Anda di halaman 1dari 17

i|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Arsitektur
kolonial pada Masjid Cut Mutiah. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Putu Rumawan
Salain selaku Dosen mata kuliah Arsitektur Indonesia yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana
membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Denpasar,03 Maret 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1
1.2

LATAR BELAKANG..................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2

ii | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h
BAB 2.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN MASJID..................................................................................................3
2.1.1 KONSEP ARSITEKTUR MASJID............................................................................4
2.1.2 BENTUK MASJID.....................................................................................................5
2.1.3 DENAH......................................................................................................................6
2.1.4 RUANG DALAM DAN ORNAMEN........................................................................7
2.1.5 MENARA...................................................................................................................9
2.2 MASJID CUT MUTIAH JAKARTA..............................................................................10
2.2.1 ADAPTASI BUDAYA..............................................................................................11
2.2.2 ARSITEKTUR MASJID PADA MASJID CUT MUTIAH......................................12
BAB 3.......................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................15
3.2 SARAN...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17

1|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki beragam arsitektur khas-nya. Keragaman ini muncul karena Indonesia
adalah negara yang memiliki budaya , sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
sangat banyak dan beragam ditambah lagi dengan pengaruh budaya budaya yang datang
dari luar. Astronesia adalah sebutan dari pulau pulau di Indonesia yang telah menjadi bagian
dari wilayah nusantara. Wilayah wilayah di nusantara (Astronesia) berbagi kebudayaan
yang sama, termasuk arsitekturnya. Wilayah wilayah tersebut dulunya juga sudah
merupakan bagian dari kerajaan kerajaan besar yang bahkan sudah diakui oleh dunia.
Masyarakat pada zaman itu sudah memiliki kebudayaan kebudayaannya masing masing,
yang kemudian berkembang lagi dengan pengaruh pengaruh yang dari faktor eksternal
maupun internal hingga menjadi seperti sekarang.
Salah satu contoh faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan arsitektur di
Nusantara pada masa itu adalah perdagangan dan kolonialisme. Zaman dahulu kerajaan
kerajaan di Nusantara telah menjalin kerjasama dengan negara negara lain didunia terutama
melalui proses perdagangan. Wilayah nusantara termasuk Indonesia merupakan wilayang
yang sangat strategis dan merupakan tempat persinggahan para pedagang pedangan didunia.
Para pedagang ini tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga menyebarkan agama.
Selain itu banyak dari mereka yang menikah dengan masyarakat lokal dan memutuskan untuk
menetap di wilayah Indonesia. Hal ini tentunya menyebabkan terjadinya pencampuran budaya
dan penyebaran konsep konsep agama yang nantinya akan mempengaruhi arsitektur di
Indonesia. Selain pedagang ada pula para penjajah atau kolonialis yang memiliki pengaruh
terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Para penjajah atau kolonialis membawa
budaya budaya mereka ke indonesia. Dampak dari ikut terbawanya budaya mereka ke
Indonesia menyebabkan budaya para penjajah atau kolonialis ini akan saling beradaptasi dan
berasimilasi dan akhirnya menciptakan sebuah kebudayaan baru yang sesuai dengan konteks
wilayah Indonesia.
Dalam konteks agama, sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur
hubungan dagang yang sangat lama. Di pulau jawa, Islam masuk dan berkembang secara
perlahan tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya terkenal
dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang ada. Perkembangannya yang
tidak secara drastis ini sedikit demi sedikit menggantikan norma yang telah ada sebelumnya

