Pada setiap proyek konstruksi, pengadaan material merupakan bagian terpenting, karena sumber daya
material dapat menyerap 40%-60% dari biaya proyek(Ritz,1994). Oleh karena itu sudah selayaknya jika
penyelenggara proyek memberikan perhatian besar terhadap pengadaan bahan material yang mencakup
membeli, menyimpan, dan mendistribusikan material proyek.
Tujuan dilakukannya suatu kontrol yang baik dalam pengadaan dan pengiriman barang adalah agar
kebutuhan material yang terjadi dilapangan tidak berbeda jauh dengan kebutuhan material rencana.
- Pengecekan surat jalan (delivery note) dari barang yang tiba di lapangan.
- Perapihan administrasi pembelian bahan material.
- Pengecekan atas kelebihan dan kekurangan dari bahan material yang tiba.
a. Kontrol Ruang Penempatan. Pemilihan lokasi gudang, berkaitan dengan efisiensi penggunaan
ruangan/area proyek.
b. Material yang terbungkus sudah seharusnya diberi tanda pengenal untuk mempermudah
mencarinya berdasarkan penomoran-penomoran yang telah direncanakan secara standar.
c. Pengelompokan barang menurut jenis-jenisnya dan diberi alamat kode tertentu pada setiap almari,
rak, kotak, atau timbunan barang.
d. Memperhitungkan keawetan barang yang disimpan, yaitu dengan cara memberikan perlindungan
khusus dan memadai pada barang-barang yang mudah rusak karena getaran mekanis, kepanasan,
atau kelembaban.
e. Memperhitungkan jangka waktu penyimpanan barang yang aman (lama waktu penyimpanan
diusahakan tidak merusak kuali tasmaterial).
f. Memperhitungkan ruang gerak dari overhead-crane, forklift, truck, apabila dalam proses
penyimpanan barang dibutuhkan peralatan–peralatan tersebut.
g. Tindakan pencegahan terhadap tindakan pencurian bahan material yang disimpan.
h. Mendesain administrasi sehingga sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sarana umpan balik
yang tepat dari semua pengambilan bahan kepada bagian pengendalian persediaan dan biaya.
i. Memberikan perlakuan khusus terhadap material–material yang mudah meledak dan terbakar
Informasi Umum
Tujuan pekerjaan ini adalah pekerjaan instalasi mekanikal plumbing keseluruhan yang meliputi pengadaan,
transportasi, pembuatan dan pemasangan peralatan dan bahan utama serta peralatan bantu dan
pengujian. Sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai spesifikasi, gambar dan Bil lof
Quantity.
Regulasi
1. Dalam pemasangan dan instalasi ruang pompa check sambungan pipa support.
2. Pastikan accessoris dan alat ukur berfungsi dengan benar.
3. Check secara visual maupun menggunakan alat ukur kualitas pompa (dayalistrik, aliran, suara
maupun bagian peralatan pompa tersebut), seperti coupling motor dan pompa, seal, shaft, gear
dan lain-lain.
PELAKSANAAN INSTALASI VALVE:
1. Check lokasi penempatan valve (apakah space/ukuran valve cukup untuk dipasang)
2. Siapkan valve lengkap dengan flangenya (untuk valve dengan diameter lebih dari 50mm).
3. Untuk valve dengan diameter sampai dengan 50mm, dipasang pada pipa dengan cara sambungan
ulir.
4. Untuk valve dengan diameter lebih dari 50mm, dipasang pada pipa dengan cara sambungan flange.
Penyatuan pipa dan valve adalah dengan cara menautkan baut yang terdapat pada flange ujung
valve dan flange ujung pipa.
1. Memeriksa gambar untuk lantai yang akan dikerjakan guna mengetahui dimana dudukan plat
landasan (baseplaate) dan dudukan peredam getaran akan dipasang berikut penyejajaran(aligning)
2. Menghitung kembali tekanan nominal system pemipaan untuk mendapatkan besar kebutuhan
tinggi tekan actual.
3. Pengaturan kesejajaran antara pompa dan motor dengan menyediakan perlengkapan dengan pasak
untuk mematikan posisi pompa.
4. Pemasangan asesoris pompa seperti gate valve, pressure gauge, flexible joint flowmeter dll
5. Pengaturan Pressure Reducing Valve berdasarkan efek dinamika fluida.
6. Pemasangan dan pengaturan water level controller dengan Ground Reservoir.
PELAKSANAAN PEKERJAAN PANEL KONTROL POMPA
1. Memeriksa gambar untuk lantai yang akan dikerjakan guna mengetahui dimana pembuatan
konstruksi panel.
2. Pemasangan komponen-komponen panel akan diatur rapi dan diperkuat sehingga tahan oleh
gangguan mekanis.
3. Pemasangan kabel instalasi menggunakan sepatu kabel.
4. Pada setiap komponen panel, sepatu kabel, kabel instalasi serta terminal penyambungan kabel
diberi indikasi/label/signplates terbuat dari plataluminium standard DIN4070
5. Pemasangan Panel Kontrol Start-stop dan Monitor Pompa Air Bersih
Menyambungkan valve dengan pipa dengan menggunakan drat/ulir yang terletak pada masing-masing
ujung pipa dan valve.
Sambungan untuk valve ukuran diatas 50mm dengan menggunakan flange. Pertama-tama, persiapkan pipa
lengkap dengan flangenya, valve lengkap dengan flangenya, baut, serta karet seallant.
Satukan flange valve, karet seallant, dan flange pipa dengan baut. Kemudian setelah itu kencangkan baut
sampai vallve dan pipa benar-benar telah tersambungkan dengan rapat, kuat, dan aman(tidakbocor).
PEKERJAAN PEMBUATAN SHALLOW WELL
1. Tahap Persiapan
1.1. Penentuan titik koordinat lokasi pengeboran
1.2. Setting alat bor shallow well
2. Tahap Pengeboran
2.1. Pengeboran shallow well awal (pilothole)
2.2. Pembesaran lobang bor (reamingbore) dengan mata bor yang lebih besar
2.3. Pengangkatan pipa alat bor shallow well
2.4. Pengurasan lumpur dengan sirkulasi air
2.5. Perkiraan ke dalaman dan Pemastian Kedalaman
2.6. Pembuatan Berita Acara Kedalaman
2.7. Pemasangan pipa casing dan saringan (screen). Dari Sample Pasir yang diperoleh dari setiap
meternya, dapat ditentukan posisi screen dan pipa casing yang polos dan yang dirobek
2.8. Pekerjaan spooling (semburan), longsoran tanah dan pasir sewaktu memasang casing dibersihkan.
2.9. Pembuatan Berita Acara Pengurasan Shallow Well
3. Tahap Pengisian Kerikil Pembalut (GravelPack). Pemasangan kerikil pembalut untuk mangisi rongga
pengeboran dengan pipa casing
4. Tahap Pencucian dan Pembersihan (Well Development). Pembersihan lumpur dari dalam casing pipa
shallow well.
