Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN

BATA EKSPOS RAMAH LINGKUNGAN DI JALAN LAPAS RAYA, WAY


HUI, LAMPUNG SELATAN

Naila Zahra Almira1, Eka Rahman2, Aurellia Azzahra Mahardika3


Rekayasa Kosmetik, Rekayasa Kehutanan, Rekayasa Kosmetik, Institut
Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung
Selatan 35365,
email: naila.123500041@student.itera.ac.id, eka.123420047@student.itera.ac.id,
aurellia.123500037@student.itera.ac.id
Abstrak
Limbah adalah bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi
dari hasil kegiatan manusia baik pada skala rumah tangga, industri, maupun
pertambangan. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif lingkungan dan terhadap kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan yang tepat terhadap limbah. Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan
limbah ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas sebagai bahan dasar
pembuatan bata ekspos, limbah tersebut dijadikan sebagai bahan dasar karena
limbah tersebut sangat mudah ditemukan di Jalan Lapas Raya dan dianggap sampah
oleh sebagian masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan
mencampurkan ampas kelapa dengan cangkang telur yang sudah dihaluskan dan
bubur kertas, dengan perbandingan 1:1:1, 2:2:1, 1:2:3, dan 2:2:3. Dari empat
perbandingan yang dibuat menghasilkan 4 produk bata ekspos ringan yang masing-
masing diuji dengan pengujian bata ekspos pada umumnya. Proses pengujiannya,
bata ekspos diuji dengan direndam menggunakan air, dan dijatuhkan dari
ketinggian 3 meter. Bata ekspos yang memiliki kualitas terbaik adalah bata ekspos
dengan perbandingan 2:2:3 memiliki tampilan yang sempurna seperti bata ekspos
pada umumnya dan tidak pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 3 meter. Hasil
penelitian menunjukkan keefektifan penelitian untuk mengurangi limbah ampas
kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas karena untuk membuat 1 bata ekspos
memerlukan banyak limbah tersebut.