2|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


khususnya Hindu-Budha selama masa waktu itu. Proses ini berlangsung lama sehingga
terjadilah percampuran secara kebudayaan. Pada awal abad ke 15, Islam sudah menjadi
kekuatan sosio-politik di Nusantara, khususnya di pulau Jawa, sehingga berhasil mendesak
pengaruh politik Majapahit. Kenyataan ini memuncak dengan berdirinya Kesultanan Demak
yang didukung oleh segenap ulama di Indonesia. Karena pengaruh yang besar dari budaya
baru,khususnya islam, akhirnya masyarakat masyarakat lokal mengenal bangunan tempat
ibadah yaitu Masjid. Masjid, sebagai pusat dan inspirasi segala kegiatan lalu menjadi suatu
lambang yang baru untuk memelihara momentum sosio politik waktu itu, sekaligus sebagai
proyeksi jati-diri tatanan yang baru dalam bentuk yang nyata dan kasat mata.
Dalam proses adaptasi agama, dengan kebudayan atau tradisi setempat akhirnya
terwujudlah tipo-morfologi arsitektur Masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat bahwa
masyarakat asli setempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru atau budaya budaya baru
dan kemudian mengadaptasi dengan kepercayaan yang mereka anut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian Masjid serta fungsi dan bentuk Masjid secara umum ?
Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Cut Mutiah pada masa penjajahan kolonial ?
Bagaimana ciri khas arsitektur kolonial ?
Adakah nilai budaya yang dikandung oleh Masjid Cut Mutiah ?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MASJID
Masjid adalah salah satu bentuk arsitektur yang merupakan ungkapan fisik bangunan
dari budaya masyarakat pada tempat dan jaman tertentu, dalam rangka memenuhi suatu
tuntutan kegiatan ritual/peribadahan.
Kata Masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan
dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti

3|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


"tiang suci" atau "tempat sembahan". Wikipedia bahasa Indonesia. (7 Maret,2015). Masjid
diakses tanggal 8 Maret 2015, http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid.
Masjid pertama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke
Madinah. Masjid ini bernama Masjid Nabawi. Ciri dari Masjid ini sangat sederhana.
Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiangtiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang
dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma,
memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk fungsional
sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.

Gambar 2.1.1 Foto Masjid nabawi sebelum


Gambar 2.1.2 Foto Masjid nabawi setelah
Biasanya Masjid pada waktu itu memiliki
halaman dalam yang disebut Shaan, dan
rekonstruksi
rekonstruksi.

tempat
berupa bangunan yang disebut Liwan.
waktu kemudian, pada masa
Sumber shalat
: http://en.wikipedia.org/wiki/AlSumber :Beberapa
http://www.islamic-literatures.com/wpkhalifah
bertambah dengan adanya Riwaqs atau
Masjid_al-Khulafaur Rasyidin pola Masjid content/uploads/2013/06/Masjid-al-nabawi.jpg
serambi/selasar.
Nabawi#mediaviewer/File:Medina_Grab_des_Pr
Ini terlihat pada Masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini
opheten.JPG
tidak
lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya Masjid-

Masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang
sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana
keakraban dan suasana demokratis. Masjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat
melakukan ibadah shalat secara berjamaah atau sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang
berhubungan dengan Islam. Selain Masjid dikenal pula istilah-istilah lain seperti mushalla,
langgar atau surau. Mushalla atau langgar biasanya digunakan untuk shalat wajib (fardu)
sebanyak lima kali sehari semalam, serta untuk pendidikan dan pengajaran masalah-masalah
keagamaan. Sedangkan Masjid, digunakan juga sebagai tempat shalat berjamaah seperti shalat
Jumat, shalat hari Raya (kalau tidak di tanah lapang), shalat tarawih serta tempat itikaf.
Masjid juga dipakai sebagai tempat berdiskusi, mengaji dan lain-lain yang tujuan
utamanya mengarah pada kebaikan. Pada setiap Masjid, tentunya ada hal-hal khusus yang
perlu diperhatikan sesuai dengan kebutuhan peribadatan. Yang perlu diperhatikan adalah