5. Tahap Uji Pemompaan (PumpingTest)
5.1. Pemasangan Pompa Submersible Temporary, kemudian TestDebit dan Test Kualitas Air
5.2. Pembuatan Berita Acara Pumping dan Test Debit
6. Tahap Finishing
6.1. Pemasangan Pompa Submersible Permanen, Panel Listrik serta instalasi kabel-kabelnya
6.2. Pembuatan bak kontrol (ManHole) apabila Posisi Well Head di bawah level tanah, pembuatan
apron bias posisi Well Head di atas level tanah
6.3. Pembuatan instalasi perpipaan, aksesoris serta WellCover
1. Memeriksa gambar untuk lantai yang akan dikerjakan untuk mengetahui dimana pipa akan
dipasang berikut elevasinya.
2. Persiapan material pipa, fitting, sambungan dan alat kerja yang dibutuhkan, jumlah dan ukuran
sesuai dengan RKS.
3. Dalam pemasangan jaringan pemipaan, diadakan koordinasi dengan pekerjaan–pekerjaan struktur
karena adanya penembusan-penembusan betonan lantai maupun dinding.
4. Disetiap floor drain dilengkapi dengan Utrap, untuk mencegah masuknya gas yang berbau kedalam
ruangan.
5. Pada saluran buangan dari preparation area dapur, sebelum masuk ke inlet, system perpipaan air
kotor dipasang penyaring kotoran dari bahan stainless guna mencegah penyumbatan dalam pipa.
6. Pada jalur perpipaan air kotor yang mengandung lemak dipasang cleanout disetiap belokan dan
pipa vertikal utama (setiap pintu shaft).
PEMASANGAN TALANG
1. Memeriksa gambar untuk lantai yang akan dikerjakan untuk mengetahui dimana pipa akan
dipasang berikut elevasinya.
2. Persiapan material pipa, fitting, sambungan dan alat kerja yang dibutuhkan, jumlah dan ukuran
yang sesuai RKS
3. Pipa tegak dipasang dengan dudukan dan klem dari baja, jarak antara klem adalah 300cm atau
sejauh jarak lantai ke lantai.
4. Pipa datar dipasang dengan penggantung baja seperti penggantung pada pipa air bersih, jarak
antara penggantung dia. 50mm atau lebih kecil setiap 200cm, dia. 65mm atau lebih besar setiap
300cm, dengan kemiringan minimum 1%.
1. 5.Pipayangditanamdidalamtanah,padasisibawahdaripipategakyangdihubungkandenganpipadatarha
rusdiberidudukandariblokbeton.
5. Sambungan untuk pipa dengan diameter lebih kecil dari 50mm menggunakan solvent cement,
sedangkan yang lebih besar dari 50mm menggunakan rubber-ring.
PEKERJAAN STP EXTENDED AERATION
1. Pompa Submersible, berfungsi untuk menaikan level air kotor pada daerah level terendah ke
instalasi pengolah yang levelnya lebih tinggi.
STP berfungsi sebagai pengolah air buangan sehingga memenuhi persyaratan sebagai air buangan
rumahtangga (domestic waste), yaitu dengan ketentuan:
b. Kebutuhan biologi untuk oksigen (BOD) rata-rata dalam waktu 24 jam adalah 20mg/liter dengan
kapasitas maksimum yang diperbolehkan s/d 30mg/liter.
a. Extended Aeration Activated Sludge Process (yang digunakan di Rusun Pengadegan ) terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
- Equalizing tank
- Aeration bio zone
- Primary settling tank
- Chlorination tank
- Effluent tank
INSTRUKSI KERJA
pastikanlokasisiapuntukdipasangroof outlet
buatlubangpadamarkingantadidenganpahat
catatan:
janganjadikaninstalasisiphonicsebagaitemporary drainage,
khususnyasetelahinstalasipipaterpasanguntukmencegahsampahdankotoransemen
masukdanmenyumbatpipa
letakanair baffle diatasclamping ring denganmemposisikanlubangbautdenganpas,
kemudiankencangkanbautdenganbenardanhati-hati
Testing Commisioning
Prosedurtesting :
1) Tes Tekan Pipa dengan air untuk mengetahui ketahanan pipa terhadap tekanan
a. Partial Test : Test dilakukan pada sebagian sistem, misal pada satu toilet atau pada kordidor
b. System Test : Test dilakukan pada seluruh sistem
2) Tes pada Valve
3) Tes pada Pompa: Running tes pompa untuk mengetahui fungsi pompa
Pengujian Sistem
Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan hidrostatik pada sistem pemipaan, tekanan yang
diberikan adalah 1,5 kali tekanan kerja, minimum 10kg/cm².
Jika terjadi penurunan tekanan, dicari sebab-sebabnya dan dilakukan penggantian bila keadaan
mengharuskan.
InformasiUmum
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menyediakan udara yang nyaman bagi penghuni gedung.
Regulasi
ASHRAEGRP158, ASHRAE1990.
Sheet Metal Air Conditioner Contractor’s National Association (SMACNA).
Air Movement and Control Association (AMCA).
Air-Conditioning and Refigeration Institute (ARI).
American Society for Testing and Material (ASTM).
Peraturan Plumbing Indonesia (The Indonesia Plumbing Regulation).
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
PEKERJAAN AC SPLIT DAN EXHAUST FAN
METODE KERJA AC SPLIT
Lebar ruangan harus diukur agar pemasangan, pemasangan harus menggunakan water pass
Setelah posisi indoor unit diketahui maka dilakukan pembobokan utk jalur pipa ke outdoor unit
Untuk pemasangan kipas baru. Perhatikan tatanan dari loteng, dimana sebagian besar dari kipas akan
ditempatkan. Dimana harus diletakkan di area yang bebas dari semua pipa atau halangan lain.
Gunakan bor listrik dan gunakan mata bor ekstra panjang ±1,9cm untuk mengebor lubang dilangit-
langit, untuk memasang kipas. Ukur ventilasi kipas.
Tambahkan kabel konektor menembus lubang pada sisi kipas, lalu potong kurungan logam yang
menyokongnya.
Letakkan kipas di posisi tengah dari lubang langit-langit dan pasang di tempatnya, pastikan setiap titik
koneksi diarahkan dengan tepat.
Langkah selanjutnya adalah menemukan rute terpendek, terlurus dari kipas untuk keluar. Pipa saluran
yang lebih panjang, akan kurang efisien.
Proses menyatukan tutup ventilasi akan sangat tergantung pada bagian untuk keluar dari atap atau
dinding samping. Kembali ke loteng dan satukan bagian ujung pipa saluran ke konektor tutup ventilasi
saluran menggunakan selotip kertas saluran.
Tergantung pada jenis kipas, dibutuhkan kabel untuk koneksi dari loteng atau dari ruangan. Pastikan
baca panduan pabrik dan cek kembali apakah aliran listrik sudah mati saat proses berlangsung.
Bukalah bagian rumah dan tarik kabel kipas dari bagian listrik. Potong 1,6cm dari setiap kabel
dikedua kabel kipas dan kabel listrik yang akan ditambahkan diawal.
Gabungkan kabel dengan warna sama (biasanya putih dan hitam atau merah dan hitam) dan
tambahkan konektor. Ikat bagian tembaga kawat disekililing klip hijau atau sekrup dan
kencangkan supaya aman.
Pasang plastik kisi-kisi dengan memasukkan ujung kabel ke tempat yang tersedia pada bagian
rumah. Pastikan itu terpasang rapi membelakangi langit-langit sebarkan sedikit ujung kabel
untuk membuat kerenggangan lebih, jika dibutuhkan.
