Bahasa Indonesia yang saat ini kita gunakan sebagai bahasa resmi di negara
berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang kita gunakan tersebut merupakan
bahasa Melayu tua yang sampai sekarang masih dapat kita selidiki sebagai
peninggalan masa lampau. Penelitian lebih lanjut yangdilakukan oleh para ahli,
tenggara. Bahkan saat ini bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu digunakan
kala, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu dikenal oleh penduduk daerah yang
bahasa sehari-harinya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Hal tersebut dibuktikan
sehari-hari penduduknya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Tentu saja ada juga
bahasa Indonesia atau Melayu. Sejarah perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan
dengan adanya prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur
(686 M),Karah Barahi (686 M).Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke
Indonesia, bahasa Melayu sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-
1
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah
politis, karena setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan bangsa Indonesia.
terikat dalam satu ikatan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa. Persatuan dan
berikut :
satu,bangsa Indonesia
persatuan,bahasa Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar pertama kedua
dan ketiga yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan kedua
satu”. Artinya, tanah air dan bangsa kamihanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan
Indonesia, tidak berarti bahwa bahasa daerah dihapuskan. Bahasa daerah tetap harus
dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi, sangatlah keliru jika
2
dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat yang
berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Itulah sebabnya bahasa Indonesia memiliki
Apa sebab justru bahasa melayu yang dijadikan bahasa nasional? Mengapa
bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang jumlah pemakaiannyameliputi hampir
berikut :
dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau
perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau
bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu.Jika
bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa
3
kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itutidak akan dapat
dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk
demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang
persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar,makin
Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918
bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di dalam sidang
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo
pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hal hasilkeputusan penting, yaitu bahasa
Indonesia menjadi (1) bahasa resmi dan(2) bahasa pengantar dalam badan-badan
bukan sebagai sesuatu yangtiba-tiba jatuh dari langit, tetapi melalui perjuangan
panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu. Api
perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka yang sebelum itu
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari
4
kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahkan dilarang untuk digunakan. Jepang
bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk digunakan oleh orang
Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat seperti waktu dia
menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang
Indonesia. Satu hal yang perlu dicatat bahwa selama zaman pendudukan Jepang
pendidikan.
lancar. Bagi orang Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para
mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Selain itu, semua
pegawai negeri dan masyarakat luas yang belumpaham akan bahasa Indonesia,
tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik
dengan bahasa nasional yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat
kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal
belum terwujud. Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah
bangsa pemiliknya.
5
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai
budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang bersangkutan.
Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki
sejak diresmikan Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD
1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”.
Kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak
seluruh kawasan tanah air kita. Dan ternyata di dalam masyarakat kita tidak terjadi
persaingan bahasa, yaitu persaingan diantara bahasa daerah yang satu dan bahasa
berfungsi sebagai: (a) lambang kebanggaan nasional, (b) lambang identitas nasional,
(c) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatarbelakang sosial budaya dan
6
a. Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan
nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang
pelihara dan kita kembangkan. Begitu pula rasa bangga dalam berbahasa
bahasa Indonesia wajib kita bina terus. Rasa bangga merupakan wujud sikap
positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif itu terungkapjika lebih suka
wibawa, harga diri, dan teladan bagi bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika
asing (terutama bahasa Inggris). Untuk itu, kesadaran akan kaidah pemakaian
pasar tradisional”.
Bahasa campuran seperti di atas tidak baik dipandang dari segi kebanggaan suatu
bangsa dan tidak benar dipandang dari segi kebahasaan. Agar pemakai dapat
dijadikan teladan dan dihormati orang lain terutama orang asing, pemakaian bahasa
seperti contoh di atas harus diubah dan diperbaiki menjadi seperti berikut ini.
7
Ujaran : ”Aku lebih suka belanja di swalayan daripada di
pasartradisional”.
agama, budaya, dan bahasa ibunya. Hal itu tampak jelas sejak diikrarkannya
Sumpah Pemuda. Pada zaman Jepang yang penuh kekerasan dan penindasan,
bahasa Indonesia pula kita dapat menjelajah ke seluruh pelosok tanah air
tanpa hambatan.
Dengan bahasa nasional, kita dapat meletakkan kepentingannasional kita, jauh di atas
8
alat pengungkapan perasaan. Jika beberapa tahun yang lalu masihada orang yang
yang halus, maka sekarang dapat kita lihatdalam kenyataan bahwa seni sastra, baik
yang tertulis maupun lisan, sertadunia perfilman kita telah berkembang sedemikian
rupa sehingga nuansa perasaan yang betapa halus pun dapat diungkapkan dengan
rasa bangga kita akan kemampuan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera didalam
Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam kedudukan sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (a) bahasa resminegara; (b) bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan; (c) alat perhubungan dalam tingkat nasional
dan teknologi.
9
terutama pidato kenegaraan, ditulisdan diucapkan dalam bahasa Indonesia.
bahasa Indonesia.
kebahasaan siaran radio dan televisi perlu pula senantiasa dibina dan
ditingkatkan.
10
perhubungan antardaerah dan antarsuku, dan juga sebagai alat perhubungan
dalam masyarakat yang latar belakang sosial budaya dan bahasayang sama.
masalah yang dibicarakan, apakah itu masalah yang bersifat nasional maupun
kedaerahan.
merupakan bahasa terpenting di kawasan republik kita ini. Suatu bahasa disadari
penting atau tidak, didaskan pada tiga faktor, yaitu: (1) jumlah penuturnya, (2) luas
penyebarannya, dan (3) peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan
tersebut memiliki peranan yang penting. Artinya, jika ada dua bahasa yang satu
jumlah penuturnya sedikit dan bahasa yang satu memiliki jumlah penutur yang
banyak, maka bahasa dengan jumlah penutur sedikit akan kurang mendapat perhatian
11
Luas penyebaran suatu bahasa menunjukkan banyak hal. Pertama,bahasa
tersebut banyak disenangi oleh pengguna. Kedua, bahasa tersebut mudah dipelajari
memiliki wibawa, prestasi dan prestise yang tinggi sehingga masyarakat dari luar
bahasa itu berasal akan merasa bangga jika menggunakan bahasa tersebut.
Sebuah bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi atau selalu
digunakan dalam penyebaran ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya orang-
pengetahuan, baik sastra maupun teknologi. Tidak dapat dibayangkan jika bahasa
12
BAB II
A. Ragam Bahasa
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa
resmi.
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi,
seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
ragam bahasa terdiri atas: (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa
yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
bahasa tulis. Jadi, dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu,
aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan
13
yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan
tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem
bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada
pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata
bahasa Indonesia baku. Kosa kata bahasa Indonesia ragam baku atau kosa kata
bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri
kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan
instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu
digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal
iniyang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan
dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
14
Menurut Felicia (200:8), ragam bahasa dapat dibagi berdasarkan (a) media
a. Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato
atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan
b. Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun
dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang
standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam
Ragam bahasa baku dapat berupa : (a) ragam bahasa baku tulis dan (b) ragam
bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku
lisan makna kalimat yang diungkapkan ditunjang oleh situasi pemakaian, sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
15
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat,
kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa
lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap
disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena
itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Contoh perbedaan ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
16
layang itu dibangun. mengurai kemacetan.
lalu lintas
2 Kosa kata a. Ariani bilang kalau kita a. Ariani mengatakan
harus belajar. bahwa kita harus
b. Kita harus bikin karya belajar.
tulis b. Kita harus menulis
karya ilmiah
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,
semi standar, dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan
berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku.
(c) Medium yang digunakan, (d) Lingkungan, dan (e) Situasi saat pembicaraan
terjadi. Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar
c. Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,
17
Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan
kata gue.
perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan
kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu.
Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan
ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan
kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini
standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena
nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika
18
kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.”
Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya,
pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah intonasi.
Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak
B. Laras Bahasa
Pada saat bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam
berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah
kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan,
laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih
dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya. Setiap laras
memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau
nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras
ilmiah.
1. Laras llmiah
ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya
dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar. Sebuah
karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil
pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah
menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh.
19
Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang
fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita,
sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan.
Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan
dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami
oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press
release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun
demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama.
pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan
pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula kita
menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya
ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
20
b. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat
f. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya
yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta,
emotif.
g. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul
kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam
yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah
a. Harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
21
b. Harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang
karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat
bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (Soehardjan, 1997:10).
Struktur karya ilmiah (Soehardjan, 1997:38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak,
pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima
kasih dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982) menetapkan agar karya ilmiah terdiri atas
judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode,
hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar
sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita
berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan faktor-faktor yang
menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya
kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita, apa yang kita tulis, apa tujuan
tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian
22
tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu
berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis).
atau pendengar tutur. Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan
baik, maka pembicara atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang
dengan pendengar/pembaca. Hal itu perlu diketahui agar pilihan bentuk bahasa yang
penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara: (a) naratif
(peristiwa, perbuatan, cerita); (b) deskriptif (hal-hal faktual: keadaan, tempat barang,
(b) Lugas dan jelas: bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan
(c) Gagasan sebagai pangkal tolak: bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan
orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal
(d) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan
komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang
23
berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan
kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal (Syafi’ie,
1992:8-9). Contoh kata berciri formal: (a) Korps; (b) Berkata; (c) Karena;
(d) Suku cadang. Contoh kata berciri informal: (a) Korp; (b) Bilang;
Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi
diungkapkan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti. Karya ilmiah populer
tidak selalu merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa petunjuk
teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang diuraikan dengan metode ilmiah.
Jika karya ilmiah harus selalu disajikan dalam ragam bahasa yang standar, karya
ilmiah populer dapat disajikan dalam ragam standar, semi standar dan nonstandar.
Penyusun karya ilmiah populer akan tetap disebut penulis dan bukan pengarang,
karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan
ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam karya ilmiah
populer terdapat pula persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisis atas
suatu peristiwa yang sedang populer di tengah masyarakat, jalan keluar bagi
persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin
Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya
dengan karya ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya
24
disajikan melalui media surat kabar dan majalah, biasanya format penyajiannya
mengikuti format yang berlaku dalam laras jurnalistik. Pemilihan topik dan
perumusan tema harus dilakukan dengan cermat. Tema itu kemudian dikerjakan
25
BAB III
KETERAMPILAN BERBAHASA
A. Keterampilan Berbahasa
skills), membaca (reading skills), dan menulis (writing skills). Dalam pengajaran
dikuasai oleh siswa, sehingga diharapkan siswa terampil berbahasa. Demikian halnya
atau dibalikkan. Urutan keempat keterampilan ini menandakan bahwa proses inilah
yang dialami semua manusia sejak pemerolehan bahasanya, mulai dalam keluarga
sampai ke situasi formal di sekolah. Oleh sebab itu, pada tataran sekolah maupun
tersebut berhubungan erat antara komponen yang satu dengan komponen lainnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Henry Guntur Tarigan dengan istilah hubungan catur
tunggal, artinya ada empat komponen yang harus dikuasai untuk mencapai satu
26
1. Keterampilan Menyimak
beberapa faktor yang mempunyai pertalian yang sangat erat dengan kemampuan ini.
Pertama, faktor fisik berupa alat penyimak atau pendengaran dan situasi lingkungan
kosakata dan struktur. Ketiga, faktor isis, berupa pesan yang disampaikan melalui
wacana lisan. Ketiga faktor itu selalu muncul secara bersamaan dalam setiap
peristiwa menyimak. Agar dapat menyimak dengan baik, alat penyimak harus baik,
pengaruh yang sangat menentukan dalam peristiwa menyimak. Faktor isi berperan
penting dalam menentukan kadar hasil simakan, sebab ada kaitannya dengan skemata
yang dimiliki si penyimak. Jika isi pembicaraan masih ada dalam jangkauan
pengetahuan dan pengalaman mahasiswa, mereka akan dengan mudah memahami isi
pembicaraan itu. Sebaliknya, jika isi pembicaraan ada di luar jangkauan skemata
menerus agar mahasiswa sebagai penyimak dapat menangkap ide pokok dari suatu
pembicaraan yang disajikan oleh dosen. Mahasiswa yang sadar akan besarnya
perhatian. Oleh karenya, minat dan perhatian mahasiswa pada suatu pembicaraan,
27
perkuliahan, lebih ditekankan pada aspek kognitif. Oleh sebab itu, teknik
pengukurannya lebih ditekankan pada penggunaan bentuk tes. Butir-butir tes dalam
penilaian menyimak, diberikan secara lisan, baik langsung, maupun melalaui media
2. Keterampilan Berbicara
berbicara adalah (1) berkata; (2) bercakap; berbahasa; (3) melahirkan pendapat;
maksud/tujuan, hasrat hati kepada orang lain melalui bahasa lisan”. Lebih lanjut
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih
mulai mendapat perhatian serius oleh ahli-ahli linguistik mulai tahun 1970-an. Di
Indonesia mulai tahun 1984 saat diperkenalkan istilah pragmatik. Pada saat itu,
istilah pragmatik benar-benar tidak dikuasai guru, namun istilah pelajaran maupun
kategori berbicara. Salah satu pengertian yang dikemukakan di sini diikutip dari
1. Pragmatik adalah kajian hubungan dari hubungan antar bahasa dan konteks
28
bahasa menunjukkan kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu
melingkupinya. Oleh karena itu, kajian tentang konteks menjadi sangat penting
dalam kajian pragmatik. Peneliti akan menguraikan tentang konteks pada bagian
berikutnya.
“…..kita akan memakai istilah pragmatik secara lebih luas untuk aturan-aturan
pemakaian bahasa yaitu memilih bentuk bahasa dan menentukan maksudnya dengan
ini, A. Hamid Hasan Lubis membedakan pragmatik atas: “(1) Pragmatik sebagai
sesuatu yang diajarkan, (2) Pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan
mengajar”. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan disebut sebagai pokok bahasan
bersama pokok bahasan lain: membaca, kosa kata, struktur, menulis dan apresiasi
29
namun pembahasan pragmatik sebagai materi pelajaran cukup relevan karena
bahasan. Dalam bahasan ini akan dikaji hal-hal yang menyangkut pengajaran
pragmatik sebagi berikut: (a) Materi pengajaran pragmatik; (b) Metode pengajaran
pragmatik, yaitu berupa penguasaan siwa dalam memilih bentuk bahasa sesuai
bahasa sesuai konteks ini berarti materi pengajaran itu membimbing mahasiswa pada
berbagai bentuk bahasa dan aneka konteks penggunaan bahasa. Materi pelajaran ini
Bedasarkan uraian di atas, maka salah satu materi pelajaran dalam pragmatik
bahasa. Halliday menyebut ada tujuan fungsi bahasa, yaitu: (1) Fungsi instrumental;
(2) Fungsi regulator; (3) Fungsi interaksi; (4) Fungsi personal; (5) Fungsi heuristic;
(6) Fungsi representasional atau informatif; dan (7) Fungsi imajinatif. Atau fungsi
bahasa yang dikemukakan Wilkins adalah: (1) Modalitas; (2) Situasi; (3) Argumen;
(4) Penemuan rasional dan eksposisi; (5) Emosi personal; (6) Hubungan emosional;
Beberapa fungsi bahasa lain yang dikemukakan para ahli, namun antara satu
dan lain pendapat tidak ditemukan perbedaan yang berarti. Fungsi bahasa ini
30
kemudian diperjelas dalam bentuk materi pelajaran berupa kegiatan bahasa yang
menjabarkan materi ini ialah pragmatik sebagai materi pelajaran berarti yang
Bujur Surbakti sebagai berikut: “1. Materi harus terdiri atas bahasa sebagai alat
komunikasi; 2. Desain materi harus lebih menekankan proses belajar mengajar bukan
secara wajar”.
