ini Rp 0.01 M atau sekitar 10 juta rupiah,
sedangkan nilai tertinggi dari kelompok ini adalah Rp 1.94 M atau sekitar 1.9
miliar rupiah.
Jumlah tenaga kerja rata-rata pada kelompok ini adalah 419 orang.
Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tenaga kerja pada
kelompok I, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata tenaga kerja
pada kelompok III. Jumlah terendah tenaga kerja pada kelompok ini adalah 132
commit
orang tenaga kerja, sedangkan jumlah to user adalah 824 orang. Untuk faktor
tertingginya

IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jumlah pemasok, jumlah terendah pada kelompok ini adalah sebanyak 19 pemasok
dan merupakan jumlah terendah dari keseluruhan sampel. Jumlah rata-rata
pemasok adalah 83 pemasok. Dibandingkan dengan kelompok I, kelompok ini
memiliki rata-rata yang lebih tinggi. Namun jika dibandingkan dengan kelompok
III, rata-rata dari kelompok II masih lebih rendah.
Jumlah pedagang rata-rata pada kelompok ini adalah 487 orang. Rata-
rata ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok I dan kelompok III.
Jumlah terendah pedagang dalam kelompok ini adalah 60 orang pedagang,
sedangkan jumlah tertingginya adalah 1580 pedagang.

4.1.2.3. Kelompok kecamatan yang memiliki > 8 unit pasar modern di


wilayah kecamatannya (Kelompok III )
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kelompok kecamatan yang
memiliki jumlah pasar modern antara > 8 unit di wilayah kecamatannya.
Kecamatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah kecamatan Ampel (2009-
2010), Andong (2010), Banyudono (2006-2010), Boyolali (2006-2010), dan
Kecamatan Ngemplak (2006-2010). Deskripsi statistik untuk kelompok III dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Untuk Kelompok III
NILAI STATISTIK
Variabel Nilai Nilai Rata- Nilai Standar Jumlah
Min. Rata Max Deviasi sampel
PDRB (M) 80.26 125.11 200.06 33.46 18
Jumlah Unit Pasar
Tradisional 4 7 14 2 18
Omzet (M) 0.04 0.69 5.38 1.23 18
Jumlah Tenaga
Kerja 284 514 995 164 18
Jumlah Pemasok 59 96 163 29 18
Jumlah Pedagang 386 1463 3610 1112 18
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata PDRB kelompok
kecamatan ini adalah Rp 125.11 M. Nilai rata-rata tersebut merupakan rata-rata
tertinggi jika dibandingkan dengan 2 kelompok
commit to user yang lain. Untuk nilai PDRB

IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tertinggi, kelompok ini juga memiliki nilai PDRB tertinggi dibandingkan kelompok
lain yang artinya kecamatan dengan PDRB tertinggi termasuk dalam kelompok ini.
Jumlah rata-rata unit pasar tradisional pada kelompok ini merupakan
jumlah rata-rata tertinggi diantara 2 kelompok yang lain. Jumlah rata-rata unit pasar
pada kelompok I dan II adalah sama yaitu 5 unit. Kelompok III memiliki rata-rata 7
unit pasar tiap kecamatan. Kecamatan dengan jumlah unit pasar tertinggi juga
termasuk kedalam kelompok ini.
Nilai omzet rata-rata untuk kelompok III adalah Rp 0.04 M atau sekitar
40 juta rupiah rata-rata tersebut juga merupakan rata—rata tertinggi untuk
keseluruhan sampel. Omzet tertinggi pada kelompok kecamatan ini adalah Rp 5.38
M atu sekita 5.3 miliar rupiah. Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi dari
keseluruhan sampel, karena kecamatan dengan omzet tertinggi termasuk kedalam
kelompok I.
Rata-rata tenaga kerja pada kelompok III merupakan rata-rata tertinggi
dari keseluruhan sampel yaitu 514 orang tenaga kerja. Jumlah ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan rata-rata tenaga kerja pada kelompok yang lain. Jumlah
terendah tenaga kerja pada kelompok ini adalah 284 orang tenaga kerja, sedangkan
jumlah tertingginya adalah 995 orang.
Untuk faktor jumlah pemasok, jumlah terendah pada kelompok III adalah
59 pemasok dengan rata-rata 96 pemasok dan jumlah tertinggi 163 pemasok.
Jumlah pedagang yang bekerja di pasar tradisional pada kelompok ini rata-rata
adalah 1463 pedagang. Rata-rata ini lebih tinggi dibandingkan dengan dua
kelompok yang lain. Jumlah maksimum pedagang dalam kelompok ini adalah 3610
pedagang dan merupakan jumlah tertinggi dari seluruh kecamatan yang ada.