Nyalakan dan uji kipas kamar mandi baru untuk memastikan kipas itu bekerja.
TIPE WALL MOUNTED
B. EXHAUST FAN
a. Mengecek instalasi ducting Exhaust Fan apakah terjadi kebocoran atau tidak.
b. Mengecek unit-unit Exhaust Fan apakah telah dapat bekerja/berfungsi sebagaimana mestinya
(sesuai dengan spesifikasi tertulisnya).
c. Melakukan tes secara keseluruhan sistem Exhaust Fan apakah telah dapat berfungsi/bekerja
sebagaimana mestinya.
PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN
Informasi Umum
Sistem pemadam kebakaran digunakan untuk mengatasi kebakaran yang terjadi pada bangunan setelah
timbul bunga api untuk mencegah terjadinya kebakaran yang besar.
Regulasi
1. Marking jalur pipa sesuai shopdrawing dan koordinasikan dengan jalur pekerjaan lain seperti jalur
pipa AC, Plumbing, TrayCable dll.
2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
3. Senai pipa yang telah dipotong, untuk ukuran diameter pipa paling besar 2,5”
4. Lapisi pipa dengan cat dasar (zingkromat).
5. Setelah selesai dilapisi cat dasar Zingcromat, pipa dicat kembali dengan cat besi warna merah.
6. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.
7. Pasang pipa sesuai ukuran pada shopdrawing, penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5 inchi
dengan drat dan diameter 2,5 inchi keatas dengan las.
8. Gunakan benang/waterpass untuk mengukur kelurusan pipa.
9. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa
10. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku.
PEKERJAAN HYDRANT OUTDOOR
1. Marking lokasi penempatan Indoor Hydrant Box pada lokasi yang sesuai dengan shopdrawing,
dengan keadaan pipa utama dan pipa droper telah terpasang.
2. Pasang/letakkan Indoor Hydrant Box pada posisi yang telah ditentukan.
3. Sambung pipa droper dengan Indoor Hydrant Box dengan cara dilas.
4. Lindungi Indoor Hydrant Box dari kotoran dan cat.
5. Pasang semua Accessories Indoor Hydrant Box setelah kondisi proyek dinyatakan aman.
1. Marking lokasi penempatan Hydrant pillar & Bak control Gate-Valve sesuai dengan
shopdrawing, dengan kondisi pipa utama Hydrant telah terpasang dengan baik.
2. Gali lokasi yang telah di-marking sebagai lokasi penempatan Hydrant Pillar dan jalur pipa yang
menuju keposisi yang telah ditetapkan.
3. Cor bagian bak control dan pondasi penempatan hydrant pillar.
4. Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi Hydrant Pillar, lengkap dengan Gate-Valvenya.
5. Pasang Hydrant pillar pada pondasi yang telah disiapkan.
PEKERJAAN PEMASANGAN HEAD SPRINKLER DAN POMPA HYDRANT
PemasanganHeadSprinkler
a.Pemasangandropperdilakukanjikaplafontelahterpasang
b.Gunakansealtapeuntukpenyambungansprin-klerkepipadropper.
c.LindungiHeadsprinklerdarikotorandancat
Pemasangan Pompa Hydrant
1.Markinglokasipenempatanpompa.
2.Buatpondasipompa,perhatikankelurusandanratapondasi.
3.Pasanginstalasipemipaanruangpompaterlebihdahulu.
4.PasangPompadanvalve-valvenya.
5.Sambunginstalasidayakepompa.
6.Aturpressureswitchpomp
7.Lakukanrunningtestpompa.
Penempatan Tabung Pemadam /APAR (Alat Pemadam Api Ringan) diatur melalui Permenakertrans RI No
4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Persyaratantersebutantaralain:
1.Mudahdilihat,diaksesdandiambilsertadilengkapidengantandapemasanganAPAR/TabungPemadam.
2.Tinggipemberiantandapemasanganialah125cmdaridasarlantaitepatdiatassatuataukelompokAPARbersang
kutan(jarakminimalAPAR/TabungPemadamdenganlaintaiminimal15cm).
3.JarakpenempatanAPAR/
TabungPemadamsatudenganlainnyaialah15meteratauditentukanlainolehpegawaipengawasK3atauAhliK3.
4.SemuaTabungPemadam/APARsebaiknyaberwarnamerah.
SyaratTandaPemasanganAPAR / TabungPemadam:
1.Segitigasamasisidenganwarnadasarmerah.
2.Ukurantiapsisi35 cm.
3.Tinggihuruf3 cm berwarnaputih.
4.TinggiTandaPanah7.5 cm berwarnaputih.
1. Marking jalur pipa sesuai shopdrawing dan koordinasikan dengan jalur pekerjaan lain seperti
jalur pipa AC, Plumbing, TrayCable dll.
2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
3. Senai pipa yang telah dipotong, untuk ukuran diameter pipa paling besar 2,5”
4. Lapisi pipa dengan cat dasar (zingkromat).
5. Setelah selesai dilapisi cat dasar Zingcromat, pipa dicat kembali dengan cat besi warna merah.
6. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.
7. Pasang pipa sesuai ukuran pada shopdrawing, penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5
inchi dengan drat dan diameter 2,5 inchi keatas dengan las.
8. Gunakan benang/waterpass untuk mengukur kelurusan pipa.
9. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa
10. Lakukan test X’Ray untuk mengetes sambungan las. Secara partial.
11. Lakukan test tekan secara partial. Untuk mengetes apakah terdapat kebocoran atau tidak.
PEKERJAAN ELEVATOR DAN GONDOLA
InformasiUmum
1. Elevator lift adalah salah satu jenis dari pesawat pengangkatan, yang memindahkan penumpang atau
barang dari tempat satu ke tempat yang lain (dalam hal ini adalah dari lantai yang satu ke lantai yang
lain).
2. Sistem Lift yang paling sering digunakan adalah “ropedelevator” dimana ropes(tali) digunakan untuk
mengangkat lift, lift bergerak searah dengan putaran sleave yang diputar oleh motor.
3. Sistem elevator yang digunakan merupakan kombinasi antara teknologi dan material. Dengan
kombinasi ini, terdepat beberapa keuntungan seperti: hemat ruangan, hemat instalasi dan hemat
waktu.
4. Sistem escalator adalah self-contained dan terdiri dari tracks, stepdrive units, steps, stepchains, comb-
plates, handrails, driving machine controller, safety devices, glassed balustrades, dan peralatan lainnya.
Regulasi
SNI 03-2190-1999, Syarat-Syarat umum kontruksi lift penumpang yang dijalankan dengan motor
traksi.
EN 81-1:1998, PartiaI Safety rules forth construction and installation of lifts,
Amandement EN81-1/Pra2April2000/C
Standard ASMEA17.1-1996 tentang“Safety code Elevator dan Escalator”.
ANSI code A.17.1, Safety Code for Elevator, and Moving-walks.
Pedoman Pengawasan Instalasi Lift Listrik no.3 Tahun1978
Keputusan Gubernur Kepala Daerah DKI Jakarta no.1173 tahun 1978
Peraturan Daerah DKI no.3 tahun 1975 terutama tentang Operasi Elevator Kebakaran dan Fire
Rating dan Lampiran No.33.