pembicaraan (sub pokok bahasan) dalam pokok bahasan pragmatik seperti: informasi
faktual, sikap moral, sikap intelektual dan lainnya. Tampaknya materi ini diuraikan
dari fungsi bahasa yang diuarikan oleh Van Ek, yakni: “(1) Memberi dan mencari
sikap intelektual meliputi menyatakan setuju dan tidak setuju, menerima atau
dan sebagainya. Fungsi mengungkapkan dan mengetahui sikap moral, yakni kegiatan
31
b. Metode Pengajaran Pragmatik
pengajaran. Karena orientasinya itu, maka mengajarkan pragmatik itu harus berupa
produk yang berbeda dari setiap individu atau kelompok. Metodologi komunikatif
berasumsi (1) produk-produk yang berlainan sifatnya itulah yang dicari, (2)
berguna, (3) jawaban dan temuan yang berbeda-beda tentang sesuatu masalah akan
bahwa keragaman tidaklah berarti kesalahan, walau bukan pula berarti tidak
perlunya kesamaan pendapat. Secara pasti dapat dinyatakan bahwa proses lahirnya
komunikatif ada sebelas langkah yang dikemukakan oleh Finocciaro dan Brumfit,
yakni:“(1) Penyajian dialog, (2) Pelatihan pengucapan kalimat, (3) Tanya jawab
topik/situasi dialog, (4) Tanya jawab pengalaman pribadi, (5) Pembahasan ungkapan,
32
(6) Penyimpulan kaidah, (7) Pengenalan lisan, (8) Produksi lisan, (9) Penyalinan
Brumfit di atas, disederhanakan oleh Syamsul Arif, dkk menjadi lima langkah yang
Finocchiaro dan Brumfit. Kelima langkah yang dikemukakan Syamsul Arif, dkk
adalah sebagai berikut: “(1) Penyajian atau presentasi teks, (2) Pembahasan atau
diskusi teks, (3) Perumusan atau formulasi kaidah, (4) Ekspresi atau produksi, dan
(5) Evaluasi. Contoh pelaksanaan kelima langkah itu diuraiakn sebagai berikut:
antarkeluarga atau guntingan koran, iklan dan sebagainya. Yang utama dalam
dari segi isi, struktur dan terutama penggunaan bahasanya. Kegiatan ini
perolehan pada langkah kedua tadi. Kaidah yang dirumuskan berupa kaidah
33
5. Langkah kelima dapat ditempuh dengan tes pemahaman yang disesuaikan
Kelima langkah yang dianjurkan di atas, dapat dinyatakan cukup berorientasi pada
perlu diperhatikan setelah langkah keempat bahwa langkah berikutnya dapat kembali
dikemukakan Syamsul Arif, dkk terdapat, namun baru disadari setiap langkah ini
satu metode atau gabungan beberapa metode bahkan mengganti metode yang
ditawarkan. Oleh karena itu, mungkin saja terjadi metode yang dipilih tidak
komunikatif karena pragmatik itu lebih ditekankan pada segi kemampuan bahasa
empat, yaitu: (1) Konteks fisik (phsical contex); (2) Konteks epistemis (epistemis
contex);(3) Konteks Linguistik (linguistic contex); dan (4) Konteks sosial (social
tertentu. Konteks sosial berupa relasi sosial antara penutur dan pendengar.
34
Bentuk bahasa dalam kegiatan pragmatik disesuaikan dengan konteks
penggunaannya, yakni:
Bentuk bahasa yang dipilih penutur dalam situasi formal berbeda dengan
pembicaraan.
dan 8. Even (kejadian)”. Atau dalam bahasa lain, Hymes mengemukakan setiap
“S : Setting atau secene, yaitu tempat bicara (ruang diskusi dan suasana
diskusi).
P : Partisipasi (pembicara, lawan bicara dan pendengar. Dalam diskusi
ini adalah seluruh diskusi).
E : End atau tujuan (tujuan akhir diskusi).
35
A : Act atau suatu peristiwa di mana seseorang pembicara sedang
mempergunakan dalam penyampaian pendapatnya.
K : Key atau nada suaranya dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam
menyampaikan pendapatnya.
I : Instrumen atau alat untuk menyampaikan pendapat, misalnya secara
tertulis, lewat telepon dan sebagainya.
N : Normal atau aturan permainan yang mesti ditaati setiap peserta
diskusi.
G : Genre atau jenis kegiatan diskusi yang mempunyai sifat-sifat lain dari
jenis kegiatan lain”.
Keseluruhan pendapat Hymes inilah yang lazim disebut sebagai ciri konteks.
Sekaitan dengan hal ini, ada empat kategori faktor yang membuat terjadinya variasi
langsung. Berdasarkan hal tersebut ada empat kegiatan berbahasa yang sering
36
1) Pengertian dan Tujuan Pidato
banyak secara lisan dengan cara-cara tertentu. Pidato dapat diartikan sebagai seni
membujuk seperti yang dikatakan oleh Aristoteles “The art of persuasion”. Jadi
orang dikatakan berpidato yang baik apabila dia mampu membujuk para
dikemukakannya.
Tujuan pidato dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Memberitahukan;
(2) Menghibur atau menyenangkan; dan (3) Membujuk atau mempengaruhi. Apabila
hal ini sudah diketahui oleh objek (mahasiswa) maka dengan mudah mengerjakan
3) Metode Pidato
dipertemuan tidak resmi adalah: (1) Metode Naskah; (2) Metode Menghapal;
(3) Metode Improptu; dan (4) Metode Ekstemporan. Namun walaupun begitu model
metode, masih ada model dari penggabungan beberapa metode yang secara pasti
4) Persiapan Pidato
(1) Menentukan topik dan tujuan; (2) Menganalisis pendengar dan situasi;
(3) Memilih dan menyempitkan topik; (4) Mengumpulkan bahan; (5) Membuat
37
kerangka uraian; (6) Menguraikan secara mendetail; dan (7) Melatih dengan suara
nyaring.
1) Ketepatan Ucapan
membiasakan diri untuk mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Sudah tentu
pola ucapan yang digunakan tidak selalu sama. Akan tetapi, jika perbedaan yang
tidak sadar pada saat ia mengucapkan sesuatu kata dengan tidak benar, juga bila ia
suatu kata yang penting, dan terus-terusan. Beliau selalu mengucapkan kata
“nuclear” dengan “nucular”. Anehnya, tidak ada seorangpun yang tampaknya pernah
38
memberitahukan padanya bahwa ada kata yang selalu dia ucapkan salah. Baru
setelah dia meninggal dunia, ada sebuah artikel dari surat kabar yang memperhatikan
hal tersebut. Jika mau berusaha, maka bunyi-bunyi bahasa yang salah ucap atau yang
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Dalam pemberian tekanan pada kata atau suku kata tekanan suara
biasanya jatuh pada suku kata terakhir, kedua dari belakang, kemudian ditempatkan
pada suku kata pertama. Dalam hal ini, perhatian pendengar dapat beralih pada cara
jelas dalam bahasa yang dikuasainya. Pilihan kata harus sesuai dengan pokok
karena akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-
kata konkret, yang menunjukkan aktivitas. Pemilihan kata yang tepat merupakan
dan penerimaan. Hal yang disampaikan berupa ide, gagasan, atau informasi,
39
efektif sehingga proses penyampaian berupa ide, gagasan atau informasi hendaknya
1. Sikap yang Wajar, Tenang dan tidak Kaku, artinya sikap ditentukan oleh
itu, perlu latihan yang berulang-ulang. Dalam latihan, hendaknya sikap ini
melihat situasi.
4. Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat, artinya gerak-gerik dan mimik yang
menghidupkan komunikasi.
40
5. Kenyaringan Suara, artinya kenyaringan suara ditentukan oleh situasi,
dihindari.
3. Hakikat Membaca
1. Pengertian Membaca
sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Selanjutnya
pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. Pendapat
lain dikemukakan oleh A.S.Broto dalam Henry Guntur Tarigan, (1983: 58),
41
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud dengan membaca adalah proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi
Ada beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca, antara
Kegiatan membaca tidak timbul secara alami, ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, yaitu faktor dalam (intern) pembaca dan faktor luar (ekstern)
pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain: tuntutan
kebutuhan pembaca, adanya rasa persaingan antar sesamanya, sedangkan faktor yang
berasal dari luar pembaca meliputi: tersedianya waktu, tersedianya sarana yang
diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan dari luar, (guru misalnya), adanya hadiah
tinggi. Seandainya dasar tersebut kurang kuat, niscaya pengaruhnya cukup besar dan
sangat terasa, baik bagi para siswa sendiri atau juga oleh para guru.
Membaca ada beberapa macam, yaitu membaca teknik, membaca dalam hati,
membaca bahasa, membaca pustaka, membaca cepat, dan membaca indah. Dari
42
Mulai tahun 1994-1995, pengajaran bahasa Indonesia di lembaga pendidikan
merupakan suatu kesatuan yang diajarkan dengan suatu kegiatan membaca terarah.
Membaca adalah melihat dan menyerap dan memahami isi informasi yang
pemahaman. Dengan komponen ini diharapkan para siswa dapat membaca wacana
serta dapat menyerap informasi yang ada di dalamnya secara tepat dan cepat.
tuturan tertulis yang dibacanya, baik gagasan pokok maupun gagasan penjelas,
termasuk pula isi yang tersurat dan tersirat (Oka, 1983 : 72).
seseorang berpikir dan bernaluri. Nurhadi (1987 : 13) mengatakan bahwa dalam
bentuk aktivitas jasmani dan rohani, agar apa yang dibaca dapat dipahami, terutama
43
untuk memperluas pengetahuan. Lebih tegas lagi, Nugroho Oka (1983 : 19)
mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang sangat rumit dan unik pula
sifatnya.
2. Jenis-jenis Membaca
1) Membaca Teknik
Membaca teknik pada dasarnya sama dengan membaca nyaring. Dalam hal
ini yang perlu mendapat perhatian guru ialah lafal kata, intonadi frase, intonasi
kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Disamping itu, pungtuasi atau tanda-tanda baca
dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat
membedakan segala jenis intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi
kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah,
bergembira, dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada
bagian-bagian yang dianggap penting, dengan bagian-bagian kalimat atau frase yang
bernada biasa.
aktivitas tersebut untuk keperluan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya
guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata,
lagu atau intonasi kalimat serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pengajaran
44
yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersbut lebih
banyak ditujukan kepada orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu atau
intonasi kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketetapan tekanan, suara dan sebagainya.
Sebagai penyimak atau pendengarnya, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan,
orang yang telah dewasa. Rata-rata, apabila orang sudah meninggalkan bangku
sekolah, kebiasaan yang mereka lakukan bukan lagi membaca nyaring atau membaca
suara tetapi jenis membaca dalam hati. Jenis membaca ini melibatkan dua sarana
kelengkapan hidup setiap manusia, yaitu mata dan ingatan. Proses membaca
melibatkan indera mata yang sehat dan pikiran yang jernih. Proses ini menghasilkan
suatu informasi yang diproses dalam otak dan menjadi sebuah ingatan.
3) Membaca Bahasa
dalam hati, dalam hal tidak bersuara sewaktu aktivitas membaca itu dilaksanakan.
Tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran membaca bahasa agar para siswa semakin
itu dapat menerapkannya dalam berbagai bentuk bahasa dan berbagai situasi. Dalam
45
4) Membaca Pustaka
rintangan. Adakalanya guru berhalangan hadir, ada pula hari-hari yang semestinya
ada kegiatan belajar – mengajar ternyata libur atau untuk kegiatan lain yang tidak
dapat ditinggalkan, misalnya rapat dewan guru, rapat dinas lainnya, upacara bendera
dan kegiatan lainnya, itu semua, akan menjadi sebab tertinggalnya beberapa pokok
bahasan.
Untuk mengatasi hal itu, maka di sekolah diberi mata pelajaran membaca
pustaka. Mata pelajaran ini berguna untuk menambah informasi beberapa bidang
Untuk mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan ini, maka guru dapat
menganjurkan para siswa untuk meminjam buku-buku yang diperlukan tersebut dari
Perpustakaan yang ada di daerah tersebut. Atau dapat pula dengan cara, para guru
kreatif mengkliping bahan ajar dongeng dari sumber-sumber lain yang dapat di
manfaatkan di sekolah.
46
5) Membaca Indah (Estetika)
sebab selalu menyangkut pada hal-hal yang berkaitan dengan keindahan atau estetika
yang dapat menimbulkan emosi atau perasaan dari pembaca atau pendengarnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran ini siswa dapat memperoleh suatu
keinadahan yang sumber bahasa atau keindahan yang bersumber bacaan. Unsur
irama, intonasi, ketepatan ucapan memegang peranan yang sangat penting. Ketepatan
kalimat ajakan dan jenis – jenis kalimat yang lain secara tepat, akan berpengaruh
proses komunikasi yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui isi pesan yang
3. Kecepatan Membaca
yang ditempuh untuk memenuhi jarak tertentu”. Sedangkan Harson dalam Tarigan
kemampuan bahasa pokok yang merupakan satu bagian atau komponen dari
“Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
47
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis media kata-kata bahasa
tulis”.
membaca yang merupakan kecepatan terbaik untuk tiap jenis bacaan cerita pendek,
dari biografis, misalnya tidak perlu dibaca dengan kecepatan yang sama, kita yang
bervariasi bergantung pada beberapa faktor. Dari antara beberapa faktor yang
dituntut melakukan kecepatan membaca adalah tipe atau jenis bacaan, tujuan
Nurhadi (1987 : 35) menyatakan, “Kecepatan membaca dengan 150 kata per
menit dengan latihan intensif selama jangka waktu satu sampai dua bulan akan
adalah waktu yang ditempuh untuk membaca bacaan dan tuntutan untuk memahami
bacaan tersebut. Kecepatan dan pemahaman seseorang tidaklah sama dilihat dari
atau wacana berhubungan dengan tingkat kemampuan seseorang mencerna isi bacaan
atau wacana. Setiap orang akan berbeda dalam hal kecepatan memaknai bacaan atau
48
4. Faktor-faktor Penentu Kemampuan Membaca
keseluruhan, terutama tata bahasa dan kata-kata, termasuk berbagai arti dan
masa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata. Aplikasi
dalam bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena
pemahaman.
yang paling efisien dan efektif untuk menentukan informasi fokus yang
diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca
layap, baca tahap. Disamping itu, dalam membaca untuk studi, ada dua
metode yang biasanya dipergunakan yaitu: CATU (cari, tulis, kembali, uji).
dengan kondisi membaca. Yang dimaksud membaca ialah teknik dan metode
49
konsentrasi). Dan kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan
keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan
1987: 242).
orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan
pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari
hambatan yang umum terjadi pada setiap orang, masalah tersebut antara lain ada
dibawah ini.
dengan bantuan ukuran jam atau stop watc, berapa menit dan berapa detik untuk
pemahaman. Setelah selesai membaca, uji pemahaman anda terhadap wacana yang
50
telah dibaca. Tingkat pemahaman diukur dalam persentase, sedangkan kecepatan
rendah, sedangkan kecepatan berkisar 250-350 kata per menit kecepatan membaca
ini termasuk sedang atau cukup memadai. Akan tetapi, bila kecepatan membaca
berkisar 400-500 kata atau lebih, itu dikatakan pembaca yang cepat dan efektif.
Kecepatan membaca memang diukur dengan berapa banyak kata atau jumlah kata
yang terbaca setiap menitnya. Jika wacana itu cukup banyak, tinggal menghitung
ambil pusing dengan kebiasaan membaca yang rendah. Masalahnya, orang tidak
menyadari bahwa ada jenjang kemampuan membaca cepat yang menantang dari
tingkat yang rendah hingga tingkat yang efektif, kecepatan membaca seseorang
semakin efektif pula, dan kebiasaan membacanya semakin baik pula. Kecepatan
memadai pada kondisi normal, berkisar antara 40-60% atau bila menjawab dengan
51
Minimnya tingkat pemahaman, menjadi masalah karena kecenderungan
anggapan bahwa semakin lambat cara membaca seseorang, semakin tinggi pula
3) Gangguan-gangguan fisik
disertai dengan mengucapkan secara verbal. Bila didengarkan, seperti orang sedang
membacakan teks untuk orang lain. Yang diharapkan dari cara membaca semacam
ini adalah kemampuan berpikir. Ingat membaca adalah “proses berpikir” jauh
melampaui alat-alat ucap untuk berbicara. Ada faktor grafik lain yang penghambat
proses berpikir, karena itu, membaca merupakan kegiatan bernalar juga. Pada
52
Kemampuan membaca awal
Kemampuan membaca awal
Latihan
a. Membaca sekilas, memetik secara kasar, tiga atau empat hal dalam satu
b. Membaca dengan cepat (bo scan) yaitu membaca segala sesuatu secara
cepat untuk mencari hal tertentu yang diinginkan. Membaca cepat yang
baik rata-rata 800-1000 kata dalam satu menit. Seseorang tidak akan
dapat lulus ujian berdasarkan apa yang dibacanya dengan cepat, tetapi ia
53
atau di mana terdapat apresisasi yang kuat. Membaca seperti ini rata-rata
pembaca.
Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan
54
selain cara dan dalam waktu yang relative singkat, seseorang akan
membaca disebut kecepatan dalam membaca dan pemahaman bacaan apa yang
a. Tandailah di mana anda mulai membaca (lebih mudah kalau dimulai dari
judul)
c. Tandailah akhir anda membaca (kalimat akhir, bila bacaan itu pendek).
g. Hitung jumlah kata dalam teks yang dibaca (ingat, tanda-tanda baca ikut
dihitung).
i. Bagi hasil perkalian tersebut dengan jumlah waktu yang anda perlukan untuk
55
Proses tersebut, apabila digambarkan adalah sebagai berikut:
Contoh :
Siswa Sekolah Dasar (SD) atau siswa setingkat Sekolah Lanjutan Pertama
(SLTP) kecepatan membaca sekitar 200 kata per menit. Siswa Sekolah Lanjutan Atas
(SLTA), kecepatan membaca dianggap memadai bila mampu membaca sekitar 250
kata per menit. Untuk mahasiswa sekitar 325 kata per menit, sedangkan mahasiswa
Pasca Sarjana dan Program Doktor sekitar 400 kata per menit. Bagi orang dewasa
56
kecepatan itu bisa turun lagi, dan dianggap memadai pada kecepatan 200 kata per
menit. Kecepatan membaca harus diikuti oleh tingkat pemahaman terhadap bacaan
1 menit
Misalnya, jika yang dibaca per menit 200 kata, dan jawaban yang benar atas
200
x 60 %=120 kpm
1menit
8. Pemahaman Bacaan
merupakan cermin dan kemampuan kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar
57
Harjasujana dan Mulyati (1996/1997 : 72-73 menyatakan : bahwa disertai
1. Kecepatan rata-rata 1000 kpm atau lebih biasa digunakan pada membaca
bacaan ringan)
mudah yang bersifat deskriptif informatif dan fiksi yang agak sukar
menikmati keindahan.
yang kompleks atau nonfiksi yang agak sulit untuk mendapatkan detail
bacaan yang sukar, bacaan ilmiah, analisis nilai sastra klasik, memecahkan
4. Keterampilan Menulis
Menulis sebagai salah satu dari keterampilan berbahasa telah tumbuh sejak
manusia merasa perlu merekam hal-hal penting, baik yang sudah dibicarakan
58
berkembang secara sempurna menjadi huruf-huruf atau fonem-fonem, maka lahirlah
tulisan-tulisan yang semula hanya sederhana, baru berupa sebuah kesatuan makna
yang utuh yang dapat dimengerti oleh kelompok tertentu. Dengan demikian, menulis
mempunyai peranan tertentu yang amat penting bagi manusia. Salah satunya adalah
a. Pengertian Menulis
pada benda lain dengan bentuk yang dibaca, membuat huruf dan angka yang disusun
penulis”. Sejalan dengan pendapat ini, Semi (1996:8) mengemukakan: “menulis atau
lambang dalam grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri dalam tulisan.
59
Saudi Takala Ahmad (1987:71) mengatakan: “Mengarang adalah suatu
Menulis tidak saja terbatas pada proses mengkomunikasikan ide tertentu saja,
tetapi lebih dari pada itu, menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat dan
gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain (pembaca). Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.Yus
atau pesan dalam bentuk rangkaian lambang-lambang aksara. Sama halnya dengan
apa yang dikemukakan Tarigan bahwa menulis merupakan suatu proses dalam
ide, pikiran, dan gagasan dalam bentuk sistem aksara suatu bahasa. Menulis
60
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan.
dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat
dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat
huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan
pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-
menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan
tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan
pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan
pungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat
tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
61
yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi
tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas,
bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran
yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung
makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus
disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa
yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah
orang menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu,
b. Pembelajaran Menulis
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) Menghargai dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara;
(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
62
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social; (5) Menikmati dan
Indonesia.
syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis,
pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan
benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
(a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap
dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan
merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan
63
alinea Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara
leksikal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap
tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi
penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang
dimaksud penulis.
bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar
komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis
hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan
menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis
kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-
dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins
(1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu: pramenulis,
64
Pada pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan
ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang
penulisan.
perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf
yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk
penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca,
pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap
masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga
betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa
tergambar sejumlah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak
siswa dituangkan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas.
kalimat secara utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya
65
dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang
jelas.
66
5) Persuasif, karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis
puti (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan
itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan
kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan
penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki
menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari
sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti
pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik,dan (3)
pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar
67
hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan
menarik.
Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang
disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat
pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau
Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta
ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan.
Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam
68
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang
topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik
yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu
dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan
direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang
tertentu saja, tetapi lebih dari pada itu, menulis adalah suatu proses
69
BAB IV
A. Pilihan Kata
Setiap bahasa untuk semua konsep dinyatakan dengan kata. Kita dapat
kata-kata itu dirangkaikan menjadi kelompok kata, klausa, dan kalimat. Dalam hal
ini ada beberapa kaidah sehubungan dengan pembentukan kalimat bahasa Indonesia.
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai perbendaharaan kata yang
memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar kata). Dari senarai kata itu dipilih
satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa
menguasai kata yang cukup banyak, seseorang tidak mungkin dapat melakukan
pemilihan kata.
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dengan
kata-kata kita berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. Dengan kata-kata orang
menjalin persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerja sama.
peperangan dimulai.
70
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan, terutama melalui
tulisan merupakan suatu pekerjaan yang cukup sulit. Pemilihan kata bukanlah
sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok.
Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan
maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu,
dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh
Akan tetapi, komunikasi tersebut hanya akan berlangsung dengan baik selama
pembaca mengartikan kata dan rangkaian kata-kata sesuai dengan maksud penulis.
Jika pembaca mempunyai perbedaan dengan tafsiran penulis tentang kata atau
rangkaian kata-kata yang dipakai maka komunikasi itu akan terputus. Terjadilah
salah faham, kesenjangan komunikasi, dan sebagainya yang mungkin juga pernah
kita alami. Oleh sebab itu kita perlu berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan
Dalam memilih kata ada dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan, yaitu
kata-kata; kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin
71
1. Kata sebagai Lambang
lambang tersebut harus memahami istilah (1) yang diartikan, (2) yang
mengartikan. Contoh, kata kursi yang dieja <kursi>. Tanda ini terdiri dari
unsur makna atau yang diartikan ‘kursi’ dan unsur bunyi atau yang
lambang <kursi> ini yang dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur
bunyinya mengacu pada suatu referen yang berada di luar bahasa, yaitu
kursi sebagai salah satu perabotrumah tangga. Makna kursi dan bangku
adalah berbeda karena benda atau pun lambangnya sudah berbeda. Oleh
sebab itu dalam memilih kata sebagai lambang perlu ketepatan dan
pemahaman.
dengan hal itu maka kita harus menggunakan kata-kata secara tepat
72
masyarakat. Kenyataannya tidak demikian. Hubungan antara kata dengan
Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip,
seperti kata-kata:
1. Muka, paras, wajah, tampang;
4. Urutan, peringkat;
1) Coklat
2) Canggih
3) Susah
4) Laju
5) Asam
Di samping itu masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi
Contoh: Homograf
1) teras = inti (e diucapkan seperti dalam kata “beras”) dan teras
sedan = mobil
73
Homofoni
kata-kata yang bersinonim itu kerap kali tidak dapat saling menggantikan.
Kata indah bersinonim dengan cantik, bagus, dan elok. Namun demikian,
kita tidak dapat menggantikan kata gadis cantik dengan gadis indah, atau
jaksa agung dengan jaksa raya atau jaksa tinggi. Jadi, kata-kata yang
dengan segala kemungkinan maka makna istilah sudah pasti. Istilah lazim
digunakan secara khusus dalam bidang ilmu atau bidang kegiatan tertentu.
Maknanya dapat dipahami dengan tepat. Untuk mengetahui makna kata, kita
74
istilah masih banyak lagi jenis kamus lain, di antaranya kamus sinonimdan
Selain dalam kamus, makna kata dapat pula dicari dalam ensiklopedia,
yang bekerja untuk suatu toko (termasuk “toko keliling”). Tetapi di dalam
daripada pelayan toko. Demikian pula kata wafat dan mati. Kedua kata itu
dalam kenyataannya kita tidak dapat mengganti gajah mati menjadi gajah
yang ada di samping denotasi tersebut disebut konotasi atau nilai kata. Nilai
75
kata yang diberikan oleh masyarakat bermacam-macam: tinggi, baik,
sopaan, lucu, biasa, rendah, kotor, porno, sakral. Nilai suatu kata ditentukan
Nilai kata dapat juga bersifat perseorangan. Kata surat yang bagi
pribadinya.
Perlu ditekankan di sini bahwa istilah ilmu tidak terikat nilai (bebas
nilai). Tak ada emosi atau perasaan yang timbul bila kita membaca kata-kata
Makna mana yang dipilih dalam tulisan? ini tergantung kepada tujuan
dan sifat tulisan itu. Jika yang mau dipaparkan ialah suatu bahasan ilmiah
76
4. Kata Abstrak dan Kata Konkret
sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa obyek
yang dapat diamati. Kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret.
Kata-kata mana yang dipakai dalam tulisan? Hal ini bergantung kepada
jenis dan tujuan penulisan. Jika yang akan dideskripsikan ialah suatu fakta,
tentu saja harus lebih banyak digunakan kata-kata konkret. Tetapi jika yang
digunakan ialah kata-kata abstrak. Kerap kali suatu uraian dimulai dengan
makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya,
tidak selalu abstrak. Kata konkret lebih khusus daripada kata abstrak.
terbalik.
77
abstrak/umum/
keadaan
luas/kurang jelas
kesehatan
penyakit
penyakit darah
leukimia
le
le
le
konkret/khusus/sempit/jelas
Makin umum suatu kata makin banyak kemungkinan salah paham atau
makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata lain, makin
khusus kata yang di pakai, makin dekat penulis kepada ketepatan pilihan
luas, ada pula kata-kata yang mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan
khusus (unik).
78
Perhatikan pasangan kata-kata berikut:
3) runcing - mancung
5) memasak - menanak
6) campuran - ramuan
7) memotong - menebang
8) aturan - hukum
9) membawa - menjinjing
3) Kata-kata indera :
kelip
79
Untuk penciuman : harum, apak, basi, wangi.
juga kata asam sering digunakan untuk penciuman. Kata jelas untuk
sangkil, canggih.
kata-kata jenis ini merupakan kata serapan atau kata asing (Latin,
Yunani, Inggris ).
dilakukan secara sadar oleh suatu badan/komisi. Dalam hal ini ada
80
Kita bandingkan pasangan kata-kata berikut :
Populer Kajian
1) Batu - batuan
2) Penduduk - populasi
3) Besar - makro
4) Banyak tuntutan/persyaratan - canggih
5) Isi - volume
6) Bisul - abses
7) Bunyi - fonem
8) Hasil - Produk
- Prestasi
- Keluaran
9) Perbedaan - kelainan
10) Cara - metode
11) Sejajar - kesejajaran
12) Bagian - unsure
- Komponen, suku
cadang
13) Tahap - stadium
14) Arang - karbon
15) Berarti - bermakna, signifikan
16) Sah - sahih
17) Dapat dipercaya - terandalkan
81
ini kerap kali merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan
kata ini mencangkup kata-kata populer, kata-kata kajian, dan slang yang
Contoh :
Sikon (situasi dan kondisi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten),
baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan akan sesuatu
yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara : kalau sudah terasa usang,
hilang atau menjadi kata-kata biasa (asoy, mana tahan, bahenol, selangit
8. Perubahan Makna
Dalam memilih kata-kata, kita harus waspada karena makna kata
itu kerap kali berubah atau bergeser. Perubahan ini dapat meluas atau
umum untuk wanita yang sudah dewasa. Juga kata bapak, kakak,
82
Sekarang kata itu berarti semacam buah saja. Contoh lain pendeta (dulu
itu.
83
menjadi perbendaharaan kata populer.Unsur-unsur serapan itu lebih-
lebih kata asing harus digunakan secara berhati-hati. Makna dan cara
tepat.
Contoh :
Contoh :
Kita dapat menggunakan kata-kata seperti itu asal kita tau dengan
tepat makna dan pemakaiannya. Jika kata itu sudah dibakukan kita
84
dibakikan atau belum dikenal secara luas kita perlu menggarisbawahi
Indonesia.
Contoh :
Berhari-hari ia memikirkan rancang bangun ‘out line’karangannya
situasi.
mencangkup baik situasi fisik maupun verbal pada waktu dan tempat
kaitan waktu dan tempat, maka tak ada kata yang diucapkan atau
85
Nama D.N. Adit bagi bangsa indonesiaakan mengingatkan kita pada
Contoh :
Contoh :
1) Mereka pergi ke Surabaya dengan kereta cepat.
86
2) Dengan laju pertambahan penduduk sebesar 2,3% penduduk
7) Hari Raya idul fitri tahun ini jatuh pada hari sabtu.
Contoh :
gerak).
(menyuruh,mengizinkan).
87
7) Di akademi itu mereka mempelajari bahasa asing (alat
komunikasi).
akan kita masuki dengan tulisan itu. Maksudnya, dalam kesempatan apa
orang tua yang tinggal dikota lain. Di samping itu, kita juga harus
besar buta huruf, mahasiswa, siswa SD, dan sebagainya. Agar cepat
88
14. Nilai-nilai Sosial
kalangan masyarakat sasaran tulisan itu ada kata tabu, atau kata-kata
isteri dan bini memiliki makna denotatif yang sama, dalam pemakaian
89
Isteri menteri tidak lazim diganti dengan bini menteri. Tetapi kita
sering menemukan bini Bang Amat diganti isteri Bang Amat.Putera Pak
Baku Nonbaku
90
Ragam buku dipergunakan di dalam tulisan-tulisan formal.
yang harus lebih kita perhatikan, karena ragam tulisan yang kita pelajari
Contoh:
91
5. Reaksi tubuh terhadap rangsangan pengaruh luar bagi jenis dan
bangsa ternak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor morfologi, anatomi.
Dari topik yang dikemukan serta kata-kata yang digunakan dalam
gaya bahasa dan bentuk kalimat yang sesuai. Karena itu, kita harus tahu
B. Definisi
Dari bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa bahasa seringkali bersifat
majemuk dalam bentuk dan maknanya. Kekaburan dan kemajemukan itu terwujud
baik dalam kalimat maupun dalam kata-kata sebagai unsur dasarnya. Hal ini
karena ilmu menuntut persyaratan ketepatan sehingga bahasa ilmu pun harus
tepat, reproduktif.
dengan objek sebenarnya atau tiruan (miniatur) dan gambarnya. Tetapi kata-kata
abstrak tidak melambangkan objek yang nyata sehingga tidak dapat ditiru atau
digambarkan. Dalam hal ini pembatasan hanya mungkin dilakukan dalam bentuk
92
Uraian berikut akan menjelaskan beberapa jenis definisi dan bagaimana
membuatnya.
Persyaratan itu timbul karena”sifat bawaan” bahasa yang rumit dan tidak tepat.
Untuk menjaga keajekan itu, perlu kita menetapkan arti kata atau istilah yang
kita gunakan. Menetapkan arti kata berarti membatasi pemakaian kata itu. Arti
yang sudah ditetapkan itu disebut batasan kata yang lazim disebut definisi.
Definisi merupakan persyaratan yang tepat mengenai arti suatu kata atau
perlu dipahami terlebih dahulu pengertian konsep dan kata. Konsep adalah
sangkar” adalah hasil abstraksi dari pengamatan terhadap sejumlah bujur sangkar.
Konsep itu mencakup ciri- ciri yang sama, yaitu suatu bidang datar tertutup,
Kata adalah unsur bahasa yang melambangkkan suatu objek atau konsep.
