Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

MASJID PECINAN TINGGI BANTEN

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Studi Kebantenan

Dosen Pengampu :
Bustanul Arifin, S E., M.Si.

Disusun Oleh :
1. Amara Syifa Dewi (5552210081)
2. Fanisa Nur Azzahra (5552210079)

Kelas : 3A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
penulis karunia nikmat dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “MASJID PECINAN TINGGI BANTEN”, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulisan laporan ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Studi
Kebantenan. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kita semua menjadi mahasiswa yang
berguna bagi bangsa dan negara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Bustanul Arifin, S E., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini sehingga dapat diselesaikan dengan
tepat waktu.

Dengan tersusunnya laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, demi kesempurnaan laporan ini penulis sangat berharap perbaikan, kritik dan
saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis
sebagai penyusun dan umumnya para pembaca laporan ini.

Serang, 12 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Laporan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Hubungan Kawasa Pecinan dan Masyarakat Tionghoa. ...................................................... 3
B. Sejarah Berdirinya Masjid Pecinan Tinggi .......................................................................... 4
C. Deskripsi Masjid Pecinan Tinggi ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 8
D. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
E. Saran .................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………….11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat banyak masalah bagi islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologi,
misalnya mengenai sejarah dan perkembangan awal islam. karena masalah itu para sejarawan
memiliki pendapat yag berbeda tentang siapa pembawa Islam, tempat asal kedatangan Islam,
dan waktu kedatangannya. pada saat ini terdapat empat teori tentang dari mana asal
kedatangan islam yaitu teori arab, teori India, teori Persia, dan teori Cina. dari keempat teori
tersebut teori yang menjadi bahan perdebatan diantara para sejarawan adalah teori Cina,
mengapa menjadi bahan perdebatan? Karena adanya gambaran negatif yang melekat pada
etnis Tionghoa atau Cina.

Pada masa kesultanan islam banten, orang-orang Cina memiliki pengaruh yang cukup
besar, mereka menjadi pedagang dan juga menduduki jabatan resmi dalam kerajaan. dari
peninggalan bangunan Masjid Pecinan Tinggi yang terletak di daerah banten lama bisa
dilihat seberapa besar komunitas cina muslim pada masa kesultanan banten. Tetapi sekarang
bangunan Masjid Pecinan Tinggi sudah tidak utuh lagi. Sejak masa kesultanan Banten,
Masjid Pacinan Tinggi sudah berdiri di daerah pemukiman Cina. Terletak kurang lebih 500
meter ke arah barat dari Masjid Agung Banten atau 400 meter ke arah selatan dari benteng
Speelwijk. Tidak banyak literatur yang menjelaskan asal usul didirikannya mesjid ini. kecuali
hanya menjelaskan bahwa Masjid Pecinan Tinggi ini lebih tua daripada Masjid Agung
Banten. yang tersisa saat ini dari Masjid Pecinan Tinggi hanya puing-puingnya saja. Selain
sisa fondasi bangunan induknya yang terbuat dari batu bata clan batu karang, juga masih ada
bagian dinding mihrabnya. Disamping itu, dihalaman depan disebelah kiri (utara) masjid
tersebut, masih terdapat pula sisa bangunan menaranya yang berdenah bujur sangkar. Menara
ini terbuat dari bata dengan fondasi clan bagian bawahnya terbuat dari batu karang. Bagian
atas menara ini sudah hancur, sehingga wujud secara keseluruhan dari bangunan ini sudah
tidak nampak lagi.

1
Oleh karena itu kajian ini berupaya merekontruksi peran orang Tionghoa dalam
perkembangan Islam di Banten yang didukung dengan peninggalan keagamaaan berupa
Masjid Pecinan Tinggi di Banten Lama. Mengingat selama ini peran orang Cina dalam
sejarah Indonesia khususnya di Banten yang sangat terlihat dalah peran mereka dalam bidang
ekonomi tidak dalam perkembangan Islam.