Kata kunci: Limbah, Bata ekspos, Jalan Lapas Raya


Abstract
Waste refers to any discarded or leftover material that is no longer useful
as a result of human activities, whether on a household, industrial or mining scale.
Waste can have negative impacts on the environment and human health if not
handled appropriately. To address this issue, a recent research study aimed to
utilize coconut dregs, eggshells, and waste paper as basic materials for making
exposed bricks. These materials were chosen because they are readily available
on Jalan Lapas Raya and are often considered as rubbish. The research method
involved mixing coconut dregs with crushed eggshells and paper pulp in different
ratios: 1:1:1, 2:2:1, 1:2:3, and 2:2:3. The testing process involved soaking the
bricks in water and dropping them from a height of 3 meters. The research found
that the best quality exposed brick was the one with a ratio of 2:2:3. This brick had
a perfect appearance and did not break when dropped from a height of 3 meters.
The results of the study show that using coconut dregs, eggshells, and waste paper
is an effective way of reducing waste. Making one exposed brick requires a
considerable amount of these waste materials. This research has the potential to
contribute to environmental sustainability by reducing the amount of waste that
ends up in landfills.
Key words: Waste, Exposed Bricks, Lapas Raya Street
PENDAHULUAN
Bata muka atau bata ekspos adalah jenis batu bata hias yang dipasang
terbuka tanpa ditutup menggunakan plester (semen aci). Bata tampak seperti
adanya, yang memunculkan kesan klasik pada dinding. Dalam pemasangannya bata
ekspos hanyalah dilekatkan ke dinding dengan perekat semen. Itulah mengapa bata
ekspos bisa disebut dengan bata tempel. Bata ekspos tidak hanya bisa tampil pada
dinding, tetapi tampil pada bagian-bagian lain sebuah ruang. Jika ingin dipercantik,
bata ekpos bisa dipadupadankan dengan material yang bernuansa senada.
Umumnya masyarakat di Jalan Lapas Raya merupakan pelaku usaha
ekonomi yaitu pedagang. Mereka banyak membuang beberapa limbah rumah
tangga, seperti ampas kelapa, kertas bekas, dan cangkang telur. Ampas kelapa
merupakan limbah industri atau rumah tangga hasil samping dari pembuatan santan.
Limbah ini tersedia dalam jumlah banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal
(Hidayati, 2011). Ampas kelapa juga sering dijadikan sebagai pakan ternak yang
sudah melalui pengolahan tertentu. Kertas bekas banyak ditemukan di lingkungan
masyarakat. Kertas bekas tersebut akan terbuang begitu saja, karena biasanya kertas
bekas akan dibuang atau dibakar. Padahal kertas bekas juga memiliki nilai guna dan
manfaat. Sedangkan cangkang telur dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan
atau elemen pendukung seni kerajinan. Cangkang telur adalah semacam lapisan
kertas yang melindungi telur dari luar. Solusi untuk menanggulangi hal ini sangat
diperlukan dengan adanya upaya pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan
menggunakan ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas sebagai bahan dasar
pembuatan bata ekspos agar menambah nilai guna, serta mengurangi limbah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup tiga aspek utama
diantaranya mengandung aspek limbah ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas
bekas dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bata ekspos. Tahap
selanjutnya dikaji mengenai cara pembuatan bata ekspos dengan memanfaatkan
ketiga bahan tersebut. Proses yang dilakukan perlu dipertimbangkan sejauh mana
kontribusi penelitian dalam mengurangi limbah ampas kelapa, cangkang telur, dan
kertas bekas di Jalan Lapas Raya. Penguraian pernyataan, penelitian bertujuan
untuk menyelidiki potensi penggunaan bahan-bahan tersebut dan dampaknya
terhadap pengurangan limbah di lingkungan.
Manfaat penelitian yang dilakukan bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk
mengasah kemampuan penulisan dalam menciptakan suatu inovasi baru. Serta
mengetahui bagaimana langkah kerja pembuatan bata ekspos dengan
memanfaatkan ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas sebagai bahan
pembuatan bata ekspos. Penelitian bermanfaat untuk menambah wawasan terkait
dengan pemanfaatan ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas sebagai bahan
dasar pembuatan bata ekspos dan mengurangi jumlah barang-barang tersebut yang
terbuang sia-sia bagi masyarakat.

TEORI DAN METODE


Proses pemasangan bata ekspos biasanya hanyalah dilekatkan ke dinding
dengan perekat semen, itulah alasan bata ekspos disebut dengan bata tempel. Buku
yang diterbitkan oleh Griya Kreasi berjudul “Kreasi Artistik Bata Ekspos”
menerangkan bahwa bata ekspos merupakan penekanan unsur estetik pada
pemasangan batu bata. Karakter berbeda yang tecipta dari pemasangan bata ekspos
pada ruangan atau bangunan membuat bata ekspos banyak dipilih. Selain tampil di
dinding, bata ini dapat juga tampil pada bagian lain suatu ruangan. Jadi dalam hal
ini, ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas akan dicoba untuk menjadi
bahan dasar pembuatan bata ekspos agar keindahan dalam sebuah ruangan.

Gambar 1. Penerapan Bata Ekspos (kiri) dan Ampas Kelapa (kanan)


Sumber: dekorminimalis.com/jenis-dan-ukuran-batu-bata (kiri), dokumen pribadi
(kanan)

Ampas kelapa merupakan limbah hasil samping dari pembuatan santan.


Limbah ini tersedia dalam jumlah banyak dam belum dimanfaatkan secara optimal
(Hidayati, 2011) (A.E. Karina dkk, 2019). Limbah ampas yang banyak, dibuang
oleh masyarakat di Jalan Lapas Raya, Way Hui, Lampung Selatan, maka ampas
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bata ekspos. Dengan
menggunakan bahan ampas kelapa maka akan menghasilkan bata ekspos yang
memiliki pori-pori. Dapat dilihat dalam gambar 1 (kanan)
Salah satu sampah/limbah organik yang dapat dimanfaatkan menjadi
produk kerajinan atau elemen pendukung seni kerajinan adalah cangkang telur.
Cangkang telur adalah semacam lapisan kertas yang melindungi telur dari
lingkungan luar (Azis dkk, 2019). Masyarakat awam juga biasa menyebutnya
sebagai kulit telur. Contoh cangkang telur terdapat pada gambar 2 (kiri).

