Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji serta syukur penulis panjatkan ke


hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Pengantar
Perencanaan Wilayah dan Kota berupa makalah tentang
Dokumentasi Rumah Tinggal Lama yang Menjadi Tempat
Tinggal Keluarga Keraton di Kota Cirebon.
Yang kedua, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada bapak Iwan Pernama ST., MT., selaku dosen mata
kuliah Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota.
Kemudian kepada Agung yang telah memberikan materi
tentang Keraton Kasepuhan, kepada bapak Harja yang
telah memberikan materi tentang Keraton Kanoman, dan
kepada bapak Ahmad yang telah memberikan materi
tentang Keraton Kacirebonan, serta kepada seluruh rekan-
rekan penulis yang turut berpartisipasi dalam penyusunan
makalah ini.
Dan yang terakhir, penulis memohon maaf apabila
masih banyak terdapat kesalahan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis berharap kepada para pembaca agar
dapat turut serta dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.

Cirebon, 01 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

K a t a P e n g a n t a r .......................................................................................i

Bab 1 Pendahuluan
A. L a t a r B e l a k a n g ..............................................................1
B. R u m u s a n M a s a l a h ........................................................1
C. T u j u a n .................................................................................2
Bab 2 Pembahasan
A. Kawasan Keraton K a s e p u h a n ................................4
B. Kawasan Keraton K a n o m a n ....................................8
C. Kawasan Keraton K a c i r e b o n a n .........................1 4
D. Kawasan Keraton K a p r a b o n a n ...........................1 7
Bab 3 Penutup
A. K e s i m p u l a n ...................................................................1 9
B. S a r a n .................................................................................1 9
D a f t a r P u s t a k a ....................................................................................i i i

ii
Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
Mahasiswa Teknik Perencenaan Wilayah dan Kota
Universitas Swadaya Gunung Jati mengadakan
kegiatan kunjungan ke bebrapa kawasan keraton yang
ada di Kota Cirebon. Kegiatan ini berguna untuk
menambah wawasan yang lebih banyak bagi
mahasiswa.
Dalam kegiatan kunjungan ini, mahasiswa diajak
untuk lebih mendalami pengetahuan tentang bangunan
tempat tinggal keluarga keraton. Pengetahuan itu
berupa konstruksi bangunan, model bangunan, dan
bahan yang digunakan untuk membangun bangunan
keraton.
Selain itu, mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota Universitas Swadaya Gunung Jati melihat
langsung serta membandingkan model bangunan
keraton dengan bangunan-bangunan lainnya yang
termasuk ke dalam wilayah atau kawasan keraton.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana konstruksi bangunan dan model
bangunan masing-masing keraton yang ada di
Kota Cirebon?

1
2) Apa saja bahan (material) yang digunakan
bangunan keraton-keraton yang ada di Kota
Cirebon?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut
adalah tujuan dari kegiatan kunjungan ini.
1) Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan
menganilisis konstruksi bangunan dan model
bangunan masing-masing keraton yang ada di
Kota Cirebon.
2) Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan
menganalisis apa saja bahan (material) yang
digunakan bangunan keraton-keraton yang ada
di Kota Cirebon.

2
Bab 2 Pembahasan

Menurut sejarahnya, dahulu kesultanan di Cirebon


hanya terdapat di satu kawasan. Namun, setelah
terjadi kekosongan kekuasaan di Cirebon, maka
dibagilah kekuasaan di Cirebon menjadi 3 kesultanan.
Berikut adalah para penguasa Kesultanan di Cirebon
dibagi kekuasaannya.
1. Sultan Keraton Kasepuhan dikuasai oleh
Pangeran Martawijaya. Beliau mendapat gelar
Sultan Sepuh I. Dilantik pada tahun 1677.
2. Sultan Keraton Kanoman dikuasai ollwh
Pangeran Kartawijaya. Beliau mendapat gelar
Sultan Anom I. Dilantik pada tahun 1677.
3. Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan
Cirebon atau sekarang dikenal dengan Keraton
Kaprabonan. Beliau mendapat gelar Pangeran
Panembahan Tohpati. Dilantik pada tahun
1677.
Pada awalnya, para sultan selanjutnya pada
umumnya berjalan lancar, sampai pada masa
pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803). Namun,
terjadi perpecahan yang kedua kalinya. Salah seorang
putra dari Sultan Anom IV yang bernama Pangeran
Raja Kanoman ingin memisahkan diri dan membangun
kesultanannya sendiri dengan nama Keraton
Kacirebonan. Karena dimasa tersebut Indonesia berada
dalam pengaruh bangsa Belanda, maka Gubernur-
Jendral Hindia Belanda yang mengangkat Pangeran
Raja Kanoman menjadi Sultan Carbon Kacirebonan
tahun 1807. Belanda sangat mendukung keputusan
Pangeran Raja Kanoman untuk mendirikan satu
kesultanan lagi. Sejak itu kesultanan di Cirebon
bertambah satu penguasa lagi, yaitu Keraton
Kacirebonan, pecahan dari Keraton Kanoman.