4.2. Dugaan Hubungan Variabel Dependent dan Independent


Langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pasar tradisional. Oleh karena itu terlebih
dahulu perlu dijelaskan alasan pemilihan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
commit to user

IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5. Dugaan Hubungan Variabel Independent – Dependent


Variabel Substansi hubungan variabel independent à Dugaan
(Satuan) dependent Koefisien
PDRB PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat Dependent
digunakan untuk menilai hubungan antara pasar Variable
tradisional dan kontribusinya terhadap PDRB
Hipotesa yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah:
kinerja pasar tradisional (naik)à PDRB (naik)
Jumlah Banyaknya uni pasar tradisional merefleksikan Positif
unit pasar banyaknya pedagang yang melakukan transaksi
tradisional dipasar tradisional. Hipotesa yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah:
Jumlah unit pasar tradisional (naik)à retribusi
(naik) à PDRB (naik)
Omzet Omzet merupakan banyaknya pendapatan yang Positif
diterima para pedagang pasar tradisional. Makin
tinggi omzet pasar tradisional maka makin tinggi
pendapatan daerah yang bersangkutan.
Jumlah Banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap pasar Positif
tenaga tradisional mencerminkan banyaknya orang yang
kerja mendapatkan penghasilan dari bekerja di pasar yang
berarti meningkatkan Pendapatan daerah yang
bersangkutan.
Jumlah Banyaknya pemasok mencerminkan tingginya
pemasok sirkulasi barang dagaangan. Tingginya sirkulasi Positif
barang dagangan menunjukkan banyaknya barang
yang terjual yang artinya peningkatan omzet para
pedagang.
Jumlah Banyaknya jumlah pedagang menunjukkan naik Positif
commit to user

IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pedagang turunnya retribusi pasar tradisional.


Dummy Variabel dummy ini digunakan untuk mengukur Positif /
(D1, D2 & apakah kondisi kecamatan-kecamatan di Boyolali Negatif
D3) mempengaruhi hubungan antara persaingan pasar
tradisional dan modern dengan PDRB kabupaten
Boyolali..

4.3. Pengolahan Data dengan Model Awal


Pada pengolahan data dengan menggunakan model awal, dilakukan
persamaan regresi dengan menggunakan 8 variabel bebas meliputi jumlah unit
pasar tradisional, omzet, jumlah pemasok, jumlah tenaga kerja, jumlah pedagang,
variabel dummy 1, dummy 2, dan dummy 3. Pada model awal, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan regresi linear dan log linear. Pada model log
linear dilakukan logaritma natural (Ln) terhadap semua variabel bebas kecuali
variabel dummy.

4.3.1. Uji Goodness of Fit


Uji Goodness of Fit digunakan untuk menaksir ketepatan suatu model
regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, uji ini dapat diukur dari nilai
statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya.

i. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakan semua variabel
independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Uji statistik F dapat dilakukan
dengan melihat hasil Uji ANOVA. Hasil dari Uji ANOVA pada persamaan ini
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Nilai Signifikansi Dengan Uji F

commit to user

IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 37.240 dengan tingkat
signifikansi 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi PDRB atau dapat dikatakan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap PDRB.

ii. Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R²) pada intinya digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen yang dimasukkan kedalam model amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan dari penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu para peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Koefisien
determinasi untuk persamaan regresi dengan dummy kelompok kecamatan
berdasarkan jumlah pasar modern dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R² adalah sebesar 0.730.
Hal ini dapat diartikan bahwa 73% variasi PDRB dapat dijelaskan oleh variasi dari
ke 7 variabel independen jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah tenaga kerja,
jumlah pemasok, jumlah pedagang, dummy kelompok 2, dan dummy kelompok 3.
Sedangkan sisanya (100-73= 23%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
commit to user

IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Standard Error of The Estimate (SEE) sebesar 15.75807. Makin kecil nilai
SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.

iii. Uji Statistik t


Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Signifikansi masing-masing variabel independen pada model ini dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Signifikansi Dengan Uji t
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.000 Signifikan
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.006 Signifikan
OMZET 0.006 Signifikan
TENAGA KERJA 0.000 Signifikan
JUMLAH PEMASOK 0.001 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.000 Signifikan
DUMMY 1 Exclude Exclude
DUMMY 2 0.003 Signifikan
DUMMY 3 0.000 Signifikan
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa terdapat semua variabel signifikan dengan
nilai signifikansi dibawah 0.05. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel PDRB dipengaruhi oleh masing-masing variabel jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah tenaga kerja, jumlah pedagang, jumlah pemasok, dan
variabel dummy 1, 2, 3.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik


i Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebas.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variace Inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
commit to setiap
user variabel bebas manakah yang

IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai
tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Nilai VIF dari masing-masing
variabel dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Nilai VIF Variabel – variabel Independen
Variabel Nilai VIF Kesimpulan
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 15.170 Tidak signifikan
OMZET 1.598 Signifikan
TENAGA KERJA 24.564 Tidak signifikan
JUMLAH PEMASOK 7.579 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 2.025 Signifikan
DUMMY 1 Exclude Exclude
DUMMY 2 1.294 Signifikan
DUMMY 3 1.564 Signifikan
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa variabel jumlah pasar tradisional dan
jumlah tenaga kerja memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan
model tersebut mengalami gejala multikolinearitas.

ii Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan autokorelasi. Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin Watson. Deteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan
dengan menganalisis nilai Durbin-Watson sebagai berikut :
§ Angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif.
§ Angka D-W di antara –2 sampai + 2 berarti tidak ada autokorelasi.
§ Angka D-W diatas + 2 berarti ada autokorelasi negatif.
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat nilai DW untuk persamaan ini adalah 1.117.
Nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat dikatakan model persamaan
yang digunakan bebas dari gejala autokorelasi.

commit to user

IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam menguji
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang sebelumnya. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan
sebelumnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Beberapa
cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas antara lain yaitu dengan melihat
scatterplott, uji Park, dan uji Glejser.
Scatterplot dibuat dengan membandingkan antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang diprediksi sedangkan sumbu X adalah Y yang sesungguhnya. Scatterplott
untuk model regresi dengan dummy kecamatan berdasarkan jumlah pasar modern
dapat dilihat pada Gambar 4. 1.

Sumber : Lampiran 2
Gambar 4.1. Scatterplot Model Regresi Pada Model Awal
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar baik dibawah
maupun diatas angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
commit to user

IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pendeteksian adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Park


dilakukan dengan membuat persamaan regresi dengan menggantikan variabel
dependent %PDRB dengan kuadrat residual (U²i). Hasil output SPSS dengan
menggunakan uji park pada persamaan regresi ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Signifikansi dengan Uji Park
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.000 -
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.362 Signifikan
OMZET 0.026 Signifikan
TENAGA KERJA 0.273 Signifikan
JUMLAH PEMASOK 0.336 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.092 Signifikan
DUMMY 1 Exclude Exclude
DUMMY 2 0.742 Signifikan
DUMMY 3 0.445 Signifikan
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t pada semua
variable berada diatas 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa pada uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Park diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat heteroskedastisitas pada model.
Deteksi heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser dilakukan
dengan mengkuadratkan residual kemudian menggunakannya sebagai variabel
dependent pada persamaan regresi dengan model awal. Hasil koefisien parameter
beta dari persamaan dengan menggunakan uji Glejser dapat dilihat pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11 Koefisien Beta dengan Uji Glejser
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.000 -
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.244 Signifikan
OMZET 0.315 Signifikan
TENAGA KERJA 0.367 Signifikan
JUMLAH PEMASOK 0.409 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.289 Signifikan
DUMMY 1 Exclude Exclude
DUMMY 2 0.890 Signifikan
DUMMY 3 commit to user
0.217 Signifikan
Sumber : Lampiran 2

IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa semua variabel mempunyai


signifikansi diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan
dengan menggunakan uji Glejser menyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model.
Pada persamaan dengan menggunakan model awal, dapat dilihat bahwa
model masih mengalami multikolinearitas dan heteroskedastisitas sehingga model
belum memenuhi syarat sebagai model Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Untuk mendapatkan model yang memenuhi syarat BLUE, dalam penelitian ini
dilakukan beberapa kali persamaan regresi (lampiran).