Gambar 2. Cangkang Telur (kiri) dan Kertas Bekas (kanan)


Sumber: Dokumen Pribadi

Tidak seperti isinya, cangkang telur umumnya dibuang dan akhirnya


menjadi sampah rumah tangga maupun industri. Cangkang telur dapat dijadikan
sampah daur ulang yang benilai tinggi apabila dimanfaatkan dengan baik.
Mengolah cangkang telur untuk produk seni kerajinan dapat dilakukan dngan
berbagai teknik. Salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah dengan
menjadikannya sebagai elemen visual untuk membentuk seni mozaik dan
direkatkan pada berbagai benda. Selain dijadikan seni mozaik, cangkang telur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bata ekspos yang mempunyai nilai guna
yang tinggi.
Kertas adalah benda tipis yang biasa dibuat dari kayu. Biasanya kertas
banyak digunakan sebagai alat tulis menulis atau perabotan wajib bagi siswa-siswi
sekolah. Pada umumnya kertas bekas digunakan sekali pakai saja dan tidak
dimanfaatkan. Kertas bekas juga merupakan salah satu limbah yang dihasilkan oleh
manusia, baik yang dihasilkan rumah tangga maupun sekolah dan perkantoran.
Setelah dipakai biasanya kertas bekas akan disimpan jika isinya penting dan yang
tidak penting akan dibuang dengan cara dibakar dan didaur ulang. Akan tetapi
hanya sedikit yang melewati proses daur ulang. Kebanyakan dari kertas yang ada
akan berakhir di tempat pembakaran sampah. Agar kertas bisa memiliki nilai guna
yang lebih maka kertas bekas akan dicoba sebagai bahan campuran pembuatan bata
ekspos. Contoh kertas bekas terdapat pada gambar 2 (kanan).

Dalam buku karangan Sri Julianti yang berjudul “A Practical Guide to


Flexible Packaging” (2017), menjelaskan bahwa lem adalah material yang dapat
menyatukan beberapa komponen dengan menempelkan permukannnya. Biasanya
lem digunakan untuk melekatkan dua permukaan material (substrat). Lem mengisi
permukaan dan menyatukan semua celah dari permukaan. Sayangnya, lapisan lem
sering kali dioleskan tidak merata, benda-benda asing/impurities juga sering
bercampur dengan lem, dan mucul reaksi pada permukaan material.
Lem fox memakai polimer polyvinyl acetat (PVAc) sebagai bahan dasar
pembuatan lem. PVAc merupakan polimer yang memiliki sifat kerekatan yang
sangat kuat serta tidak mudah terbakar dan lebih cepat solid. Di samping itu, PVAc
juga banyak digunakan sebagai matriks pada pembuatan material komposit
sehingga meningkatkan kekuatan material tersebut. Dengan dasar itulah, dalam
penelitian ini lem fox digunakan untuk merekatkan ampas kelapa, cangkang telur,
dan kertas bekas. Contoh lem fox terdapat pada gambar 3.