3
A. Kawasan Keraton Kasepuhan
Gambar 1.
Kawasan Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan terletak di Jl. Kasepuhan


No.43, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota
Cirebon. Bangunan keraton persis menghadap ke
utara. Kompleks Keraton Kasepuhan meliputi alun-
alun keraton, masjid keraton, dan gedung
pemerintahan keraton. Kemudian di belakang keraton
terdapat pelabuhan keraton. Luas kompleks Keraton
Kasepuhan adalah 25 hektar. Dihitung mulai dari alun-
alun sampai dengan pelabuhan keraton. Seluruh
bangunan keraton dibangun dari bata merah dengan
bahan perekat menggunakan putih telur dan dilapisi
kapur. Untuk gedung pemerintahannya, terdapat 3
warna yang menjadi simbol penghormatan kepada Nabi
Muhammad SAW. Berikut adalah ketiga warna
tersebut.

4
1. Warna hijau.
Maknanya adalah kesultanan di cirebon
bernuansa Islam. Meskipun dalam
pemerintahannya tidak menggunakan syariah
Islam.
2. Warna putih.
Maknanya adalah suci. Nabi Muhammad SAW
pada saat beribadah, ia menggunakan jubah
berwarna putih.
3. Warna hitam.
Maknanya adalah berani. Nabi Muhammad
SAW pada saat berperang, ia menggunakan
jubah berwarna hitam.

Model bangunan keraton adalah bergaya rumah


joglo. Namun, bangunan ini memiliki pengaruh dari
Belanda. Karena ciri khasnya yaitu memiliki banyak
pintu, banyak jendela, dan tiang-tiang besarnya.
Selain pengaruh dari Belanda, kompleks Keraton
Kasepuhan mendapat pengaruh juga dari China. Karena
saat itu Sunan Gunung Jati menikah dengan putri dari
Tiong Hoa yang bernama Putri Ong Tien. Sebagai
bentuk penghormatan terhadap istrinya, maka dapat
dilihat pada bangunan keraton tersebut banyak
ornamen/ukiran-ukiran pada beberapa jendela dan di
dalam ruang pemerintahannya yang bermotif bunga-
bunga. Terdapat juga banyak keramik-keramik yang
terdapat tulisan Hanzi (tulisan mandarin) yang
menggambarkan perjalan Yesus Kristus (kepercayaan
umat Nasrani) atau Nabi Isa.
Bukan hanya itu, dalam teknik penataan letak
bangunan keraton ini cukup unik. Jika melihat keraton
dari luar maka akan terlihat kecil atau sempit, tetapi
ketika masuk ke dalamnya maka akan terlihat semakin
luas.

5
Teknik penataan letak bangunan keraton ini disebut
teknik Feng Shui. Teknik ini digunakan untuk
melindungi keluarga keraton dari serangan musuh.
Terdapat juga pengaruh dari masa Hindu/Buddha.
Dimana terdapat gapura-gapura saat memasuki
kawasan keraton.

Gambar 1.1. Simbol 2 macan putih

Simbol dua macan putih adalah lambang keluarga


besar Padjajaran. Terlihat pada gambar bahwa di
depan gedung utama terdapat taman. Posisi taman
yang berada di depan gedung utama keraton berfungsi
sebagai penyelamat keluarga keraton. Jika ada
serangan dari musuh maka yang kena serangan terlebih
dahulu ialah taman.

Jika melihat ke sekitar kawasan keraton, masih ada


beberapa rumah warga yang menggunakan model gaya
bangunan belanda. Dimana rumah tersebut memiliki
banyak pintu, banyak jendela, dan terdapat tiang-tiang
besar.

6
Gambar 1.2. rumah warga kawasan Keraton Kasepuhan

Gambar 1.3.
rumah warga kawasan Keraton Kasepuhan
B. Kawasan Keraton Kanoman

Gambar 2. Kawasan Keraton


Kanoman

Keraton Kanoman terletak di Kelurahan Pekalipan,


Kecamatan Kanoman Utara, Kota Cirebon, Provinsi
Jawa Barat. Keraton Kanoman hanya berjarak sekitar
600 m sebelah utara dari Keraton Kasepuhan. Luas
kompleks Keraton Kanoman adalah 5 hektar. Dihitung
mulai dari pasar, hingga titik nol Cirebon. Sama
dengan Keraton Kasepuhan, keraton ini memiliki 3
simbol warna yaitu hijau, putih, dan hitam.

