Anda di halaman 1dari 5

HUKUM

DAGANG
HUKUM DAGANG
DIINDONESIA
OLEH Mr R. SOEKARDONO

ALYSIA NAZLA
220510353
Sumber utama dari perikatan- adalah perdjandjian* (lihat pasal1233 jis 1352 dst. K.U.H. Perd.), artinja
sebagian besar dari perikatan2 terbit karena perdjandjian2. Demikian pula halnja dengan hukum,
sehingga bagian dari ilmu hukum ini dapat dinjatakan sebagai: sekelompok 2) hukum perikatan
(een stuk verbintenissenrecht), perikatan2 mana buat sebagian besar terbit karena perdjandjian2
chusus
perikatan2-nja jang lahir karena perdjandjian- jang diadakan itu, sehingga mendjadi sengketa
antara kedua belah pihak jang mungkin diadjukan kedepan Hakim, apabila sengketa itu tidak dapat
diselesaikan setjara damai sebelumnja digugatkan didepan Hakim. Djikalau sampai terdjadi
penggugatan itu maka timbullah pertanjaan . bagaimanakah seharusnja terhadap pemakaian
beberapa peraturan chusus dalam hal gugatan perniagaan dan perihal pedagang? Dapatkah
peraturan2 chusus itu (hukum pedagang dimuka) didjalankan atau tidak ? Karena soal ini tidak
diatur didalam Undang-, maka peme tjahannja adalah bermatjam-matjam. Hanja untuk dapat
merasakan betapa besar kesulitan2 jang timbul dahulu dengan adanja peraturan ^ hukum
pedagang chusus, maka perlu disebut pendapat jang antara lain dianut oleh H.R. *) dan
mengatakan bahwa peraturan* chusus itu baru berlaku, apabila bagi tergugat perbuatan dalam
sengketa itu merupakan perbuatan perniagaan (djadi tidak berlaku, apabila per buatan tsb
Usaha perniagaan berarti keseluruhannja atau kesemuanja
jang termasuk dalam perusahaan jang tertentu; kesemuanja itu
adalah untuk memudahkan atau melantjarkan terwudjudnja' niat
mendapatkan laba, ialah sebuah unsur mutlak b.agi pengertian
perusahaan sebagai telah diterangkan didalam bab 3. Baikpun benda2
jang dapat diraba, dilihat dsb., maupun hak-, sepertinja simpanan
barang didalam gudang, gedung kantor perusahaan, perlengkapan
mesin- tulis dan hitung, penagihan-, hutang-; tidak hanja itu tetapi
djuga para langganan, bahkan rahasia- perusahaan, termasuk dalam
pengertian usaha perniagaan (handelszaak). Djika kita nanti sampai
pada peladjaran mengenai pembukuan jang menurut Undang2, ialah
pasal 6 ajat 1 K.U.H.D., dibebankan sebagai keharusan kepada setiap
orang jang mendjalankan perusahaan, akan kita djumpai sebuah azas
penting, ialah kerahasiaan (pada umumnja) terhadap pembukuan dari
perusahaan itu, kerahasiaan mana hanja dapat dibuka dalam hal2 jang
ditundjuk dalam Undang2 sendiri dengan tertentu.
Dalam hal pendjualan ini, djuga sebagai
penglaksanaan pasal .1338 ajat 3 K U H Perd
pendjual harus berusaha agar supaja
pemindahan usaha perniagaan lama kepada
fihak pengoper baru dapat terdjadi setjara
lantjar ; pengoper baru dengan demikian
akan dapat melangsungkan usaha jang dibeli
itu dengan tjara jang laz.m berdjalan. Dapat
mudah dimengerti, bahwa fihak jang
mengoperkan, djuga berdasarkan pasal 1338
ajat 3 K.U.H. Perd., tak boleh merintangi
kepada pengoper. baru tsb ; djika perlu
pengusaha lama itu harus memberikan
keterangan2 setjukupnja kepada fihak2
pengoper dan tak boleh menjaingi pengoper
baru setjara jang tak lajak menurut
kebiasaan2 komersiil
Dalam hal dalam perdjandjian ditetapkan ikut
beralihnja. I. penagihan' kepada pemilik baru,
peralihan ini menurut pasal 613 J . -ajat 1 K.U.H- Perd.
harus terdjadi dengan akte resmi atau dibawah ,
tangan, dengan mana hak2 diperalihkan kepada
pemilik baru, tetapi masih harus diikuti dengan
pemberitahuan resmi (beteekening). kepada debitur-.,,
lama oleh pemilik lama, agar supaja peralihan tsb, ,ada
kekuatannja-hukum terhadap debitur2 itu, akibat
mana djuga -dapat tertjapai apabila debitur2 itu
setjara tertulis m enjatakan. -menerima dengan
pemindahan hak menagih atau pemindahan hak.itu
diakuinja. Dengan memenuhi akan atjara jang dipinta
oleh pasal 613 ajat 1 bersambung dengan ajat 2 pemilik
baru dapat menagih kepada debitur2 lama dan
debitur2 ini harus membajar kepada pemilik baru
sadja.

Anda mungkin juga menyukai