Gambar 3. Lem fox


Sumber: Dokumen Pribadi
Menurut Rania Nova Dechandra, dkk, mereka memilih abu ampas tebu
sebagai bahan batu bata tahan gempa karena selain jumlahnya yang cukup
melimpah, AAT dipilih sebagai bahan pembuatan batu bata karena mengandung
silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi (III) oksida (Fe2O3),
kalsium oksida (CaO), kalium oksida (K2O), natrium oksida (Na2O), magnesium
oksida (MgO), dan fosfor pentoksida (P2O5) yang berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan pengganti semen.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2023 di salah satu kediaman
peneliti yaitu di Jalan Senopati Raya, Gang Rawatengah, RT 04 lk II Korpri Jaya
Sukarame, Bandar Lampung. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ialah pengaduk adonan batu bata, baskom/ember, blender, cetakan bata ekspos, dan
timbangan. Kemudian bahan-bahan yang digunakan yaitu ampas kelapa, cangkang
telur, kertas bekas, dan lem.
Prosedur penelitian diawali dengan menyiapkan alat dan bahan untuk
pembuatan bubur kertas. Air sebanyak 375 ml dimasukkan ke baskom untuk
merendam kertas sehingga teksturnya berubah. Setelah berubah tekstur, kertas
dihancurkan menggunakan blender hingga menjadi bubur kertas. Bubur kertas yang
sudah halus kemudian diperas untuk mengurangi kadar ainya serta dikeringkan
dengan dijemur.
Pembuatan adonan batu bata dimulai dengan menimbang ampas kelapa,
bubur kertas, dan cangkang telur dengan satuan gram dalam 4 perbandingan sebagai
berikut: pada percobaan pertama, digunakan ampas kelapa, cangkang telur, dan
bubur kertas sebanyak masing-masing 55 gram sehingga dihasilkan perbandingan
1:1:1. Percobaan kedua menggunakan ampas kelapa dan cangkang telur sebanyak
dua kali lipat dari percobaan pertama sedangkan bubur kertas tetap 55 gram,
sehingga perbandingannya 2:2:1. Kemudian perbandingan berat ampas kelapa,
cangkang telur, dan bubur kertas yang digunakan pada percobaan ketiga yaitu 1:2:3
dengan berat berturut-turut 55 gram, 110 gram, dan 165 gram. Serta pada percobaan
terakhir digunakan ampas kelapa dan cangkang telur dengan berat yang sama yaitu
110gram dan bubur kertas 165 gram, sehingga menghasilkan perbandingan 2:2:3.
Dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Berat Bahan Pada Setiap perbandingan

No Perbandingan Ampas kelapa Cangkang telur Bubur kertas


1 1:1:1 55 gram 55 gram 55 gram
2 2:2:1 110 gram 110 gram 55 gram
3 1:2:3 55 gram 110 gram 165 gram
4 2:2:3 110 gram 110 gram 165 gram

Setelah itu, ampas kelapa, cangkang telur, dan bubur kertas dimasukkan ke
dalam wadah yang berbeda, sesuai dengan perbandingannya, cangkang telur
dihaluskan dengan ditumbuk menggunakan lumping, ampas kelapa, cangkang telur
yang sudah dihaluskan, dan bubur kertas dimasukkan ke dalam baskom. Setelah itu
air 375 ml dimasukkan. Lem 40 gram dimasukkan ke dalam baskom. Semua adonan
diaduk hingga tercampur merata. Prosedur penelitian yang ketiga adalah proses
pencetakkan. Proses pencetakan melibatkan dengan memasukkan adonan bata
dimasukkan ke dalam cetakan ukuran 10 × 20 × 3 cm agar bata ekspos yang
dihasilkan tidak tipis. Bata yang sudah dicetak kemudian dijemur di bawah terik
sinar matahari hingga benar-benar kering, selain itu ada juga yang dikeringkan
menggunakan oven elektrik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil terbaik yang didapatkan dalam
pembuatan bata ekspos adalah perbandingan 2:2:3 (110 gram ampas kelapa, 110
gram cangkang telur, dan 165 gram bubur kertas) memiliki ukuran 10×20×3cm,
berbentuk balok dengan motif persegi panjang di atasnya, memiliki tekstur yang
kasar dan sedikit berpori dengan perpaduan warna yang pas antara ampas kelapa,
kertas bekas, dan cangkang telur. Tidak mudah pecah saat dijatuhan dari ketinggian
3 meter, tidak tahan air, serta berjamur.

Table 2. Jumlah Biaya Data Pertama


Nama Barang Jumlah Barang Harga Barang (Rp)
Lem kayu 1 bungkus 15.000
Ampas kelapa 1 kg 0
Cangkang telur 1 kg 0
Kertas bekas 1 kg 0
Cetakan bata ekspos 1 bungkus 90.000
Total biaya 115.000

Table 3. Jumlah Biaya Data Kedua, Ketiga, dan Keempat


Nama Barang Jumlah Barang Harga Barang (Rp)
Lem kayu 1 bungkus 15.000
Ampas kelapa 1 kg 0
Cangkang telur 1 kg 0
Kertas bekas 1 kg 0
Cetakan bata ekspos 1 bungkus 25.000
Total biaya 40.000

Tabel 2 dan tabel 3 memperlihatkan skema perincian biaya yang digunakan


selama percobaan seperti nama, jumlah, dan harga barang serta total biaya yang
dikeluarkan. Pada percobaan pertama total biaya yang dikeluarkan lebih besar
daripada percobaan kedua, ketiga, dan keempat. Hal itu terjadi karena terdapat
perbedaan harga pada cetakan bata ekspos.