Alasan-alasan di atas menjadi pendorong bagi penulis untuk membahas mengenai Masjid
Pecinan Tinggi. Berdasarkan pembuktian-pembuktian historis dan hal-hal diatas, pentingnya
mengangkat topik ini sebagai kajian pembelajaran sejarah. Makalah dengan judul “MASJID
PECINAN TINGGI BANTEN” ini diharapkan pula berguna memperkaya referensi kajian
sejarah lokal di suatu daerah, khususnya di Banten.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan kawasan Pecinan dan masyarakat Tionghoa?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Pecinan Tinggi ?
3. Bagaimana deskripsi dari Masjid Pecinan Tinggi?

C. Tujuan Penulisan Laporan


1. Untuk mengetahui hubungan kawasan Pecinan dan Masyarakat Tionghoa.
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Masjid Pecinan Tinggi.
3. Untuk mengetahui deskripsi dari Masjid Pecinan Tinggi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kawasan Pecinan Banten dan Masyarakat Tionghoa

Banten yang ibu kotanya dinamakan Surosowan tumbuh menjadi pusat kerajaan muslim
sejak tahun 1526. Di kota ini didirikan keraton, Masjid Agung, pasar, pelabuhan,
perkampungan clan sebagainya. Kota pusat kerajaan Banten merupakan pusat perdagangan
yang ramai dikunjungi para peclagang clari berbagai negeri asing yang di antaranya
bertempat tinggal pula di dalam perkampungan masing-masing. Ada perkampungan orang
India, perkampungan orang Pegu dan Siam, Persi, Arab, Turki dan Cina. Di kota itu terdapat
pula perkampungan pedagang bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai daerah : Melayu,
Temate, Banda, Banjar, Bugis, dan Makasar. Adapun komunitas Cina yang dikenal dengan
Pacinan terdapat di Surosowan. Di sini ditemukan sisa-sisa rumah kuno corak Cina dan
sejumlah orang-orang Cina.

Di Banten, orang-orang Cina memiliki pengaruh yang cukup besar. Mereka tidak hanya
menjadi pedagang, tetapi ada juga yang menduduki jabatan resmi dalam kerajaan, seperti
dalam administrasi, pemegang pembukuan perbendaharaan raja, tukang timbang, juru
bahasa, dan sebagainya. Di antara arsitek Cina yang dianggap berperan dalam pendirian
menara masjid Agung Banten yang berbentuk mercusuar itu adalah Cek Ban Cut yang
dikenal juga dengan nama Kiyai Ngabehi Cakradana. Selain sebagai arsitek dia juga dikenal
sebagai syahbandar yang menjadi perantara Pangeran Banten clan para pedagang asing, serta
mengatur masalah-masalah keuangan. Sejak awal karirnya ia mendapatkan kepercayaan
penuh dari penguasa, yaitu Sultan Ageng. pada masa Sultan Ageng Tirtayasa terdapat juga
syahbandar Cina muslim yang bemama Kaytsu yang juga penasehat ekonomi raja clan
memiliki peran utama dalam pembangunan clan kemakmuran kota Banten sejak sekitar tahun
1665. Dia adalah saudagar yang pemah menerima Francois Martin, seorang pimpinan
rombongan kongsi dagang Francis yang singgah di pelabuhan Banten. Kaytsu yang cerdik
clan berpikiran jauh ke depan diandalkan sepenuhnya oleh Sultan Ageng dalam memulihkan
perdagangan intemasional di Banten setelah orang Belanda mengacaukan kegiatan

3
perdagangan di Bandar Banten, terutama ketika Belanda mulai menguasai Jayakarta tahun
1618 clan memblokade pelabuhan Banten sehingga orang asing yang melakukan kegiatan
perdagangan di kota ini tinggal bangsa Cina.

