PBdP
(Analisis Kegagalan Material)
1
5.1. Kegagalan Material
2
1. kegagalan yang etrjadi diatas level desain: kegagalan yang di
akibatkan karena desain yang salah atau penggunaan bahan yang
salah atau kerana beban yang berlebih
2. kegagalan pada tegangan di bawah level desain: Kegagalan akibat
prosedur proses dan fabrikasi (ada tidaknya cacat atau perubahan
metalurgi).
- Salah memilih material
Contoh pada kasus jembatan kutai yang ambruk, material seharusnya
menggunakan nodular cast iron yang lebih tangguh, namun pada
kenyataannya menggunakan grey cast iron yang memiliki sifat lebih
getas yang memiliki elongasi yang minim.
- Ketidaksempurnaan material
Misalnya terdapat defect / cacat pada material, contoh pada casting
Aluminium misalnya apabila ada gas hidrogen yang masuk maka akan
terdapat porositas-porositas yang dapat menyebabkan material
mengalami failure.
- Salah dalam proses pembuatan
Contoh pada pengelasan Stainless steel (SS) tipe duplex, apabila heat
input pada pengelasan terlalu besar maka dapat menyebabkan
material tersebut akan memiliki jumlah fasa austenite dan ferrite yang
tidak berimbang, atau dalam hal ini fasa ferrite akan lebih besar.
Seperti kita ketahui SS tipe duplex harus memiliki rasio fasa austenite
dan ferrite sekitar 50:50.
- Salah desain
Misalnya terdapat siku atau sudut yang tajam yang dapat menimbulkan
adanya stress concentration pada material saat dioperasikan. Atau
dimensi yang kurang memperhitungkan adanya peristiwa korosi atau
aus saat pengaplikasian yang dapat mengurangi atau merubah
dimensi dari material saat penggunaannya yang akibatnya dapat
membuat material tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana
semestinya.
- Salah dalam proses assembling (Perakitan)
Misalnya ada baut yang terlalu longgar yang menyebabkan
penyambungan material menjadi tidak kuat atau baut yang terlalu
3
kencang sehingga menimbulkan stress concentration yang dapat
menimbulkan inisiasi crack atau retak.
- Kondisi operasi yang tidak sesuai
Terjadi overload atau muatan yang berlebihan, pada kendaraan
misalnya. Atau contoh pada dunia penerbangan dimana besar tekanan
ban pesawat yang tidak sesuai standar yang ditetapkan, dapat
mengakibatkan ban meledak pada saat pesawat berpacu dengan
kecepatan tinggi dilandasan pacu.
- Salah Perawatan
Jadwal perawatan yang “bolong-bolong” atau tidak rutin. Atau alat
untuk pengukuran tidak dikalibrasi sehingga salah dalam melakukan
perhitungan saat perawatan.
A. 1. Perpatahan Interkristalin
4
Gambar 1. Patah Getas
5
Gambar 3. Gambar Bentuk Patahan
(a) Patah Ulet Sempurna (b) Patah Ulet Sebagian (c) Patah Getas
6
Gambar 6. Patahan Getas Memperlihatkan Adanya Punggung Bukit
7
2. Perpatahan Transkristalin
8
Gambar 2.Bentuk Perambatan Retak Spesimen dengan Jarak Lubang
9
Gambar 4. Perpatahan ulet
10
Baja eutectoid (Ferite dan cementit)
3. Cacat Pabrikasi
11
Studi Kasus ada 21 studi kasus (Hal 102)
1. Fatik dan Musibah pesawat Comet
2. Kegagalan Bel Ujung generator Listrik yang besar yang di tempa
3. Kegagalan Fatik korosi pada ketel Uap
4. Kegagalan Cincin api pada las
5. Deterosisasi komponen pada selinder oksigen untuk menyelam
6. Kegagalan adhesi pada spindel penutup
7. Kegaglan saluran tembaga –Nikel-Besi 95-5 oleh panas berlebihan
8. Kegagalan saluran hidrolik pesawat terbang
9. Kegagalan sambungan besi oleh beban kejut
10. Kegagalan penjepit tangga Aluminium oleh korosi tegagan
11. Masalah pengecoran flens wave-guide
12. Kegagalan poros monel akibat serangan intergranular
13. Retak perlakuan panas celup pada pen Kepala silang
14. Kegagalan fatik pada perangkat kemudi bis
15. Kegagalan poros engkol mesin diesel
16. Retak termal kepala selinder
17. Kegagalan korosi pada bantalan peluru
18. Kegagalan pada pegas tanpa tumbukan peluru
19. Retak hidrogen pada porors baja karbon rendah
20. Pematahan batang piston dengan pengerasan permukaan Niitrida
21. Pematahan dinding drum oleh reaksi belerang
22. Oksidasi elemen tahanan
23. Retak gerinda
12
13
II. Perhitungan perancangan untuk pemilihan bahan baja Pressure Vessel
Contoh:
Tabel 1.
Bahan Kekuatan Yield Kekuatan Retak akibat
(σ Ys ) Tarikan (Ksi √ in)
A 260 80
B 220 110
C 180 140
D 180 220
E 140 260
F 110 170
Rumus :
pD
σa = ........................(Pers.1. )
2t
14
( )
1
D1
t = 2,5
2
Rm
dan
t = ( Pn x D o
2 f x Pn )
2
1, 21 a π σ
. . Kt
2
= Q
..............(Pers.2)
Dimana: Mk = faktor pembesaran dalamnya cacat
Untuk a/t = 0,5 ; maka Mk = 1
Gambar 2.
Parameter bentuk retak pada cacat permukaan
Perhitungan I:
1. σ Ys = 180 ksi dan KIc = 220 ksi √in
- σys = 0,55 , maka nilai Q = 1,4 ( ukuran bentuk retak cacat
permukaan) (lihat gambar 2)
15
1
Mk
0
a
Gambar 3.
Dimana :
2
Kt Q
σ =
2
1, 21 a π
2
220 1.4
=
1, 21 0 , 5 π
67.760
=
1,8997
16
=√ 35668,7898
=188,861 ksi
pD
σa = dimana: p = 5000 lb/in2
2t
D = 30 mm = 30 x 0,0394 in = 1,184 in
σ = 186,861 ksi
51,184
188,861=
2t
5 1 , 184
t = = 0,01567 in = 0,01567 x 25,4 = 0,398 mm
18 8,861.2
Ketentuan: t ≥ 0,5 mm, sehingga t hitung < t s ; 0,39 < 0,5 mm (tidak memenuhi,
bahan tidak baik untuk penggunaan Pressure Vessel). Untuk itu dihitung dengan
bahan yang lainnya.
2. Perhitungan ke dua:
σ Ys = 260 ksi dan KIc = 80 ksi √in
- a = lebar retak = 0,5 in
- Diassumsikan σ/σys = 0,55 , maka nilai Q ( ukuran bentuk retak cacat
permukaan) (lihat gambar 2)
- Assumsikan Mk = 1,0 (lihat gambar 3)
σi =
√1 , 4 . 80
1, 1 √ π .1 . √ 0 , 5
σi =
√112
1, 1 1,772.0,707
17
10,383
σi = = 7,68
1,378
pD
σa = dimana: p = 5000 lb/in2
2t
D = 30 mm
σ = 260 ksi
500030
260 =
2t
500030
t = = .... mm
260.2
18