Gambar 1. Hasil Penelitian Dengan Perbandingan 1:1:1 (kiri) dan Hasil Penelitian
Dengan Perbandingan 2:2:1 (kanan)

Bata ekspos dengan perbandingan ini menghasilkan terlihat dari semua


bahan yang digunakan warnanya seimbang. Pecah saat dijatuhkan dari ketinggian
3 meter, tidak tahan terhadap air, serta berjamur. Hasil dapat dilihat pada gambar 1
(kiri). Bata ekspos dengan perbandingan ini menghasilkan tampilan yang terlihat
warna khas ampas kelapa lebih mendominasi dibanding warna kertas. Tidak mudah
pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 3 meter, tidak tahan air, serta berjamur. Hasil
dapat dilihat pada gambar 1 (kanan).

Gambar 2. Hasil Penelitian Dengan Perbandingan 1:2:3 (kiri) dan Hasil Penelitian
Dengan Perbandingan 2:2:3 (kanan)

Bata ekspos dengan perbandingan ini menghasilkan warna kertas bekas


yang lebih dominan. Mudah pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 3 meter, tidak
tahan air, serta berjamur. Hasil dapat dilihat pada gambar 3 (kiri). Bata ekspos
dengan perbandingan ini menghasilkan tampilan yang terlihat seimbang antara
perpaduan ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas dan kompoisinya sudah
tepat. Tidak mudah pecah saat dijatuhan dari ketinggian 3 meter, tidak tahan air,
serta berjamur. Hasil dapat dilihat pada gambar 3 (kanan)
Tujuan penelitian ialah mengetahui limbah ampas kelapa, cangkang telur,
dan kertas bekas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bata ekspos.
Selain itu juga tujuan lainnya adalah untuk mengetahui proses pembuatan bata
ekspos berbahan dasar ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas serta
menemukan perbandingan yang yang tepat untuk mendapatkan kualitas yang
terbaik. Membuat empat sempel bata dalam penelitian ini dengan perbandingan
yang berbeda dengan perbedaan yang ada. Titik pembeda dilakukan untuk
memecahkan rumusan masalah yang ada.
Penelitian diawali dengan penyaringan ampas kelapa. Kemudian
penumbukan cangkang telur hingga menjadi butiran-buiran halus. Serta
penghancuran ketas bekas hingga menjadi bubur kertas, setelah itu kadar air
diperkecil dengan proses pemerasan dan pengeringan. Proses ini bertujuan untuk
mempermudah proses pemcampuran bahan. Berlanjut ke proses selanjutnya yaitu
dengan pencampuran antara semua bahan ke dalam satu wadah dengan
perbandingan yang telah ditentukan. Proses ini dilakukan untuk pencampurataan
semua bahan. Setelah bahan tercampur menjadi adonan, barulah proses pencetakan
dilakukan. Proses ini menggunakan proses pemadatan dalam cetakan dengan
ukuran 10×20×3 cm. Pembuatan bata ekspos ini diakhiri dengan proses penjemuran
serta pengeringan. Penulis menggunakan metode penjemuran tradisional yaitu
dengan menjemur di bawah matahari langsung dan pengeringan dengan
menggunakan oven elektrik. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menguji ketahanan terhadap air dan api dengan cara merendam dan
membakar bata ekspos dan menguji kekuatan bata ekspos dengan cara menjatuhkan
dari ketinggian 3 meter. Hasil terbaik yang didapatkan adalah bata ekspos dengan
perbandingan 2:2:3 (110gram ampas kelapa, 110gram cangkang telur, dan 165
bubur kertas) tidak pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 3meter dan tidak tahan
air.
Penenlitian memiliki kekurangan pada proses penjemuran yang memakan
waktu lama karena proses penjemuran bergantung pada cuaca sehingga
berpengaruh pada hasilnya. Pada sinar matahari yang terik proses penjemuran
hanya memakan waktu lima hari. Sedangkan saat cuaca tidak mendukung akan
memakan waktu lebih lama. Bata ekspos yang dihasilkan pada penelitian ini, tidak
tahan terhadap air dan api. Selain itu juga saat melakukan penelitian, peneliti sudah
melakukan berbagai metode seperti menjemur dan mengoven bata ekspos. Akan
tetapi peneliti menemukan fakta baru bahwa bata ekspos yang peneliti buat mudah
berjamur. Kelebihan dari penelitian ini adalah menghasilkan bata ekspos yang
ringan. Selain itu juga penelitian produk ini dapat mengurangi limbah ampas
kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas yang tersebar di lingkungan serta
menambah nilai guna barang.