Kawasan Pacinan merupakan tempat yang penting bagi kesultanan. Di sini terdapat kantor
bea cukai, kantor timbang clan kantor syahbandar. Pada tahun 1678, jabatan sebagai kepala
kantor dari ketiga kantor dinas tersebut dipegang oleh orang asing, yaitu orang Tionghoa.
Pekerjaan syahbandar selain menangani masalah yang berhubungan dengan pelabuhan clan
perdagangan, ia juga menangani masalah komunitas asing. Ia bertindak sebagai seorang
penjamin clan menjadi wakil mereka di haclapan pemerintah. Sumber-sumber asing kadang
menyebutnya sebagai kepala komunitas Cina, kadang sebagai syahbandar Pacinan.
Kenyataan bahwa ketiga jabatan tersebut dipegang oleh orang Tionghoa menunjukkan
kepercayaan mutlak raja kepada mereka clan kurang minatnya kepacla bisnis. Tampaknya
para raja Banten cenderung menyerahkan urusan yang bersangkutan dengan perclagangan
yang dianggap tidak sesuai dengan seorang raja Jawa, namun kegiatan ini penting bagi
kekayaan clan kejayaan kerajaan mereka. Kedudukan para pejabat ini agak aneh karena
mereka adalah orang asing, tetapi mereka juga sekaligus menjabat sebagai anggota
pemerintahan Banten clengan memakai nama clan gelar Jawa·yang bersangkutan.
Kelihatannya memeluk Islam merupakan satu-satunya syarat clari raja untuk mengangkat
mereka, tidak peduli betapa kuat kepercayaan mereka. Tahun 1678, sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya, semua orang asing yang memiliki jabatan di istana beragama Islam.

B. Sejarah Berdirinya Masjid Pecinan Tinggi

Pada abad ke-15 dan ke-16 komunitas Cina di Pesisir Jawa banyak yang memegang
peran sentral, baik di bidang politik maupun ekonomi. Pada abad itu juga banyak komunitas
Cina Muslim yang me miliki peran signifikan baik sebagai juru dakwah, pedagang sukses
maupun pemegang otoritas politik. Para muslim Cina tersebut statusnya sudah menjadi
muslim dari negeri asalnya dan ada juga yang menjadi muslim akibat persinggungan dengan
komunitas Islam di Jawa. Mayoritas dari mereka adalah pedagang.

4
Keberadaan orang-orang Tionghoa pun semakin berkembang di kawasan Pecinan,
Dermayon, Banten. Karena peranan mereka yang cukup membantu kesultanan Banten,
akhirnya banyak dari mereka yang memutuskan untuk menjadi seorang muslim untuk terus
bekontribusi dan bekerja sama dikawasan Islam tersebut.

Pada tahun 1524 atau 1525 M. Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan
Sunan Gunung Jati dari Cirebon berhasil menyebarkan nilai-nilai kelslaman di Banten serta
membangun sebuah masjid dan menara yang dikenal dengan Menara Pecinan. Masjid
Pacinan Tinggi, seperti namanya dibangun di daerah pemukiman Cina pada masa Kesultanan
Banten. Bangunan ini lebih tua daripada Masjid Agung Banten (lama) dan dibangun oleh
komunitas Cina yang telah lama menetap di Banten. Kapan tepatnya Masjid Pacinan Tinggi
didirikan belum bisa dipastikan. Namun menurut tradisi, bangunan ini sudah ada sebelum
kraton Surosowan dibangun. pada waktu Syarif Hidayatullah datang ke Banten, sudah
terdapat Masjid Pecinan. Dinamakan menara pecinan karena pada saat itu sebagian penduduk
di sebelah barat Kota Banten lama adalah masyarakat etnis cina dan masjid serta menara itu
dibangun disekitar pemukiman tersebut. Walaupun di antara orang Tionghoa terkemuka telah
memeluk Islam, tetapi jumlah mereka tidak banyak. Sebagian besar orang Tionghoa masih
menganut agama leluhur mereka.

Secara umum, pada awal pembentukan kawasan Pecinan sampai saat ini, identitas citra
kawasan Pacinan adalah elenteng-kelenteng yang terdapat di kawasan tersebut. Bangunan
kelenteng selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa / Dewi), dan
tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan
tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Kelenteng Avalokiteswara
yang sekarang berada kampung Pamarican Desa Pabean, dulunya berada di desa Dermayon.
Menurut catatan Valentijn (1725) kelenteng Avalokitesvara berlokasi di sebelah selatan
menara lama (Masjid Pacinan Tinggi). Menurut tradisi kelenteng ini dibangun sekitar tahun
1652 atau pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh karena itu sangatlah mungkin kalau di
sekitar kelenteng juga terdapat komunitas Tionghoa Islam yang memiliki masjid sebagai
pusat kegiatan keagamaan mereka.