JIS or BSSNI 05-2189-1999, istilah umum lift dan escalator
Peraturan Umum Instalasi Listrik
PemasanganTemplate
Mengadakan koordinasi dengan pihak sipil untuk penentuan as gedung dan level lantai yang dipakai
sebagai dasar penentuan template.
Memasang balok dan papan template di bawah ruang mesin dan di dasar pit.
Setting plumblines untuk:
-Landingsill
-GuideRail: car & Counterweight
Membuat data pengukuran dan dikordinasikan dengan pekerjaan sipil
Pemasangan beam mesin, traction machine dan governor machine yang berpatokan pada
template(plumblines)
Setting-controller
Pemasangan cable duct dan wiring
PemasanganPeralatandiLandingFloor
Pemasangan Landing Sill. Kordinasi dengan pihak sipil untuk menentukan level lantai.Dan
berpatokan pada plumblines.
Pemasangan Landing Jamb.
Pemasangan Hall Button, indicator dan hall lantern. Koordinasi dengan pihak sipil untuk penentuan
posisinya.
Pemasangan header dan adjusment
Pembersihan area kerja.
Assembling Car
PEKERJAAN GONDOLA
INSTALASI / PEMASANGAN
Marking posisi untuk proses pemasangan angkur bersamaan dengan pekerjaan pembesian struktur. Setelah
angkur terpasang dengan baik, pengecoran lantai tetap di-supervisi dari pekerjaan gondola.
Apabila lantai sudah diizinkan menerima beban, base plate baru bisa disetting dan cor pedestal. Setelah
base plate terpasang dan pedestal sudah kuat, rel baru bisa dipasang. Sambungan rel ke rel menggunakan
sambungan las. Untuk bagian rel yang terkena las dicat bagian yang terkena las tersebut untuk menutupi
bekas pengelasan dan melindungi rel yang sudah digalvanized.
Konstruksi Gondola baru dapat dipasang setelah rel tersambung dengan baik dengan base plate dan sudah
level (tidak perlu menunggu rel terpasang seluruhnya).
Pemasangan konstruksi gondola umumnya bersifat parsial, agar memudahkan dalam pengiriman dan
pemasangannya. Oleh sebab itu pemasangan konstruksi gondola harus berurutan sebagai berikut
Tinggalkan Balasan
Untuk memastikan pipa yang telah selesai dialakukan pengelasan/welding perlu/wajib dilakukan
pengetesan terhadap kualitas welding yaitu salah satunya dengan melakukan test kebocoran terhadap pipa
(leak test), daiantaranya tahapan yang dialalui adalah sebagai berikut:
1. Pengecekan line pipa yang akan dilakukan leak test, yaitu dengan cara menginspeksi pipa apakah
ada weldingan yang tertinggal, komponen yang belum terpasang atau belum di las maupun line
pipa yang belum terpasang.
2. Melakukan pengencangan baut, mur apakah sudah sesuai standar kekencangan yang ditentukan,
serta melakukan pengecekan gasket yang terpasang.
4. Melakukan penutupan pipa dengan cara memasang blind flange terhadap line pipa yang masuk ke
line mesin, control valve, alat instrument, tanki maupun komponen-komponen yang lain.
5. Memasang titik untuk penempatan pressure gauge (biasanya menggunakan dua pressure gauge
yang diletakan diatas dan dibawah) serta memasang pipa untuk menginject udara maupun air.
6. Menyiapkan mesin kompressor (mesin kompressor digunakan untuk mengisi pipa dengan udara)
dan menyiapkan pompa air guna mengisi air kedalam pipa dan meyiapkan spray air sabun yang
berguna untuk mendeteksi kebocoran weldingan / joint.
7. Setelah semuanya siap tahap berikutnya memasukan udara kedalam pipa hingga pada tekanan
tertentu kemudian ditahan dalam waktu tertentu kemudian dilakukan penyemprotan air sabun
pada setiap sambungan pipa yang diwelding, apabila terjadi kebocoran maka akan tampak
gelembung -gelembung udara pada air sabun, maka pipa tersebut harus dilakukan perbaikan
weldingan, dan dicek tekanannya apakah terjadi penurunan tekanan (bisa dilihat pressure gauge
yang diapasang), apabila tidak terjadi penurunan tekanan maka dialakukan tahap selanjutnya.
8. Tahap selanjutnya angin yang berada didalam pipa dibuang, kemudian dilakukan tahap Hydrotest
yaitu dengan cara memasukan air kedalam pipa hingga penuh, kemudian diberi tekanan tertentu
dan ditahan pada waktu tertentu apakah terjadi penurunan tekanan atau tidak. apabila tidak terjadi
penurunan tekanan berarti pipa tidak ada kebocoran (line pipa dianggap layak pakai).
9. Setelah dialakukan hydrotest air yang didalam pipa tersebut sambil diberi tekanan udara dengan
tekanan tertentu yang dinamakan proses Flushing(pembilasan) kemudian Blowing (meniupkan
udara kedalam pipa dan ditahan hingga pressure tertentu, lalu dibuka hingga kotoran didalam pipa
tersebut ikut terbawa keluar) hingga bersih.
Instalasi gas untuk dapur komersial
Sebagian besar peralatan memasak saat ini menggunakan gas sebagai bahan bakar, selain bersih dan
praktis gas juga mudah di dapatkan.
Terdapat dua jenis gas untuk memasak yaitu LPG atau lazim di sebut elpiji dan LNG atau di sebut gas kota
( Perusahaan gas negara )
Untuk penggunaan gas elpiji di restoran atau industri makanan sebaiknya tabung gas tidak terletak di
area dapur, selain membuat ruangan menjadi sempit juga lebih berbahaya apabila karena dekat dengan
sumber api, tabung gas di letakkan di luar pada udara terbuka dan gas di salurkan melalui pipa besi menuju
ke area memasak melalui jalur instalasi.
Faktor keamanan dalam pemasangan instalasi gas menjadi hal pertama yang harus di perhatikan:
- kualitas pipa untuk saluran gas, minimal sch 40 black steel seamless ( tanpa sambungan dalam ) atau
dengan pipa stainless sch 40 seamless ( tebal minimal 4mm )
- Regulator gas untuk menurunkan tekanan menggunakan type commercial heavy duty
- Valve minimal WOG 400
- Selang yang kuat tekanan tinggi.
- Penunjuk tekanan.
PENGAMAN TAMBAHAN
Instalasi dapat di lengkapi dengan alarm pendeteksi kebocoran serta selenoid yang akan menutup gas
secara otomatis apabila terdapat kebocoran, seperti terlihat pada gambar:
Panel kontrol bertugas memutuskan aliran listrik ke selenoid apabila terjadi kebocoran, penel ini dapat juga
di hubungkan dengan panel gas induk alarm dari mal atau panel alarm kebakaran ( mcfa ) untuk memberi
informasi letak tenant yang mengalami kebocoran gas agar segera mematikan aliran gas central gedung.
