Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati di suatu wilayah berbeda-beda. Keanekaragaman hayati


sangat diperlukan untuk kelestarian hidup organisme dan berlangsungnya daur materi (aliran
energi). Namun demikian, kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati di suatu wilayah
dapat menurun atau bahkan dapat menghilang. Keanekaragaman hayati dapat dijaga
kelestariannya serta dapat dipulihkan kembali melalui kesadaran yang dimiliki oleh manusia
itu sendiri.

A. Tingkat Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman atau variasi
organisme hidup pada tingkatan yaitu gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.
Keanekaragaman hayati meliputi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan jumlah
dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan jenis
ataupun tingkatan ekosistem. Penyebab keanekaragaman hayati ada dua faktor yaitu faktor
genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
terhadap morfologi (fenotipe) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya
terhadap morfologi (fenotipe) organisme. Berdasarkan hal tersebut para pakar membedakan
keanekaragaman hayati menjadi 3 tingkatan yaitu:
1. Keanekaragaman gen
2. Keanekaragaman jenis
3. Keanekaragaman ekostem

1. Keanekaragaman Gen
Gen adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam
kromosom. Setiap individu mempunyai kromosom yang membawa sifat menurun (gen) dan
terdapat di dalam inti sel. Perbedaan gen (variasi gen) pada setiap makhluk hidup
menyebabkan sifat genotipe dan sifat fenotipe pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda
.keanekaragaman gen dapat terjadi karena perkawinan. Makhluk hidup satu spesies (satu
jenis) bisa memiliki bentuk, sifat atau ukuran yang berbeda. Bahkan pada anak kembar
sekalipun terdapat perbedaan. Semua perbedaan yang terdapat dalam satu spesies ini
disebabkan karena perbedaan gen. Selain itu kenekaragaman gen juga dapat disebabkan oleh
lingkungan. Misalnya anggur yang biasa ditanam di daerah dingin, kemudian ditanam di
daerah panas maka buah yang dihasilkan akan berbeda. Di daerah dingin tanaman anggur
berbuah besar dan manis. Sementara itu, di daerah panas, tanaman anggur berbuah kecil dan
masam.

Perbedaan sesama ayam (satu spesies) termasuk keanekaragaman gen. Jadi


keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup dalam satu
spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini misalnya:
1) Tanaman bunga mawar putih dan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan,
yaitu berbeda dari segi warna.
2) Keanekaragaman gen pada manusia : ras regroid, ras mongoloid, ras australoid dan
ras kaukasoid.
3) Aneka ragam gen pada bungga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) menunjukan
adanya variasi pada warna bunga yaitu ada yang putih, merah dan kuning.

2. Keanekaragaman Jenis (Spesies)


Spesies atau jenis memiliki pengertian individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomi, fisiologis, dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi)
yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan
makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut sebagai populasi.
Keanekaragaman jenis adalah segalah perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup
antar jenis atau antar spesies. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih
mencolok sehingga lebih mudah diamati dari pada perbedaan antar individu dalam satu
spesies (keanekaragaman gen)

Keanekaragaman jenis merupakan keanekaragaman yang dapat ditunjukan dengan


adanya variasi jenis-jenis makhluk hidup dalam satu famili/ suku.
Contoh keanekaragaman jenis adalah:
1) Dalam keluarga kacang-kacangan dikenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau
kacang kapri dan lain-lain. Diantara jenis kacang-kacangan tersebut kita dapat
dengan mudah membedahkannya karena diantara mereka ditemukan ciri khas yang
sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji
serta rasanya berbeda
2) Keanekaragaman jenis pada keluarga palmae yaitu pohon kelapa, pohon lontar,
pohon aren dan juga pohon pinang.