4.4. Pengolahan Data dengan Model Akhir


Pengolahan data pada model ini dilakukan dengan menggunakan
persamaan regresi log linear berganda. Pengubahan fungsi persamaan regresi
linear berganda menjadi regresi log linear berganda dilakukan untuk
menghilangkan multikolinearitas yang terjadi pada model awal. Namun, pada
persamaan regresi log linear dengan menggunakan 8 variabel bebas diperoleh
hasil bahwa masih terjadi multikolinearitas sehingga dilakukan eliminasi variabel
untuk menghilangkan multikolinearitas tersebut. Pada persamaan model akhir,
dilakukan eliminasi 2 variabel bebas yaitu variabel jumlah pemasok dan jumlah
tenaga kerja.

4.4.1. Uji Goodness of Fit


Uji Goodness of Fit digunakan untuk menaksir ketepatan suatu
model regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, uji ini dapat diukur
dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya.

i. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Uji statistik F dapat dilakukan
commit to user

IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan melihat hasil Uji ANOVA. Hasil dari Uji ANOVA pada persamaan ini
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Signifikansi Dengan Uji F

Lampiran 2
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 36.707 dengan
tingkat probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi elastisitas (Ln) PDRB atau
dapat dikatakan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
elastisitas (Ln) PDRB.

ii. Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R²) pada intinya digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen yang dimasukkan kedalam
model amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan dari penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu para peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Koefisien determinasi untuk persamaan regresi dengan dummy kelompok
kecamatan berdasarkan jumlah pasar modern dapat dilihat pada Tabel 4.13.

commit to user

IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13 Koefisien Determinasi

Lampiran 2
Dari Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R² adalah sebesar
0.667. Hal ini dapat diartikan bahwa 66.7% variasi elastisitas PDRB dapat
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen Ln jumlah unit pasar
tradisional, Ln omzet, Ln jumlah pedagang, dummy kelompok 2, dan dummy
kelompok 3. Sedangkan sisanya (100-66.7 = 33.3%) dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar model.
Standard Error of The Estimate (SEE) sebesar 0.19422. Makin kecil
nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi
variabel dependen.

iii. Uji Statistik t


Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Signifikansi masing-masing variabel independen pada model ini dapat
dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Signifikansi Dengan Uji t
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.000 -
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.229 Tidak Signifikan
OMZET 0.000 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.914 Tidak Signifikan
DUMMY 1 Exclude Tidak Signifikan
DUMMY 2 0.384 Exclude
DUMMY 3 0.000 Signifikan
Lampiran 2
Dari Tabel 4.14 dapat dilihat terdapat 2 variabel yang memiliki
signifikansi dibawah 0.05 yaitu variabel jumlah unit pasar tradisional dan
variabel dummy 3. Berdasarkan nilai-nilai signifikansi tersebut, dapat
commit to
disimpulkan bahwa variansi elastisitas user
(Ln) PDRB dipengaruhi secara signifikan

IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

oleh masing-masing variabel Ln jumlah unit pasar tradisional, Ln omzet, Ln


jumlah pedagang, variabel dummy 2, dan variabel dummy 3.