Kata konkret melambangkan objek (referenya berupa objek) dan kata abstrak
93
Jadi, mendefinisikan suatu kata berarti membatasi objek atau konsep yang
dilambangkan oleh kata tersebut. Caranya bermacam- macam. Dalam bagian ini
ilmiah, dan persona. Definisi umum mencakup definisi nominal dan definisi
formal; sedangkan definisi personal yaitu definisi yang disusun sesuai dengan
ada yang berbentuk satu kata, satu kalimat, dan suatu paragraf atau lebih.
Selanjutnya, menurut isinya satu defenisi dapat berupa defenisi sinonim/ antonim,
definisi negatif, definisi dengan contoh, definisi dengan proses, definisi dengan
jelas maka pembahasan dalam bagian ini akan diuraikan pengelompokan defini
menurut isinya.
1. Definisi Nominal
Definisi ini terutama digunakan dalam kamus, baik kamus satu
etimologi. Dalam defenisi ini suatu kata dibatasi dengan kata lain yang
sebagai berikut:
94
Agung I: besar; mulia; luhu (KUBI = 19) kata “kelapa” dapat dibatasi
sebagai cocos mucifera, dan kata “bhineka” sebagai bentuk selesai bhin
(S) + ika. Jadi dengan ringkas definisi nominal adalah definisi yang
difiniesnnya merupakan:
3. Asal usulnya
Contoh:
2. Definisi Normal
Definisi formal atau definisi logis merupakan definisi klasifikasi
dari dua ruas, yaitu ruas difiniendum dan ruas difiniens. merupakan
pernyataan itu harus dapat diubah menjadi Y=X tanpa mengubah arti:
Contoh:
Mahasiswa = pelajar diperguruan tinggi, dapat diubah menjadi:
95
Jelas, bahwa satu definisi formal mmpunyai: bentuk
persamaan, yang berarti ruas kiri sama dengan ruas kanan. Ruas itu
diperguruan tinggi
Definiendum definiens
siswa SLA.
Agar lebih jelas berikut ini kita bicarakan pengertian genus dan
kitaa kan memperoleh kelas- kelas atasan dan kelas-kelas bawahan. Kelas
atasan disebut genus dan kelas bawahan adalah spesies. Kalau ini
mempunyai kelas bawahan lagi, dilihat dari bawahan genus tadi, kelas
merupakan spesies.
96
yang sangat kecil denotasinya sehingga tidak mungkin menjadi genus,
disebut species terendah (infima species). Jadi,d efinisi’’ ikan ialah sejenis
3. Definisi Operasional
Definisi operasioanal menunjukan kepada kita apa yang harus kita
hal ini ialah pertumbuhan ikan.Tetapi, ini belum jelas karena pertumbuhan
operasional.
ikan setelah diberi makanan dan waktu tertentu.” dari definisi itu jelas
selisih antara berat setelah diberi makanan dan waktu belum diberi
makanan itu.
97
Contoh lain, Kita ingin mengetahui apakah ada hubungan antara
jenis dan jumlah pola kalimat yang sudah dikuasai atau jenis dan jumlah
kosa kata yang sudah dimiliki atau juga kedua-duanya.Hal ini bergantung
pada teori, pengetahuan, sera pengalaman kita, dan akhirnya sendiri yang
sendiri.
penelitian definisi ini sangat penting, karena definisi ini akan turut pula
datanya.
Beberapa contoh:
1. Kecepatan bicara ialah jumlah kata yang dapat diucapkan dalam
waktu tertentu.
98
4. Definisi Luas
Definisi ini merupakan uraianpanjang lebar, mungkin satu paragraf,
satu bab, atau mungkin meliputi seluruh karangan. Definisi ini kita
perlukan jika kita berhadapana dengan suatu konsep yang rumit, yang
baik yang datang dari dalam maupun dari luar”. Karena itu, konsep
tersebut diberi defenisi luas. Dari defenisi itu kita dapat mengetahui
Contoh :
Apakah kolesterol? Kolesterol adalah suatu zat esensial yang digunakan
lainnya.
Substansi yang larut dalam lemak ini tidak hanya terdapat dalam
darah tetapi juga di otak, sumsum tulang belakan, dan hati. Di dalam
telur.
99
tersusun dari protein dalam bermacam-macam substansi lemak yang
lain.
sedikit sekali protein, tetapi dengan jumlah kolesterol yang sedikit saja dan
Dari contoh di atas jelas bahwa definisi luas lebih bersifat luwes dan
100
mencakup klasifikasi dan diferensiasi, tetap dipertahankan dan
ialah bahwa hal itu dilakukan dengan sadar untuk memperjelas defenisi.
Jika hal itu hanya mengaburkan atau kita tidak yakin mengenai asal usul
kerap kali menggunakan cara pemberian definisi yang tidak/ formal. Pada
bagian terdahulu telah dibahas definisi sinonim dan definisi luas. Berikut
satu kalimat).
Contoh :
101
Yang dimaksud dengan guru di sini bukanlah guru yang hanya
Yang dimaksud dengan guru di sini ialah bukan guru yang hanya
dengan baik.
102
dimanipulasikan. Di dalam desain ex-post facto hubungan kausal
Dalam hal ini suatu istilah atau konsep dijelaskan dan dibatasi
Contoh :
dengan ras, golongan darah, jenis kelamin, warna kulit, umur, dan
6. Penyusunan Definisi
Dalam bagian terdahulu telah dibahas pengertian serta ciri-ciri
bersifat personal dan tidak terlalu terikat, maka pada bagian berikut kita
a. Definisi Nominal
Pada bagian terdahulu telah dibahas bahwa definiens pada definisi
sebagai berikut :
103
1) Dengan memberikan asal kata (etimologi) definiendum,
dalam”
sopbisticated”.
b. Definisi Formal
Definisi formal disusun per genus et differentia. Kata atau
diferensiasi).
Agar kita dapat membuat defenisi formal dengan baik, perlu kita
104
definiens harus sama luas dengan definiendum; tidak boleh
mengulangi definiendum.
dunia”.
105
BAB V
A. Penulisan Ejaan
dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca
ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi. Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak 1972 sampai
saat ini ialah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau dikenal dengan
Dilihat dari usianya, implementasi EYD dalam penulisan sudah cukup lama
sampai saat ini masih sering dijumpai tulisan yang tidak taat asas atau
106
1. Pemakaian Huruf Kapital
terutama yang berkaitan dengan penulisan nama orang serta galar dan
badan atau lembaga, judul dan singkatan. Dalam buku pedoman Ejaan
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat.
Contoh:
Kenaikan bahan pokok disebabkan oleh kelangkaan BBM.
Pada contoh di atas, huruf K dan B adalah huruf pertama pada awal
b. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
Contoh:
107
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
ber-hubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Contoh:
rahmat.
Pada contoh pertama di atas, kata –Nya, -Mu, Engkau merupakan kata
d. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama
Contoh:
Mahaputra Yamin
Pangeran Charles
dan kata pangeran diikuti nama orang yaitu Charles, sehingga huruf
108
Ustad Solmed
ustad diikuti nama orang yaitu Solmed, sehingga huruf pertama nama
Contoh:
Pada contoh di atas, nama gelar sultan tidak diikuti nama orang,
e. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
tempat.
Contoh:
Menteri Pendidikan RI M. Muhajir mengunjungi sekolah darurat di
Jakarta.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
dan pang-kat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
109
Contoh:
Kakaknya baru saja diangkat menjadi gubernur di daerahnya.
kapital.
f. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-
Contoh:
Mayyuka Reforika
Pada contoh di atas, nama Mayyuka Reforika terdiri dari 2 unsur,
yaitu Mayyuka dan Reforika. Kedua unsur ini harus diawali dengan
huruf kapital. Demikian juga nama yang panjang, yang terdiri dari
Contoh:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
Pada contoh di atas, diesel adalah nama penemu, yang dijadikan
110
kapital karena sudah menjadi nama jenis barang yang lazim
digunakan.
Contoh:
bangsa Indonesia
Pada contoh di atas, kata Indonesia merupakan nama bangsa,
kapital.
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
h. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada
111
Contoh:
Contoh:
i. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama
geografis.
Contoh:
Indonesia memiliki tempat wisata yang tak kalah dengan luar
112
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
Contoh:
Kapal itu akan melewati teluk.
Pada contoh di atas, kata teluk tidak menjadi unsur nama diri,
Contoh:
kacang bogor
gula jawa
garam inggris
kacang, yang berasal dari Bogor, sehingga huruf pertama pada kata
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
Contoh:
kata dan tidak diawali dengan huruf kapital, karena kata dan
113
k. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga
Contoh:
l. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
dari sebuah majalah, sehingga setiap awal kata ditulis dengan huruf
m. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pe-
Contoh:
“Kekurangannya besok saja ya Om” Kata Ami.
114
“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto.
penyapaan.
Contoh:
Contoh:
Dr. doktor
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara
o. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata ganti
Anda.
Contoh:
115
Sudahkah Anda tahu berita yang sedang beredar mengenai BBM?
kalimat.
Contoh :
Cerita kasih tak sampai, Siti Nurbaya, novel karya Marah Rusli yang
melegenda
Contoh :
c. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah dan nama latin
dalam kalimat
Contoh :
d. Huruf miring ditulis untuk nama majalah, surat kabar, dan film
Contoh :
Film kartun si unyil, dengan tokoh pak Raden sangat populer di tahun
1980-an.
e. Huruf miring digunakan menuliskan alamat website atau sebuah link di
dalam kalimat
116
Contoh :
Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, anda dapat
Penggunaan huruf tebal dalam laporan atau karya ilmiah digunakan untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang/
BAB :
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
117
4. Penulisan Kata
Kesalahan penulisan kata yang diatur di dalam EyD dan sering dijumpai
dalam penulisan ilmiah, antara lain, penulisan kata berimbuhan, penulisan kata
depan, dan penulisan kata gabung. Demikian juga hal nya, kesalahan penulisan
Misalnya:
duta besar
mata kuliah
kambing hitam
Misalnya:
anak-istri Ali
anak istri-Ali
ibu-bapak kami
ibu bapak-kami
c. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
apalagi daripada
bagaimana darmabakti
barangkali purnawirawan
beasiswa antarkota
118
belasungkawa pancasila
bilamana sukacita
hulubalang kacamata
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
Kata depan di dan ke di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti
Misalnya:
Tanda baca merupakan salah satu hal yang penting dalam bahasa tulis.Oleh
karena itu, penggunaannya harus tepat. Tanda baca juga dapat disebut sebagai
119
lambang-lambang tulisan yang dipergunakan oleh penulis untuk melambangkan
1. Tanda Titik
(1) Tanda Titik
Contoh:
(2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan,
Contoh:
1. Patokan Umum
1.2 Ilustrasi
(3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
Contoh:
(4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
Contoh:
120
(5) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
Contoh:
Remaja Rosdakarya.
kelipatannya.
Contoh:
(6. b) Tanda titik tidak dipakai pada akhir untuk memisahkan bilangan
Contoh:
(7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
Contoh:
(8) Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal
121
Contoh:
Bandar Lampung
8 Juli 1989
pembilangan.
Contoh:
(2)Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
Contoh:
kembarannya.
(3.a) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
Contoh:
122
(b) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anaak kalimat dari
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, begitu, dan akan tetapi.
Contoh:
(5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti, o, ya, wah, aduh,
Contoh:
(6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
Contoh:
(7) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau
123
Contoh:
(8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
Gramedia.
(10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
Contoh: 18,8 m
Rp 12,50
(12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
Contoh:
124
3. Tanda titik dua (:)
(a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
Contoh:
lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau
mati.
(b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Waktu : 09.00-10.30
(c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
Contoh:
125
(d) Tanda titik dua dipakai di antara (1) jilid atau nomor dan halaman, (2)
bab dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan,
serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Yesaya 1:5
Pusat Bahasa
126
BAB V
KALIMAT EFEKTIF
A. Pendahuluan
fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif, kepada para
pembaca. Sebab itu ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk
mempunyai suatu obyek yang ingin dibicarakan; bila ia sudah menemukan obyek
itu, maka ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenyaa secara
dan terperinci.
yaitu dalam bantuk kalimat yang baik sehingga mereka membacanya sanggup
gagasan-gagasan itu pertama kali muncul dalam pikiran pengarang. Bila kalimat-
kalimat itu sanggup menciptakan daya khayal dalam diri pembaca atau pendengar
127
oranglain. Tetapi apakah dengan menguasai pola-pola kalimat suatu bahasa
seseorang sudah merasa yakin bahwa ia telah menguasai bahasa itu dengan baik?
bahasa tersebut.
gagasan-gagasan.
tahu tentang segi-segi sintaksis bahasa. Dalam bab ini khusus akan diberikan
uraian mengenai kalimat kalimat ditinjau dari segi komposisi dan retorika yang
128
itu. Namun penguasaan kaidah sintaksis kosa kata saja, belum memungkinkan kita
mempergunakan bahasa kita dengan hidup dan segar. Sebab itu diperlukan syarat-
syarat lain agar bahasa kita (dalam bentuk kecilnya berupa kalimat) dpat
dirasakan hidup, segar, mudah ditangkap dan dipahami. Bila kalimat-kalimat kita
sudah memiliki kemampuan ini, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut sebagai
secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya
secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap
apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memilki kemampuan atau tenaga
pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping
itu kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat
Jadi yang dimaksud dengan kalimat yang efektif adalah kalimat yang
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
Bila kedua syarat ini dipenuhi maka tidak mungkin akan terjadi salah paham
sintaksis dan kosa kata, kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat
menciptakan kalimat yang efektif. Syarat-syarat lain tersebut akan mencakup pula
129
masalah kegaya-bahasaan dan penalaran. Syarat-syarat tersebut dapat diperinci
1. Kesatuan Gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan
adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide
kalimat dapat panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu unsur
yang lain asalkan ide atau gagasan kalimatnya satu. Dalam laju kalimat
tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan
gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan
yang tidak mempunyai hubuungan sama sekali. Bila dua kesatuan yang
itu.
suatu ide tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari
dua gagasan pokok atau lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan
diwakili oleh sebuah subyek, predikat, obyek. Kesatuan yang diwakili oleh
130
a. Yang Jelas Kesatuan Gagasannya
Kita bisa merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi
itu seringkali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindak
Kamu boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini.
(kesatuan pilihan)
penulis atau pembicara sendiri tidak tahu apa sebenarnya yang mau
131
dikatakan. Coba perhatikan kalimat-kalimat berikut, dan katakana
mati.
esok
saja.
nasionalnya.
132
Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan aatau kedudukannya
berbeda caranya
Yang dimaksud dengan Kohenreni atau Kepaduan yang Baik dan Kompak
Artinya ada hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata
atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara
subyek dan predikat, antara predikat dan obyek, serta keterangan-keterangan lain
yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang
antara kata-kata atau kelompok kata yang rapat hubungannya. Kesalahan yang
berhubungan satu sama lain disatukan, maka selain merusak kesatuan pikiran,
133
juga akan merusak koherensi kalimat yang bersangkutan. Dalam kesatuan
tugas dalam kalimat. Sebab itu bisa terjadi bahwa sebuah kalimat dapat
a. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat.
dalam kalimat.
bagi). Sejak lahir manusia memiliki jiwa untuk melawan kekejaman alam, atau
kepada pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat (tanpa kepada).
penduduk Balidan telah mendorong pada sektor seni lukis, seni pahat dan
134
kerajinan lainnya, namun mita mulai merasakan aspek-aspek negative daripada
Pola kesalahan semacam ini sering sekali terjadi, terutama bila kita
Benar Salah
Bantu membantu.
c. Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian kata, baik
karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau
135
Demi untuk kpentingan sauudara sendiri, saudara dilarang merokok (demi
Merangkaikan dua kata yang sinonim masih mungkin; agar supaya saudara
d. Suatu corak kesalahan yang lain yang sering dilakukan sehubungan dengan
keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja tanggap
Saya sudah baca buku itu hingga tamat (kurang baik, bahasa
cakapan)
Jadi: saya baca, kau pukul, kami lihat, dsb. Sebagai bentuk tanggap yang
mesra.
3. Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah
dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap
didukung oleh subyek, dan predikat sedangkan unsure yang dipentingkan dapat
bergeser dari suatu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus
mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Dalam
136
untuk memberi tekanan pada sebuah kata. Dalam bahasa tulisan hal ini tidak
mungkin dilakukan. Namun masih terdapat bebrapa cara yang dapat dipergunakan
untuk memberi penekanan itu, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa
tulisan.