4|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


antara lain urut-urutan kegiatan shalat baik bagi laki-laki maupun wanita. Dalam Islam secara
tegas dipisahkan antara jamaah laki-laki dan wanita. Dengan demikian, sejak awal masuk,
bersuci (wudlu) sampai pada waktu shalat sebaiknya pemisahan itu telah dilakukan.
Ruang untuk shalat atau yang disebut Liwan, biasanya berdenah segi empat. Hal ini
sesuai dengan tuntunan dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan
pandangan yang sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah dipimpin oleh
seorang imam, yang berada dtengah pada posisi terdepan.
2.1.1 KONSEP ARSITEKTUR MASJID
Bentuk Masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya Masjid
terkenal yang sering dipakai adalah bentuk Masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat
di Anatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun Masjid yang megah
dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang
dibantu oleh arsitek Muslim. Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal Masjid
yang sering dipakai dan dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun
persegi panjang yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan
tempat ibadah di dalam. Contoh Masjid yang menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid
Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang. Kesultanan Utsmaniyah kemudian
memperkenalkan bentuk Masjid dengan kubah di tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah
yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga
ditambahkan di area luar tempat ibadah. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh bangunanbangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar. Masjid gaya Iwan juga dikenal
dengan bagian Masjid yang dikubah. Gaya ini diambil dari arsitektur Iran pra-Islam.
Pada dasarnya untuk membangun atau merencanakan sebuah Masjid hendaknya
kembali kepada tuntunan-tuntunan yang terdapat pada sumber ajaran Islam. Dalam
membangun Masjid, arsitek tidak dapat melihat sejarah atau bangunan-bangunan Masjid yang
telah ada saja, melainkan memahami atau belajar berdasarkan inti ajaran Islam itu sendiri atau
menurut istilahnya the teaching it self. Namun, tentunya kaidah-kaidah arsitektur tetap perlu
diperhatikan, sebagaimana layaknya bangunan-bangunan lain.
Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan antara lain, bahwa Masjid selain mengarah ke
kiblat di Masjidil Haram, Mekkah, juga hendaknya dibangun benar-benar sesuai dengan
fungsi dan tujuannya, sehingga perlu dihindari kemungkinan adanya bagian-bagian bangunan
atau ruangan yang memang dilarang dalam Islam. Ditekankan pula, bahwa identitas yang
menunjukkan pengaruh agama-agama lain hendaknya sejauh mungkin dihindarkan walau
hanya berupa elemen kecil yang samar sekalipun. Dalam hal ini perlu sekali kearifan dan
kesensitifan Arsitek untuk mengekspose atau menvisualisasikan elemen-elemen konstruksi.

5|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


Juga Masjid hendaknya dibangun dengan biaya rendah yang tidak berlebih-lebihan serta tetap
memperhatikan faktor keindahan dan kebersihan.
2.1.2 BENTUK MASJID
Pada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi sederhana yang terdiri dari
kolom dan balok yang ditumpang di atasnya. Justru itu, bentuk yang terjadipun sesuai dengan
konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat)
harus lurus dan rapat, maka dicarilah bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak
diganggu oleh kolom-kolom. Maka tak heran kalau kemudian muncul bentuk dome.
Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya dapat disalurkan melalui
lengkungan-lengkungannya, sehingga tidak banyak mengganggu.
Kubah adalah ciri atau identitas Masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang
agung, sehingga manusia merasa kecil dihadapan Khaliknya. Seperti Istiqlal di Jakarta,
bentuk dome membuat ruang dibawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang
shalat akan merasa kecil. Kwalitas ruang yang tercipta demikian agung.
Konstruksi atau struktur lengkung banyak dipilih oleh arsitek kawakan terdahulu
dalam merencanakan Masjid dari pada memilih struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak
dapat dihindari seperti cross (persilangan) antara balok dan kolom yang dapat menjadi
silent simbol atau identitas dari agama lain.

Gambar 2.1.2.1 Gambar rencana kubah.

Gambar 2.1.2.2 Gambar rencana kolom.

