Hri Kamis TGL 10 Februari 2022
Hri Kamis TGL 10 Februari 2022
Dalam bacaan Injil yang kita dengar tadi berbicara tentang seorang perempuan Siro
Fenesia yang meminta kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya dari kerasukan setan.
Namun respon Yesus sangat mengejutkan yang mana Yesus menjawab perempuan itu dengan
sebuah perumpamaan. “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti
yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Di sini dapat kita ketahui
bahwa Yesus menggambarkan perempuan itu sebagai anjing. Jadi tadi malam saat membuat
khotbah saya, saya mencari apa yang dimaksudkan dengan kata anjing yang disampaikan oleh
Yesus tersebut. ada beberapa penafsiran yang mengatakan bahwa
1. Dalam Kitab Suci kata “anjing” tidak dengan sendirinya punya arti jelek. Dipakai
untuk anjing gembala, anjing jaga, dan sebagainya.
2. dalam sabda Yesus kata anjing tidak dipakai dalam sapaan langsung. Tetapi Yesus
menggunakan dalam sebuah perumpamaan. Hal itu lazim digunakan oleh para guru
untuk mengajar.
3. Kata kasar itu tidak berasal dari Yesus, tetapi dari kelompok jemaat perdana tertentu.
Bagaimanapun juga, kata itu dalam Injil diletakkan dalam mulut Yesus
Istilah yang Tuhan Yesus gunakan kepada perempuan siro Fenisia ini bukanlah istilah
anjing liar di jalanan, melainkan anjing rumah sebagai binatang piaraan yang disayangi. Bangsa
Siro-Fenesia lebih akrab dengan anjing, yang mana sebagai binatang peliharaan yang setia pada
tuannya. Mungkin berbeda dengan bangsa Yahudi yang lebih akrab dengan domba ketimbang
anjing. Sehingga dalam berhadapan dengan orang Yahudi Yesus selalu menggambarkan dengan
domba. Maka Yesus selalu mengatakan kamu adalah domba-domba-Ku. Andaikan Yesus berada
di Siro Fenesia mungkin Yesus mengatakan kamu adalah anjing-anjing-Ku.
Sebagai seorang calon pastor iman yang eksternal dan internal harus berjalan bersama-
sama. Apa yang kita imani bagaimana kedekatan kita dengan Tuhan dengan bermeditasi,
mengikuti doa bersama harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. bukan hanya sekadar
menunjukkan kepada orang lain bahwa kita berdoa tetapi juga bisa menjadi teladan dan motivasi
buat orang lain. oleh karena itu marilah kita bersikap rendah hati seperti sosok perempuan yang
dikisahkan dalam Injil tadi. Sebagai adik tingkat belajar pada kakak tingkat dan begitu sebagai
kakak tingkat juga belajar pada adik tingkat. Tidak ada manusia yang suci dan sempurna, marilah
kita belajar bersama-sama dan saling mendukung dalam proses panggilan kita .
Amin.