Sebagai prinsip yang dapat dikatakan bahwa semua kata yang ditempatka
tersebut, untuk mencapai efek yang diinginkan sebuah kalimat dapat dirubah-
awal kalimat.
Kami berharap pada kesempatan lain kiita dapat membicarakan lagi soal
ini.
penekanan pada kata-kata lainnya; harap, pada kesempatan lain kita, soal ini.
bahwa kalimat di atas bisa mengalami perubahan strukturnya, asal isinya tidak
berubah.
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita biacarakan lagi pada
kesempatan lain
Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini
137
Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan lain demikian
harapan kami
Soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain, demikian harapan
kami.
b. Mempergunakan repetisi
sebuah kalimat.
yaitu alat untuk komunikasi. Dalam hubungan antara suami dan istri,
antara orangtua dan anak, antara komandan dan anak buah, antara guru
c. Pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan.
138
Agar kata rajin dan jujur serta menghendaki perbaikan yang
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur
sastra yang tanpa konsepsi. Yang kita kehendaki adalah sastra yang
Namun supaya amanat itu lebih ditonjolkan maka diperlukan dua kalimat yang
mengandung pertentangan.
d. Partikel Penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk
menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang
dimaksud adalah : lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tatabahasa disebut
imbuhan.
139
Ia pun mencoba mendekatkan kedua belah pihak daam suatu
perbandingan
4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.
Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih
berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu ada
upaya lain yang bekerja berlawanan dengan repetisi yaitu variasi. Variasi tidak
Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
kelompok kata-kata pada hakekatnya tidak merubah isi dari yang akan
disampaikan.
yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai
140
Pengertian makna, realitas yang baru dan kebenaran merupakan hal yang
Demikian pula puspa dan wangi sebenarnya menyatakan hal yang sama.
dengan mengutarakan bahwa ouisi itu tidak mengikuti logika puisi, pada
malam lebaran tidak ada bulan. Sebenarnya tak perlu kita bawa logika
mengalami hal yang sama atau mengetahui jiwa penyair atau situasi
penyair waktu menciptakan sajak itu bukanlah suatu puisi yang baik. Dia
juga harus memberi sesuatu kepada manusia dan yang diberikan sesuatu
141
Bila kita perinci fragmen di atas maka kalimat pertama mengandung 23
variasi.
dan di-.
Nusa Tenggara (Tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur
Kutipan diatas akan dirasakan lain kalau dibuat variasi seperti dibawah
ini:
142
Seorang ahli Inggris yang duduk dalam Team Penelitian dan
(Tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun
yang harganya tiga kali lebih mahal dari harga Dakota, karena
5. Paralelisme
Bila variasi struktur kalimat merupakan suatu alat yang baik untuk
143
gagasan yang sama penting dan fungsinya ke dalam suatu struktur/kontruksi
gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu di tempatkan dalam suatu
struktur kata benda, maka kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang lain yang
menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda;
bila yang satunya ditempatkan dalam kata kerja, maka yang lain-lainnya juga harus
masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik-tolak, maka kita ingin
144
Bila kita perhatikan kutipan di atas tampak bahwa reorganisasi administrasi ,
mesra, serta akan memberi tekanan yang lebih jelas pada ketiga-tiganya.
145
6. Penalaran atau Logika
Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi,
tetapi sekadar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau
teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal suatu bahasa. Berarti
ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahsa. Unsur
lain ini adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara turut
logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
sistematis. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula
pemakaian tanda baca kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut
ini:
dan tanda baca kalimat tersebut sudah benar, namun tidak dapat logis
laki)
146
Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan dari berpikir
dimengerti, namun penyatuannya menimbulkan hal yang tidak bisa atau sulit
diterima akal:
Dia mengatakan pada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjng itu tidak mau
147
BAB VI
PENGEMBANGAN ALINEA
A. Pengembangan Alinea
Gagasan utama alinea hanya akan menjadi jelas bila diadakan perincian yang
bawahan dapat dapat didukung masing-masing oleh sebuah kalimat atau lebih. Ada
juga kemungkinan bahwa semua gagasan bawahan sudah tercakup dalam: kalimat
topik. Malahan ada dua gagasan yang didukung oleh sebuah kalimat saja.
pengembangan mana yang dipakai tergantung dari sifat alinea itu. Dasar
nyata di alam (urutan kejadian, urutan tempat atau sudut pandangan) sedangkan
hubungan logis didasarkan pada tanggapan penulis atas relasi dari perincian-
perincian itu.
148
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pengembangan itu sesuai dengan
lain gagasan-gagasan disusun sekian macam sehingga tiap gagasan yang berikut
terhadap gagasan beikutnya selalu menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan
dengan kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin
wwaktu tank sedang menjadi pusat perhatian orang, trakor pun ikut-ikutan
diberi model seperti tank. “Keturunan” traktor model tank ini sampai
sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang pakai roda rantai.
alat pertanian lainnya. Jepang tidak mau kalah saing dalam bidang ini.
149
ttraktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model
sebelumnya.”
perkembangan dari jaman ke jaman” yang terdapat dalam kalimat topik pada
awal alinea. Gagasan utama ini kemudian diperinci dalam empat gagasan
bawahan, yaitu: trraktor yang dijalankan dengan uap, traktor yang pakai roda
rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang atau padi traktor.
kedua didukung oleh tiga kalimat. Sebaliknya gagasan bawahan ketiga hanya
didukung hanya didukung oleh satu kalimat. Sebab itu terasa bahwa gagasan ini
juga kurang jelas. Gagasan bawahan keempat ditunjang oleh dua kalimat.
bersifat deduktif atau induktf lebih mudah dianalisa karena gagasan utamanya
didukung oleh sebuah kalimat topik. Sebaliknya alinea yang gagasam utamanya
didukung oleh sebuah kalimat (deskriptif dan naratif) agak lebih sukar karena
Variasi dan klimaks adalah antiklimaks, yaitu penulis mulai dari suatu
paling rendah.
150
2. Sudut Pandangan
Yang dimaksud dengan sudut pandangan adalah tempat dari mana seorang
atas sesuatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat
barang demi barang yang terdapat dalam ruangan itu, dimulai dari yang paling
dekat berangsur-angsur ke belakang. Sebab itu urutan semacam ini disebut juga
berdiri tiada berggerak sebagai pohon di antara pohon-pohon yang lain. Oleh
isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekalian temannya sejajar
dengan dia.
Di antara daun kayu tampak kepada mereka tebing itu turun ke bawah; di
kakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit juapun kentara, bahwa dia
dinding pondok keluar cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berapa jauh
sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Di keliling
pondok itu tertegak pedai, ketiganya sunyi dan sepi pula”. (AP)
151
Detail-detail dapat diarahkan kepada segi lain, misalnya pelukisan secara
cermat attas seseorang yang berjalan dari suatu bagian ke bagian yang lain dari
suatu obyek yang diselidiki. Atau untuk melukiskan perbedaan antara dua hal,
yang menunjukkan perbedaan dengan hal yang pertama. Seperti halnya dengan
maka dalam membuat pertentangan ini, penulis tidak boleh memasukkan detail-
detail yang tidak dilihatnya dari tempat itu, walaupun mungkin pengetahuannya
tentang hal itu lebih banyak daripada yang dapat dilihatnya dari tempat itu.
suatu suasana tertentu. Suasana merupakan suatu bagian yang esensil dari sudut
Walaupun agak menyimpang dari bagian ini, namun agar kita jangan
mempunyai gambaran yang terlalu sempit tentang sudut pandangan atau point of
view ini, maka perlu kiranya ditegaskan bahwa sudut pandangan juga
dibahas dilihat dari sudut pandangan orang pertama (saya, kami, kita), atau sudu
tak berorang atau bentuk di-. Sudut pandangan ini sama sekali tidak ada
152
hubungan dengan dasar pengembangan sebuah alinea, tetapi mencakup
atau anggapan penulis terhadap subyek yang tengah digarapnya itu. Seorang
penulis terhadap subyek yang tengah digarapnya itu. Seorang penulis misalnya
dengan bertolak dari sudut pandangan yang penuh simpati dan kesedihan, dan
karena kesalahan orang tuanya. Atau mengenai pokok yang sama ia bertolak dari
semacam ini hanya merusak moral dan berbahaya bagi bangsa dan negara. Jadi
tertentu, kata-kata dan frasa tertentu. Sudut pandangan inilah yang boleh
untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandinan itu adalah
153
untuk sampai kepada suatu penilaian relatif mengena kedua tokoh tersebut. Segi-
segi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai
bagaimana rasa huumor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka
“Demokrasi sering yang menandai sepak terjang angkatan ’66 yang juga
koreksi’.
luhur itu dapat kurang lancar jalannya, pada hemat kami memang bisa
dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti
bahwa kritik masih merupakan halyang baru.hal itu jelas kalau kita
154
kehidupan orde lama kata ‘kritik’ tidak termuat dalam kamus sehari-hari.
bisa berfikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium
Alinea pertama hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami alinea yang
kedua. Dasar yang dinyatakan dalam alinea pertama itu adalah pentingnya kritik.
Tetapi supaya persoalan kritik ini bisa lebih jelas ungsinya maka diuraikan
dalam sebuah perbandingan, yaitu antara orde lama dan orde baru. Dalam orde
lama kritik tidak ada. Karena tidak ada kritik, maka timbullah akibat selanjutnya;
kuliah filsafat yang membuat manusia bisa berpikir kritis dilarang. Kalau kita
155
sudah melihat ciri-ciri orde lama ini, maka orde baru haruslah merupakan
4. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan
sistematisdari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperhatikan kesamaan segi
atau fungsi dari kedua hal tadi, sekedar sebagai ilustrasi. Atau dapat dikatakan
kesamaan antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Bila seorang
mengatakan: “Awan dari ledakan bom atau itu, membentuk sebuah cendawan
merupakan sebuah anologi, sebab kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali
kesamaan bentuknya.
kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan
“Pencabangan suatu bahasa proto menjadi dua bahasa baru atau lebih, setia
tiap-tiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat disamakan
dengan pencabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu batang pohon tadi
156
kemudian mengeluarkan ranting-ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu
maka antara bahasa-bahasa yang baru itu masih terdapat kontak timbal-balik,
masih terjalin pengaruh mempengaruhi antara kedua bahasa itu. Lain halnya
ranting yang terpisah, ia tidak menghiraukan lagi nasib cabang atau ranting-
ranting lainnya”.
5. Contoh
Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi
pembaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu
dalam sebuah alinea. Tetapi harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak
“Dalam bukunya ‘The world and the Wwest’ Arnold Toynbee mengemukakan
pendapatnya, bahwa hasil teknologi Barat tidak dengan serta merta dapat
Tehnik Barat modern merupakan suatu bagian integral yang tak dapat dipisahkan
157
hasil tehnik Barat, mau tidak mau harus menyesuaikan alam kebudayaannya
Dengan sebuah contoh yang konkrit dan sederhana pendapat ini dapat kita
sekolah dan kaum petani dari pedusunan ke kota. Siapa yang salah? Para
menuntut perhatian dan pengawasan yang cukup cermat, menuntut pula dari
fihak para penumpang rasa tanggungjawab terhadap milik negara dan bangsa,
supaya dipelihara dan dipakai dengan rapi dan bersih. Ternayta publik umum di
6. Proses
Sebuah dasar lain yang dapat juga dipergunakan untuk menjaga agar
perkembangan sebuah alinea dapat disusun secara teratur adalah proses. Proses
menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari sesuatu kejadian atau
peristiwa.
158
secara kronologis. Ketiga, sesudah mengadakan pembagian sebagai diuraikan
tadi, ia harus menjelaskan tiap tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga
sering menghadapi problem semacam ini, Bayangkan bila seorang ahli mesin
Penulisan proses semacam ini, juga merupakan bagian yang penting pada
Proses laboratoria itu dapat bersifat mekanis (memasang sebuah mesin, atau
159
Singkatnya proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:
peluncuran Gemini-6. Ini bisa terjadi tiap hari karena rotasi bumi. Kemudian
ditunggu sampai Gemini-7 berada pada tempat yang tepat, baru Gemini-6
dan berpergeium 161 km. Jadi berada di bawah dan ke belakang Gemini-7.
Tetapi Gemini-6 lebih rendah, jadi lebih cepat jalannya. Demikian Gemini-7
lintasannya supaya bisa bertemu. Setelah satu kali putaran, tepat pada
214 km. Sementara diadakan koreksi mengenai arahnya supaya bidang yang
dilintasi keduanya lebih tepat sama. Waktu sampai perigeumnya yang baru,
dipercepat lagi sehingga apogeumnya makin tinggi lagi: 274 km. Jarak dari
160
jarak dan percepatan. Akhirnya bertemulah dengan Gemini-7”. (Basis,
Nopember 1967)
sebuah deskripsi mengenai proses? Proses macam apa itu? Dapatkah saudara
sependapat bahwa dengan cara itu telah dicapai sebuah alinea yang bulat?
7. Sebab-Akibat
Perkembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan
sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan
dekat hubungannya dengan proses. Bila proses itu dipecah-pecahkan untuk untuk
utamanya.
skripsi dan sebagainya, sebab dan akibat memegang peranan yang sangat penting.
Dalam eksposisi biasa, sebab dan akibat dikemukakakn berdasarkan observasi dan
refleksi yang ada. Seseorang yang menderita penyakit flu akan dihadapkan kepada
serangkaian sebab yang diduga mungkin telah mengakibatkan penyakit flu tadi. Ia
161
motor malam-malam, tidak menyelimuti badan dengan baik waktu tidur, terlalu
lama berjemur di panas, teralalu kedinginan, atau atau karena kejangkitan oleh
orang lain yang juga menderita penyakit tersebut. Beberapa dari sebab-sebab itu
lainnya.
Dengan memisahkan mana merupakan sebab langsung dan mana yang tidak,
“Melihat sepintas lalu masyarakat kota bandar kita terkesan oleh kesibukan-
relasi dari luar daerah pulau atau pun asing yang pemberesannya harus
tipe manusia pesisiran, yang lain dari tipe manusia pendalaman. Keluasan
Contoh di atas lebih jelas membicarakan mengapa jiwa orang pesisir lebih
162
Mengapa demikian? Bila kita dapat mengajukan pertanyaan itu, berarti kita harus
di bawah ini:
"Dalam tekanan mental yang demikian hebat, tiba-tiba terjadi ledakan fitnah
kegoncangan hebat dalam sendi-sendi kehidupan. Suara hati yang selama ini
Bila dibandingkan dengan kutipan pertama di atas, kutipan kedua ini lebih
masalah juga bertolak dari hubungan kausal, tetapi tidak berhenti di situ saja; ia
sebab tadi.
163
8. Umum-khusus
Kedua cara ini, yaitu umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang
Dalam hal yang pertama gagasan utama ditempatkan pada awal alinea, serta
akhir alinea generalisasinya. Jadi, yang variasi dalam kedua jenis alinea itu adalah
bersifat umum-khusus), tetapi pada akhir alinea gagasan utama tadi diulang sekali
“Sebuah teori tentang fungsi bahasa yang sangat terkenal, ialah teori Karl
Buhler, seorang ahli jiwa dan seorang ahli bahasa bangsa Austria. Sejak
tahun 1918 diperkenalkan teori tentang bahasa dan berbagai tulisan. Pada
bunyi. Teori Wundt itu akan jelas kiranya, jika kita memperhatikan tingkah
9. Klasifikasi
Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk
164
kesamaan tertentu. Sebab itu klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan,
dengam umum-khusus dan khusus-umum, karena proses klasifikasi itu tidak lain
yang kecil lagi. Walaupun demikian penulis harus memegang prinsip yang jelas
tentang dasar klasifikasinya, baik untuk tingkat lebih tinggi maupun tingkat-
itu juga, maka pastilah tidak cukup, apabila ia hanya dibagi atas bahasa
Melayu rendah dan bahasa melayu tinggi, pun tidak cukup disisi-sisikan
Melayu yang ditulis dan banyak pulau jenis yang dipercakapkan. Bahasa
165
yang dipercakapkan oleh tukang penangkap ikan, lain daripada bahasa yang
pakai di Riau lain daripada bahasa yang dipakai si Jakarta lain dari pada
sekaliannya itu masuk lingkungan bahasa Melayu yang satu. Dan bahasa
corak dan warna yang terdapat pada bahasa Melayu itu dahulu.” ( PBI)
bila kita melangkah kepada gagasan-gagasan yang abstrak, maka selalu timbul
kesulitan untuk mempertahankan dasar itu. Klasifikai dibuat oleh manusia, bukan
inheren dalam obyek yang diklasifikasikan itu. Sebab itu klasifikasi pertama-tama
tidak menyangkut soal “benar” dalam arti yang mutlak, tetapi “benar” dalam arti
yang pragmatis, yaitu cocok atau tidak mutlak maksud-maksud tertentu. Sebab itu
yang dipakai untuk mengadakan klasifikasi itu. Bila dasar yang dipergunakan itu
kita terima, baru langkah selanjutnya adalah apakah hasil klasifikasi itu benar-
adalah usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah
istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadaapi hanya sama hadap sebuah istilah
166
dalam bagian tentang kalimat (Lihat definisi dalam bagian tentang kalimat), tetapi
memberi pengertian yang bulat tentang pengertian itu, satu alineaa belum
dapat pula dalam bentuk sebuah buku. Namun prinsip-prinsip definisi tetap sama.