Bangunannya persis menghadap ke utara, dari luar


terdapat sebuah bangunan berwarna putih bergaya
bangunan Bali dinamakan Balai Maguntur yang terbuat
dari bata merah, bangunan ini berfungsi sebagai
tempat kedudukan saat sultan berpidato atau
menghadiri upacara atau menyaksikan penabuhan
gamelan sekaten. Di Keraton Kanoman masih banyak
terdapat peninggalan Sunan Gunung Jati, misalnya dua
buah kereta bernama Paksi Naga Liman dan
Jempanayang masih terawat dengan baik.
8

Di depan keraton terdapat alun-alun yang berfungsi


untuk berkumpulnya warga sekitar, atau tamu yang
akan menghadap sultan. Setiap bangunannya selalu
mengandung filosofi tertentu.

Di bagian dalam keraton terdapat tempat


singgasana sang raja, di kedua sampingnya terdapat
batukarang dan di atas batu karang itu terdapat hiasan
batu yang bersimbolkan mega mendung dan fungsinya
sebagai kipas alami pengganti AC jaman sekarang.
Ukiran-ukiran dinding bangunannya masih asli.

Gambar 2.1. Bagian dalam keraton


9

Sementara itu di belakang keraton terdapat tempat


sultan dan prajurit atau disebut witana untuk melihat
situasi keadaan lawan ataupun jika akan ada serangan
dalam radius kurang lebih 500 meter dan tempat itu
disebut titik nol Cirebon.

Gambar 2.2. Titik nol cirebon

Sebelah timur dari titik nol itu terdapat 7 sumur.


Sumur witana terletak di depan witana sebelah kanan
dari kebon jimat dan terdapat bangunan seperti kolam
yang terbuat dari batu karang, bibir sumurnya dilapisi
dengan batu karang. Rasa airnya tidak asin walaupun
berada ditepi laut dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan air di Keraton dan masih aktif sampai
sekarang.
Gambar 2.3. Sumur Witana

10

Gambar 2.4. Sumur Witana

Sumur Kejayaan terletak di bagian tengah kebon


dan sumur masih alami dengan pengambil air dari
ember yang diberi tali. Airnya tawar dan manis,
menurut bapak guidenya. Kedalaman sumur sekitar 2
meter dan sedikit lebih luas dan ada bagian untuk
mandi. Sumur ini di dipercaya untuk yang ingin punya
hajat dan sukses.
Gambar 2.5. Sumur Kejayaan

11

Sumur Bandung terletak di sebelah kiri dari Sumur


Kejayaan dan dilengkapi pompa air dan kran untuk
mengambil air. Airnya segar dan tawar meskipun
berada di tepi laut. Kedalaman juga sekitar 3 m
dengan bibir sumur yang lebih lebar.

Gambar 2.6. Sumur Bandung

Sumur Penganten berada paling pinggir dan di


sebelah kiri sumur Bandung. di bibir sumur seperti di
sumur Witana, dihiasi dengan batu karang yang
disusun rapi. Dipercaya untuk kaum perempuan
mempermudah dalam mendapatkan jodoh.
Gambar 2.7. Sumur Penganten

12

Sumur Langgar atau Keramat berada di dalam area


langgar dan terletak di bagian belakang. Terdapat
gentong dari tanah liat untuk berwudhu dan kamar
mandi karena langgar ini biasanya penuh saat acara
Keraton.

Gambar 2.8. Sumur langgar/keramat

Ada 2 sumur yang


berada di dalam
keraton yang tidak bisa
dikunjungi karena
hanya bisa dilihat pada
hari hari tertentu
seperti saat Maulid
Nabi atau panjang
jimat. Di sekitar
kawasan Keraton Kanoman sudah jarang ditemui
bangunan lama yang mendapat pengaruh dari Belanda
ataupun yang lainnya. Hanya ada satu bangunan luas
yang sudah runtuh, yaitu rumah dari Mayor Tan Tjin
Kie.

Gambar 2.9. Gedung utama keraton

13
C. Kawasan Keraton Kacirebonan

Gambar 3. Kawasan Keraton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan terletak di jalan Pulasaren,


Kec. Pekalipan, Kota Cirebon. Luas Kompleks Keraton
Kacirebonan adalah 3, 8 hektar. Luas ini dihitung
mulai dari alun-alun keaton sampai dengan tempat
tinggal sultan (gedung utama pemerintahan).
Bangunan Keraton Kacirebonan menghadap ke utara.
Model bangunan gedung utama adalah bergaya rumah
joglo.