Ukuran diameter pipa harus di sesuaikan dengan volume gas yang akan di gunakan tergantung banyaknya
jumlah kompor dan tekanan gas yang di gunakan pada kompor tersebut yang di bagi menjadi tiga yaitu :
Low pressure : Tekanan yang biasa di pakai pada kompor rumah tangga atau kompor restoran yang
tidak memerlukan api besar atau panas tinggi tekanan 0.25 kg/cm2
Medium pressure : Tekanan sedang untuk kompor kecil namun memerlukan kecepatan dan panas
lebih tinggi tekanan 0.50 kg/cm2
High pressure : Tekanan tinggi untuk kompor yang memerlukan api besar dan panas yang tinggi.0.8-
1 kg/cm2
Setelah instalasi selesai harus di adakan tes tekanan dengan gas nitrogen sebesar 10 kg/ cm selama 2
sampai 3 hari untuk menjamin tidak ada kebocoran dalam instalasi, untuk pemakaian gas yang besar atau
jumlah kompor yang banyak harus memperhatikan kapasitas regulator awal yaitu hi-med pressure
regulator agar tidak terjadi api kompor mengecil saat semua kompor di hidupkan
DAFTAR ISI
III PENGENDALIAN TEKNIS JENIS - JENIS PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL & PLUMBING (MEP)
III.A STANDARISASI PEKERJAAN SISTIM PEMADAMAN KEBAKARAN
III.A.1 SISTEM PEMADAMAN DENGAN HYDRANT & SPRINKLER
Yang harus diperhatikan :
1. Panel – panel pompa listrik untuk pekerjaan Hydrant harus type Outdoor dengan incoming dari bawah.
2. Penempatan unit-unit pompa dan panelnya harus aman dari kebanjiran dari luapan air sungai.
3. Pengadaan Material utama dan material instalasi harus berdasarkan Approval material.
4. Setiap ada perubahan spesifikasi dan merek yang tidak setara, maka akan berakibat terhadap pekerjaan
tambah kurang sehingga harus diproses.
5. Setiap ada perubahan spesifikasi atau merek harus dilampiri surat instruksi atau bukti dokumen yang
ditanda tangani sebelum dilakukan pengadaan.
6. Kegiatan Testcom harus dapat dilaksanakan hanya satu kali, maka persiapan dan test-test pendahuluan
haruslah sempurna. Jika testcom gagal akibat kesalahan Mainkont, maka akan berakibat terhadap kerugian
biaya dan waktu.
7. Kegiatan Serah terima pekerjaan harus dilengkapi oleh dokumen sebagai berikut :
a. Certificate Of Origin.
b. Surat keterangan ke aslian barang.
c. Surat Jaminan Garansi barang atau sistim pekerjaan.
d. Foto-foto kegiatan.
e. Daftar cheklist pekerjaan.
f. Berita Acara Testcom dan Training, dengan lampiran daftar hadir.
g. Buku manual oprasional dan buku katalog maintenance.
h. Perijinan dari Dinas Pemerintahan terkait, jika ada.
4
III.A.1.1 PERALATAN UTAMA POMPA HYDRANT
Terdiri dari :
1. Pompa Hydrant Electric
2. Pompa Hydrant Diesel
3. Pompa Jocky
4. Assesories Instalasi
5. Panel Kontrol Pompa Hydrant
Hal – hal Yang harus diperhatikan pada sistem Hydrant :
a. Daya Listrik Motor Pompa (Electric, Diesel & Jocky) ada yang sistim Star Delta atau sistim DOL.
b. Jika Star Delta, maka kabel power ke unit pompa harus 2 kali tarikan. Penyambungan kabel listrik untuk
Pompa Star Delta :
- Star U1 - V1 - W1 (Merah – Kuning – Biru)
- Delta W2 - U2 - V2 (Biru – Merah – Kuning)
(Arah putaran yang benar ke kanan)
c. Pastikan instalasi inlet dan outlet pompa tidak terbalik, karena akan membongkar instalasi pipa yang
sudah standby dan akan berakibat gagal testcom.
d. Ruang pompa harus ada dan yang cukup untuk instalasi pemipaan, jika pompa berada diluar ruangan
maka harus diberi pelindung / diprotek dari Korosi Udara dan Air hujan.
e. Panel pompa harus auto dan merupakan paket dari Pompa Hydrant.
5
GAMBAR – GAMBAR JENIS POMPA :
GAMBAR POMPA HYDRANT ELECTRIC GAMBAR POMPA JOCKY & PANEL ELCTRIC
GAMBAR POMPA DIESEL (1 SET)
GAMBAR CONTOH PEMASANGAN SISTEM POMPA HYDRANT
6
GAMBAR ISOMETRIC SISTIM POMPA HYDRANT
III.1.1.2 INSTALASI PEMIPAAN HYDRANT & SPRINKLER
Yang harus diperhatikan :
1. Kapasitas GWT untuk Hydrant & Sprinkler :
a. Harus mampu menampung Volume Air selama digunakan pemadaman sampai dengan 90 menit hingga
Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) tiba.
b. Yang menentukan dimensi dan volume GWT adalah Konsultan Perencana.
2. Air didalam GWT tidak boleh kosong, atau jika digunakan untuk keperluan lain maka harus segera diisi
kembali.
7
3. Setiap pekerjaan pengelasan maka harus disediakan APAR. Dan wajib dimiliki kontraktor untuk pekerjaan
Las.
4. Pada Instalasi Pipa Header harus dibuatkan Drain yang dicabang kepembuangan luar (untuk keperluan
pengurasan pipa atau Flushing) dan yang ke dalam GWT (untuk keperluan test maitenance pompa).
5. Jenis material untuk pipa hydrant & Sprikler :
1. Pipa Besi Hitam / BSCH 40
2. Pipa HDPE PN16.
6. Pada pekerjaan instalasi sprinkler yang terdapat Flapond, maka harus berkoordinasi dengan pihak
plafond untuk pentuan titik head sprinkler.
GAMBAR – GAMBAR PIPA INSTALASI
PIPA HITAM / BSCH 40 PIPA HDPE PN 16
GAMBAR PROSES INSTALASI PIPA HDPE + PENYAMBUNGAN DENGAN ALAT PRESS PANAS
8
GAMBAR HASIL PENYAMBUNGAN HDPE
GAMBAR ACSESSORIES SISTEM BOX HYDRANT
7. Pada pekerjaan pemasangan box hydrant gedung agar dikoordinasikan dengan pihak pekerjaan Fire
Alarm.
8. Pengaturan perletakan Hydrant Box :
Setiap radius 50 meter, dengan rincian sebagai berikut :
- Panjang selang 30 mtr
- Semburan air 20 mtr.
9. Pengaturan titik Sprinkler adalah sesuai standard DPK :
- Antara titik Sprinkler : 4 s/d 5 meter
- Ketinggian dari lantai : 4 s/d 5 meter
9
10. Jika ketinggian lantai lebih dari standard, maka pipa sprinkler diturunkan sesuai dengan persyaratan
ketinggian serta harus berkoordinasi dengan pihak Arsitek.
11. Untuk standard Gedung :
Yang digunakan Head Sprinkler 57/68 ͦC atau disesuaikan dengan spesifikasinya.
12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR), ditempatkan pada pantry dan ruang mesin atau yang telah
ditentukan pada gambar kontrak
13. Penempatan Hydrant Pilar dan Seamese haruslah yang mudah dijangkau oleh Mobil DPK.
14. Untuk keamanan jika Hydrant Pilar Bocor, maka disetiap pilar harus ada Gate Valve dan dibuatkan bak
kontrol.