Di sini kita lebih sering menghadapi sebuah definisi luas daripada definisi formal
biasa, atau definisi dengan menerangkan etimologi kata atau istilah tersebut.
rakyat yang diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
rakyat.
Demokrasi dalam arti ini hanya menggambarkan suatu segi dari pada
kehidupan dalam masyarakat; mentalitas dalam arti cara berpikir, besikap, dan
berbuat.
persaadraan).
167
Ketidaklarasan antara kebebasan serta kesamaan pribadi dan tanggung-jawab
kediktatoran.
Baik liberalisme yang menjadi sumber saling-lomba, saling rebut dan rampas
memberi hak asasi kepada tiap manusia untuk membina pribadi (persona) dan
kesejahteraan bersama.
itu tak lain daripada suatu keadilan sosial yang berupa sosialisme. Jadi cita-cita
masyarakat gotong-royong.
hak tiap orang dan bangsa untuk membina pribadi dan nasibnya menurut garis
warga bangsa atas kebaikan nasib bangsanya (sila kebangsaan); dengan rasa
168
tanggung-jawab tiap orang sebagai umat manusia atas kebaikan nasib sesama
umat manusia (sila kemanusiaan); dan dengan rasa tanggung-jawab tiap orang
sebagai titah atau makluk Tuhan yang berbudi, terhadap Tuhannya (=Sila ke-
manungsa’ (kebaikan pribadi, bangsa dan umat manusia) dan demi penunaian
Juni 1967).
Pancasila.
kesatuan ide, perpaduan (koherensi) dan perkembangan yang baik tidak boleh
Kesatuan-kesatuan yang kita sebut alinea ini tidak berdiri sendiri tetapi
merupakan suatu unsur yang kecil dalam sebuah unit yang lebih besar, entah
berupa bab maupun unit yang berupa sebuah karangan yang lengkap. Karena
alinea merupakan unit yang lebih kecil, maka harus dijaga agar hubungan antara
alinea yang satu dengan alinea yang lain, yang bersama-sama membentuk unit
yang lebih besar itu, terjalin dengan baik. Atau dengan kata lain harus
169
terdapat perkembangan dan perpaduan yang baik antar alinea yang satu dengan
Tiap tulisan yang baik selalu akan bertolak dari sebuah tesis. Tesis itulah
alineanya. Karena hubungan yang jelas itulah, pembaca dapat mengikuti uraian itu
dengan jelas dan mudah. Kesulitan biasanya ditimbulkan oleh alinea-alinea yang
menempatkan gagasan pokoknya pada awal alinea, sedangkan alinea itu sendiri
terlalu panjang. Karena kalimat-kalimat yang memuat perincian itu terlalu banyak
pembaca akan kehilangan hubungan bila harus mulai dengan alinea yang berikut.
baru, tetapi perpaduan dengan alinea sebelumnya, terutama dengan gagasan utama
patokan dari tiap alinea, yang menunjukkan kepada pembaca apa yang harus
dibuat, bagian yang mana dari tesis itu akan dikembangkan. Patokan itu sekaligus
mempunyai tujuan ganda yaitu menempatkan tiap alinea sebagai suatu kesatuan
yang struktural dari seluruh karangan, dan menjamin transisi antar alinea.
Seperti halnya dengan alinea, maka perpaduan antara alinea dapat juga
dijamin dengan cara-cara seperti yang telah digunakan dalam sebuah alinea yaitu:
adalah perulangan kata yang sama pada kalimat yang berturutan atau dalam hal ini
juga pada awal alinea yang berurutan. Di samping kata-kata kunci bisa
170
dipergunakan kata ganti. Baik kata-kata kunci maupun kata-kata ganti dipakai
sebuah transisi, seperti halnya sebuah kata transisi dalam sebuah alinea. Alinea-
unit dari karangannya, dan ingin meneruskan unit lainnya. Alinea-alinea transisi
c. Menjelaskan apa yang akan diuraikan oleh pengarang dalam bagian atau
unit selanjutnya.
171
BAB VII
PERENCANAAN KARANGAN
A. Pendahuluan
Penulisan karangan formal, seperti makalah penelitian, tesis, atau karangan
ilmiah lainnya, menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan ini
menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajian. Karena itu, karangan formal, terutama
Tentu saja kita tidak perlu bersusah payah membuat perencanaan atau kerangka
karangan, jika hanya akan menulis surat pribadi kepada teman atau menulis karangan
pendek yang bahannya sudah siapa dikepala. Dalam hal seperti ini, kegiatan menulis
merupakan kegiatan tunggal, dan kerangka karangan cukup dalam pikiran saja.
Tetapi, jika kita akan menyusun tesis atau makalah ilmiah sebaiknya kita rencanakan
lebih dahulu.
Secara teoretis, proses penulisan meliputi 3 tahap utama, yaitu tahap pra
penulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ini tidak berarti bahwa kegiatan-
kegiatan kita lakukan secara terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan kita membuat
persiapan- persiapan yang akan dipergunakan pada tahap penulisan. Dengan kata
Berikut ini akan kita bahas cara merencanakan karangan langkah demi langkah.
karangan ialah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan apa
172
yang harus dibahas dalam tullisan. Kadang-kadang topik karangan
ditentukan oleh dosen atau panitia yang meminta kita menulis, misalnya
panitia seminar. Dalam hal seperti ini kita tidak perlu bersusah payah
memikirkan topik yang akan digarap. Akan tetapi, dalam memilih topik perlu
a. Topik itu ada manfaat nya dan layak dibahas. Ada manfaatnya,
dibahas. Tentu saja hal ini idak berarti bahwa topik yang layak adalah
173
topik-topik sehubungan dengan “kebiasaan membaca”, “pemakaian
puuk buatan”, merupakan topik yang tidak terlalu sulit tetapi layak
dibahas.
b. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis .Hal ini perlu
membacanya.
bahwa agar dapat menulis dengan baik tentang suatu topik, kita harus
kenakalan remaja harus kita kuasai. Kita harus dapat menjelaskan apa
d. Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai. Hal ini erat
karangan tentang suatu topik yang bahannya tidak ada atau sangat sulit
174
planet Yupiter atau tentang peristiwa yang terjadi tadi malam disalah
Topik ini tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Topik yang terlalu
luas seperti bank, pendidikan di Indonesia, lalu lintas, dan seni rupa, tidak
yang seperti ini hanya dapat dibahas secara garis besar atau sepintas lalu.
bila topik terlalu sempit, maka sifatnya akan terlalu khusus tidak dapat
ilmu. Kecuali, jika yang ditulis itu berupa studi kasus. Contoh topik yang terlalu
Cibadak”. Persyaratan terakhir ini akan diuraikan lebih lanjut pada langkah
berikut.
2. Pembatasan Topik
Setelah kita berhasil memilih topik yang memenuhi persyaratan 1, 2, 3,
dan 4, maka langkah kedua yang harus dilakukan ialah membatasi topik
tersebut.Dalam hal ini tentu saja dapat dipikirkan secara langsung suatu topik
175
Untuk membuat diagram jam, topik diletakakan dalam sebuah lingkaran
dari topik itu diturunkan berapa topik yang lebih Sempit. Gambar 1 akan
Lautan Atlantik
Laut sebagai sumber
energi masa depan
Laut teritorial
Indonesia Kekayaan dilautan
Riwayat Lautan
Berdasarkan diagram di atas diperoleh belas topik yang lebih tentang laut.
Kedua belas topik itu dapat dibatasi lebih lanjut dengan mengemukakan
Kekayaan di lautan mana? Di wilayah Indonesia? Kekayaan jenis mana yang akan
dibahas fauna, flora, atau mineral? Kita pilih misalnya, fauna. Fauna yang mana:
ikan, kerang, atau, mutiara? Aspek apa yang kita bahas? Pembudidayaannya?
176
Melalui pertanyaan-pertanyaan itu kita akan sampai pada topik yang cukup
telah dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul karangan. Apakah yang
keseluruhan karangan yang akan digarap; sedangkan judul ialah nama, titel, atau
semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin saja sama dengan
judul, tetapi mungkin juga tidak. Dala karangan fiktif (rekaan) kerap kali judul
Demikian juga novel Kabut Sutra Ungu, sama sekali tidak membahas kabut
Dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul krangan harus tepat
Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan dalam
177
berbentuk frase. Judul itu akan menjadi kalimat bila kita ubah menjadi,
4. Judul baru dinyatakan secara jelas; artinya judul itu tidak dinyatakan dalam
kata kiasan atau tidak mengandung kata yang mengandung arti ganda.
Adakalanya judul itu diubah dengan maksud untuk lebih menarik perhatian
pembaca. Untuk karangan ilmiah seperti sikripsi, tesis atau karya ilmiah lainya di
2. Pengaruh pembukaan jalan raya terhadap cara hidup rakyat di desa Meja
178
4. Tujuan Penulisan
Setiap penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuan penulis yang
ditentukan lebih dahulu karena hal ini akan merupakan titik tolak dalam
menentukan tujuan penulisa, akan diketahui apa yang harus dilakukan pada
pandangan yang akan dipilih. Tujuan merupakan penentu yang pokok dan
tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk tesis. Tetapi, untuk suatu tulisan yang
a. Tesis
Seorang penulis sebelum memulai tulisannya terlebih dahulu
gagasan pokok atau pokok pikiran tulisan disebut tesis.Jadi, sebuah tesis
adalah sebuah kalimat yang merupakan kunci untuk seluruh tulisan, seperti
179
halnya kalimat utama di dalam sebuah parangraf pertama dalam karangan.
pada umumnya masih jauh dari memuaskan; oleh sebab itu, perlu dicari
bahasa Indonesia dapat di perbaiki. Jadi dari kalimat tesis di atas pembaca
2. Analisis penyebabnya.
3. Saran perbaikan.
dan bahan atau informasi yang diperlukan. Hal ini tidak berarti bahwa
berdasarkan tesis itu ditentukan fakta dan informasi mana yang diperlukan.
Agar efektif, suatu tesis hendaknya terbatas, utuh, dan tepat. Tesis
180
umum, yang tidak cukup terbatas. Tesis ini masih dapat dipecahkan
Contoh:
datang.
Indonesia.
4) dan seterusnya.
sesuatu tanpa memberikan petunjuk tentang apa yang akan dibahas dan
bagaimana membahasnya.
berikut kita membahas hal itu. Mula-mula kita menetukan topik karangan,
terdahulu. Kalau kita telah menemukan topik yang terbatas, kita pikirkan dan
181
antaranya. Kemudian kita kemukakan lagi satu pertanyaan yang berhubungan
dengan gagasan itu. Pertanyaan itu akan menuntun kita kepada langkah
ketiga, yaitu langkah yang terakhir dalam mencari tesis untuk karangan.
pertanyaan itu. Dari kalimat-kalimat itu kita pilih satu yang menarik minat
Contoh:
kelestariannya.
tradisional.
(b) Perahu nelayan kita tidak dilengkapi dengan sarana pengawet dan
pengolah ikan.
182
pengolahan hasil laut.
Kata yang mengandung gagasan itu merupakan kata kunci. Sesuai dengan
Contoh:
(a) Lari pagi adalah olah raga yang murah.
(e) Lari pagi adalah olah raga yang murah, mudah, dan menyenangkan.
memenuhi persyaratan? Dalam hal ini ada beberapa keharusan dan larangan
183
a) Tesis yang baik harus bisa meramalkan, mengendalikan, dan
Contoh:
184
subtopik yang akan dibahas. Tesis “Lari pagi adalah olah raga yang murah
Dari tesis itu kita tahu bahwa ada dua gagasan yang akan di bahas.
masa depan.
kejahatan.
Kalau tesis kita “Kelapa adalah tanaman serba guna”, maka karangan
kita akan membahas manfaat bagian-bagian pohon kelapa. Kita tidak akan
pembahasan.
185
mengendalikan.
(2) Tesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan tidak boleh
saya”, “saya duga”, dan “saya kira”. Ungkapan semacam itu akan
melemahkan argumentasi.
186
(6) Tesis tidak boleh dinyatakan dengan bahasa yang tidak jelas
b. Pernyataan Maksud
Pada bagian pertama pada bab ini sudah dikatakan bahwa tujuan penulisan
selain dapat dinyatakan dengan tesis dapat juga dinyatakan dengan pernyataan
pernyataan maksud.
Di atas sudah dijelaskan bahwa tesis hanya terdapat di dalam tulisan yang
kekalutan yang dialami penduduk ketika terjadi kebakaran, maka kita tidak
akan mengembangkan suatu gagasan secara dominan. Dalam hal yang seperti
Contoh:
orde baru.
187
membuktikan bahwa Pancasila dapat menyelamatkan bangsa dari ancaman-
ancaman pengkhianatan.
4) Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa proses belajar mengajar yang
5. Bahan Penulisan
Pada memilih dan membatasi topik kita hendaknya sudah memperkirakan
sebetulnya telah memusatkan perhatian pada topik yang terbatas itu, serta
mengumpulkan bahan yang khusus pula. Dengan bahan-bahan yang khusus ini
kita akan berusaha membahas topik tersebut secara terinci dan mendalam.
yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya dan dapat pula pada waktu
penulisan berlangsung. Untuk masalah kecil yang tujuannya sudah jelas dalam
pikiran kita penetapan dan pengumpulan bahan dapat dilakukan pada waktu
penulisan. Tetapi, untuk sebuah karangan yang besarseperti skripsi, tesis atau,
188
disertasi, bahan-bahan seharusnya dikumpulkan dulu sebelum proses penulisan
dimulai.
Jika tujuan penulisan sudah dirumuskan dengan tepat, maka kita pun sudah
dapat menentukan bahan atau materi penulisan, serta macam dan luasnya.
Yang dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi atau data
dalam mengembangkan topik yang dipilih. Bahan itu dapat kita peroleh dari
berbagai sumber.
baru.