5
C. Deskripsi Masjid Pecinan tinggi

Masjid Pecinan Tinggi terletak di kawasan Situs Banten Lama tepatnya di Kampung
Dermayon, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Bentuk
atap masjid-masjid kuno di Jawa kebanyakan itu bertingkat seperti pagoda Cina. Saat ini,
Masjid Pecinan Tinggi bisa dikatakan tinggal puing puingnya saja. Selain sisa fondasi
bangunan induknya yang terbuat dari batu bata clan batu karang, juga masih ada bagian
dinding mihrabnya. Disamping itu, di halaman depan di sebelah kiri (utara) masjid tersebut,
masih terclapat pula sisa bangunan menaranya yang berbentuk bujur sangkar. Menara ini
terbuat dari bata dengan fondasi clan bagian bawahnya terbuat dari batu karang. Karang
merupakan salah satu organisma akuatik yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Banten masa lalu. Bahan baku tersebut dimanfaatkan sebagai material bangunan,
peralatan dan ebagainya. Selain digunakan untuk dinding bangunan berupa balok-balok
karang, karang dipakai pula sebagai campuran bahan perekat bangunan yang dikenal dengan
lepa. Karang dibakar sehingga menjadi kapur dan kemudian dicampur dengan pasir dan ir
sehingga berfungsi sebagai semen. Bangunan di Banten menggunakan lepa sebagai
perekatnya. Kegunaan lain yang juga penting bagi kenyamanan sebuah rumah permanen
ialah menggunakan karang sebagai fondasi bangunan, karena karang bersifat rygroscopisch
(menarik air), sehingga clasar tanah yang mengandung air seperti di kawasan pesisir ini tidak
merembes ke dalam rumah. Oleh karena itulah menara masjid Pacinan tetap kokoh berdiri
sampai sekarang karena dibangun dengan fonclasi batu karang meskipun bagian atas atau
atap menara ini suclah hancur, sehingga wujud secara keseluruhan dari bangunan ini suclah
ticlak nampak lagi.

Salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa reruntuhan bangunan di kawasan Pecinan
itu adalah bekas reruntuhan masjid adalah dengan adanya isa mihrab pada bangunan tersebut.
Luas bangunan mihrabnya ± 2,48 m x 2,5 m clan tinggi pintu mihrab ± 2,03 m, sedangkan
luas bangunan masjid diukur dari sisa fondasinya ±12,74m x 12,9 m. Di dalam mihrab
Masjid Pacinan tidak tampak adanya omamen atau hiasan, yang ada hanya gundukan tanah
yang mengeras di bagian paling depan yang kemungkinan bukan bagian asli dari angunan
masjid.

6
Selain mihrab yang tersisa pada Masjid Pecinan, terdapat pula sisa bangunan menara
yang menunjukan bahwasannya bangunan ini dulunya memang masjid. Menara masjid
Pecinan berbentuk bujur sangkar dengan lebar ±4,09 m dan ingginya sekitar ±10 m. Menara
ini terbuat clari bata clengan fondasi clan bagian bawahnya terbuat dari batu karang. Bagian
atas menara ini sudah hancur, sehingga wujucl secara keseluruhan dari bangunan ini sudah
ticlak nampak lagi. Menara ini memiliki tiga jenclela clan satu pintu clengan tinggi ±1,75m
clan lebar ±73 cm. Memasuki menara terdapat anak tangga yang terbuat clari batu karang.
Bangunan menara ini kemungkinan clulunya merupakan bangunan bertingkat. Terdapat sisa
susunan anak tangga yang kemungkinan clahulunya terdapat anak tangga yang terbuat clari
kayu clan suclah hancur. Demikian juga lantai atas yang kemungkinan besar terbuat clari
kayu yang suclah hancur sehingga yang tersisa adalah ekas-bekas lubang di tembok sebagai
tempat penyangga bangunan kayu seperti yang terclapat pacla menara masjid asunyatan. Di
bagian bawah menara terclapat ventilasi berbentuk segitiga di tiap sisinya, demikian juga di
bagian atasnya. Bedanya alau bagian bawah terclapat 12 lubang angin, seclangkan bagian
atas hanya terclapat 2 buah lubang angin yang terletak di bawah jendela menara. Di sekitar
kompleks Masjid Pecinan terdapat tiga makam. Di sebelah selatan sisa bangunan masjid
terdapat dua makam dengan batu nisan Islam tanpa inskripsi, sedangkan di sebelah utara
menara terdapat sebuah makam Cina yang terletak seperti di atas gundukan tanah dengan
tulisan Cina yang masih jelas terpatri di nisannya. Menurut tradisi, yang dikuburkan disana
adalah pasangan suami istri (Tio Mo Sheng + Chou Kong Chian) yang berasal dari desa Yin
Shao, yang diduga sebagai pemuka agama sehingga layak dimakamkan disamping Masjid
Pacinan Tinggi.