4.4.2. Uji Asumsi Klasik


i. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakan model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebas.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variace Inflation
factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah
nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Nilai VIF untuk
masing-masing variabel independen dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Nilai VIF Variabel Independen
Variabel Nilai VIF Kesimpulan
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 1.181 Signifikan
OMZET 3.404 Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 3.089 Signifikan
DUMMY 1 Exclude Signifikan
DUMMY 2 1.536 Exclude
DUMMY 3 1.665 Signifikan
Lampiran 2
Dari Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai VIF
dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas
pada model.

i. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan autokorelasi. Uji Autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin Watson.

commit to user

IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 4.13 dapat dilihat nilai DW untuk persamaan ini adalah
1.454 nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat dikatakan model
persamaan yang digunakan bebas dari gejala autokorelasi.

ii. Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam menguji
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk
mendeteksi heteroskedastisitas antara lain yaitu dengan melihat scatterplott, uji
Park, dan uji Glejser.
Scatterplot dibuat dengan membandingkan antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang diprediksi sedangkan sumbu X adalah Y yang sesungguhnya. Scatterplott
untuk model regresi dengan dummy kecamatan berdasarkan jumlah pasar modern
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Lampiran 2
Gambar 4.2. commit
Scatterplot to user
Model Regresi Pada Model Akhir

IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar baik dibawah
maupun diatas angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
Pendeteksian adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Park
dilakukan dengan membuat persamaan regresi dengan menggantikan variabel
dependent %PDRB dengan kuadrat residual (U²i). Hasil output SPSS dengan
menggunakan uji park pada persamaan regresi ini dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Signifikansi Variabel dengan Uji Park
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.353 -
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.481 Tidak Signifikan
OMZET 0.243 Tidak Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.843 Tidak Signifikan
DUMMY 1 Exclude Tidak Signifikan
DUMMY 2 0.923 Exclude
DUMMY 3 0.727 Tidak Signifikan
Lampiran 2
Dari Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki
signifikansi diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model tersebut.
Deteksi heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser dilakukan
dengan mengkuadratkan residual kemudian menggunakannya sebagai variabel
dependent pada persamaan regresi dengan model awal. Hasil output SPSS dengan
menggunakan uji Glejser dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Signifikansi dengan Uji Glejser
Variabel Signifikansi t Kesimpulan
(Constant) 0.480 -
JUMLAH UNIT PASAR TRADISIONAL 0.223 Tidak Signifikan
OMZET 0.672 Tidak Signifikan
JUMLAH PEDAGANG 0.678 Tidak Signifikan
DUMMY 1 Exclude Tidak Signifikan
DUMMY 2 0.784 Exclude
DUMMY 3 0.553 Tidak Signifikan
Lampiran 2

commit to user

IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa semua variabel mempunyai tingkat
signifikansi dibawah diatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model.

commit to user

IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta
saran yang berisi tentang hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Kesimpulan dan saran secara rinci
dipaparkan pada sub bab berikut:

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Berdasakan analisis secara individual terhadap jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah pedagang, serta dummy kecamatan 2, dan
dummy kecamatan 3 berpengaruh secara signifikan terhadap nilai PDRB
Kabupaten Boyolali pada tingkat signifikansi 5%. kecuali faktor jumlah
unit pasar tradisional, jumlah pedagang, dan dummy 2
2. Analisis pengaruh secara serentak terhadap jumlah unit pasar tradisional,
omzet, jumlah pedagang, serta dummy kecamatan 2, dan dummy
kecamatan 3 bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
PDRB Kabupaten Boyolali pada tingkat signifikansi 5%.
3. Variabel yang dominan adalah omzet dan dummy 3. Variabel omzet dan
dummy 3 memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan nilai
PDRB di Kabupaten Boyolali.

6.2. Saran
Saran yang dapat dikembangkan dari penelitian ini untuk penelitian
yang lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini terfokus pada pengaruh pasar modern dan pasar tradisional
terhadap PDRB dengan membedakan kondisi kecamatan berdasarkan
jumlah unit pasar modern, tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan
faktor jumlah unit pasar tradisional maupun omzet sebagai variabel dummy
pada penelitian selanjutnya.
commit to user

VI-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Selain jumlah unit pasar,omzet, dan jumlah pedagang pasar tradisional,


masih banyak faktor yang berbengaruh terhadap PDRB. Oleh karena it,
terkait dengan pengaruh persaingan pasar modern dan pasar tradisional
terhadap PDRB, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memasukkan faktor jumlah unit pasar modern, jumlah karyawan, serta nilai
omzet pasar modern.

commit to user

VI-2

Anda mungkin juga menyukai