Studi kepustakaan menuntut kita membaca secara kritis semua beban yang
mengandung sudut pandangan yang berbeda-beda dan bertentangan satu sama lain
perlu kita miliki. Kita dituntut dapat memilih, menimbang, menolak dan
189
menyusun kembali bahan-bahan yang ada ke dalam suatu tulisan yang dapat
meyakinkan pembaca. Pembaca yang kritis akan dapat menyeleksi tulisan yang
Pertama, bahan bacaan yang memberikan gambaran umum tentang topik yang
kita pilih. Untuk ini biasanya tidak diperlukan catatan-catatan mendetail. Kedua,
bahan bacaan yang harus dibaca secara kritis dan mendalam, karena bahan
penulisan terdapat dalam bacaan ini. Dari bahan seperti inilah penulis membuat
1) Perpustakaan Sekolah
3) Perpustakaan Umum
4) Perpustakaan Khusus
5) Perpustakaan Nasional
Perpustakaan sekolah berisi bahan-bahan untuk menunjang pelaksanaan
bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan oleh segala lapisan masyarakat dari segala
190
digunakan oleh peneliti biologi. Perpustakaan nasional berisi terbitan nasional yang
Perpustakaan Nasional Indonesia baru diresmikan pada bulan Mei 1980 dan
pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu mencerdaskan bangsa sesuai
tinggi. Dalam hal ini perpustakaan berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
pengajaran, pusat kegiatan ilmiah dan budaya, dan pusat sarana penelitian dan
juga menyimpan karya-karya yang memadai yang dapat memenuhi keperluan di atas.
membaca semua buku, majalah, atau surat kabar yang tersedia pada sebuah
perpustakaan. Setiap perpustakaan memiliki koleksi yang khas, namun sarana yang
dipakai oleh setiap perpustakaan biasanya bersifat standar. Sarana yang dipakai pada
semua perpustakaan untuk membantu setiap orang guna melengkapi bahan yang
petunjuk untuk mengetahui koleksi bahan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan
itu. Dengan bantuan katalog pemakai perpustakaan dapat mencari buku yang
diinginkan. Kartu katalog ini biasanya berukuran 7,5 x 12,5 cm, disusun berdasarkan
191
buku dan pokok uraian. Mungkin terdapat variasi penyimanan, namun prinsip kartu
Setiap buku harus memiliki tiga kartu katalog yaitu kartu katalog pengarang, kartu
katalog judul dan kartu katalog subjek. Semuanya disusun menurut abjad. Bila yang
kita ingat secara pasti nama pengarang, maka nama pengarang itulah yang dicari
dalam urutan kartu katalog pengarang. Kalau judul buku yang diingat, maka yang
kita cari kartu katalog judul. Kartu katalog subjek sebenarnya sama dengan kartu
katalog pengarang dan kartu ini dikumpulkan bersama-sama dalam suatu judul utama
Di dalam kartu katalog tertera deskripsi bibliografi bahan pustaka seperti berikut :
1) Nama pengarang (nama keluarga mendahului nama kecil), atau yang
2) Judul buku (huruf pertama ditulis dengan huruf capital) termasuk anak
3) Edisi
4) Data penerbitan yang terdiri dari : tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit.
Data di atas perlu dicatat dengan teliti karena dalam sebuah karya tulis
5) Besar dan tebalnya buku, banyaknya halaman, bab, jumlah jilid, serta data
ulang cetak.
6) Deskripsi isi;hal ini tidak selalu ada dalam kartu katalog. Tetapi deskripsi isi
192
7) Nomor buku (Call Number) yaitu :
yang sama.
aslinya.
kita. Ada penulis yang menganggap cukup membuat sarinya saja, ada juga
tidaknya mengutip dan panjang pendek serta macam kutipan yang dibuat
1) Contoh Kutipan
angkatan
“. . . angkatan, yakni seperangkat angka yang saling berhubungan satu sama lain.”
193
B.H. Erickson dan T.A Nosanchuk terjemahan
Catatan pada kartu di atas merupakan kutipan langsung, artinya sesuai dengan
aslinya. Sumber kutipan tersebut harus dicatat selengkap mungkin. Perhatikan contoh
di atas.
2) Parafrase
anak berbakat
dengan pelayanan pendidikan yang diterimanya, anak berbakat adalah anak yang
sangat berkelainan.
3) Ringkasan
Administrasi Negara
194
4) Ulasan
Ringkasan (Precis )
untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Dalam
yang asli.
ikhtisar yang juga merupakan penyajian singkat dari karangan asli. Padahal, kedua
kriteria sesuai dengan keperluan. Klasifikasi, seperti juga analogi, pada dasarnya
merupakan jenis analisis dan sintesis. Dalam klasifikasi kita mengambil sesuatu dari
dalam kelas–kelas yang baru berdasarkan kriteria tertentu. Kelas- kelas yang
terbentuk dengan cara itu merupakan konsep baru hasil sintesis penulis berdasarkan
6. Kerangka Karangan
Langkah terakhir pada tahap prapenulisan adalah mengorganisasikan karangan.
Dalam hal ini tujuan penulisan serta bahan penulisan turut menentukan bentuk
195
organisasi karangan itu. Bentuk atau pola organisasi karangan akan dibicarakan pada
untuk menyusun suatu rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan
karangan juga akan menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur.
teratur, dan tidak membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah
penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topic atau judul.
bahan atau materi apa yang diperlukan dalam pembahasan yang akan
ditulisnya nanti.
196
1. Bentuk Kerangka
dalam kerangka topik setiap butir dalam kerangka terdiri dari topik yang
sebenarnya disusun terlebih dahulu harus dibuat kerangka kasar, atau yang
berikut!
untuk setiap babakan kasar diatas. Hasilnya, diperoleh sebuah kerangka yang
lebih terinci.
Contoh :
1. Kegiatan Akademis
197
1.1 Penelitian
1.2 Seminar
2. Kegiatan Sosial
Sekitar Kampus
Ibu
Kerangka karangan itu masih dapat dirinci lagi, misalnya dengan cara
anggaran.
Contoh :
1. Kegiatan Akademis
1.1 Penelitian
berarti kita sudah memiliki kerangka kerja yang akan menuntun kita dalam
198
mengembangkan karangan. Satu hal yang perlu diingat dan diperhatikan ialah
I. Binatang buas
II. Mamalia
V. Binatang malam
dan II –IV terdapat tumpang tindih. Rincian dari topic ke subtopic tidak
Jika kita ingin membuat kerangka yang baik dan terinci (memuat sub-sub
bagian), kita mulai membuat kerangka secara garis besarnya terlebih dahulu.
itu barulah setiap butir diuraikan ke dalam sub-subbagiannya. Dalam hal ini
199
Contoh :
SUATU PENGANTAR
I. Pendahuluan
Belajar
1. …………………………………………………………………………………
………………………………………………………………....
200
1.1 …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
1.2 …………………………………………………………………………
………………………………………………………………...
1.2.1 ……………………………………………………………………
……………………………………………………………
1.2.2 ……………………………………………………………………
…………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
2.1 …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2.2 …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
2.2.1 ……………………………………………………………………
……………………………………………………………
2.2.2 ……………………………………………………………………
…………………………………………………………….
Dan seterusnya.
1.
……………………………………………………………………………
……………………………………................
201
1.1
……………………………………………………………………………
……………………………………………………
1.2.1
…………………………………………………………………………………
……………………………………............
1.2.2
…………………………………………………………………………………
……………………………………………….
2. .
……………………………………………………………………………
…………………………………………………….
2.1
……………………………………………………………………………
………………………………………………………
2.2
……………………………………………………………………………
………………………………………………………
Dan seterusnya.
Selanjutnya jagalah agar hubungan antara bagian antara bagian dengan sub-
202
Contoh 1
Variasi bahasa dapat ditinjau dari berbagai segi
A. Variasi berdasarkan tempat (daerah)
D. Dan seterusnya
Contoh 2
Di antara kedua contoh di atas yang mana menurut anda yang lebih
contoh 1 lebih konsisten dan lebih jelas dari pada contoh 2. Butir-butir pada
contoh 1 didasarkan atas satu patokan, yaitu variasi dan semua butir
dinyatakan dalam bentuk topik. Pada contoh 2 tidak demikian halnya. Butir–
butir pada contoh 2 dinyatakan dalam bentuk topik (A) dan bentuk kalimat
pada (B) dan (C). Dasar patokan untuk butir (A), (B), dan (C) juga tidak jelas.
2. Pola Organisasi
Langkah terakhir pada tahap penulisan ialah pengorganisasian karangan.
Dalam hal ini tujuan dan bahan penulisan turut menentukan bentuknya.
203
argumentatif. Pola ini disusun sesuai dengan arah pembicaraan dan detail
pembahasan tertentu.
Jika kita akan menjelaskan suatu gagasan atau prinsip umum secara
konkret dan khusus maka kita harus menggunakan pola ilustratif. Arah
pembicaraan menurut pola ini ialah dari hal yang umum kepada yang khusus.
khusus dan lebih khusus lagi. Dalam pola ini makna tesis atau kalimat utama
hal yang harus kita perhatkan. Pertama, contoh yang dipakai harus
mempunyai hubungan yang langsung dengan kata yang umum (tesis, kalimat
itu tesis atau kalimat topik dapat dijelaskan. Arah pembahasan ialah dari
hanya dipergunakan bila tesis atau topik mengenai suatu kesatuan (benda
konkret atau gagasan abstrak) yang terdiri dari bagian-bagian. Dengan cara
menguraikan bagian-bagian itu tesis dapat dijelaskan. Pola analisis ini ada
204
tiga macam, yaitu analisis, klasifikasi, analisis proses, dan analisis sebab-
akibat.
Contoh :
VARIASI BAHASA INDONESIA
1. Pendahuluan
Contoh :
1. Pendahuluan
205
4. Pemahaman secara aktif
6. Dan seterusnya
bagi anak-anak SMP dari mulai mengenal kata-kata baru sampai kepada
Pola karangan analisis sebab-akibat dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Contoh :
1. Pendahuluan
2. Makanan Bergizi
5. Dan seterusnya
Contoh :
206
5. Variasi berdasarkan media: bahasa buku dan surat kabar
becak
Semua butir, dari butir satu sampai butir enam pada contoh di atas
Akan tetapi keterangan di belakang titik dua (:) bersifat ilustratif, karena
yang khusus.
urutan yang logis untuk menjelaskan suatu tesis atau proposisi. Arah
pembahasan menurut pola ini ialah dari evidensi sebagai premis kepada
kesimpulan.
Contoh :
Tempe bongkrek adalah makanan berbahaya. Banyak orang yang sakit dan
Bagian yang lain yang merupakan premis yaitu dasar untuk penarikan
sudah dapat melangkah pada tahap kedua yaitu tahap penulisan. Akan tetapi
sebelum kita mulai dengan penulisan yang sebenarnya perlu kita menilai
kembali persiapan penulisan yang telah kita buat, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pernyataan berikut:
207
1) Apakah tesis (pertanyaan maksud) yang kita rumuskan sudah cukup jelas?
tertentu?
208
BAB VII
A. Pendahuluan
sebagainya. Dalam bab ini akan dibahas aspek penalaran dalam karangan.
Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur),
kita selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita
berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak
hadir secara nyata, kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan
berpikir yang lebih tinggi dilakukakan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
paling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis
bersifat ilmiah atau tidak ilmih. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan
209
1. Penalaran Induktif
mengenai semua atau sebagai dari gejala serupa itu. Di dalam analogi
a. Generalisasi
Generalisasi ialah proses pennalaran berdasarkan pengamatan
kita kenal. “Orang Jepang peramah”, “Orang Jawa tidak suka berterus
210
Sahkan kesimpulan seperti di atas? U ntuk menjawab pertayaan-
satu atau beberapa orang Jepang dan orang Jawa yang kebetulan
Dalam memilih jurusan IPA siswa kelas satu (1) SMA Negeri
kabupaten dan ibu kota RI) dan banyak bergaul dengan orang
211
kota mudah menyerap situasi baru tanpa “dianalisa”. Ini
b. Analogi
Kita dapat membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas
212
suatu bau yang sedap sebagai “bau bunga melati atau bau 4711”.
antar sistem pencernaan anak kera dan anak manusia. Kesimpulan itu
merupakan analogi induktif yang sah, karena yang dipakai sebagai dasar
Contoh:
213
gedung dan pohon-pohon yang tumbang. Demikianlah penderitaan telah
membuatnya hancur luluh tanpa ampun. Rasanya tak ada lagi yang
tersisa, kecuali badan yang hampa rasa, tanpa citra, cipta, dan karya.
ratak suatu daerah. Maksudnya tentu saja agar pembaca data lebih
hanya ada penyebabnya. Dalam hal ini orang kerap kali sampai pada
akibat.
214
lain-lain. Cerita-cerita detektif dan proses peradilan merupakan contoh
hal.
Contoh:
MUSIBAH CHALLENGER
sangat mengejutkan. Seperti jutaan orang lain dari seluruh dunia, kita pun
lebih dari 100 km di lepas pantai timur AS. Peristiwa ini menjadi sangat
oleh wakil Presiden AS, George Bush, dan lebih dari 600 guru dan 4000
pesawat mereka.
Tidak akan segera diketahui apa yang menjadi pelatuk musibah itu.
Tetapi dengan mudah bias dimengerti, bahwa ledakan sekian ton oksigen
215
dan hydrogen cair yang menjadi bahan bakar utama pesawat itu akan
empat kali peluncuran harus ditunda. Akan tetapi, itu saja sebenarnya
belum cukup untuk membuat orang berkecil hati. Sebab, salah satu
pesawat jenis ini yang semula (tahun 1981) hanya dilakukan dua sampai
Mungkin salah satu pelajaran yang bias ditarik dari musibah ini ialah,
pada saat-saat tertentu kita memang harus tergugah dari yang serba rutin,
dan kembali menggungat apakah yang kita lakukan selama ini memang
tidak bias diperbaiki lagi. Sebab, salah satu yang terlewat dari
216
sana, manusia sering juga menjadi terlalu ambisius, dan kadang-kadang
masih ada saja sesuatu yang lepas dari pengamatannya. Apa pun nanti
yang akan ditemukan oleh tim ahli yang bertugas meneliti musibah itu,
dihadapan Sang Maha Sempurna. Pada saat seperti itu, manusia harus
sadar, betapa luar biasa pun prestasi yang sudah dicapainya, tetapi
diketahuinya itu adalah menentang Yang Maha Kuasa. Selama ini selalu
terbukti betapa sangat kuat berakar dalam kodrat manusia hasrat untuk
jiwanya.
di angkasa yang serba tanda Tanya. Apabila berhasil masih perlu segera
217
Meskipun demikian, sudah sangat banyak orang yang mengorbankan
hidupnya untuk hal-hal seperti itu, dan masih akan lebih banyak lagi orang
yang secara sukarela bersedia melakukan hal-hal serupa dengan risiko bagi
yang belum diketahuinya, walaupun saat-saat seperti sekarang ini juga harus
menjadi frustasi karena gagal dalam ujian seleksi. Kegagalan ini disebabkan
oleh karena tak sempat menyiapkan diri untuk ujian tersebt. Hal ini terjadi
Dari contoh itu kita lihat bahwa penyebab pertama kegagalan siswa
itu ialah “kantuk”. Penyebab itu diikuti oelh serangkaian akibat yang
rangkaian sebab akibat seperti yang telah dibahas pada bagian 3.2.2 butir 4).
218
Selanjutnya, dalam penalaran akibat ke akibat harus diyakini bahwa
ada penyebab umum yang menimbulkan akibat-akibat itu. Dalam hal ini
penyebab lain yang mungkin juga menimbulkan salah satu atau kedua
akibat tersebut?
sebab-akibat merupakan suatu hal yang mudah dan jelas. Tetapi di dalam
sebab akibat yang rumit. Karena itu, seperti telah pernah dikemukakan kita
berpikir yang sah, kita akan dapat menilai, apakah putusan kita tentang
politik, atau prasangka. Dalam hal ini, ilmu statistika kadang-kadang dapat
membantu kita.
2. Penalaran Deduktif
lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Jadi sebenarnya,
219
pernyataan/kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya.
implikasi pernyataan ‘Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi’.
2) Semua bujur sangkar harus merupakan segi empat, tetapi tidak semua
4) Jika sebuah bujur sangkar dibagai dua dengan garis diagonal akan
6) Setiap segi tiga itu mempunyai dua sudut lancip yang besarnya 45
derajat.
220
kacau. Karena itu, latihan keterampilan menulis pada hakikatnya adalah
a. Silogisme
c. Ia harus dihukum
221
Pernyataan itu dapat dikembalikan menjadi :
tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai
penarikan kesimpulan.
mayor dan premis minor. Subjek pada kesimpulan itu merupakan term
minor dan tidak boleh terdapat pada kesimpulan. Perlu diketahui, term
ialah suatu kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S)
Contoh :
a. Semua cendekiawan adalah manusia pemikir
222
Bentuk di atas merupakan bentuk stadar silogisme. Di
2. Macam-macam Proposisi
antara term-term.
223
Proposisi dapat digolongan-golongkan berdasarkan beberapa kriteria.
Contoh :
fana” dan “Semua manusia pernah lupa”. Karena kedua proposisi itu
yaitu “Tak seorang pu siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar
ITB” dan “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru
rimotif .
224
tanpa syarat, proposisi digolongkan kedalam proposisi kategoris,
Contoh :
Kategoris : Sebagaian manusia hidup makmur.
Kondisional : Jika mutu makanan ayam diperbaiki telur
yangIdihasilkanIlebihbertumu.
Proposisi kondisional dapat dibagi bagi lagi menjadi proposisi
Contoh :
berbeda (konsekuen).
gerombolan.