III.1.1.3 JENIS-JENIS HEAD SPRINKLER
1. Head sprinkler temperature 57 ͦC warna Jingga
2. Head sprinkler temperature 68 ͦC warna Merah
3. Head sprinkler temperature 79 ͦC warna Kuning
4. Head sprinkler temperature 93 ͦC warna Hijau
5. Head sprinkler temperature 141 ͦC warna Biru
6. Head sprinkler temperature 182 ͦC warna Ungu
7. Head sprinkler temperature 203/260 ͦC warna Hitam
III.1.1.4 STANDARD SEMBURAN AIR / TEKANAN KERJA SPRINKLER
1. Semburan Air titik Sprinkler adalah 225 liter/menit
2. Tekanan Kerja titik Sprinkler adalah 2,2 BAR atau 2,2 Kg/cm2
3. Tekanan Kerja untuk lantai terjauh minimal adalah 3 BAR.
10
GAMBAR TYPE-TYPE SPRINKLER
III.1.1.5 JENIS – JENIS APAR :
1. Dry Powder (untuk di ruangan Panel Listrik/Elektronika)
2. Water (untuk pemadaman Kayu, Kain, Kertas)
3. CO2 (Karbon dioksida) (untuk di ruangan Mesin Genset & Pompa)
4. AFF FOAM (Busa) (untuk pemadaman BBM)
GAMBAR JENIS-JENIS APAR
11
GAMBAR STANDARD DETAIL INSTALASI PEMASANGAN HYDRANT LUAR
III.1.1.6 STANDARD TESTCOM SISTEM HYDRANT & SPRINKLER
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sudah harus stand by sebelum Testcom dilakukan.
2. Sebelum dilakukan Testcom, maka wajib setiap instalasi pemipaan dilakukan flushing yang bertujuan
untuk membuang kotoran yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pompa.
3. Sebelum Testcom dimulai harus diperiksa kembali semua Valve Gedung dan Hydrant tertutup, hal ini
untuk mencegah banjir pada saat testcom dilakukan karena masih ada Valve yang terbuka.
4. Untuk pengujian Hydrant Pilar atau Hydrant Box dengan tekanan dari Pompa, maka kondisi selang harus
ditarik lurus dengan tujuan tidak akan ada aliran yang tersumbat.
5. Pemasangan selang ke landing valve pada hydrant box harus terkunci dengan baik agar tidak terlepas.
12
6. Jika pada saat pengetesan berlangsung kemudian terjadi selang terlepas dari landing valve, maka jangan
melakukan penutupan dari landing valve karena akan membuat Klep pada valve akan hancur akibat tekanan
pompa. Untuk menutup aliran air adalah dari gate valve distribusi yang diameter 4 inchi atau dengan
mematikan pompa.
7. Untuk pengetesan hydrant box jika tidak ada pintu untuk penarikan selang hydrant, maka dapat melalui
jendela yang besar atau dengan membuka kaca yang mati. (bisa koordinasi dengan pihak sipil supaya
menyiapkan jendela temporary sampai dengan kegiatan testcom selesai).
8. Jangan sampai ada kebocoran lalu air masuk ke Pit Elevator atau Escalator. (adalah Kesalahan Fatal !!!).
13
III.1.2 SISTIM PEMADAMAN KEBAKARAN DENGAN GAS FM 200
GAMBAR TABEL PERBANDINGAN
GAS FM 200 :
1. Bereaksi sangat cepat dalam memadamkan api (kurang dari 10 detik).
2. Diproduksi, dirancang dan dipasang dengan Standar Internasional (NFPA, UL, US EPA, FM, ASTM).
3. Ekonomis dan memerlukan ruang peletakan yang tidak besar fm 200 tidak butuh banyak ruang 582x380
FM 200.
4. Terdaftar sebagai Cleant Agent diNFPA2001
5. Mengacu Kepada Protocol Montreal Aman untuk Manusia (7%> NOAEL> LOAEL).
6. Aman untuk Lingkungan (ODP 0) Ketersediaan Jangka Panjang
III.1.2.1 PERALATAN UTAMA PEMADAMAN GAS FM 200 Terdiri dari : 1. Tabung Gas FM 200 2. Valve
Solenoid 3. Nozzel 4. Pressure Valve 5. Pipa Gas FM 200 6. Panel Kontrol Fire Extinguishing
14
GAMBAR PERALATAN UTAMA & ASSESORIES GAS FM 200
GAMBAR CONTOH KONSEP SISTEM INSTALASI GAS FM 200
15
GAMBAR CONTOH DIAGRAM SISTIM INSTALASI GAS FM 200
III.1.2.2 INSTALASI PEMIPAAN GAS FM 200
1. Instalasi Tabung Gas FM bisa dipasang tunggal atau di pararel sampai dengan beberapa tabung sesuai
kapasitas yg ditentukan dengan menggunakan instalasi pipa Besi Schedule 40/ Pipa HDPE / Selang Flexible.
2. Penempatan tabung sebaiknya diluar bagian gedung dan yang mudah untuk di mobilisasi dengan mobil
angkutan tabung gas.
3. Ruangan tabung Gas FM 200 harus bersih dan tidak boleh untuk penyimpanan barang yang mudah
terbakar.
4. Pemakaian sistem pemadaman kebakaran dengan Gas FM 200, adalah untuk ruangan – ruangan
Laboratorium, ruangan Arsip, ruangan panel listrik dan ruangan Vital lain yang tidak boleh terkena air.
16
GAMBAR CONTOH – CONTOH DETAIL INSTALASI GAS FM 200
17
III.1.3 PERIJINAN DINAS PEMADAM KEBAKARAN & IPB (IJIN PENGGUNAAN BANGUNAN)
1. Ada biaya yang cukup besar untuk perijinan ke DPK dan pemberian sertificate IPB (Ijin Penggunaan
Bangunan) setelah pelaksanaan test general gedung.
2. Biaya DPK adalah termasuk paket subkont pekerjaan instalasi sistim pencegahan kebakaran, dan subkont
tersebut yang memproses pengurusan perijinan tersebut. (Jika tercantum dalam kontrak subkont)
3. Pelaksanaan Test General Gedung oleh DPK adalah :
a. Test fungsi sistim detector dari input output alarm ROR, SMOKE, HEAT, PUSH BUTTON, BELL, serta
INTERCOM.
b. Test fungsi sistim Hydrant dan Sprinkler serta Seames dengan mengunakan Mobil Damkar.
c. Test fungsi sistim alarm sound system evakuasi bila terjadi kebakaran, yang merupakan program dari
fasilitas peralatan tata suara.
d. Test fungsi sistim alarm lift / elevator akan turun ke lantai dasar atau lantai yang digunakan untuk
evakuasi.
e. Test fungsi lift Fire, adalah lift khusus yang bisa dioperasikan dengan manual oleh petugas DPK untuk
evakuasi.
f. Test fungsi sistim alarm pintu otomatis yang akan terbuka bila terjadi bahaya kebakaran.
g. Test fungsi sistim alarm Pressurization Fan / Fan didalam tangga darurat harus menekan udara keluar dari
ruangan melalui pintu, agar asap tidak masuk kedalam tangga darurat. Jika fan tersebut menghisap udara
maka artinya instalasi kabel fan terbalik.
h. Test fungsi sistim alarm Pompa hydrant Electric dan Diesel akan ON jika ada sprinkler yang pecah karena
panas api atau hydrant yang dibuka oleh DPK untuk pemadaman api.
i. Test fungsi sistim alarm gong pada instalasi hydrant di ruang pompa.