No Ciri-ciri Kelapa Aren Pinang Lontar


1. Tinggi >30m 25m 25 15-30m
Batang
2. Daun -Panjang tangkai daun -Panjang Tangkai -Panjang tangkai
75-150cm tangkai daun daun pendek daun 100cm
-Helaian daun 5m, 150cm -Helaian daun
ujungruncing dan bulat, tepi daun
keras bercangap
menjari
3. Bunga Tongkol Tongkol Tongkol Bulir
3) Keanekaragaman pada familia/suku Felidae,: harimau, cita , singa dan kucing

Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, stetapi


diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya,
perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan
hidupnya. Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut ini:
No. Ciri-ciri Kucing Harimau Singa Citah
1. Ukuran Kecil Besar Besar Sedang
tubuh
2. Warna bulu Hitam, putih, Hitam, putih, Hitam, putih, Hitam/ putih
kuning kuning kuning
3. Tempat Hutan, rumah Hutan Hutan Pohon
hidup

3. Keanekaragaman Ekositem
Keanekaragaman ekosistem dapat terjadi karena perbedaan letak geografis.
Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk
ekosistem. Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim
menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan
fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.

Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh
hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di
daerah beriklim sedang terdapat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk
daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa
kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beranekaragam.
Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan
membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.

a. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai
berikut.
1) Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof
adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang
berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari
dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-
tumbuhan hijau.
2) Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan). Heterotrof
merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya
dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
3) Bahan tak hidup (abiotik). Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang
terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
4) Pengurai (dekomposer). Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk
pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

b. Macam-Macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
1) Ekosistem darat, ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi
beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
2) Bioma gurun, terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan
dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah
(25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga
tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan
suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun
berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti
duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai
jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular,
kadal, katak, dan kalajengking.
3) Bioma padang rumput, terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan
turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna dan rumput yang keduanya tergantung
pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala,
gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
4) Bioma Hutan Basah, terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif
banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan
berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi
perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah
tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar;
suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan
khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain,
kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
5) Bioma hutan gugur, terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang
mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d
20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
6) Bioma taiga, terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik.
Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan
yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
7) Bioma tundra, terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara
dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan
biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya,
tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di
daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya
berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal,
contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
8) Ekosistem Air Tawar, Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak
menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.
Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air
tawar pada umumnya telah beradaptasi. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air
tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa,
termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
9) Danau, merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari
sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya
matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur
yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan
daerah dingin di dasar.
10) Sungai, adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang. Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.
Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton
untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis
dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai
makanan.
11) Ekosistem air laut, dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. Habitat
laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI -
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di
bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata
sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak
plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas
turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan
yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
12) Ekosistem pantai, letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme
yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di
substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi.
Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang
tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut,
remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut,
dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut.
Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
13) Estuari, merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus
harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,
dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga
merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
14) Terumbu karang, di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang
khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini
disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari
sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang
(koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat.
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat
tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata,
mikroorganisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti
siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar.


Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropis dan kutub. Berikut penjelaskan mengenai penyebaran
keanekaragaman hayati Indonesia yaitu penyebaran flora dan faunanya.

B. Keanekaragaman Flora di Indonesia


Menurut Dr. Sampurno Kadarsan, ahli botani Indonesia, flora Indonesia termasuk
dalam kawasan malesiana. Kawasan malesiana terdiri dari Indonesia, filipina, semenanjung
malaya, dan papua nugini.