225
Ungkapan untuk menyatakan proposisi universal antara lain :
beberapa.
simbol A
Contoh :
Senat
KKN.
3. Distribusi Term
226
meliputi seluruh denotasinya, dan dikatakan nondistributif, jika hanya
A : S distributif, P nondistributif.
E : S distributif, P distributif.
I : S nondistributif, P nondistributif
O : S nondistributif, P distributif
Proposisi A :
E :
I :
O :
Contoh :
b. Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai
pada kesimpulan.
227
e. Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan
4. Persyaratan
Contoh :
positif.
Misalnya :
f. Dari premis mayor particular dan premis minor negative tidak dapat di
tarik kesimpulan.
228
g. Premis mayor dalam silogisme mungkin berasal dari teori atau
b. Entimem
kehidupan sehari-hari. Di dalam tulisan pun, bentuk itu hamper tidak pernah
digunakan.
Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini
pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimen salah satu premisnya
Contoh :
My :
229
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk
melengkapi kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi
tidak mungkin subjeknya “menipu”. Kita dapat menalar kembali dan menemukan
jadi, maka, karena, itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalausudah, kita
Contoh lain :
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi
Contoh :
mampuberpikir formal.
tahun.
VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun, jadi mereka mampu
230
berpikir formal. Atau dapat juga “Anak-anak kelas VI di Indoneisa telah mampu
berpikir formal karena mereka telah berumur lebih dari sebelas tahun”. Kalau
tahun telah mampu berpikir formal, karena itu, siswa kelas VI telah mampu
berpikir formal.
c. Salah Nalar
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang
mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena
kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau
salah tulis misalnya. Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, di
dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan
karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi
1. Kesalahan Informal
berikut:
231
2. Cinta seorang ibu kepada anaknya tak dapat diukur dengan
materi.
mencintaiku . . .”
makna kata cinta pada kalimat (1), (2), dan (3) mempunyai makna yang
cara:
1. Argumentum ad Hominem
232
orang menolak pemerataan dengan alasan bahwa pemerataan itu
2. Argumentum ad Baculum
dengan kekerasan.
memiliki kekuasaan.
4. Argumentum ad Populum
5. Argumentum ad Misericordiam
233
ingin agar kesalahannya dimaafkan. Misalnya seorang siswa
7. Kesalahan Aksidensi
234
8. Perio Principii
235
misalnya sebagai istilah ekonomi, fisika, hokum, dan
sebagainya.
2. Kesalahan Formal
1. Kesalahan Indukif
236
Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses
Contoh :
data itu tidak memadai. Barang kali masih lebih baik jika
mereka.
sebab akibat yang tidak tepat atau salah. Hal ini mungkin
237
atau pembaca menganggap suatu kontributori sebagai
penyebab utamanya.
Contoh :
saya
halaman
sukses”.
4. Kesalahan Analogi
Contoh lain :
238
Toni bersekolah di SMA 1. Ia pasti akan menjadi tokoh
politik.
5. Kesalahan Deduktif
Contoh :
yang berantakan.
ketidakadilan.
berantakan.
239
Dari kedua premis itu tidak dapat ditarik kesimpulan apa-apa. Pada
silogisme itu terdapat empat term. Dengan perkataan lain, tidak ada term
berhubungan
Contoh :
Dari premis mayor partikular positif dan premis minor universal posif tidak
Contoh :
240
BAB IX
PENULISAN KUTIPAN
A. Pendahuluan
atau gaya tertentu, peneliti harus konsisten dengan sistem atau gaya tersebut.
pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan atau penelitian dari penulis
lain, atau penulis sendiri, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan
penulis. Oleh karena itu, mengutip harus dilakukan secara teliti, cermat, dan
bertanggung jawab.
perlu dipelajari bagaimana teknik pengutipan sesuai standar ilmiah. Untuk itu,
perlu diperhatikan hal berikut: (1) mengutip sehemat-hematnya, (2) mengutip jika
dirasa sangat perlu semata-mata, dan (3) terlalu banyak mengutip mengganggu
kelancaran bahasa.
241
B. Cara Mengutip
Ada dua cara untuk mengutip, yaitu mengutip langsung dan mengutip tidak
langsung.
Contoh:
Menurut salah satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan
2. Kutipan Langsung.
Mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat
sebagai berikut:
- Jarak baris kutipan dua spasi (sesuai dengan jarak spasi paparan).
242
- Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama
(Penulis, 2012:100).
(kursif).
- Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan, ganti bagian itu dengan tanda
titik sebanyak tiga buah jika yang dihilangkan itu ada di awal atau di
Contoh :
Ada beberapa pendapat mengenai hal itu. Suryaningrat (1983: 20—21
internasional.
Gaya kutipan APA mengacu pada aturan yang telah disetujui dalam
243
digunakan dalam makalah penelitian. Gaya APA ini digunakan baik dalam teks
kutipan maupun dalam daftar referensi. Karena untuk setiap kutipan dalam teks,
harus ada di dalam daftar referensi dan begitu juga sebaliknya. Di bawah ini
Contoh :
makanan hasil dari proses kimiawi yang terjadi di dalamnya (Nugraha, 1995,
p. 17).
Contoh :
Contoh :
tinggi daripada pria yang belum menikah (Chun & Lee, 2001).
Contoh :
kesusksesan seseorang ditentukan oleh kemauan kuat yang ada pada dirinya.
244
5. Kutipan dengan 6 atau lebih penulis
Contoh :
Contoh :
Musim,” 2015).
Contoh:
Menahan diri untuk tidak makan atau diet bisa mencegah obesitas (A.
Contoh :
Contoh :
245
10. Dua atau lebih informasi yang dikutip dari sumber dan tahun yang sama
Contoh :
yang tekun.”
Contoh :
Wayan, 2013).
Contoh :
Kutipan pertama :
Kutipan kedua :
Penyebab punahnya hewan – hewan itu tidak lain dan tidak bukan adalah
13. Kutipan yang berasal dari wawancara langsung, e-mail, surat, atau memo
Contoh :
Menurut Sudirman berpuasa bisa melatih diri dari rasa marah (personal
246
BAB X
A. Pendahuluan
Karya ilmiah merupakan sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang
ditulis dan diungkapkan dengan metode-metode ilmiah yang sesuai dengan kaidah
penulisan karya tulis ilmiah tertentu. Karya tulis ilmiah berisi data dan fakta maupun
hasil penelitian seseorang yang ditulis secara runut dan sistematis. Karya tulis ilmiah
disusun harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan
personal, dan tersusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan di dalam
suatu karya tulis ilmiah ialah bahasa Indonesia yang baku yang sesuai dengan kaidah
Untuk mencapai tingkat kelogisan tertentu dalam karya tulis ilmiah, seorang
peneliti haruslah memiliki landasan teori yang kuat.landasan teori yang kuat akan
dari landasan teori tersebut, suatu karya tulis ilmiah tidak menyimpang dari disiplin
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan
oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
247
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan (yang
Riana, 2005:2).
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal
atau kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti
pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan (Tanjung,
2010:7).
Tulisan ilmiah secara luas sebagai suatu tulisan dalam bentuk artikel atau
yang lain, misalnya skripsi yang didasarkan riset. Tulisan tersebut dipaparkan
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baku dan menggunakan metode ilmiah tertentu.
Riset dapat didasarkan pada data primer (langsung dari narasumber) dan data
sekunder (data yang sudah ada atau data yang sudah terlebih dahulu dikumpulkan
oleh orang lain dan selanjutnya dapat digunakan kapan saja jika diperlukan)
Jadi dari beberapa pengertian yang ada di atas tersebut dapatlah kita
simpulkan bahwa tulisan ilmiah adalah hasil karya seseorang yang memenuhi
248
kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.
Menurut Dwiloka dan Riana (2005: 2-3), jika dihubungkan dengan hakekat ilmu,
249
b. Tulisan didukung dengan menggunakan data empiris. Artinya, ada data
hasil
perhitungan statistik.
1) Memberikan fakta.
2) Bersifat objektif.
5) Bersifat akurat.
umum.
250
11) Tulisan tidak digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
2. Logis
3. Efektif
Maksudnya adalah baik alenia atau subbab harus menunjukkan adanya satu
4. Efisien
Maksudnya adalah hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan
mudah dipahami.
251
E. Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Secara umum, karya ilmiah diperguruan tinggi menurut Arifin (2003:1)
buat.
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
halamannya.
252
d. BAB I Pendahuluan
meliputi :
dengan sejelas mungkin dan bila perlu disertai dengan data atau
bentuk pertanyaan.
e. BAB II Pembahasan
Anda angkat pada BAB I. Pada bagian ini adalah bagian dari isi
253
e. BAB III Penutup
menambahkansaran.
f. Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi rujukan yang Anda ambil untuk makalah Anda.
g. Lampiran
Ini tidak mutlak harus ada. Pada bagian ini Anda melampirkan data-
kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih
dibimbing oleh seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh lembaga
perguruan tinggi.
254
Skripsi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
studi mahasiswa.
4. Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia (dan atau dalam Bahasa Asing
atau Bahasa Daerah yang baik dan benar untuk prodi tertentu yang
1. Format
BAB IPENDAHULUAN
B.Identifikasi Masalah
C.Pembatasan Masalah
D.Rumusan Masalah
255
E.Tujuan Penelitian
F.Manfaat Penelitian
B. Kerangka Berpikir
B.Rancangan/DesainPenelitian
A. Deskripsi Data
C. Pengujian Hipotesis
A.Simpulan
B. Implikasi
C. Saran
256
Format inti skripsi secara umum dengan metode kualitatif dapat
2. Format
BAB IPENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. ManfaatPenelitian
B. Kerangka Berpikir
D.Teknik Sampling
257
B. Deskripsi Temuan Penelitian
C. Pembahasan
A.Simpulan
B. Implikasi
C. Saran
4) Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan
penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu
atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program pascasarjana, untuk
3. Format
3.1 Judul
3.4 Abstrak
258
3.8 BAB I: Pendahuluan
3.9.3 Hipotesis
3.12.1 Simpulan
3.12.2 Saran
3.14 Lampiran
5) Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang
dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid)
lembaga pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri,
yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan
doktor (S3)
259
F. Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
(2) Isi tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersangkutan
260
(3) Penulis melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan
umum.
(2) Temuan kajian ditulis dalam bentuk sistematis, terstruktur, dan baku.
ditulis.
261
(6)Tulisan digunakan untuk memaparkan informasi dalam bentuk
pembaca.
262
BAB XI
yang yang dirujuk dalam naskah skripsi. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan
jurnal ilmiah yang relevan dengan topik skripsi. Penulisan daftar pustaka secara
dengan huruf kapital tegak berukuran 12 pt font time new romans dan
tanda (.).
c. Judul buku (termasuk sub judul), diketik dengan huruf miring (italic).
Semua diketik huruf kecil, kecuali huruf pertama judul dan subjudul,
d. Kota tempat penerbit, diakhiri dengan tanda titik dua (:)., dan
263
3. Penulisan nama pengarang dimulai dengan tepi kiri, sedangkan baris
Contoh :
4. Nama pengarang yang terdiri dari dua bagian atau lebih ditulis dengan
urutan: nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat) dan nama
akhir itu nama asli, nama keluarga, nama suami, atau nama marga.
Graha
5. Bahan pustaka yang ditulis dua orang atau lebih, maka penulisan nama
kedua dipisah dengan kata sambung dan. Jika pengarang terdiri dari 3 (tiga)
orang, maka antarapengarang pertama dan kedua dipisah dengan tanda titik dan
koma, serta antara pengarang kedua dan ketiga dipisahkan dengan tanda koma
dan kata sambung dan. Jika pengarangnya lebih dari 3 (tiga) orang, maka yang
ditulis hanya pengarang pertama yang diakhiri dengan tanda koma dan disertai
264
Penulis dua orang
Kemmis, S. dan Taggart, R. 1998. The Action Research Panner. 3rd ed. Victoria:
Daekin University.
6. Jika beberapa buku dijadikan sumber dan ditulis oleh orang yang sama nama
pengarang hanya ditulis pada urutan pertama dan urutan lainnya digarisbawahi.
Apabila buku-buku tersebut diterbitkan dalam tahun yang sama, maka angka
Contoh:
7. Buku yang berisi kumpulan artikel yang ada editornya ditulis sama bahan
pustakayang berupa buku, hanya saja ditambah dengan (Ed.) diantara nama
Contoh:
265
Nordholt, H. S., Purwanto, B., dan Saptari, R (Ed.). 2008. Prespektif Baru
Penulisan Sejarah Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
KITLV-Jakarta, PustakaLarasan.
8. Buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya) ditulis dengan urutan nama
pengarang artikel dengan tahun penerbit dan judul artikel ditulis dalam tanda
petik. Diikuti kata dalam dan nama editor dengan keterangan (Ed.), judul buku
kumpulan (dicetak miring), kota penerbit dan penerbit serta halaman artikel.
Masing-masing bagian dipisah dengan tanda titik, kecuali antara kota penerbit
Contoh :
9. Artikel Jurnal ditulis seperti bahan pustaka yang berupa buku yang berisi
kemudian ditulis nama jurnal (dicetak miring), nomor jurnal, dan halaman
Artikel. Masing-masing bagian dipisah dengan tanda titik (.), kecuali antara kota
Contoh :
266
B. Lewis. E. dkk. 2011. “Elementary Teachers Comprehension Of Flooding
ThroughInquiry-Based Professional Development and Use Of Self-
RegulationStrategies”. Internasional Journal of Science Education,
Volume 3. Nomor 11Halaman 1473-1512.
10. Artikel dalam koran ditulis sama bahan pustaka yang berupa artikel dalam jurnal.
Akan tetapi, jika artikel itu tanpa nama pengarang, yang pertama ditulis adalah
nama korannya sebagai pengganti nama pengarang dibelakang angka tahun dan
nomor koran ditambahkan tanggal dan bulan terbitan, dilanjutkan dengan nomor
Contoh:
11. Dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa
pengarang dan tanpa lembaga ditulis sebagai berikut. Judul atau nama dokumen
ditulis di bagian awal dengan huruf miring, diikuti tahun terbit, kota terbit, dan
nama penerbit.
Contoh:
Media
267
12. Bahan pustaka yang ditulis atas nama lembaga ditulis dengan urutan sebagai
diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan nama
Contoh:
13. Buku terjemahan ditulis dengan urutan sebagai berikut: Nama pengarang asli,
(yang didahului kata terjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit
terjemahan).
Contoh:
Ary, D., Jacobs, L.C., dan Razavieh, A. 2008. Pengantar Penelitian
Pendidikan.Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.
Robbins, S. S. 1998. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
TerjemahanHadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan. Jakarta:
Prenhallindo.
268
14. Skripsi, tesis, disertasi atau laporan penelitian ditulis dengan menambahkan
pernyataan “skripsi, tesis, disertasi atau laporan penelitian” yang dicetak miring
penelitian. Nama kota dibubuhkan jika nama Universitas itu tidak menggunakan
nama kota.
Contoh:
14. Rujukan bisa diperoleh dari internet. Nama penulis ditulis seperti rujukan dari
bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut
(dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan
diakhiri dengan alamat sumberrujukan tersebut disertai dengan keterangan
kapan diakses, di antara tanda kurung.
E-mail Pribadi
269
Erick. A (a.erick@uwtsedu.au). 10 Juni 2013. Learning to Use Web Authoring
Tools. E-Mail Kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).
15. Selain dari internet, bahan rujukan bisa diambil dari rekaman video, rekaman
kaset, CD ROM, atau jurnal elektronik. Cara menulisnya sama dengan cara
menulis daftar pustaka tulis. Bedanya, pada rekaman video, nama yang
Contoh:
Rekaman Video
Porni, L (Produser) dan Kotton, S. (Sutradara). 2010. Isabel Allende: The
Woman’s voice in Latin-American Literature. (Rekaman Video). San
Fransisco: KQED
Rekaman Kaset
Costa, Jr. (Pembicara). 2009. Personality, Continuty, and Changes of Adult Life.
(Rekaman Kaset Nomor 207-433-88A-B). Washington, DC
AmericanPsychological Association
CD-ROM
Preiss, B., dan Nixon, J. 2004, The Ultimate Frank Lyoyd Wright: American
Architect.
(CD-ROM). New York; Byron Press Multimedia.
270