SIMPULAN
Pembuatan bata ekspos berbahan dasar limbah ampas kelapa, cangkang
telur, dan kertas bekas dapat dilakukan dengan cara penimbangan bahan untuk
menentukan perbandingan kemudian dilanjutkan dengan penyaringan ampas
kelapa agar tidak ada ampas kelapa yang menggumpal, setelah itu ampas kelapa
dicampur dengan semua bahan dalam satu wadah dan ditambahkan 375 mL air
untuk selanjutnya dicetak dan dijemur dan dioven hingga kering, dan didapatkaan
hasil perbandingan 2:2:3 sebagai perbandingan yang memiliki kualitas terbaik.
Akan tetapi bata ekspos ini tidak tahan air. Penelitian ini efektif untuk mengurangi
limbah ampas kelapa, cangkang telur, dan kertas bekas karena untuk membuat 1
bata ekspos memerlukan banyak limbah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
A.E. Karina, dkk. 2019. Total Bakteri dan Fungsi serta Kandungan Nutrisi dari Ampas
Kelapa yang Diberi Ekstrak Daun Kersen dengan Lama Penyimpanan. Volume 14
Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2019. Diunduh dari:
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/article/view/6572 28 Oktober
2023.
Julianti, Sri. 2017. A Practical Guide to Flexible Packaging. PT Gramedia Pustaka
Utama. [Online]
https://books.google.co.id/books?id=uMtGDwAAQBAJ&pg=PA163&dq=
sri+julianti+yang+berjudul+A+practical+guide+tto+Flexible+packagin
g&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwicpYua3ID2AhVUTGwGHFJYBrkQ6wF
6BAgEEAU#v=onepage&q=sri%20julianti%20yang%20berjudul%20A%
20practical%20guide%20to%20Flexible%20packaging&f=false. Diakses
pada Minggu 15 Oktober 2023.
Kreasi, Redaksi Griya. 2008. Kreasi Artistik Bata Ekspos. Depok: Griya Kreasi.
[Online]
https://books.google.co.id/books?id=B_uWCgAAQBAJ&printsec=frontco
ver&dq=buku+bata+ekspos&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=
Tahun%20terbit&f=false. Diakses pada Kamis 09 November 2023.
Masturi, Mikrajuddin, Khairurrijal. 2010. Efektivitas Polyvinyl Acetat (PVAc)
Sebagai Matriks Pada Komposit Sampah. Volume 13 Nomor 2 edisi April
2010 hal 61-66. [Online]
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/berkala_fisika/article/download/270
6/pdf. Diakses pada Jumat 03 November 2023.
Puspita, Putri. 2017. Kertas-Kertas Bekas Bisa Dimanfaatkan.
Rania Nova Dechandra, dkk. 6-7 Maret 2020. Batu Bata Dari Limbah Ampas Tebu.
Taufik Akbar, dkk. 2021. Pelatihan Keterampilan Pemanfaatan Cangkang Telur
untuk Produk Seni Kerajinan bagi Kelompok Ibu Rumah Tangga Kota
Padang Panjang.

Anda mungkin juga menyukai