Analisis Sifat Fisis Yang Ketinggalan
Analisis Sifat Fisis Yang Ketinggalan
Oleh
Nopi Pebriani
2017041022
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Judul Percobaan : Thermal Conductivity a Good Conductor (CopperRod)
Using Searle's Method
Tanggal Percobaan : 13 November 2023
NPM : 2017041022
Jurusan : Fisika
I
THERMAL CONDUCTIVITY A GOOD CONDUCTOR (COPPER ROD)
USING SEARLE'S METHOD
Oleh
Nopi Pebriani
ABSTRAK
II
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................I
ABSTRAK.............................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
DAFTAR TABEL................................................................................................IV
I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
4.2 Pembahasan..................................................................................................9
V. KESIMPULAN................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
III
DAFTAR TABEL
IV
I. PENDAHULUAN
Melalui laporan praktikum ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang konduktivitas termal tembaga menggunakan metode Searle. Hasil
eksperimen ini dapat memberikan data yang berguna dalam aplikasi nyata, seperti
desain sistem pendingin atau pengembangan material yang lebih efisien dalam
mentransfer panas. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk mengasah
keterampilan mahasiswa dalam melakukan eksperimen, analisis data, dan
interpretasi hasil, yang merupakan keterampilan penting dalam bidang ilmu
pengetahuan dan Teknik.
II.1 Tembaga
Salah satu konsep dasar dalam konduktivitas termal adalah hukum Fourier, yang
menyatakan bahwa laju aliran panas melalui suatu material proporsional dengan
gradien suhu dan invers proporsional dengan ketebalan material tersebut. Material
dengan konduktivitas termal tinggi mampu menghantarkan panas dengan lebih
efisien.
II.3 Logam
Logam berasal dari Bahasa Yunani yaitu “metallon” yang berarti suatu unsur
kimia yang siap bergabung menjadi ion serta memiliki ikatan logam. Logam
merupakan sebuah unsur kimia yang memiliki sifat yang keras, kuat, serta mampu
menghantarkan panas dan listirk dengan baik. Material ini diperoleh dari bijih
logam yang biasanya didapatkan dengan proses penambangan. Bijih logam
ditemukan dalam keadaan murni dan tercampur dengan unsur lain. Bijih logam
murni seperti emas, perak, dan platina, sedangkan bijih logam yang tercampur
dengan unsur lain seperti karbon, sulfur, silikon, fosfor dan lainnya. Pada
umumnya, unsur-unsur logam dibedakan menjadi tiga yakni logam, non logam,
dan semi logam. Unsur logam memiliki ciri yang mengkilat dan penghantar panas
dan listrik yang baik. Berdasarkan bahan dasarnya logam terbagi menjadi dua
yakni logam besi (ferrous) seperti baja karbon, dan logam non besi (non ferrous)
seperti tembaga, aluminium dan timah (Rahma, 2021).
Material logam memiliki ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik
antara muatan positif dari ion-ion didalam logam dengan muatan negative dari
elektron bebas yang kemudian disebut dengan ikatan logam. Material logam
memiliki elektron valensi yang sedikit, sehingga sangat mudah dilepaskan dan
membentuk ion positif. Pada suhu kamar, logam berupa zat padat, mampu
ditempa namun tidak rapuh dan dapat dibengkokkan serta dapat direntangkan
menjadi hal kawat. Hal ini dapat terjadi karena kuatnya ikatan logam sehingga
atom-atom di dalam logam bergeser namun ikatannya tidak terputus. Material
logam cenderung membentuk kation dengan cara menghilangkan elektronnya dan
bereaksi dengan oksigen untuk membentuk oksida basa. Logam transisi seperti
besi, tembaga dan seng memiliki waktu yang lebih lama untuk teroksidasi. Logam
memiliki massa jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan material non logam.
Namun, material logam memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya (Wahid, 2014).
Alat- alat yang digunakan dalam percobaan ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3. 1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan.
No. Nama Alat Fungsi
1. Peralatan searle Menentukan modulus material yang
digunakan
2. Thermometer Mengukur suhu
3. Stopwatch Mengukur diameter sampel
4. Steam broiler Menghasilkan uap panas
5. Heater Mengatur suhu
6. Gelas ukur Mengukur volume sampel
aliran air sedemikian rupa sehingga selisih antara T 3 dan T4 harus lebih kecil
dari 10℃ .
5. Menampung air yang mengalir ke dalam silinder ukur selama 5 menit (300
detik) dan menghitung laju aliran air per detik yaitu m (ml/s). Massa 1 ml (1
cm3) air adalah 1g. oleh karena itu, kita dapat mengubahnya menjadi g/s.
6. Mencatat jarak (d) antara termometer T1 dan T2 serta diameter batang tembaga.
7. Hitung luas penampang (A) dengan mengukur diameternya menggunakan
jangka sorong.
S 𝑻𝟏 𝑻𝟐 𝑻𝟒 𝑻𝟑 𝑽𝒄𝒄 Massa t 𝑻𝟒 − 𝑻𝟑 𝑻𝟏 − 𝑻𝟐
K1 82 67 61 35 21 21 120 26 15
K2 87 76 70,2 36 10 10 120 34,2 11
K3 80 63 51 35 34 34 120 16 17
4.2 Pembahasan
Dalam eksperimen yang dijelaskan dalam video, penentuan konduktivitas termal
tembaga menggunakan metode Searle dilakukan dengan menggunakan tiga
sampel, yaitu K1, K2, dan K3. Data yang diberikan mencakup informasi tentang
diameter batang sebesar 2,6 cm, radius batang sebesar 1,3 cm, luas penampang
batang sekitar 5,3066 cm2, jarak antara T1 dan T2 sekitar 10 cm, massa jenis air 1
g/cm3, panas spesifik air 1 cal/g°C, dan waktu eksperimen yang berlangsung
selama 120 detik.
10
Interpretasi hasil ini dapat dihubungkan dengan nilai massa, luas penampang, dan
temperatur suhu pada masing-masing sampel. Dalam analisis konduktivitas
termal, faktor-faktor seperti massa jenis dan luas penampang batang memainkan
peran penting. Sampel dengan massa dan luas penampang yang lebih besar
cenderung memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi. Selain itu, perbedaan
temperatur antara titik T1 dan T2 juga berkontribusi pada variasi hasil
eksperimen.