Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Implementasi Iman Ilmu Amal Sebagai Pilar Peradapan

Makalah Ini Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada
Mata Kuliah IPTEK

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Drs. Mario Kasduri M.A.

Disusun Oleh : Kelompok 3


Agribisnis A1

1.Muhammad Syahfrizal (2104300004)


2. Purnama Sari (2104300007)
3. Denas Alfarizi Nasution (2104300014)
4. T. Jenny Nabila (2104300021)
5. Muhammad Aziz Hanafi (2104300022)
6. Syahbani Alfaizar Nababan (2104300047)
7. Putri Holiza (2104300052)
8. Tri Juanda Adri (2104300055)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya,
sehinnga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Paradigma Islam
Tentang Ilmu di Bidang Teknologi” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah
semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
bapak Drs. Mario Kasduri M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Iptek.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang. Akhir penulis sangat mengharapkan semoga
makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca

Medan, Mei 2023

Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya perlu akan konsep hidup, yang akan
memberikan gambaran secara jelas tentang bagaimana manusia dalam
berkehidupan yang harmonis dengan Tuhan dan Manusia serta alam sekitarnya.
Konsep hidup ini bekerja secara berkesinambungan dan mengalami pembaharuan
dalam implikasinya sesuai dengan tuntutan zamannya. Sebagai dasar kebenaran,
maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran pada kebenaran mutlak.
Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu mengindahkannya, titik ideal
ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang menentukan kerja amal
manusia sesuai dengan kebenaran.
Kebenaran yang menjadi dasar tidak serta-merta "ada", namun ikhtiar manusia
sebagai subjek kehidupan yang memiliki kehendak bebas serta berpikir bebas
selalu mencoba mendekatkan diri pada kebenaran melalui ilmu. Sebagai sarana
pendekatan diri pada kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa
manusia sebagai makhluk Tuhan secara masif mendekatkan dirinya melalui
pencarian kebenaran atau pembelajaran. Ilmu sebagai cahaya pencerah akal
manusia pada kebenaran, maka ilmu akan senantiasa membawa manusia pada
pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai adalah manusia yang melakukan
kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan menjadi hidup dengan membumikan ilmu
dalam pola pikir dan pola tindak manusia.
Konsepsi yang menjadi dasar perencanaan manusia secara hirarki dan
simultan memberikan kesinambungan gerak pikir dan gerak tindak perlu
dibumikan dalam diri manusia itu sendiri. Seperti konsepsi Marx, tentang
pertentangan klas, bahwa manusia yang berada dalam klas-klas tertentu berubah
dengan manusia yang tanpa klas. Konsepsi Marx dapat dikatakan sosialis. Seperti
itu halnya, manusia yang beragama (Berkebenaran) harus memiliki konsep hidup
yang mencerminkan suatu karakter manusia yang cenderung pada kebenaran.

Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari iman, ilmu dan amal?
2. Bagaimana hubungan iman, ilmu, dan amal sebagai pikir peradaban?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi iman, almu dan amal.
2. mengetahui hubungan iman, ilmu dan amal pada pikir peradaban.
PEMBAHASAN

IMAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu
diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat
ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum,
artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai
ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia. Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab
sesuatu dan mengapa.
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah
ada lebih dahulu Ilmu Sebagai Upaya Pendekatan yang Koheren dengan Kebenaran
Bahwa ilmu akan mengangkat derajat manusia pada tingkat yang lebih tinggi, sudah
menjadi suatu kenyataan yang koheren, karena seorang yang berilmu secara
bersamaan akan berada pada kedekatannya kepada kebenaran. Ilmu menjadi alat
manusia dalam upaya-upaya kebenaran, meski dalam penafsiran ilmu dengan alam
pikiran dan pengalaman manusia masih memiliki ruang kenisbiaan, karena manusia
yang dalam keterbatasannya sebagai objek Tuhan. Enstein meletakkan teori
relativitas, bahwa setiap manusia memiliki pandangan yang subjetif dengan objek
yang dipandangnya. Dalam hal ini ilmu memiliki ruang relativitas, karena subjek
(manusia) yang jamak serta upaya pendekatannya yang berbeda-beda.
Kebenaran yang tunggal, dengan kerelativitasan ilmu, membawa manusia pada
perbedaan dan seakan inheren dengan kebenaran ilmu yang relatif tersebut. Jika
dalam Hegel, bahwa thesis akan berujung pada thesis baru dari pertentangan thesis
dan anti-thesis, ujung yang seakan tidak akan bertemu pada satu titik yang berlawanan
pada thesis yang telah mampan. Seakan menggambarkan kerelativan ilmu sebagai
pendekatan atas kebenaran.
Kebenaran adalah sumber nilai, ia menjadi fondasi untuk peradaban, maka ilmu disini
bersifat implikatif. Ilmu adalah pengembangan nilai, karena nilai bersifat tetap, maka
implikasi bersifat untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang mengalami
perkembangan sesuai dengan arus yang selalu mengalami perubahan. Upaya
pendekatan pada nilai, juga menjadi upaya pendekatan pada implikasi. Maka dari itu
ilmu tidak bersifat inheren, ilmu koheren dengan kebenaran karena sumber kebenaran
adalah penopang peradaban.

AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal
saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan
balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam
Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup
semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu
sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan
sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga
pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-
masalah di masyarakat.
Nilai yang hidup dan nyata adalah amal,hidup berkembangnya peradaban
berdasarkan perkembangan ilmu yang korelatif dengan perubahan yang terjadi dalam
arus, maka ilmu menjadi tiang bagi berdirinya peradaban. Ilmu harus memiliki
keterjangkauan dengan realitas yang ada, ilmu harus mampu membumi dan dapat
diterapkan dalam menjawab arus perubahan. Ilmu akan mati jika ilmu tidak
memberikan konsepsi yang jelas pada realita, maka dari itu ilmu harus melandaskan
dirinya pada realita yang ada.
Penerapan ilmu dinamakan alam perbuatan, maka ilmu akan membumi
nilainya jika manyetuh realita (amal perbuatan). Objek dan tujuan ilmu adalah relaita.
Realita merupakan perubahan atas arus perkembangan zaman, mulai dari
perkembangan sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Seiring dengan perubahan dan perkembangan arus kehidupan manusia tersebut, maka
nilai yang tetap harus berimplikasi pada perkembangan ilmu yang relevan dengan
keadaan zamannya. Nilai dikatakan hidup jika menyentuh realita dengan impilikasi
dari ilmu pengetahuan.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan
Allah dalam ayat-ayat berikut: “Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada
siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu,
benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.”
(QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya
dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat
menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw).
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai
para penuntut ilmu.” (Hadis Nabi saw).
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan.
Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman
berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi
pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati.
Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman,
yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul
Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas
ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim
menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri
muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta
dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan
perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga
tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya
adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam). (Admin, 2013)
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan
ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu
dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan
pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
Hubungan Iman Dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal
sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya.
Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam
bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila
didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan
ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang
itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika
dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna
jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.
Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah
berilmu lalu beramal. (Anis Matta, 2006).
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan
nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang
sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang
akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman
dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga
rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan
manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa
keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal
shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan
beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal
shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia. Tentang hubungan antara
iman dan amal, demikian sabdanya,“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan
dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”
[HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang
sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw.
menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya"
[HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah
mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu
ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang
di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak
menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah
Saw : “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang
Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu
wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap,
ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau
menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan
berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak
akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas].
Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan
ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya …
QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara
keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah
pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah
sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan
itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita
perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan
islam itu janggal.
Kaitan antara iman, ilmu dan amal
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang
diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At –
Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu
perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan
takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman
dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
 Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta
isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah
swt “Qur’aniyah”
 Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut
ayat Allah “Kauniyah”
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah
swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11.
Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang
berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat
kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya,
sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak
manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu
menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya,
karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak
mengerjakan seperti dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim
dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan
dan lindungan Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh,
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.

PENUTUP
Berdasar penjabaran yang telah disampaikan, bahwa keimanan manusia telah Allah
tulisakan dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As- Sunnah. Tingkat keimanan
seseorang berbeda-beda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keimanan seorang
dapat berubah menjadi lebih baik melalui beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga
tingkatan yang lebih tinggi. Namun karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman
ini dapat naik ataupun turun. Tetapi, apabila masing-masing dari kita beristiqomah
insyallah iman kita akan tetap terjaga

Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama
mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa semester awal
menyadari akan kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan
mohon dimaklumi dan dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran,
sangat diharapkan agar di kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis
yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anis Matta (2006). Dari Gerakan ke Negara. Jakarta: Fitrah Rabbani.
Admin. 2013. Al-qur'an dan Hadits. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015 Indra, Dodi.
2013. Keutamaan Ilmu. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015.
lucki72.blogspot.com/2014/03/memeliharakeseimbangan-antara-iman-ilmu.html
Monica. 2014. Kedudukan Ulama dalam Islam. Diakses pada tanggal 14 Maret
2015.
Muhammad bin Said al Qahthani (2005). Al Wala' wal Bara'. Solo: Era Intermedia
Riyanto, Prof. 2010. Ceramah Kultum. Diakses pada tanggal13 Maret 2015.
Sayyid Quthb (2010). Ma'alim Fi Ath Thariq. Yogyakarta: Uswah

Anda mungkin juga menyukai