Sumber :

Sumber :

https://zulfikri.files.wordpress.com/2008/11/kol
http://www.dartmouth.edu/~matc/math5.pattern/Bu
Untuk mendesain sebuah Masjid, diperlukan
tiga prasyarat, yang maksudnya untuk
om.jpg prasyarat itu adalah, pertama: harus
rckhardt.p11.gif
dapat menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga

selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah

6|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


tenang, yaitu menciptakan suasana yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga,
adalah sakral tapi ramah.
2.1.3 DENAH
Sejak awal dibangunnya sebuah Masjid, denah yang ada berbentuk segi empat. Hal ini
dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk
persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya,
sedangkan denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak
yang terbuang. Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang
percuma, sehingga dalam perencanaan sebuah Masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan.
Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar atau empat persegi panjang.

2.1.4 RUANG DALAM DAN ORNAMEN


Gambar 2.1.3 Gambar denah Masjid di paris,

Kubah atau dome dibahagian dalam ruang Masjid adalah suatu konsep untuk
Sumber :

menciptakan suasana sakral maka tidak diperlukan hiasan yang berlebihan. Pada kubah
http://publishing.cdlib.org/ucpressebooks/data/13030/2g/ft8x0nb62g/figures/

biasanya diisi dengan ornamen ornamen sederhana. Ada beberapa corak ornamen atau
ft8x0nb62g_00056.jpg

ornamentik, diantaranya corak abstrak sebagai ornamen arabesk yang terdiri dari corak
geometris dan corak stilasi dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Ornamen ini
digunakan karena dalam ajaran Islam ada larangan untuk tidak boleh menampilkan gambar
-gambar atau lukisan sebagai hiasan dengan motif manusia, binatang atau makhluk bernyawa
lainnya secara realistis di dalam ruangan Masjid. Ornamen atau gaya ornamentik dapat di
visualisasikan dengan huruf-huruf atau kaligrafi, seperti huruf Arab Kufa dan Karmalis

7|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


adalah merupakan salah satu ornamen geometris yang berisi tulisan lafazd Al-Quran sebagai
hiasan Masjid. Ornamen ornamen tersebut sangat banyak di terapkan di hampir semua
Masjid di seluruh dunia. Ornamen ornamen itu pula mengalami modifikasi yang banyak
seiring perkembangan zaman.

Gambar 2.1.4.1 Gambar ornamen


arabesk
Sumber : http://thumbs.dreamstime.com/z/setarabesque-ornament-your-design-file-eps-

Gambar 2.1.4.2 Foto kubah Masjid di


istanbul yang memakai ornamen arabesk.

format-33297687.jpg

Sumber : http://farm6.static.flickr.com /
5039/5890874522_a5dbce3303.jpg

Gambar 2.1.4.4 Gambar ornamen


kaligrafi
Sumber :
https://hady412.files.wordpress.com/2008
/11/d8a 8d8b3d985d984d8a9.jpg

Gambar
2.1.4.2 Foto penggunaan
2.1.5
MENARA
calligraphy pada Masjid di spanyol.

Sebelum kegiatan peribadahan dimulai, untuk menyatakan waktu itu sudah tiba,

Sumber :

biasanya
dikumandangkan adzan. Pada masa lampau, adzan dilakukan di tempat-tempat yang
http://ichef.bbci.co.uk/wwtravel/portrait
/0_488/images/live/p0/1v/y4/p01vy43w.jpg
tinggi
sehingga radius penyampaiannya cukup jauh. Kemudian hal ini berkembang terus

8|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


sampai akhirnya dibuat menara untuk penyebaran yang lebih jauh lagi. Dengan
berkembangnya teknologi, ditemukan sistem pengeras suara yang kemudian dimanfaatkan
juga untuk kegunaan adzan. Namun, tetap menggunakan menara. Dan sini terlihat bahwa
fungsi menara tidak hanya sebagai simbol saja tetapi juga fungsional. Dan karena letaknya
yang tinggi maka dapat saja bila kemudian dijadikan aksen atau ikon (point of interest).

