Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN VITAMIN D DENGAN ALERGI

NAMA : Firly Ghaida Azzahra


NIM : (1321121006)
No Absen : 06
penemuan Vitamin D Receptors (VDRs) pada berbagai sel imun bisa dijadikan
landasan bahwa vitamin D mempengaruhi jalur patogenesis urtikaria. Vitamin D berperan
dalam sistem imunitas bawaan dan adaptif. Vitamin D merangsang ekspresi antimikroba,
menekan maturasi sel dendritik, menurunkan sekresi sitokin proinflamasi, menekan respon
imflamasi dengan menghambat sel T, serta menghambat fungsi limfosit B yang mengakibatkan
penurunan fungsi IgE. Selain itu, vitamin D juga berpengaruh pada proliferasi, diferensiasi,
dan fungsi sel mast.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa defisiensi vitamin A dan vitamin D
meningkatkan kejadian alergi. Vitamin A dapat menghambat respon alergi melalui
pembentukan sel T regulator. Vitamin D dikaitkan dengan paparan sinar matahari, sehingga
bayi yang lahir pada musim dingin memiliki risiko menderita alergi makanan yang lebih tinggi.
Konsumsi vitamin D pada masa kehamilan berhubungan dengan penurunan risiko alergi
makanan pada bayi. Gangguan pada fungsi pencernaan dari lambung mempengaruhi
alergenitas protein makanan yang dikonsumsi. Peningkatan risiko sensitisasi makanan tampak
pada penggunaan obat penurun keasaman lambung pada pasien dengan ulkus lambung. Banyak
penelitian yang mengaitkan penurunan level vitamin D dalam serum dengan berbagai penyakit
alergi seperti alergi makanan, rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik, dan urtikaria. Defisiensi
vitamin D dapat mengakibatkan peradangan berlebihan yang mengarah kepada degranulasi
serentak sel mast yang berkontribusi dalam patogenesis alergi.
Dalam penelitin yang dilakukan pada mencit Balb/c, pemberian vitamin D per oral
memberikan pengaruh kepada jumlah eosinofil pada jaringan paru mencit Balb/c yang
diinduksi ovalbumin. Vitamin D dapat menurunkan reaksi inflamasi pada alergi yang ditandai
dengan penurunan infiltrasi eosinofil. Dimana Efek vitamin D pada sistem imun bawaan adalah
semua mekanisme yang menolak infeksi, tetapi tidak membutuhkan pengenalan spesifik akan
patogen. Ekspresi reseptor pengenal pola, yang mengaktifkan reaksi kekebalan bawaan seperti
reseptor Toll-like (TLR) pada monosit dihambat oleh Vitamin D, yang menyebabkan supresi
TLR inflamasi. Vitamin D memicu autophagy pada makrofag manusia, yang membantu dalam
pertahanan terhadap infeksi oportunistik. Vitamin D juga menginduksi peptida antimikroba
endogen dalam sel epitel kulit manusia dan paru, sehingga memperkuat barier untuk melawan
alergen lingkungan.
Sedangkan Efek vitamin D pada sistem imun adaptif berpengaruh terhadap Th2 melalui
peningkatan IL-4 dan IL-13 dan penurunan IL-5. IL-4 dan IL-13 menginduksi kelas IgM
menjadi IgE. Molekul IgE pada permukaan sel mast menyebabkan degranulasi sel mast dan
pelepasan mediator-mediator inflamasi tambahan. IL-5 berperan dalan aktivasi dan rekrutmen
eosinofil ke saluran nafas. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian tersebut pemberian
suplemen vitamin D berpengaruh menurunkan rerata jumlah eosinofil jaringan paru pada
mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin sehingga dapat menurunkan reaksi inflamasi pada
alergi yang ditandai dengan penurunan infiltrasi eosinofil.
REFERENSI

Izzah, N. (2021). Pengaruh Suplementasi Oral Vitamin D terhadap Penurunan Keparahan


Gejala pada Urtikaria Spontan Kronis: Sebuah Tinjauan Naratif. JURNAL ILMU
KESEHATAN INDONESIA, II(1).
Kam, A., & Raveinal. (2018). Imunopatogenesis dan Implikasi Klinis Alergi Makanan pada
Dewasa. Jurnal Kesehatan Andalas.
Padma Lestari, E. Y., & Santoso, Y. I. (2016). PENGARUH SUPLEMEN VITAMIN D
TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI
STUDI EKSPERIMENTAL PADA MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI
OVALBUMIN. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO, v(4).

Anda mungkin juga menyukai