LIFT (ELEVATOR)
Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift sekarang ini telah menjadi
kebutuhan yang mendasar di gedung gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen, rumah sakit,
mall, bandara dan lain lain.
Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain :
1. Motor Gear
Tipe motor gear menggunakan motor AC yang dilengkapi dengan worm gear atau gear reduser yang
berfungsi untuk menurunkan putaran motor ke speed elevator yang diinginkan. Karena pada motor AC ini
mempunyai putaran yang tinggi antara 900 RPM sampai dengan 1460 RPM atau lebih. Jadi diperlukan gear
reduser untuk menurunkan putaran motor tersebut.
2. Motor Gearless
Tipe motor ini tidak menggunakan worm gear atau gear reduser karena putaran motor sama dengan speed
elevator itu sendiri. Paa awlanya jenis motor ini untuk lift dengan kecepatan tinggi diatas 150 meter per
menit. Tetapi motor ini kemudina dikembangkan untuk kecepatan rendah, dan sedang juga menggunakan
motor gearless karena pertimbangan space untuk ruang mesin.
3. Motor Roomless
Merupakan pengembangan teknologi sincronous permanent magnet yang memungkinkaan mesin lift
dibuat lebih kecil sehingga mesin bisa dipasang di dalam hoistway.
Perbedaan dari ketiga itu adalahlebh cenderug ke bentu fisiknya, motor gear mempunyai design yang lebih
besar dari motor gearles maupun roomless.
Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada lift tersebut. Permintaan baik dari luar
maupun dari dalam kereta dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak,
dan berhenti sesuai dengan permintaan.
Di dalam ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor
penggerak ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran
rendah..Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini akan berkerja jika motor penggerak
tidak dialiri listrik.
Primary Velocity Tranducer/ Encoder
Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau
kecepatan dari lift.
Governor
Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi batas-batas yang telah ditentukan,
maka governor ini akan bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun mekanik.
Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan lift akan berhenti disembarang tempat
setelah lebih dari 15 detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift
sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali.
Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan turun. Lubang ini harus
merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua
buah lift berdampingan
Guide Rail atau Rel Pemandu
Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk
kereta/ car biasanya lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide rail ini terpasang
tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.
Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah (direction switch) dan final switch. Biasanya
komponen ini terpasang di rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang berfungsi untuk
menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin.
Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki
dan mengatur pembukaan pintu pendaratan (landing door).
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill, dan door panel. Berfungsi untuk menutup
ruang luncur dari luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu
pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan.
Buffer
Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk beban pengimbang/ counterweight.
Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh.
Governor Tensioner
merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang terletak di pit.
Car/ Kereta
adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan
bobot pengimbang (Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak di ruang mesin,
Car Door/ Pintu Kereta
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill, door panel dan door mekanisme yang
mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini
dipasang alat pengaman secara seri dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka
maka lift tidak dapat dijalankan.
Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (front return panel). Pada panel tersebut
terdapat tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu.
Interphone
Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan
komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol
gedung.
Alarm Buzzer
Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain.
Switcing Box
Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka
hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur.
Floor Indicator
Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak disisi atas pintu kereta (transom) atau
pada COP.
Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik
mati) dengan sumber battery.
Safety Link
Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan governor di
kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam keadaan darurat).
Tombol Lantai
Switch Parkir
Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button) berfungsi untuk mematikan dan
menjalankan lift.
Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman
control/ fireman operation.
Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi
masing-masing kereta.
Secara sederhana ketika merencanakan atau mendesain plumbing suatu gedung hanya ada 2 bahasan,
yaitu: sistem penyediaan air bersih, dan sistem pembuangannya. Setelah itu kita harus memilah keduanya,
menjadi pembahasan sendiri. Sistem pembuangan nantinya mengarah ke sistem pembuangan limbah air
kotor dan air bekas.
A. Sistem Penyediaan air bersih
Dalam mendesain sistem penyediaan air bersih untuk suatu gedung, harus melalui langkah langkah sebagai
berikut supaya kita tidak bingung dalam membuat suatu sistem yang efektif
1. yang pertama kali di bahas adalah sumber air bersih. Sumber air tersebut apakah hanya berasal dari
PDAM atau ada sumber lain misalnya mengebor dari sumur dalam (deep weel), atau kedua-duanya.
2. Tahapan yang kedua kita harus mengetahui kapasitas kebutuhan sehari hari dari suatu gedung. Dan
untuk mengetahui kapasitas air ini harus memperhatikan sebagai berikut:
· Jumlah penghuni gedung tersebut kira-kira berapa? Dan gedung tersebut fungsinya untuk apa?
Karena hal ini sudah ada daftar rata-rata pemakaian air per hari.
· Setelah mengetahui jumlah penghuni, kita harus menghitung pemakaian air rata-rata per hari (Q),
yang rumusnya sebagai berikut:
Pemakaian air rata rata per hari (Q)= Jumlah penghuni x pemakaian air rata rata sehari.
(misal untuk apartemen pemakaian air rata-rata sehari = 250 liter per orang)
· Setelah itu kita harus menghitung Debit air rata-rata per hari (Qd), yang rumusnya sebagai berikut:
dimana 20 % merupakan tambahan untuk antisipasi kebocoran, perawatan alat plumbing, dan kebersihan
gedung, dan Q=Pemakaian air rata rata per hari.
· Setelah itu kita harus menghitung Pemakaian air per jam (Qh), yang rumusnya sebagai berikut:
· Setelah itu kita harus menghitung Pemakaian air pada jam puncak (Qh max), yang rumusnya sebagai
berikut:
dimana C1 = koefisien: 1,5 – 2,0, dan Qh= Pemakaian air per jam
3. Setelah mengetahui perhitungan tersebut, maka kita akan mengetahui jumlah air yang dibutuhkan suatu
gedung, maka kita bisa menentukan rencana berikut:
4. Setelah mengetahui kapasitas tandon bawah dan tandon atas, maka kita kemudian membahasdistribusi
air dari Sumber air (PDAM) ke Tandon bawah (ground tank) dan dari ground tank ke tandon atas (roof
tank). Dan pembahasan ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:
· Pipa yang digunakan. Apakah menggunakan pipa galvanis atau pipa PVC atau pipa PPR. Untuk
gedung-gedung bertingkat sekarang ini biasanya sudah menggunakan pipa PPR.
· Distribusi dari roof tank (tandon atas) ke outlet saniter (seperti closet, wastafel atau kran),
menggunakan sistem gravitasi atau kemudian dipasang pompa booster untuk 2 atau 3 lantai paling atas.
· Menghitung jumlah pipa dan jumlah accesories pemipaan & pompa seperti valve, check valve,
strainer dan lain-lain
· Mendesian penyediaan air panas (jika diperlukan) terutama pada apartemen atau hotel.
Pendahuluan
Sistem penangkal petir adalah suatu sistem untuk menangkal atau mencegah bangunan dari sengatan
petir.
Ruang lingkup pekerjaan dari system penangkal petir di suatu bangunan meliputi 4 pekerjaan utama, yaitu:
Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan tersebut diatas, seperti pembuatan bak kontrol.