Bahan bangunan yang digunakan pada keraton ini


adalah bata merah yang direkatkan menggunakan putih
telur dan dilapisi kapur. Keluruhan kompleks keraton
masih asli, meski begitu terdapat beberapa tambahan
tiang di bagian depan gedung utama.

14
Gambar 3.1. Gedung utama keraton

Sama dengan keraton-keraton sebelumnya, Keraton


Kacirebonan juga dibangun dengan 3 warna simbolik
yaitu warna hijau, putih, dan hitam. Jika bangunan
gedung utama mulai dari depan hingga ke dalam
diketuk dindingnya, akan menghasilkan bunyi berbeda.
Semakin ke dalam bunyi ketukan semakin berat. Ini
menandakan bahwa keraton tersebut sudah mengalami
renovasi. Tiang-tiang di depan pun terdengar bunyi
yang berbeda saat diketuk. Empat tiang yang berada di
depan gedung terdengar bunyi yang ringan.
Diceritakan oleh guide keraton bahwa memang betul 4
tiang yang berada di depan gedung utama adalah
tambahan.

Berbeda dengan keraton yang lainnya. Mulai dari


alun-alun keraton hingga tempat tinggal sultan,
terletak pada satu garis lurus. Karena ini merupakan
kerston yang termuda, terlihat jelas perbedaan dengan
keraton lainnya.

15
Jika dari model bangunan Keraton Kasepuhan dan
Keraton Kanoman memiliki pengaruh dari beberapa
budaya Belanda, Hindu/Buddha, Nasrani, dan Islam,
Keraton Kacirebonan memiliki pengaruh dari budaya
cirebon itu sendiri. Hanya bangunan tempat tinggal
sultan saja yang memiliki pengaruh Belanda.

Di sekitar kawasan Keraton Kacirebonan masih


ditemui satu-dua rumah warga yang memiliki gaya
bangunan Belanda.

Gambar 3.2. Rumah warga kawasan keraton

16
D. Kawasan Keraton Kaprabonan

Gambar 4. Kawasan Keraton Kaprabonan

Keraton Kaprabonan terletak di jalan


Lemahwungkuk, kel. Lemahwungkuk, Kec.
Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Keraton Kaprabonan
hanya seluas 1 hektar. Dihitung dari gerbang utama
sampai ke tempat tinggal keluarga keraton. Keraton
Kaprabonan digunakan sebagai tempat pelatihan bagi
para keluarga keraton. Baik dari Keraton Kasepuhan,
Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton
Kaprabonan itu sendiri.

Keraton Kaprabonan tidak memiliki alun-alun.


Karena memang fungsinya dahulu bukanlah untuk
kesultanan, melainkan untuk paguron (tempat
pembelajaran/pendidikan). Jarak antar bangunan dalam
kompleks Keraton Kaprabonan sangat berdekatan. Dari
model gaya bangunan, keraton ini memiliki pengaruh
Belanda dan dilihat dari atapnya mengikuti gaya
bangunan Tiong Hoa.

17
Pada gerbang utama keraton, ada gapura yang
dibentuk dari bata merah.

Gambar 4.1. Gerbang utama keraton

Di halaman depan keraton terdapat lambang 2


macan putih yang terbuat dari kapur dan juga
dilandasi oleh batu karang. Dinding di belakang
simbol dua macan putih terdapat ukiran berbentuk
mega mendung. Di sampingnya terdapat gapura yang
dibentuk dari bata merah

Gambar 4.2. Simbol dua macan putih

18
Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa utara merupakan arah kiblat
sehingga semua keraton yang ada di Kota Cirebon
selalu menghadap ke utara. Untuk teknik
bangunannya, setiap keraton menggunakan teknik yang
berbeda-beda. Bahan yang digunakan dalam
pembangunan keraton adalah bata merah. Dikatakan
juga bahwa bata merah merupakan ciri khas kota wali.
Seluruh keraton yang ada di Cirebon memiliki
toleransi yang cukup kuat terhadap budaya dan agama
lain. Hal tersebut dapat dilihat dari segi bangunan
keraton dan ukiran-ukiran/ornamen yang ada pada
keraton serta upacara-upacara adat.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penulis serta
rekan-rekan penulis adalah jaga kemurnian budaya
keraton, kebersihan lingkungan keraton harap
dijadikan perhatian seluruh warga sekitar kawasan
kompleks keraton. Tetaplah memiliki toleeransi yang
kuat, jangan fanatik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Keraton Kasepuhan
Wawancara dengan Bpk. Agung selaku pemandu wisata

Keraton Kanoman
Wawancara dengan Bpk. Harja selaku pemandu wisata

Keraton Kacirebonan
Wawancara dengan Bpk. Ahmad selaku pemandu wisata

Sumber Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kaprabonan

iii

Anda mungkin juga menyukai