Tahukah Anda bahwa jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat di Indonesia mencapai


25.000 species, yaitu sekitar 10% jenis flora di dunia. Ada beberapa faktor geografis yang
mempengaruhi keanekaragaman hayati, sehingga menyebabkan flora di Indonesia terbagi
menjadi tiga wilayah.
1. Wilayah Indonesia Bagian Barat
Wilayah ini, antara lain mencakup Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan. Di wilayah ini
terdapat banyak curah hujan sehingga memiliki hutan lebat yang terdapat banyak pohon besar
dan kecil dengan ketinggian kira-kira 60 meter, berdaun rindang dengan mahkota daunnya
bertingkattingkat, serta suasana di dalamnya lembap karena banyak didapati beragam tumbuh-
tumbuhan. Jenis tumbuhan yang biasa ditemukan seperti pohon kamper, eboni,
meranti,damar, kemenyan, rotan dan bunga bangkai (Raflesia arnoldi) yang merupakan flora
khas sumatra
2. Wilayah Indonesia Bagian Timur
Di wilayah ini terdapat hutan musim yang memiliki ciri pada musim kemarau daun-
daun tanaman berguguran, pohon-pohonnya lebih rendah daripada pohon hutan hujan tropis,
pohon-pohonnya lebih jarang, ketinggian pohonnya sekitar 12-35 m. Contoh tumbuhan/ flora
yang terdapat diwilayah ini adalah pohon jati, Eucalyptus (flora khas Papua) dan Matoa
(Pometia pinnata) flora khas Papua

3. Wilayah Indonesia Bagian Tengah


pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan pulau-pulau di sekitarnya merupakan
wilayah Indonesia bagian tengah. Flora dan fauna yang hidup di sebelah timur selat Makassar
hingga Palung di Maluku merupakan tipe peralihan antara corak Asia dan Australia. Di
Sulawesi dan pulau di sekitarnya terdapat jenis pohon eboni, kayu besi, kayu jati, pinus,
banyan, kayu hitam, tumbuhan merambat (seperti rotan), dan beberapa jenis bunga anggrek.
Tumbuhan yang dibudiayakan seperti markisa, jati, dan rotan.
Di Nusa Tenggara dan pulau di sekitarnya terdapat pohon jati, sandalwood, akasia,
cendana, dan beberapa jenis bunga anggrek. Tumbuhan yang dibudidayakan seperti lada,
sorgum, cokelat, cengkih, salak, jeruk bali.
Di Maluku dan pulau sekitarnya terdapat sagu, meranti, gotasa, kayu besi, lenggua,
jati kayu putih dan beberapa jenis anggrek. Tumbuhan yang dibudidayakan, misalnya sagu,
gandaria, dan kayu putih.
Di wilayah ini pula terdapat daerah padang rumput yang diselingi oleh semak-semak,
daerah ini dinamakan savana. Contoh flora yang terdapat di daerah ini adalah cendana
(Santalum allbum), yang merupakan flora khas NTT, Pohon Lontar (Borassus flabellifer)
flora khas Sulawssi Selatan, Cempaka hutan (Elmerrillia ovalis) flora khas sulawesi Barat .

C. Keanekaragaman Fauna di Indonesia


Penyebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan
letak Indonesia yaitu antara kawasan oriental (benua
Asia) di sebelah barat dan kawasan australian (benua
Australia) di sebelah timur. Berdasarkan garis pemisah
fauna Wallace dan Weber, negara kita dibagi atas 3
wilayah fauna, yaitu:
1. Fauna tipe Asiatis /oriental (untuk Indonesia
bagian barat)
2. Fauna Tipe Australis (untuk Indonesia bagian
Timur)
3. Fauna peralihan (Australia- Asiatik)

1. Garis Wallace
Seorang ahli zoologi dari Inggris bernama Alfred R. Wallace Membuat garis
pemisah abstrak yang memanjang mulai dari selat Lombok ke utara hingga melewati selat
Sulawesi dan Filipina Selatan. Garis ini disebut garis Wallace. Jadi, Garis Wallace merupakan
garis yang memisahkan jenis fauna Indonesia bagian barat dan bagian tengga. Jenis-jens fauna
yang hidup di kawasan Indonesia barat adalah:
a. Harimau (Panthera Tigris) f. Orang utan (Pongo pygmaeus)
b. Macan tutul (Panthera pardus) g. Wau-wau (Hylobateslar)
c. Gajah (Elephas maximus) h. Lutung (Presbytis cristata)
d. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) i. Beruang madu (Ursus malayanus)
e. Banteng (Bos sondaicus)
2. Garis Weber
Seorang ahli zoologi dari Jerman yang bernama Weber membuat garis pemisah
abstrak yang berada disebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara hingga kepulauan Aru.
Garis ini disebut garis Weber. Jadi garis Weber adalah garis yang memisahkan jenis fauna
Indonesia bagian Timur dan tengah. Jenis fauna di kawasan Indonesia Timur ini antara lain:
 Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus  Burung kakatua raja (Probosciger
 Walabi kecil (Dorcopulus vanheurni) aterrimus)
 Burung kasuari (casuarius casuarius)  Kasturi raja (Psittrichas fulgidus)
 Burung cendrawasih (Astrapia mayeri)  Buaya irian (Crocodylus novaeguineae)

3. Kawasan Peralihan
Kawasan peralihan meliputi Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Sumba, Lombok dan
Timor. Kawasan peralihan ini dibatasi oleh garis wallace disebelah barat dan garis Weber di
sebelah timur. Pada kawasan ini terdapat peluang pencampuran antara unsur fauna oriental
dan fauna Australis. Jenis fauna kawasan peralihan antara lain:
 Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi)  Maleo (Macrocephalon maleo)
 Anoa dataran rendah (Bubalus  Kuskus beruang (Ailurops ursinus)
depressicornius)  Burung rangkong (Rhyticeros cassidix)
 Komodo (Varanus komodoensis)  Kupu-kupu Sulawesi ((Papilio iswara)
 Babirusa (Babyruousa babyrussa)

D. Manfaat Keanekaragaman Hayati


Manfaat keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia sangat besar pemanfaatan
keanekaragaman hayati tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa nilai manfaat yaitu nilai
konsumtif, nilai non konsumtif dan nilai produktif.
1. Nilai manfaat komsumtif
Nilai manfat komsumtif artinya nilai dari produk keanekaragaman hayati yang
langsung dikonsumsi, misalnya:
a. Sumber bahan pangan seperti padi, ikan dan ayam
b. Bahan obat-obatan seperti kunyit, jahe dan daging ular
c. Bahan bakar dan bangunan yaitu kayu
2. Nilai manfaat produktif
Nilai manfaat produktif artinya nilai dari produk keanekaragaman hayati yang diolah
secara besar-besaran dan bersifat komersial. Sebagai contoh industri kayu lapis memerlukan
bahan baku kayu dan tumbuhan di hutan.

3. Nilai manfaat nonkonsumtif


Nilai manfaat non komsumtif artinya manfaat selain konsumtif dan produktif,
misalnya sebagai sumber plasma nutfa, menjaga kelestarian ekosistem dan memberikan
keindahan alam. Selain itu, keanekaragaman hayati juga mempunyai nilai ilmiahdan nilai
mental spriritual.
E. Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
Kegiatan manusia sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati. Beberapa
kegiatan manusia dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati seperti berikut:
1) Perusakan habitat seperti penebangan hutan dan perusakan terumbu karang
2) Penggunaan bahan kimia secara berlebihan seperti pupuk dan pestisida
3) Adanya pertanian monokultur yang berarti memusnakan tanaman sejenis yang kurang
unggul
4) Pencemaran lingkungan dari limbah pabrik atau rumah tangga

F. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati Di Indonesia


Beberapa kegiatan manusia yang dapat meningkatan keanekaragaman hayati sebagai
berikut:
1) Penghijauan atau reboisasi
Penghijauan merupakan kegiatan menanam kembali hutan atau lahan yang telah
gundul akibat penebangan
2) Penangkaran
Penangkaran adalah perkembangbiakan terkontrol hewan dan tanaman. Beberapa
hewan yang hampir punah sekarang sudah mulai ditangkarkan. Hasil penagkaran
tersebut akan dilepaskan kehabitat asalnya agar populasinya meningkat kembali.
3) Perkawinan silang
Hasil varietas silang merupakan varietas baru yang berbeda dari kedua induknya. Hal
tersebut tentu saja menambah jumlah keanekaragaman hayati yang ada di bumi.
4) Perlindungan alam
a) Pelestarian in-situ
Dilakukan dihabitat asli suatu hewan atau tumbuhan. Contoh taman wisata, taman
nasional dan hutan lindung.
b) Pelestarian ex-situ
Dilakukan dengan cara memindahkan hewan atau tumbuhan dari tempat aslinya
ke tempat lain. Contoh kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nutfah.
BAHAN AJAR
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

Makhluk hidup sebagai objek kajian biologi sangat beranekaragam. Agar mudah
mempelajarinya, para ahli melakukan klasifikasi untuk menyederhanakannya. Klasifikasi
makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri tertentu yang
dimilikinya. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup disebut
taksonomi.
Mengklasifikasikan makhluk hidup dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain:
1) Menyederhanakan objek studi biologi yang beraneka ragam sehingga lebih
mudah untuk mempelajarinya.
2) Dapat mengetahui hubungan kekerabatan antara organisme yang satu dengan
organisme lainnya.
Para ahli yang pernah melakukan klasifikasi makhluk hidup antara lain Aristoteles
(mengklasifikasikan hewan), Theophrastus (mengklasifikasikan tumbuhan), John Ray
(mengklasifikasikan tumbuhan ke dalam kelompok yang lebih kecil dan mengenalkan istilah
spesies), Carolus Linnaeus (mengemukakan pemberian nama ilmiah untuk setiap jenis
organisme), Ernst Haeckel (mengusulkan dikelompokkannya protista ke dalam kingdom
tersendiri), Édouard Chatton (menguraikan perbedaan prokariota dan eukariota), R. H.
Whittaker (mengusulkan 5 kingdom) dan Carl Woese (mengusulkan klasifikasi 6 kingdom).
1. Dasar-Dasar Klasifikasi
Beberapa dasar klasifikasi yang digunakan dalam melakukan klasifikasi, antara lain
berdasarkan ciri-ciri fisik, morfologi, cara bereproduksi, manfaat, ciri-ciri kromosom,
kandungan gen di dalam kromosom, dan kandungan zat biokimiawi. Berdasarkan dasar
klasifikasi tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup dapat dibedakan menjadi sistem
alamiah, artifisial (buatan), filogenetik, dan modern.
a. Klasifikasi sistem alamiah (Aristoteles), yaitu klasifikasi untuk membentuk takson-
takson yang bersifat alamiah (sesuai kehendak alam). Dasar yang digunakan adalah
adanya persamaan sifat, terutama sifat morfologinya. Terdiri atas dua kingdom, yaitu
hewan dan tumbuhan.
b. Klasifikasi sistem artifisial/buatan (Carl von Linné atau Carolus Lennaeus), yaitu
klasifikasi untuk tujuan praktis, misalnya berdasarkan kegunaannya ada tanaman
obat, makanan pokok, sayuran, dan tanaman untuk papan. Carolus mengelompokkan
tumbuhan berdasarkan alat reproduksi seksualnya. Kelompok Mammalia diberi nama
berdasarkan keberadaan kelenjar susu (mammae) yang digunakan untuk merawat
bayinya.
c. Klasifikasi sistem filogenetik (Charles Darwin), klasifikasi ini didasarkan pada jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antarorganisme atau kelompok organisme, dengan
melihat kesamaan ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi, dan etologi (perilaku).
Sistem ini digambarkan sebagai pohon filogenetik.
d. Klasifikasi sistem modern, dibuat berdasarkan hubungan kekerabatan organisme
(filogenetik), ciri-ciri gen atau kromosom, serta ciri-ciri biokimia.

2. Tingkatan Takson dalam Klasifikasi


Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun
mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau regnum
(dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia
(famili/suku), genus (marga), spesies (spesies)/jenis), dan varietas (ras).
Makin tinggi tingkat takson, maka akan
makin banyak anggota takson, tetapi makin
banyak pula perbedaan ciri antaranggota takson.
Sebaliknya, makin rendah tingkatan takson maka
makin sedikit anggota takson, dan makin banyak
pula persamaan ciri antaranggota takson.
a. Kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia),
ada beberapa kingdom, antara lain kingdom
animalia/hewan, kingdom plantae/tumbuhan,
kingdom fungi/jamur, kingdom
monera/organisme uniseluler tanpa nukleus, dan
kingdom protista/eukariotik yang memiliki
jaringan sederhana.
b. Phylum (filum) atau divisio (divisi), filum digunakan untuk takson hewan sedangkan
divisi digunakan untuk takson tumbuhan. kingdom hewan dibagi menjadi beberapa filum,
antara lain filum Chordata (memiliki notokorda saat embrio), Echinodermata (hewan
berkulit duri), Platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi menggunakan akhiran –phyta.
Contoh, kingdom Plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain Bryophyta (tumbuhan
lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji).
c. Classis (kelas), nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran yang berbeda-beda, antara
lain: -edoneae (tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut), -phyceae (untuk alga).
d. Orda (bangsa), nama orda pada takson tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –ales.
e. Familia (famili/suku), nama famili pada tumbuhan biasaya menggunakan akhiran –aceae,
sementara itu nama famili pada hewan menggunakan akhiran kata kata –idae.
f. Genus (marga), kaidah penulisan nama genus, yaitu huruf besar pada kata pertama dan
dicetak miring atau digarisbawahi.
g. Species (spesies/jenis), nama spesies terdiri atas dua kata; kata pertama menunjukkan
nama genusnya dan kata kedua menunjukkan nama spesifiknya.
h. Varietas atau ras, istilah varietas/kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan
istilah ras digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat diartikan secara botani dan
secara agronomi.
Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies yang
menunjukkan perbedaan ciri yang jelas. Penamaan diatur oleh ICBN (International Code
of Batanical Nomenclature). Penulisan varietas secara botani didahului dengan singkatan
var, dan nama varietas dicetak miring atau digarisbawahi.
Varietas secara agronomi adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau
lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dipertahankan
bila dikembangbiakkan secara vegetatif (aseksual) maupun secara generatif (seksual).
Varietas dalam agronomi disebut kultivar. Istilah kultivar diajukan oleh L. H. Bailey
yang penamaannya diatur oleh ICNCP (International Cade of Nomenclature for
Cultivated Plants). Cara penulisan kultivar adalah dengan memberi tanda petik dan tidak
dicetak miring.
Di antara tingkat takson terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan di bawah
menggunakan nama subtakson. Contohnya, subfilum, subordo, dan seterusnya. Nama
subfamili pada hewan menggunakan akhiran –inae. Sebaliknya, di atas tingkatan takson
terdapat supertakson. Contohnya superkelas, superordo, dan seterusnya.

3. Sistem Tata Nama Makhluk Hidup


Orang yang memberikan deskripsi suatu spesies disebut deskriptor. Pemberian nama
ilmiah pada setiap makhluk hidup bertujuan agar spesies mudah dikenali dan menghindari
kesalahpahaman.
Pada tahun 1735, Carolus Linnaeus memperkenalkan sistem pemberian nama ilmiah
untuk setiap jenis spesies dengan menggunakan sistem tata nama ganda, yang disebut
binomial nomenklatur. Beberapa kaidah dalam sistem tata nama nomenklatur yaitu sebagai
berikut.
a. Menggunakan bahasa latin atau bahasa lain yang dilatinkan.
b. Terdiri atas dua kata, di mana kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata
kedua merupakan nama spesies yang spesifik.
c. Huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf besar (uppercase), huruf
selanjutnya ditulis dengan huruf kecil (lowercase).
d. Nama genus dan nama spesies dicetak miring (italic) atau digarisbawahi secara
terpisah.
e. Nama atau singkatan nama deskriptor dapat dituliskan di belakang nama spesies,
dengan menggunakan huruf tegak dan tanpa garis bawah.

4. Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup


Sistem klasifikasi yang pernah digunakan secara internasional, yaitu sistem dua
kingdom (dikemukakan oleh Aristoteles dimana ada dua kelompok besar yaitu Plantae dan
Animalia), sistem tiga kingdom (dikemukakan oleh Ernst Haeckel dimana ada tiga kelompok
besar yaitu Protista, Plantae, dan Animalia), sistem empat kingdom (dikemukakan oleh
Herbert Copeland dimana ada empat kelompok yaitu Monera, Protista, Plantae, dan
Animalia), sistem lima kingdom (dikemukakan oleh R. H. Whittaker dimana ada lima
kelompok yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia), sistem enam kingdom
(dikemukakan oleh Carl Woese dimana ada enam kelompok yaitu Archaebacteria, Eubacteria,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia), sistem delapan kingdom (diajukan oleh Thomas
Cavalier-Smith dimana ada delapan kelompok yaitu Archaebacteria, Eubacteria, Archezoa,
Protozoa, Chromista, Fungi, Plantae, dan Animalia), dan sistem tiga domain (dikemukakan
oleh Carl Woese dimana ada tiga domain yaitu Archaea, Bacteria, dan Eukarya).

5. Identifikasi Makhluk Hidup


Dalam melakukan identifikasi diperlukan hal-hal berikut.
a. Pengetahuan tentang klasifikasi makhluk hidup.
b. Buku referensi (pustaka) atau sumber referensi lainnya.
c. Pedoman atau kunci determinasi.
d. Gambar organisme yang sudah diketahui dan telah memiliki nama.
e. Spesimen acuan (berupa organisme yang diawetkan).
Kunci Determinasi, adalah petunjuk praktis untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan suatu organisme ke dalam suatu tingkatan takson tertentu. Setiap langkah
dalam kunci determinasi disusun berdasarkan ciri-ciri organisme yang merupakan bentuk
alternatif (berlawanan) sehingga disebut kunci dikotom (Carolus Linnaeus).
Contoh identifikasi spesies dengan kunci determinansi sederhana, disediakan
beberapa organisme: udang, cumi-cumi, kupu-kupu, dan ikan.
1. A. Tidak bertulang belakang.... (2)
B. mempunyai ruas-ruas tulang belakang.... (3)
2. A. Tubuh lunak, kaki tidak berbuku-buku....(Mollusca)
B. tubuh tidak lunak, kaki berbuku-buku....(4)
3. A. Bergerak dengan sirip....(Pisces)
B. Bergerak bukan dengan sirip....(6)
4. A. Bersayap....(5)
B. Tidak bersayap....(Crustacea)
5. A. Bersayap sisik....(Lepidoptera)
B. Bersayap lurus....(Orthoptera)
6. Dan seterusnya (tidak dilanjutkan)
Langkah-langkah:
1. Amatilah ciri-ciri hewan yang tersedia, kemudian cocokkan ciri-cirinya dengan
pernyataan yang terdapat dalam setiap langkah kunci determinasi.
2. Tuliskan nomor-nomor urutan yang tertera di setiap awal pernyataan yang sesuai
hingga mendapatkan nama kelompok atau takson yang tertera di akhir pernyataan.
Contoh 1: Udang
1A. Tidak bertulang belakang..................(2), berarti lihat pernyataan nomor 2.
2B. Tubuh tidak lunak, kaki berbuku-buku..............(4), berarti lihat pernyataan nomor
4.
3. 4B. Tidak bersayap................(Crustacea), berarti udang termasuk Crustacea.

Anda mungkin juga menyukai