Gambar 2.1.5.1 Gambar desain


menara Masjid.
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/_tjOctWnEJtA/Sl
1WpzTxSvI/AAAAAAAAAUA/UY88AGE0
Kzg/s400/menara+Masjid.jpg

2.2 MASJID CUT MUTIAH JAKARTA


Masjid Cut Mutiah adalah salah

satu Masjid yang terletak di Jalan Cut Mutiah

Nomor 1, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia. Bangunan Masjid ini merupakan salah satu
peninggalan
zaman
penjajahan
kolonial
Belanda. Masjid ini memiliki keunikan
Gambar
2.1.5.1sejarah
Foto dari
Masjid
dengan
2 menara syeikh
zayed.
tersendiri dan kemungkinan tidak terdapat di Masjid-Masjid lainnya. Salah satu

Sumber : http://media02.hongkiat.com/beautiful-

keunikannya, mihrab dari Masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat (tidak di tengah

mosque/Sheikh_Zayed_Grand_Mosque_3_UAE.jpg

seperti lazimnya). Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan Masjidnya
sendiri karena bangunan Masjid tidak tepat mengarah kiblat. Masjid ini dulunya adalah
bangunan kantor biro arsitek (sekaligus pengembang) N.V. (Naamloze vennootschap,
atau Perseroan terbatas) Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879 - 1955) yang
membangun wilayah Gondangdia di Menteng.

9|Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah


Sebelum difungsikan sebagai mesjid sebagaimana sekarang, bangunan ini pernah

digunakan

sebagai kantor

Kempetai Angkatan

pos,

kantor

Jawatan

Laut Jepang (1942 - 1945).

dipergunakan sebagai kantor

Kereta

Api Belanda dan

Setelah Indonesia merdeka,

Urusan Perumahan,

ia

kantor
pernah

hingga Kantor Urusan Agama

(1964 - 1970). Dan baru pada zaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin diresmikan sebagai
Masjid tingkat provinsi dengan surat keputusan nomor SK 5184/1987 tanggal 18
Agustus1987. Awalnya Masjid ini bernama Yayasan Masjid Al-Jihad yang didirikan oleh
eksponen '66 seperti Akbar Tanjung dan Fahmi Idris.[2] Pada kurun waktu orde lama, gedung
ini juga pernah dijadikan gedung sekretariat MPRS.
Nama Bouwploeg sendiri kini masih tersisa dalam ingatan sebagai nama Pasar Boplo
di barat stasiun kereta api Gondangdia.

Gambar 2.2.1
Foto lama Masjid
Cut mutia.
Sumber :
http://id.wikipedia.or
g/wiki/Berkas:_de_
Van_Heutz_Bouleva
rd_wijk_Gondandia
_Batavia._TMnr_60
007604.jpg