Kadang kita bingung, untuk menentukan kapasitas suatu AC, di brosur atau di BQ suatu pekeraan tentang
AC, kadang ada 2 macam informasi yang berbeda. Kita sering menemukan kapasitas AC disebut dengan
BTU/H dan juga dengan satuan PK.
BTU/hours atau BTU per jam)atau disingkat BTU/H. BTU/H singkatan dari British thermal unit per hour,
satuan daya pendinginan AC yang berasal dari inggris.
PK (Paard Krcht) atau HP (horse power) yang berarti satuan tenaga kuda, yang dipergunakan dalam sistem
AC merujuk pada daya kompressor AC,
Jadi sebenarnya PK bukan menunjukan kapasitas pendinginan AC. Untuk daya pendinginan AC satuannya
adalah BTU/h.
a. Konversi PK ke BTU/H
Untuk mempermudah hubungan antara BTU/H dan PK, berikut adalah konversi dari sistem daya AC
tersebut:
½ pk setara dengan 5.000 BTU/hr
Dan karena satuan BTU/h mengacu pada sistem pengukuran inggris (british) maka untuk perhitungan luas
(dengan pakai rumus), digunakan ukuran feet (kaki)
Ketika kita mau merencanakan memasang AC untuk di rumah, kadang kita kebingungan menentukan
kapasitas AC. Berapa kapasitas AC yang diperlukan untuk ukuran tertentu.
Ada salah satu cara sederhana dan cepat untuk menghitung besarnya kapasitas AC yang dibutuhkan untuk
mengkondisikan suatu ruangan. Kita harus tahu rumus sederhana 1 m2 suatu ruangan kira-kira sama
dengan 500 BTU/H.
Jadi hanya dengan menghitung luasan dari ruangan yang akan dipasang AC, kemudian dikalikan dengan 500
BTU/H.
Contoh: Kamar kita ukuran 3 m x 4 m = 12 m2, jadi kapasitas AC yang dibutuhkan adalah 12x 500 BTUH =
6000 BTU/H
jadi jika dikonversikan pada satuan PK, maka kebutuhan AC pada kamar tersebut adalah 6000 BTU/H setara
antara 1/2 PK dengan 3/4 PK (lihat konversi BTU/h ke PK diatas), dan yang harus diambil adalah diatasnya
3/4 PK.
Dengan demikian yang harus diperhatikan, bahwa kapasitasAC harus lebih tinggi dari panas ruangan yang
akan dipasang AC. Jadi dari perhitungan untuk ruangan dengan luas 3x4 adalah 6000 BTU/H, berarti
kapasitas AC yang dibutuhkan di ruangan tersebut adalah 7000 btu/hr atau setara dengan ¾ pk.
c. Dengan Rumus
Disamping dengan cara menebak seperti diatas (cara sederhana), ada juga rumus untuk menghitung
kapasitas / daya AC. Dari rumus tersebut akan lebih detail lagi, karena tidak hanya luas yang dihitung,
tetapi juga tinggi, disamping arah dinding terhadap pengaruh sinar matahari.
(W x H x I x L x E) / 60 = kebutuhan BTU
Contoh:
Ruang berukuran 3mx4m atau (10 kaki x 13 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak berinsulasi, dinding
panjang menghadap ke timur. Keterangn 3 m = 10 kaki —> 1 m = 3.33 kaki
Jadi kebutuhan BTU = (10 x 13 x 18 x 10 x 17) / 60 = 6630 BTU alias cukup dengan AC 3/4
PK.
Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu
sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian
memberiperingatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual
dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).
Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga
dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari
detector dan komponen pendeteksi lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector).
Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendetectian dari fire protection ini, yaitu:
Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA menerima sinyal masukan
langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung
memerintahkan komponen outpu (keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada
umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan,
perkantoran, dan lain-lain.
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector dan alat penerima masukan (input) berdasarkan
area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona dikendalikan (baik input maupun output) oleh
zona kontroler yang mempunyai alamat/ adress yang spesifik. Pada saat detector atau alat penerima
masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang
mengumpulkannya.
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala kebakaran, sehingga dengan demikian
tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.
Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system ini semua detector dan alat pemberi
masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat
dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.
2. Peralatan Utama
a. Pendeteksi
Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara otomatis (automatic Input Device),
yaitu:
Heat Detektor(Pengindra panas).. Berdasar cara kerjanya, heat detektor dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
* Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu udara di sekitar casing-nya
(ambiencetemperatur) dengan membandingkannya terhadap suhu setting defaultnya, misla 57 ‘ C , 75 ‘ C
dan sebagainya
* ROR (Rate of Rise) heat detector yang bekerja mendeteksi kecepatan peningkatan suhu di sekitar
casing-nya. Bila kecepatan peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka detector ini
tidak akan memberikan respon.
Sistem air terminal ini harus mampu melindungi seluruh bangunan serta sekelilingnya dari sambaran
petir dan tidak mempengaruhi peralatan elektrik yang ada dalam bangunan. Terminal udara (air terminal)
yang digunakan ada 3 macam, yaitu: sistem komvensional air terminal, system Radio aktif air terminal dan
sistem elektrostatik.
Gbr. Air terminal
Down conductor terdiri dari satu jalur menghubungkan secara listrik dengan sempurna antara air terminal
dengan system pertanahan. Down conductor terdiri dari kabel korial (kabel BC) dari air terminal hingga
kotak sambung (junction box) di lantai dasar.
Elektroda pertanahan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertical, batang tembaga harus dilindungi
terhadap korosi dengan serbuk arang disekitar tembaga.
Diantara penunjang dari sistem penangkal petir adalah bak kontrol untuk melindungi perkabelan dan
sistem pertanahan.
B. Dasar Teori
Penangkal petir diperlukan karena untuk menangkal petir atau menyalurkan petir agar tidak
membahayakan bangunan / gedung tinggi.
1. Pengertian Petir
Petir merupakan fenomena alam yang umumnya terjadi pada saat musim penghujan yang diawali dengan
kilatan cahaya. Sesaat kemudian akan terdengar suara menggemuruh yang disebut dengan guntur
atau gludug. Bunyi guntur dibelakang petir dibelakang petir dikarenakan bahwa cepat rambat suara lebih
rendah daripada cepat rambat cahaya.
Petir terjadi diakibatkan oleh terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan. Ion listrik
dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga inonisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air dari cair
menjadi gas atau sebaliknya.
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selam proses bergeraknya awan ini maka saling
bergesekan satu dengan yang lainnya. Dari proses ini terlahir elektron elektron bebas yang
memenuhi permukaan awan. proses ini bisa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastic
yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena
electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda
potensial untuk menyambar permukaan bumi.
Faraday dan juga Frangklin mengetengahkan sitem yang sama tentang penyaluran petir ini, yaitu system
penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding . Sedangkan system
perlindunga yang dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ . Perbedaannya
adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel penghantar terletak pada sisi luar bangunan
dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar
elektris atau biasa disebut sangkar Faraday.
b. Sistem radioaktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir , dan dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi
karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi , maka penggagalan proses ionisasi di
lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi misl. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini
mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan.
Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan
bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat radiasi kemuadian menyambar
maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan internasional
dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat.
c. Sistem Elektrostatic
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal petir Radioaktif , yakni
menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir
Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir
elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi