Anda di halaman 1dari 19

THERMAL CONDUCTIVITY A GOOD CONDUCTOR (COPPER ROD)

USING SEARLE'S METHOD


(Laporan Praktikum Analisis Sifat Fisis Material)

Oleh
Nopi Pebriani
2017041022

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Judul Percobaan : Thermal Conductivity a Good Conductor (CopperRod)
Using Searle's Method
Tanggal Percobaan : 13 November 2023

Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Material

Nama : Nopi Pebriani

NPM : 2017041022

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : III (Tiga)

Bandar Lampung, 13 November 2023


Mengetahui,
Dosen Pengampu

Dra. Dwi Asmi, M.Si., PhD


NIP. 19631228198610200

I
THERMAL CONDUCTIVITY A GOOD CONDUCTOR (COPPER ROD)
USING SEARLE'S METHOD

Oleh
Nopi Pebriani

ABSTRAK

Pada praktikum percobaan Thermal Conductivity a Good Conductor (Copper


Rod) Using Searle’s Method, untuk memahami cara mempersiapan sampel untuk
difraksi sinar-X dengan teknik Thermal Conductivity a Good Conductor (Copper
Rod) Using Searle’s Method melalui video. alat dan bahan yang digunakan yaitu
peralatan Searle, Thermometer, Stopwatch, Stream boiler, Heater, dan Gelas
Ukur. Pada praktikum ini yang telah dijelaskan dalam video, penentuan
konduktivitas termal tembaga menggunakan metode Searle dilakukan dengan
menggunakan tiga sampel, yaitu K1, K2, dan K3. Data yang diberikan mencakup
informasi tentang diameter batang sebesar 2,6 cm, radius batang sebesar 1,3 cm,
luas penampang batang sekitar 5,3066 cm2, jarak antara T1 dan T2 sekitar 10 cm,
massa jenis air 1 g/cm3, panas spesifik air 1 cal/g°C, dan waktu eksperimen yang
berlangsung selama 120 detik.

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................I

ABSTRAK.............................................................................................................II

DAFTAR ISI........................................................................................................III

DAFTAR TABEL................................................................................................IV

I. PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Tujuan Percobaan..........................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3

2.1 Konduktivitas Termal....................................................................................3

2.2 Metode Searle...............................................................................................4

2.3 Tembaga Sebagai Konduktor Yang Baik.....................................................5

III. METODE PERCOBAAN...............................................................................7

3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................7

3.2 Prosedur Percobaan......................................................................................7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................9

4.1 Hasil Percobaan............................................................................................9

4.2 Pembahasan..................................................................................................9

V. KESIMPULAN................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

III
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan...........................................7


Tabel 3. 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan....................................7
Tabel 4. 1 Hasil perhitungan termometer

IV
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Material memiliki berbagai sifat, salah satunya adalah konduktivitas termal


material. Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan
panas. Konduktivitas termal sangat penting ketika menggunakan bahan di
industri, terutama bahan berbasis logam. Mengetahui konduktivitas termal suatu
bahan akan membantu menentukan bahan yang sesuai untuk fungsi yang
diinginkan. Namun pada kenyataannya bahan yang tersedia tidak dilakukan
pengukuruan sehingga jika material tersebut akan dilakukan rekayasa material
seperti heat treatment maka perlu suatu metode untuk memperkirakan nilai
konduktivitas termal bahan. Nilai konduktivitas termal digunakan dalam dunia
industri sebagai acuan untuk menentukan sifat yang diinginkan dari material yang
digunakan untuk memperoleh sifat baru dari material tersebut (Filliyanto et al.,
2023).

Dengan mengetahui nilai konduktivitas termal material maka dapat diketahui


bagaimana perlakuan panas dan waktu yang diperlukan material untuk mencapai
sifat yang diinginkan serta mengurangi kesalahan dalam proses perlakuan panas
pada bahan. Beberapa contoh produksi industi yang memerlukan perlakuan panas
khusus pada bahan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan yaitu sirkulasi
perpindahan panas pada kendaraan, produksi pembuatan peluru, pembuatan
jembatan dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh nilai koefisien
konduktivitas termal material logam yang digunakan. Salah satu cara untuk
menentukan nilai konduktivitas termal bahan logam memerlukan eksperimen
untuk memprediksi nilai konduktivitas termal bahan logam. Metode Searle
digunakan untuk melakukan eksperimen untuk memprediksi nilai konduktivitas
termal bahan logam. Metode Searle adalah metode standar untuk melakukan
eksperimen untuk memprediksi nilai konduktivitas termal bahan logam. Metode
Searle dapat memprediksi nilai konduktivitas termal suatu bahan dengan
menghitung besarnya beda panas yang terjadi pada bahan yang diuji dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bahan yang diuji untuk mencapai keadaan tunak
(Filliyanto et al., 2023).

Melalui laporan praktikum ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang konduktivitas termal tembaga menggunakan metode Searle. Hasil
eksperimen ini dapat memberikan data yang berguna dalam aplikasi nyata, seperti
desain sistem pendingin atau pengembangan material yang lebih efisien dalam
mentransfer panas. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk mengasah
keterampilan mahasiswa dalam melakukan eksperimen, analisis data, dan
interpretasi hasil, yang merupakan keterampilan penting dalam bidang ilmu
pengetahuan dan Teknik.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk menentukan konduktivitas termal


tembaga menggunakan Peralatan Searle.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tembaga

Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu, berbentuk


kristal dengan warna kemerahan dan di alam dapat ditemukan dalam bentuk
logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk
persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam
tabel periodik unsur- unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor
atom 29 dan mempunyai bobot 63.456. Tembaga adalah logam merah muda
yang lunak, dapat ditempa, liat, dan melebur pada suhu 1038°C. Senyawa-
senyawa yang dibentuk oleh logam tembaga mempu-nyai bilangan valensi
yang dibawanya. Logam tembaga juga dinamakan cupro untuk yang
bervalensi +1 dan cupri yang bervalensi +2. Garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan
air.

Toksisitas yang dimiliki oleh tembaga baru akan bekerja dan


memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh
organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi organisme
terkait. Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap
penderita keracunan tembaga hampir semuanya meninjau
metabolisme tembaga yang masuk ke dalam tubuh secara oral. Pada saat proses
penyerapan bahan makanan yang telah diolah di lambung, tembaga yang ada
ikut terserap oleh darah. Darah selanjutnya akan membawa tembaga ke dalam
hati (tempat penyimpanan tembaga yang paling besar dalam tubuh
manusia), kemudian tembaga dikirim dalam kandung empedu dan
dikeluarkan kembali ke usus untuk selanjutnya dibuang melalui feces. Pada
manusia dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala ginjal, hati,
muntaber, pusing, lemah, anemia, kram, kovulsi, shock, koma, dan dapat
menyebabkan penderita meninggal. Dalam dosis rendah dapat
menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan dan
peralatan dapur (Andaka, 2008).

II.2 Konduktivitas Termal

Konduktivitas termal adalah salah satu sifat termofisika material yang


menggambarkan kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan panas. Sifat ini
memainkan peran penting dalam berbagai aplikasi, termasuk dalam industri,
teknologi, dan ilmu pengetahuan material. Tinjauan pustaka ini akan membahas
beberapa aspek penting terkait konduktivitas termal (Astuti, 2015)

Salah satu konsep dasar dalam konduktivitas termal adalah hukum Fourier, yang
menyatakan bahwa laju aliran panas melalui suatu material proporsional dengan
gradien suhu dan invers proporsional dengan ketebalan material tersebut. Material
dengan konduktivitas termal tinggi mampu menghantarkan panas dengan lebih
efisien.

Penelitian mengenai konduktivitas termal melibatkan pemahaman struktur


mikroskopis material. Material kristalin, seperti logam, cenderung memiliki
konduktivitas termal yang tinggi karena terdapat jalur yang baik bagi transfer
panas melalui struktur kristal. Sebaliknya, material amorf atau polimer sering
memiliki konduktivitas termal yang rendah karena ketidakberaturan struktur
atomnya.

Berbagai metode pengukuran konduktivitas termal telah dikembangkan, termasuk


teknik konduktivitas termal transient dan pengukuran konduktivitas termal
steady-state. Teknik-teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data
yang akurat dan relevan terkait sifat konduktivitas termal suatu material. Dalam
bidang elektronika dan semikonduktor, konduktivitas termal menjadi faktor kritis
dalam perancangan perangkat yang dapat menangani panas yang dihasilkan.
Penelitian konduktivitas termal juga memainkan peran penting dalam
pengembangan teknologi energi terbarukan, seperti sel surya dan baterai.
Memahami dan mengendalikan konduktivitas termal dapat meningkatkan efisiensi
konversi energi dan kinerja perangkat tersebut (Syukri & Arwizet, 2019)
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang konduktivitas termal,
penelitian terus berlanjut untuk mengembangkan material baru dengan
konduktivitas termal yang dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi
tertentu. Sebagai hasilnya, kontribusi penelitian ini memiliki dampak besar
terhadap berbagai bidang teknologi dan ilmu pengetahuan material.

II.3 Logam

Logam berasal dari Bahasa Yunani yaitu “metallon” yang berarti suatu unsur
kimia yang siap bergabung menjadi ion serta memiliki ikatan logam. Logam
merupakan sebuah unsur kimia yang memiliki sifat yang keras, kuat, serta mampu
menghantarkan panas dan listirk dengan baik. Material ini diperoleh dari bijih
logam yang biasanya didapatkan dengan proses penambangan. Bijih logam
ditemukan dalam keadaan murni dan tercampur dengan unsur lain. Bijih logam
murni seperti emas, perak, dan platina, sedangkan bijih logam yang tercampur
dengan unsur lain seperti karbon, sulfur, silikon, fosfor dan lainnya. Pada
umumnya, unsur-unsur logam dibedakan menjadi tiga yakni logam, non logam,
dan semi logam. Unsur logam memiliki ciri yang mengkilat dan penghantar panas
dan listrik yang baik. Berdasarkan bahan dasarnya logam terbagi menjadi dua
yakni logam besi (ferrous) seperti baja karbon, dan logam non besi (non ferrous)
seperti tembaga, aluminium dan timah (Rahma, 2021).

Material logam memiliki ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik
antara muatan positif dari ion-ion didalam logam dengan muatan negative dari
elektron bebas yang kemudian disebut dengan ikatan logam. Material logam
memiliki elektron valensi yang sedikit, sehingga sangat mudah dilepaskan dan
membentuk ion positif. Pada suhu kamar, logam berupa zat padat, mampu
ditempa namun tidak rapuh dan dapat dibengkokkan serta dapat direntangkan
menjadi hal kawat. Hal ini dapat terjadi karena kuatnya ikatan logam sehingga
atom-atom di dalam logam bergeser namun ikatannya tidak terputus. Material
logam cenderung membentuk kation dengan cara menghilangkan elektronnya dan
bereaksi dengan oksigen untuk membentuk oksida basa. Logam transisi seperti
besi, tembaga dan seng memiliki waktu yang lebih lama untuk teroksidasi. Logam
memiliki massa jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan material non logam.
Namun, material logam memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya (Wahid, 2014).

II.4 Metode Searle

Metode Searle merupakan pendekatan eksperimental standar yang digunakan


dalam penelitian untuk memprediksi nilai konduktivitas termal bahan logam.
Konduktivitas termal, yang mengukur kemampuan bahan untuk menghantarkan
panas, adalah parameter penting dalam berbagai aplikasi teknik, termasuk desain
peralatan elektronik, pengembangan material termal yang efisien, dan pemodelan
termal sistem.

Metode Searle biasanya melibatkan suatu rangkaian eksperimen di mana panas


diterapkan pada satu ujung batang logam dan suhu diukur pada ujung yang lain.
Eksperimen ini memungkinkan peneliti untuk mengukur respons termal bahan
logam terhadap perubahan suhu dan menentukan kemampuannya untuk
menghantarkan panas. Langkah-langkah eksperimen ini mencakup pengukuran
panjang batang logam, penentuan gradien suhu, dan pemantauan perubahan suhu
seiring waktu (Damayanti, 2021)

Prosedur eksperimental metode Searle mencakup penggunaan alat-alat khusus,


seperti kalorimeter, termokopel, dan instrumen pengukur suhu yang akurat. Dalam
eksperimen ini, panas dihantarkan ke bahan logam dengan cermat, dan perubahan
suhu diukur dengan teliti. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk
menghitung nilai konduktivitas termal bahan logam tersebut. Keunggulan metode
Searle terletak pada keakuratannya dalam memberikan estimasi konduktivitas
termal bahan logam dengan menggunakan data eksperimental. Hasil eksperimen
ini memberikan dasar yang kuat untuk pemodelan termal dan perancangan sistem
teknis yang memerlukan pemahaman mendalam mengenai transfer panas dalam
bahan logam. Selain itu, metode Searle sering digunakan dalam penelitian dan
pengembangan material baru yang memiliki aplikasi khusus yang memerlukan
sifat konduktivitas termal yang unggul.

Pentingnya metode Searle dalam penelitian konduktivitas termal bahan logam


menegaskan peran pentingnya dalam mendukung kemajuan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan memahami dan menerapkan
metode ini, para peneliti dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam
pengembangan material yang lebih efisien dan aplikasi teknologi yang lebih
canggih.
III. METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat- alat yang digunakan dalam percobaan ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3. 1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan.
No. Nama Alat Fungsi
1. Peralatan searle Menentukan modulus material yang
digunakan
2. Thermometer Mengukur suhu
3. Stopwatch Mengukur diameter sampel
4. Steam broiler Menghasilkan uap panas
5. Heater Mengatur suhu
6. Gelas ukur Mengukur volume sampel

Adapun bahan-bahan yang diguanakn dalampercobaan ini dapat ditunjukkan


dalam Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3. 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan.

No. Nama Alat Fungsi


1. Sampel Bahan percobaan

III.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Nyalakan kompor dan biarkan uap melewati salah satu laju sistem.
3. Mengatur laju aliran air yang tetap (aliran stabil) ke arah ujung kanan
peralatan.
4. Catat suhu T1, T2, T3, dan T4 setiap 5 menit hingga mencapai keadaan tunak
(suhu konstan) yang ditulis θ1 , θ2 , θ3 , dan θ 4. Untuk hasil yang baik atur
9

aliran air sedemikian rupa sehingga selisih antara T 3 dan T4 harus lebih kecil
dari 10℃ .
5. Menampung air yang mengalir ke dalam silinder ukur selama 5 menit (300
detik) dan menghitung laju aliran air per detik yaitu m (ml/s). Massa 1 ml (1
cm3) air adalah 1g. oleh karena itu, kita dapat mengubahnya menjadi g/s.
6. Mencatat jarak (d) antara termometer T1 dan T2 serta diameter batang tembaga.
7. Hitung luas penampang (A) dengan mengukur diameternya menggunakan
jangka sorong.

8. Setelah itu gunakan rumus:


Dimana:
k : Konduktivitas termal
m : Massa aliran air per detik
d : Panjang batang yang diukur
A : Luas penampang batang
9. Mengulangi percobaan yang sama untuk laju aliran yang sedikit berbeda.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Hasil percobaan yang telah diperoleh dari percobaan praktikum yang


telah dilakukan pada video dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Hasil perhitungan termometer

S 𝑻𝟏 𝑻𝟐 𝑻𝟒 𝑻𝟑 𝑽𝒄𝒄 Massa t 𝑻𝟒 − 𝑻𝟑 𝑻𝟏 − 𝑻𝟐

No. (° C) (° C) (° C) (° C) (mL) (g) (sec) (° C) (° C)

K1 82 67 61 35 21 21 120 26 15
K2 87 76 70,2 36 10 10 120 34,2 11
K3 80 63 51 35 34 34 120 16 17

4.2 Pembahasan
Dalam eksperimen yang dijelaskan dalam video, penentuan konduktivitas termal
tembaga menggunakan metode Searle dilakukan dengan menggunakan tiga
sampel, yaitu K1, K2, dan K3. Data yang diberikan mencakup informasi tentang
diameter batang sebesar 2,6 cm, radius batang sebesar 1,3 cm, luas penampang
batang sekitar 5,3066 cm2, jarak antara T1 dan T2 sekitar 10 cm, massa jenis air 1
g/cm3, panas spesifik air 1 cal/g°C, dan waktu eksperimen yang berlangsung
selama 120 detik.
10

Dalam melakukan perhitungan, diperoleh hasil yang menunjukkan perbedaan


konduktivitas termal pada ketiga sampel tersebut. Tabel 4.1 dan persamaan (3.1)
memberikan nilai konduktivitas termal untuk setiap sampel. Sampel K1
menunjukkan nilai konduktivitas termal sebesar 0,572 cal s -1 cm-1 c-1 sementara
K2 memiliki nilai sebesar 0,488 cal s -1 cm-1 c-1, dan K3 memiliki nilai sebesar
0,503 s-1 cm-1 c-1. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sampel K1 memiliki
nilai konduktivitas termal yang lebih t inggi dibandingkan dengan K2 dan
K3.

Interpretasi hasil ini dapat dihubungkan dengan nilai massa, luas penampang, dan
temperatur suhu pada masing-masing sampel. Dalam analisis konduktivitas
termal, faktor-faktor seperti massa jenis dan luas penampang batang memainkan
peran penting. Sampel dengan massa dan luas penampang yang lebih besar
cenderung memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi. Selain itu, perbedaan
temperatur antara titik T1 dan T2 juga berkontribusi pada variasi hasil
eksperimen.

Hasil eksperimen ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang


karakteristik konduktivitas termal tembaga dalam konteks metode Searle.
Pemahaman ini tidak hanya mencakup nilai numerik, tetapi juga faktor-faktor
yang memengaruhi hasil eksperimen. Dengan demikian, laporan praktikum ini
tidak hanya memberikan informasi tentang konduktivitas termal tembaga, tetapi
juga memberikan wawasan tentang pentingnya variabel-variabel tertentu dalam
eksperimen konduktivitas termal secara umum.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan sebagai berikut:


1. Hasil yang diperoleh untuk konduktivitas termal pada kode sampel K1
sebesar 0,572 cal s-1 cm-1 c-1.
2. Hasil yang diperoleh untuk konduktivitas termal pada kode sampel K1
sebesar 0,488 cal s-1 cm-1 c-1.
3. Hasil yang diperoleh untuk konduktivitas termal pada kode sampel K1
sebesar 0,503 cal s-1 cm-1 c-1.
DAFTAR PUSTAKA

Andika, G. (2008). Penurunan Kadar Tembaga Pada Limbah Cair Industri


Kerajinan Perak Dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida.
Jurnal Teknologi, 1 (2), 127–134.
Ali, M. M., & Sultoni, A. I. (2019). Pembuatan Bahan Konduktor Kabel Listrik
dari Deposit dan Scrap Tembaga. Jurnal Teknologi Bahan Dan Barang
Teknik, 9(2), 63–68.
Astuti, I. A. D. (2015). Penentuan konduktivitas termal logam tembaga,
kuningan, dan besi dengan metode gandengan. PROSIDING: Seminar
Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika, 6(1).
Damayanti, W. (2021). Tindak Tutur Ilokusi Teks Poster Perbaikan Trotoar
Jalan Utama Kota Pontianak: Kajian Teori Searle. Tuahtalino, 15(1), 150–
163.
Pangestu, S. F., Hiendro, A., & Taufiqurrahman, M. (n.d.). Analisis
Konduktivitas Termal Material Logam Menggunakan Metode Searle.
JTRAIN: Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin, 4(1), 44–48.
Syukri, R., & Arwizet, K. (2019). PERENCANAAN ALAT UJI
KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN. Ranah Research: Journal of
Multidisciplinary Research and Development, 1(4), 921–927.

Anda mungkin juga menyukai