10 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h

Gambar 2.2.2 : Tampak depan Masjid Cut Mutiah


Sumber : http://www.rinagunawan.com/image-upload/Cut-Meutia--7-.jpg

Bentuk

bangunannya sama sekali tidak menyerupai bangunan Masjid pada umumnya, tidak ada
kubah ataupun menara. Kecuali lambang bulan dan bintang yang terdapat di paling puncak
atap bangunan ini, yang mana sulit terlihat dari sisi-sisi tertentu. Bukan hanya bentuk
bangunan yang tidak wajar, Masjid yang berlokasi di Jl. Cut Meutia No.1 ini juga terkenal
dengan ketidakwajaran lain, yaitu bangunan yang tidak menghadap ke arah kiblat sehingga
posisi safnya miring, lalu mihrab (tempat imam berdiri ketika memimpin shalat) berada di kiri
saf shalat, harusnya berada di depan.
2.2.1 ADAPTASI BUDAYA.
Bangunan Masjid ini tidak seperti disain Masjid pada umumnya karena memang saat
pertama dibangun fungsi bangunan ini yaitu untuk kantor pada masa pemerintahan Belanda
sehingga tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada
Masjid ini. Memiliki gaya disain arsitektur klasik khas Belanda yang tidak terlalu
menonjolkan ukiran-ukiran klasik yunani dapat dilihat dari tembok bangunannya yang tidak
begitu ramai.
Pada Masjid Cut Mutiah ini terlihat jelas adaptasi budaya dari para penjajah atau
kolonialis. Bangunan Masjid ini tidak tampak seperti bangunan Masjid yang dijelaskan pada
bab pertama, yaitu dimana terdapat kubah yang besar kolom kolom yang besar serta menara
yang tinggi. Bangunan yang dahulunya kantor ini adalah bangunan peninggalan dari
penjajahan belanda. Arsitektur kolonial terlihat jelas pada tampak depan bangunan ini. Kolom
kolom yang besar dengan warna dasar putih. Seiring perkembangnya zaman bangunan ini
akhirnya di alih fungsikan menjadi Masjid karena kebutuhan dari masyarakat sekitar yang
memerlukan tempat untuk ibadah khususnya umat muslim. Dengan demikian adaptasi budaya
terjadi. Budaya islam atau masyarakat lokal yang beragama islam beradaptasi dengan budaya
para penjajah atau kolonialis yang menetap di menteng,jakarta Dengan adanya adaptasi
budaya tersebut bangunan ini akhirnya dipakai sebagai tempat ibadah untuk umat muslim atau
yang disebut Masjid.

11 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h
Bangunan ini sampai sekarang terlihat sama dari gaya arsitekturnya yang
dipertahankan hanya terdapat beberapa tambahan karena fungsinya yang telah berubah dan
bangunan dilakukan pengecatan ulang setiap beberapa tahun sekali. Hal ini menegaskan
bahwa bangunan ini dapat diterima pada masyarakat yang memiliki ke budayaan berbeda
dengan para pembangunnya.
2.2.2 ARSITEKTUR MASJID PADA MASJID CUT MUTIAH
Walaupun dari segi eksterior tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga
motif-motif islam pada Masjid ini tetapi ada beberapa unsur arsitektur Masjid yang di buat
pada bagian dalam (interior) Masjid Cut Mutiah ini.
1. Ornamen Caligraphy
Pada bagian dalam Masjid ada beberapa ornamen caligraphy yang dibuat. Hal
ini tentunya sama dengan arsitektur Masjid pada umumnya. Ornamen
ornamen ini dibuat pada bagian kolom kolom bangunan dan mimbar Masjid
tetapi tetap tidak menimbulkan kesan ramai.

Gambar 2.2.2 .1: Foto interior Masjid Mutiah


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah2.jpg

Gambar 2.2.2 .2: Foto bagian atas mimbar.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mimbar3.jpg

12 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h

Gambar 2.2.2 .3: Foto ornamen caligraphy pada kolom dan atas mimbar.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah5.jpg

2. Bentuk atap.
Pada Masjid ini walaupun bentuk atap bukan merupakan kubah / dome, tetapi
memiliki peran yang sama. Kubah merupakan elemen yang dapat
menghadirkan ruang positif yang besar pada suatu bangunan. Ruang positif
yang dihadirkan kubah pada bangunan Masjid membuat orang yang berada di
dalamnya akan merasa leluasa. Pada Masjid ini bentuk kubah agak berbeda,
bentuknya bujur sangkar. Bentuk atap ini dibuat karena fungsinya yang dahulu
berupa kantor dan bangunan ini merupakan bangunan dengan arsitektur dan
latar budaya yang berbeda. Meski dengan bentuk yang berbeda tetapi memiliki
fungsi atau dapat difungsikan sama dengan kubah seperti di tipologi arsitektur
Masjid pada umumnya.

Gambar 2.2.2 .4: Foto kubah Masjid pada bagian interior.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah7.jpg

13 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia memiliki beragam arsitektur khas-nya. Keragaman ini muncul karena Indonesia
adalah negara yang memiliki budaya , sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
sangat banyak dan beragam ditambah lagi dengan pengaruh budaya budaya yang datang
dari luar. Dalam proses adaptasi agama, dengan kebudayan atau tradisi setempat akhirnya
terwujudlah tipo-morfologi arsitektur Masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat bahwa
masyarakat asli setempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru atau budaya budaya baru
dan kemudian mengadaptasi dengan kepercayaan yang mereka anut.
Contoh yang jelas terdapat pada Masjid Cut Mutiah menteng jakarta ini. Bangunan ini
adalah bangunan yang dulunya difungsikan sebagai kantor dan dibuat oleh para penjajah atau
kolonialis sebagai kantor biro arsitek. Seiring dengan berkembangnya zaman masyarakat
setempat mengalih fungsikan bangunan ini menjadi bangunan atau tempat ibadah sesuai
dengan kepercayaan yang mereka anut (islam). Kedua budaya dengan latar yang berbeda
saling beradaptasi dan menciptakan sesuatu yang unik dan baru. Masyarakat setempat dapat
menerima arsitektur para penjajah atau kolonialis yang dibawa dan meng aplikasikan nya
sesuai dengan kebutuhan mereka. Bangunan ini tidak mengalami perubahan sama sekali.
Elemen penyusun bangunan ini masih di jaga dengan oleh masyarakat setempat. Meskipun
Masjid ini tidak memiliki unsur atau tipologi Masjid pada umumnya yaitu; terdapat
menara,kolom kolom atau struktur lengkung dan kubah , tetapi pada bagian dalam ruangan ini
ada beberapa unsur yang dibuat tanpa merubah bentuk luar. Unsur yang ada itu adalah
ornamen ornamen pada ruangan seperti ornamen caligraphy pada kolom , dinding dan
mimbar Masjid ini. Pada Masjid ini juga terdapat ruang yang tinggi dan besar dengan fungsi

14 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h
seperti kubah pada umumnya, tetapi berbeda bentuk. Bentuk dari kubah yang dimaksud dalam
Masjid ini adalah persegi. bentuk baru dengan makna tetap. Penampilan bentuk arsitektur
menghadirkan bentuk baru dalam arti unsur-unsur lama yang diperbaharui, jadi tidak lepas
sekali karena terjadi interpretasi baru terhadap bentuk lama, tetapi diberi makna yang lama
untuk menghindari kejutan budaya. Hal ini terjadi pada masyarakat transisi, dimana dalam
proses akulturasi dengan kebudayaan asing masih menyadari tidak bisa menghilangkan sama
sekali sikap religius sebagai warisan leluhur.
Masjid ini merupakan contoh nyata dari keberhasilan silang arsitektur atau budaya yang
terjadi di jakarta. Dari proses tersebut diatas merupakan penyebab Indonesia memilik
arsitektur yang beragam.
3.2 SARAN

15 | S a l i n g S i l a n g A r s i t e k t u r p a d a M a s j i d C u t M u t i a h

DAFTAR PUSTAKA
Fanani,Achmad. 2009 Arsitektur Masjid Bentang,Yogyakarta.
Budiharjo,Eko (Editor) 1996 Jati Diri Arsitektur Indonesia Alumni,Bandung
Barliana.M Syaom 2008 Jurnal Terakreditasi Nasional HISTORIA, Vol IX, No 2 Universitas
Pendidikan Indonesia.
Birzamah,Isnani 2001. Masjid Agung Mataram Kotagede Yogyakarta Institut Agama Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Sartono 1987 Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 Jilid I Jakarta: Gramedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cut_Mutiah

Anda mungkin juga menyukai