7
BAB III
PENUTUP

D. Kesimpulan
Orang-orang Cina memiliki keterlibatan yang cukup besar pada masa islamisasi di
Banten. Cina merupakan negara yang terkenal suka berekspansi dalam melakukan
perdagangan. Hubungan dan penyebaran islamisasi pada komunitas Tionghoa itu berawal
dari bermukimnya mereka di daerah pesisir pada ekspansinya. Perkembangan Islam di
Tiongkok lebih awal dari Nusantara, hal tersebut membuat kemungkinan komunitas Cina
membantu berperan dalam persebaran islam di Indonesia, khususnya Banten. Mereka
banyak berkontribusi pada masa perkembangan kesultanan di Banten karena keahlian
mereka dalam perdagangan dan politik, sehingga banyak mereka yang menjabat, dan
menetap di derah Banten.
Bukti terbesar adanya keterlibatan bangsa Cina di Banten ialah dengan adanya
peninggalan Masjid Pecinan Banten untuk tempat ibadah mereka yang berdiri bersamaan
saat orang-orang Cina tinggal dipermukiman daerah Dermayon, Banten, sehingga
permukiman tersebut dinamakan “Pecinan”. Meskipun Bangunan Masjid Pacinan saat ini
tinggal reruntuhannya, berdasarkan ciri yang tersisa, sudah dipastikan bahwa itu
merupakan hasil budaya Cina. Selain itu, tidak jauh dari Masjid Pecinan Tinggi, terdapat
beberapa makam Cina muslim, yang berarti terdapatnya komunitas Cina muslim disana
yang membantu Islamisasi di Banten.

E. Saran
Sering kali, sejarah kebantenan hanya dibahas mengenai kesultanan dan
pemerintahannya saja, namun terdapat juga banyak sejarah lainnya, seperti pekembangan
Islam oleh komunitas Tionghoa yang berada di Banten. Kiranya laporan ini menjadi salah
satu bagian penutup celah dari kepingan sejarah, yang membentuk sejarah baru Banten.
Semoga para penulis lain yang membaca, dapat menulis dengan lebih baik dari hasil
tulisan laporan ini.
Penulis selalu mengharapkan setiap pihak yang membaca dapat memberi
masukan, saran ataupun malah membuat penelitian sejenis, guna menyempurnakan dan

8
mengungkapkan sesuatu yang baru, dalam tulisan hasil penelitian yang mengupas
peristiwa sejarah suksesi, baik di Banten maupun di tempat lainnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sujana, S. M., & Nita Nurmalasari. (2020). Budaya Cina dan Dinamika Tradisi Jawa. BUDAYA
CINA DAN DINAMIKA TRADISI JAWA, 17(2), 1–13.

Fauziyah, S., & Rohaman, M. (2019). Masjid Pacinan Tinggi : Jejak Muslim Cina di Banten.
MASJID PECINAN TINGGI : MEREKONSTRUKSI PERAN ORANG TIONGHOA
DALAM PENYEBARAN ISLAM DI BANTEN, 16, 1–30. Retrieved 2019, from
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alqalam/article/view/1407.

Rujikartawi, E. (2009). Jejak Keberadaan Masyarakat Agama Buddha di Banten. JEJAK


KEBERADAAN MASYARAKAT BUDDHA DI BANTEN, 7, 1-7.

10
LAMPIRAN

Gambar 1 Bukti Selfie di Masjid Pecinan Banten

Gambar 2 Fanisa dan Amara di belakang Menara Masjid Pecinan

11
Gambar 3 Deskripsi Singkat Masjid Pecinan di Pintu Masuk

Gambar 4 Bentuk bangunan menara Masjid

12
Gambar 5 Menara dan reruntuhan Masjid Pecinan

Gambar 6 Makam Orang-Orang Cina dikawasan Masjid Pecinan

13

Anda mungkin juga menyukai